Anda di halaman 1dari 9

FERTILISASI

Oleh :
Nama : Ni kadek puspita widyantari
NIM : 2013091019
Kelas : 3 Biologi

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
PRAKTIKUM
II
FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN EMBRYO

I. Tujuan:

1. Mengetahui proses terjadinya fertilisasi pada Echinidea

2. Mengetahui proses terbentuknya fertilization envelope pada Echinidea

3. Mengetahui tipe perkembangan embryo pada Echinidea

4. Mengetahui fase perkembangan embryo pada Echinidea

II. Alat dan Bahan:

1. 0,55 M Potassium Chloride Solution

2. Filtrated sea water (FSW)

3. Fertile Echinidea

4. 1 – 5 cc syringe

5. Pipet tetes

6. Small tube (1,5 ml)

7. Beaker glass

8. Petri dish

9. Tissue

10. Object glass

11. Microscope

III. Prosedur Kerja:

A. Spawning

1) Menyuntikkan 0,55 M KCl sebanyak 0,1 – 0,2 ml ke dalam mulut dan anus

dari Echinidea.
2) goyangkan secara perlahan sampel Echinidea yang telah diinjeksi
dengan KCl.

3) Setelah 1 – 3 menit amatilah sperma atau telur yang mulai keluar


dari permukaan Echinidea.

4) Apabila yang keluar adalah sperma, letakkan Echinidea pada petri dish

dengan posisi mulut berada di atas. Kumpulkan sperma tanpa FSW ke dalam

tube 1,5 ml. Simpan dalam suhu 4o C.

5) Apabila yang keluar adalah telur, letakkan Echinidea pada beaker glass yang

berisi FSW penuh dengan posisi bagian mulut berada di atas. Kumpulkan

telur yang mengendap di dasar beaker glass kemudian bilas dengan FSW

sebelum dilakukan uji fertilisasi.

B. Fertilisasi

1) Preparasi sperma dengan cara membuat seri pengenceran sperma 25%,

50%, dan 75% menggunakan FSW.

2) Telur yang telah dikumpulkan diletakkan di dalam petridish yang berisi

sedikit FSW (sebagai stok).

3) Mengambil sedikit telur dengan pipet dan meneteskan pada object glass

(dibuat 3 seri sesuai dengan jumlah seri sperma yang akan digunakan).

4) Meletakkan object glass pada mikroskop dan mengamati telur. Apabila

sudah siap selanjutnya meneteskan sperma pada object glass yang telah

berisi sampel telur dan diamati proses yang terjadi.

C. Perkembangan Embryo
1) Menambahkan stok telur dengan sperma untuk mengamati proses
perkembangan embryo Echinidea

2) Simpan pada suhu ruangan.

3) Lakukan pengamatan setiap 1 jam untuk melihat fase perkembangan yang


terbentuk.

IV. Lembar Pengamatan

A. Bulu Babi (Echinoidea)


No Nama Foto Keterangan
Pengamatan
1 Pengamatan Sel Bulu babi yang disuntukkan 0,5
Sperma mL Potassium Chloride
Solution, akan mengeluarkan
cairan putih yang disebut
dengan sperma.

Pengamatan dengan mikroskop


akan menampilkan morfologi
dari sel sperma pada bulu babi.
2 Pengamatan Sel Bulu babi yang disuntukkan 0,5
Telur mL Potassium Chloride Solution,
jika mengeluarkan cairan merah
maka disebut sel telur.

Pengamatan dengan mikroskop


akan menampilkan morfologi
dari sel telur pada bulu babi

3 Pengamatan Sel telur dan sel sperma sudah


Fertilisasi mengalami fertilisasi.

Pembelahan pertama dimana


zigot membelah menjadi dua sel
sekitar 90 menit setelah
pembuahan.

Gambar Skematis Fertilisasi Bulu Babi


B. Danio rerio (zebrafish)
No Nama Foto Keterangan
Pengamatan
1 Pembentukkan Belahan pada ikan zebra. Satu
tahap sel (Blastodisc). Vegetal
embrio sama di kuning telur.
(pembelahan sel Pembelahan meridional
menjadi dua sel . (c) pembagian
setelah fertilisasi) 90º dari sel awal hasil
membentuk 4 sel berakhir
dengan 8 sel . 16 sel 32 sel dan
128 sel. Sitoplasma membentuk
untuk mempertahankan
koneksi tahapan. Pembelahan
discoid (pembelahan blastidisc
yang mebentuk embrio).
Dengan pembelahan tidak
terjadi sepenuhnya.
Pembelahan meroblastic (e).
Jumlah kuning telur yang besar
sehingga pembelahan hanya
terjadi sebagian. Pembelahan
sel yang dimulai disebut dengan
meridional, kemudian pergi ke
ekuator.
2 Pembentukan Kuning Zigot (Gambar 1) Embrio tahap satu
embrio-ikan (blastodisc) menyerupai
telur
muda
kecebong yang khas.

(Gambar 2-4) Kuning telur


mempertahankan struktur seluler
tunggal dan membentuk
syncytium.

(Gambar 5-7) Perisai embrio yang


terbentuk. Embrio terbentuk
disepanjang kuning telur yang
memiliki sejumlah inti
didalamnya, jadi ini adalah sel
syncytial.

(Gambar 9-12) Mata dan telinga


serta tabung saraf sedang
terbentuk dan terdapat sel-sel
otot. Area kuncup ekor mulai
terbentuk dan itu diambil dari
struktur seperti kecebong. Ikan
muda belum bisa berenang
karena kurangya streamline yang
dibutuhkan untuk berenang.

Salah satu lakilaki saat masih


dalam keadaan embrio
dimutagenkan dengan semacam
mutagen. Jika dikawinkan dengan
betina tipe liar, jika hewan itu
menunjukkan mutase dominan
(kecil kemungkinan), dapat
dilihat pada generasi Fenotip 1
(F1). Akan terjadi dengan cara
tersebut dengan hasil resesif
25%. Embrio
transparan.

3 Pengamatan Protein fluorescent hujau/merah


organ penyusun
untuk pengaturan gen. Gen
dengan
penambahan landak sonik ikan zebra. Gen
protein landak akan mendorong
fluorescent hujau
perkembangan jenis sel embrio
tertentu menjadi sel saraf. Sel
retina yang sekarang diberi label
dengan protein flurorescent
hijau. Ini adalah nares, sel-sel
hidung yang sensorik.

(Gambar A) Lingkar hijau


merupakan sel retina. Hijau pada
pojok mata disebut nares (sel-sel
hidung sebagai sensorik).
(Gambar B)
Yang berwarna hijau disebut
protein flurorescent hujau.

V. Pertanyaan

1. Keberhasilan fertilisasi external sangat ditentukan oleh kondisi external itu


sendiri, bagaimana cara Echinoderm meminimalkan pengaruh lingkungan
external dalam meningkatkan hatching rate?

Jawaban :

Menghasilkan sperma dengan ekor yang relative panjang dan kuat, jumlah
sperma banyak untuk meningkatkan peluang keberhasilan (namun jika terlalu
banyak sperma yang mencapai telur maka fertilisasi akan mengalami
gangguan), menghasilkan sel telur yang jauh lebih banyak dari hewan yang
fertilisasinya secara internal.

2. Sebutkan faktor-faktor yang berperan dalam pembelahan zigot!

Jawaban :

• Faktor Internal
a) Jumlah dan distribusi yolk, yolk akan mempengaruhi polaritas pada zigot
yang mengakibatkan pembelahan menjadi tidak sempurna. Sel telur yang
mengandung kuning telur yang banyak dan persebarannya tidak merata
akan menyebabkan terhalangnya pembelahan sel. Contohnya pada sel
telur burung yang memiliki kuning telur yang berlimpah, maka pembelahn
selnya hanya terjadi pada satu kutub yaitu animal pole, akibatnya
blastomere yang dihasilkan ukurannya tidak seragam dan akan berdampak
pada letak blastocoels dari spesies hewan tersebut.
b) Adanya sitoplasma (ribosom dan sentriol), yang sangat berpengaruh
terhadap pembelahan sel. Pada beberapa zigot hewan-hewan multiseluler
sitoplasma juga terdapat pada satu kutub zigot (animal pole), sehingga
pembelahan sel pada kutub ini berjalan lebih cepat jika dibandingkan
dengan kutub yang lain (vegetal pole).
• Faktor Eksternal
a) Suhu (pembelahan zigotakanterhenti apabila suhu terlau rendah dan zigot
akan rusak apabila suhu tinggi).
b) Zat kimia dalam air
c) Tekanan air
d) pH air
e) Kadar garam (air yang hipertonis atau hipotonis dapat mempengaruhi
pembelahan zigot).

Anda mungkin juga menyukai