Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS ”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGELOLAAN KELAS
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Aslamiah,M.Pd, Ph.D / Rizky Amelia, M. Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

M. Hafidz Anshari 1710125110038


Masdalifah 1710125120030
Masdiyarti 1710125120031
M. Taufiq Hidayat 1710125310098
Mahmudah Ariani 1710125320099
Mardiatu Rahayu 1710125320104
Maria Ulfah 1710125320105

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas” dengan baik walaupun masih banyak
kekurangan didalamnya. Serta kami juga berterima kasih kepada Prof. Dr. Hj.
Aslamiah, M. Pd, Ph.D dan Rizky Amelia, M. Pd Selaku Dosen pengampu mata
kuliah Pengelolaan Kelas yang sudah memberikan kepercayaan menyelasaikan
tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan kita mengenai Pengelolaan Kelas. Kami
pun menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang sudah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi
kami sendiri ataupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
jika terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di saat yang
akan datang.

Banjarmasin, Februari 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat........................................3

1. Hakikat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.......................................3

2. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat........................................4

B. Sumber Pelanggaran Disiplin dan Cara Penanggulangannya.......................6

1. Sumber Pelanggaran Disiplin....................................................................6

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Disiplin.........................8

3. Tahapan Penanggulangan Pelanggaran Disiplin.....................................12

4. Cara Penanggulangan Pelanggaran Disiplin...........................................13

C. Peraturan dan Tata Tertib Kelas..................................................................15

1. Peraturan Kelas........................................................................................15

2. Tata Tertib Kelas.....................................................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

B. Saran............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait
antara pengetahuan, sikap dan perilaku, kebenaran, kejujuran, tanggung
jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong menolong dan sebagainya adalah
beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui,
disikapi dan ditegakkan oleh para siswa.
Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa (1) disiplin dipertimbangkan
sebagai kecenderungan dari para peserta didik menyetujui harapan para guru,
(2) disiplin merupakan alat bantu menumbuhkan gagasan mutakhir dan
seleksi praktik-praktik baru, dan (3) pelayanan yang layak cenderung
menumbuhkan kualitas disiplin.
Berdasarkan hal tersebut, perlu diketahui dan diingat bahwa disiplin
ini perlu dipertimbangkan sebagai suatu kecenderungan dari peserta didik
untuk menyetujui apa yang diharapkan dari para guru, disiplin ini merupakan
alat bantu untuk menumbuhkan gagasan yang mutakhir dan seleksi dari
praktik-praktik baru, dan pelayanan yang layak cenderung menumbuhkan
kualitas disiplin. Di dalam disiplin bagi peserta didik ini tentu perlu adanya
suatu kerjasama yang baik antara pihak sekolah, orang tua dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membina hubungan sekolah dengan masyarakat ?
2. Apa saja sumber-sumber pelanggaran disiplin ?
3. Bagaimana peraturan dan tata tertib kelas ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana membina hubungan sekolah dengan
masyarakat.
2. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber pelanggaran disiplin.
3. Untuk mengetahui bagaimana peraturan dan tata tertib kelas.

1
D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Guru
a) Sebagai referensi tambahan untuk pengelolaan kelas dan pembelajaran
dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas agar waktu mengajar
menjadi efektif dan efisien.
b) Menambah pengetahuan sehingga guru bisa memaami karakter siswa
dan mampu berinovasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan
penegelolaan kelas dan pembelajaran yang menyenangkan.
2. Bagi Mahasiswa
a) Sebagai informasi untuk melakukan kegiatan simulasi dan praktek
mengajar dengan menggunakan pengelolaan kelas dan pembelajaran
baru.
b) Memberikan informasi pengelolaan kelas dan pembelajaran untuk dapat
dipergunakan dalam materi pembelajaran tertentu.
c) Sebagai bahan refernsi tambahan dalam penelitian tindakan kelas.
3. Bagi siswa
Hasil dari makalah ini dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman
belajar oleh siswa, diharapkan dapat meningkatkan serta menumbuh
kembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswa,
sehingga tercipta kegiatan belajar yang menyenangkan dan tidak
membosankan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


1. Hakikat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hakikat hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat terutama dukungan moral, dan finansial. Dalam implementasi
pendidikan karakter hubungan sekolah dengan masyarakat ini perlu lebih
ditingkatkan lagi, terutama untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki okeh sekolah dan daerah, serta potensi didik secara optimal.
Hubungan sekolah dengan masyarakat ini menjadi sangat penting dan
esensial dalam implementasi pendidikan karakter, terutama dalam
menanamkan sistem nilai kepada peserta didik sehingga tidak terjadi
pertentangan nilai antara yang ditanamkan di sekolah dengan yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat. Lebih dari itu, melalui hubungan
sekolah dengan masyarakat ini diharapkan masyarakat dapat membantu
sekolah dalam membentuk karakter peserta didik, terutama dalam
penciptaan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan karakter peserta
didik. Ini penting, sebab percuma saja anak di sekoalah dididik tentang
nilai-nilai kebaikan, apabila di masyarakat mereka menyaksikan berbagai
penyimpangan nilai. Dalam hal ini perlu adanya kebersamaan snatara
sekolah dengan masyarakat dalam menjunjung tinggi karakter yang baik
dan positif, sehingga tujuan sekolah maupun tujuan masyarakat dapat
diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
Esensi hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. Dukungan masyarakat
terhadap sekolah bahkan sampai sekarang ini masih dirasakan hanya pada
keterlibatannya dalam ikut membiayai pendidikan, khususnya yang
memasukkan anaknya pada sekolah tersebut, walaupun memang telah
sejak dahulu didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang

3
diperlukan adalah peningkatan intensitas hubungan sekolah dengan
masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah
sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang
lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan
yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara
efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian
tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan.
Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan
tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan
masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa
kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah.
Dengan perkatan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu
hubungan yang harmonis.
2. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk :

(1) memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak


(2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat, dan
(3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa


dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap
sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah masyarakat.
Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat
mengenai program-program sekolah, baik program yang telah
dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan
sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan.

4
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin
dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan
memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti
pada masyarakat yang masih kurang menyadari pentinganya pendidikan,
hubungan kerja sama ini tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang
menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan
kreatif untuk menciptakan hubungan kerja sama yang lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa
tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga
akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerja sama yang baik
antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan
memiliki gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kepada
masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, buletin bulanan,
penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke
sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh staf sekolah, murid,
radio, dan televisi, serta laporan tahunan.
Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa
menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara
efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada
peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah.
Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan
masyarat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan
yang harmonis ini akan membentuk :

(1) saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-
lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja;
(2) saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui
manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing;
(3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada
di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas
suksesnya pendidikan di sekolah.

5
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan
hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses
pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan
yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang dapat dijadikan bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat
sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
B. Sumber Pelanggaran Disiplin dan Cara Penanggulangannya
1. Sumber Pelanggaran Disiplin
Asumsi yang menyatakan bahwa semua tingkah laku individu
merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan.
Pengenalan terhadap kebutuhan peserta didik secara baik merupakan andil
yang besar bagi pengendalian disiplin.
Maslow mengemukakan teori “hierarchi kebutuhan manusia” yang
dapat digambarkan dalam bentuk piramida kebutuhan manusia berikut ini.
Piramida Kebutuhan Manusia

6
7
Berdasarkan bagan Piramida Kebutuhan Manusia itu terlihat bahwa
kebutuhan manusia meliputi kebutuhan-kebutuhan berikut ini :
1) Kebutuhan fisik (physical needs) manusia yaitu merupakan kebutuhan
dasar bagi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut seperti makan,
perlindungan (rumah, pakaian), seks dan sebagainya.
2) Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman (security and safety),
yaitu kebutuhan keselamatan dan rasa aman baik fisik maupun
perasaan keamanan terhadap masa depan yang dihadapinya.
3) Kebutuhan rasa memiliki dan cinta kasih (love and belonging) yaitu
berupa kebutuhan mencintai orang lain dan mencintai orang lain,
penerimaan, pembenaran, dan cinta orang lain pada dirinya.
4) Kebutuhan akan kehormatan harga diri (respect of self esteem) yaitu
kebutuhan merasa dirinya berguna bagi orang lain, mempunyai
pengaruh terhadap orang lain, dan sebagainya.
5) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman (knowledge and
understanding) terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil
berbagai keputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam
menghadapi dunianya secara efektif.
6) Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri (beauty and self
actualization) yaitu kebutuhan untuk memperoleh pengalaman
mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar
dari pengalamannya ia akan lebih kreatif, toleran, dan spontan
(Maslow dalam M.Entang dan T.Raka Joni: 24-25).
Secara berurutan, manusia menghendaki terpenuhinya semua
kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara yang wajar, umum sesuai
dengan tata aturan yang berlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat
dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat, maka akan
terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan
berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang sering kurang diterima
masyarakat. Mengambil logika seperti itu, mungkin pula pelanggaran
disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak

8
memberi pemenuhan terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya,
misalnya:
1) Tipe kepemimpinan guru atau sekolah otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek
didik. Perbuatan seperti itu akan mengakibatkan peserta didik menjadi
berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal ini akan menjadikan
siswa agresif yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan
yang tidak manusiawi yang mereka terima.
2) Pengebirian akan hak-hak kelompok besar anggota sebagai peserta
didik oleh sekolah/guru. Dengan pengebirian atau pengurangan hak-
hak tersebut akan menyuramkan masa depan peserta didik, padahal di
sisi lain mereka seharusnya turut menentukan rencana masa depannya
di bawah bimbingan guru.
3) Sekolah/guru tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas
baik yang ada di atas atau di bawah rerata dalam berbagai aspek yang
ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
4) Sekolah/guru kurang melibatkan dan mengikutsertakan para peserta
didik dalam keikutsertanya bertanggung jawab terhadap kemajuan
sekolah sesuai dengan kemampuannya.
5) Sekolah/guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta
didik dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah.
6) Sekolah kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara
keduanya juga saling melepaskan tanggungjawab. (Ahmad Rohani,
2004, hal:135-136).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Disiplin
Masalah disiplin adalah merupakan indikasi penyimpangan perilaku
dikalangan murid-murid misalnya: malas ke sekolah, membuat keributan,
suka berkelahi, dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang karena
terjadi pelanggaran nilai, norma dan ketentuan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh sekolah maupun yang ditetapkan oleh guru sendiri.
Munculnya perilaku yang menyimpang disebabkan oleh dua faktor
yaitu :

9
1) Faktor Internal
Yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang
disebabkan karena inpilikasi perkembangannya sendiri, misalnya:
kebutuhan yang tidak terpuaskan, haus kasih sayang dari ke dua orang
tuanya, kurang cerdas, dan sebagainya.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang bersumber dari luar diri murid, seperti : pelajaran yang
sulit difahami, cara guru mengajar tidak efektif, situasi kelas yang
tidak nyaman dan sebagainya. Untuk mengatasi perilaku yang
menyimpang guru hendaknya mawas diri, meningkatkan konsep
pemahaman diri.
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan
timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya
disiplin kelas yaitu masalah-masalah yang ditimbulkan guru dan
lingkungan.
1) Masalah-masalah yang ditimbulkan guru
Pribadi guru sangat mempengaruhi terciptakan suasana disiplin
kelas yang efektif. Guru yang membiarkan peserta didik berbuat salah,
tidak suka kepada peserta didik, lebih mementingkan mata pelajaran
daripada peserta didiknya, kurang menghargai peserta didik, kurang
senang, kurang rasa humor akan mengalami banyak gangguan dalam
kelas.
a. Anak yang suka “membadut” atau berbuat aneh yang semata-
mata untuk menarik perhatian di kelas
b. Anak dari keluarga yang kurang harmonis atau kurang perhatian
dari orang tuanya
c. Anak yang sakit
d. Anak yang tidak punya tempat untuk mengerjakan pekerjaan
sekolah di rumah
e. Anak yang kurang tidur (karena melek mata sepanjang malam)
f. Anak yang malas membaca atau tidak mengerjakan tugas-tugas
sekolah

10
g. Anak yang pasif atau potensi rendah yang datang ke sekolah
sekedarnya
h. Anak yang memiliki rasa bermusuhan atau menentang kepada
semua peraturan
i. Anak memiliki rasa pesimis atau putus asa terhadap semua
keadaan
j. Anak yang berkeinginan berbuat segalanya dikuasai secara
“sempurna”.
Sedangkan gangguan disiplin yang datang dari kelompok
peserta didik dapat berupa ketidakpuasan dengan pekerjaan kelas;
hubungan interpersonal lemah; gangguan suasana kelompok;
pengorganisasian kelompok lemah; emosi kelas dan perubahan
mendadak.
a. Ketidakpuasan dengan pekerjaan kelas
Ketidakpuasan ini dapat disebabkan oleh tugas yang terlalu
mudah atau terlalu sulit; beban terlalu ringan atau terlalu berat;
penugasan cenderung kurang terbuka karena mereka tidak siap;
latihan pembelajaran bersifat verbal kurang menekankan pada
keterampilan dan manipulasi aktivitas; penugasan kurang
terjadwal tidak sistematis atau membingungkan.
b. Hubungan interpersonal lemah
Hubungan interpersonal lemah dapat disebabkan
pengelompokkan didasarkan pertemanan atau klik; peran
kelompok sangat lemah.
c. Gangguan suasana kelompok
Gangguan suasana kelompok disebabkan oleh suasana tercekam;
kompetitif yang berkelebihan; sangat eksklusif (kelompok
menolak individu yang tidak siap).
d. Pengorganisasian kelompok lemah
Pengorganisasian kelompok lemah ditandai oleh tekanan otokrasi
yang berlebihan atau lemahnya supervisi dan pengawasan;
standar perilaku terlalu tinggi atau rendah; kelompok diorganisir

11
terlalu ketat (banyak aturan) atau terstruktur; pengorganisasian
kurang memperhatikan unsur perkembangan usia, latar belakang
sosial, kebutuhan, atau kemampuan anggota kelompok.
e. Emosi kelompok dan perubahan mendadak
Emosi kelompok dan perubahan mendadak dapat diakibatkan
karena kelompok memiliki watak temperamen kekhawatiran
tinggi; kejadian depresi yang mendadak; ketakutan atau
kegemparan; kelompok dihinggapi rasa bosan, kurang berminat
atau emosionalnya lemah.
2) Masalah yang ditimbulkan lingkungan
Langsung atau tidak langsung lingkungan, situasi, atau kondisi
yang mengelilingi peserta didik merupakan masalah yang potensial
menimbulkan terjadinya gangguan disiplin kelas. Lingkungan, situasi,
atau kondisi tersebut adalah :
a. Lingkungan rumah/keluarga, seperti : kurang perhatian,
ketidakteraturan, pertengkaran, ketidak harmonisan,
kecemburuan, masa bodoh, tekanan, sibuk urusannya masing-
masing.
b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti : lingkungan
kriminal, lingkungan bising, lingkungan minuman keras.
c. Lingkungan sekolah, seperti : kelemahan guru, kelemahan
kurikulum, kelemahan manajemen kelas, ketidaktertiban,
kekurangan fasilitas.
d. Situasi sekolah, seperti : hari-hari pertama dan hari-hari akhir
sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran,
pergantian guru, jadwal yang kaku/jadwal aktivitas sekolah yang
kurang cermat, bau makanan dari cafetaria, suasana gaduh dari
praktik pelajaran musik/bengkel ruang sebelah.
Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin kelas itu sangat
unik, bersifat sangat pribadi, kompleks, dan kadang-kadang mempunyai
latar belakang yang mendalam lain daripada sebab-sebab yang nampak.

12
Walaupun demikian, memang ada juga yang sebab-sebabnya bersifat
umum, misalnya :
1) Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin.
Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang
dikerjakan itu ke itu saja. Oleh karena itu, harus diusahakan agar
siswa tetap sibuk dengan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan taraf
perkembangannya.
2) Perasaan kecewa dan tertekan karena siswa dituntut untuk bertingkah
laku yang kurang wajar sebagai anak remaja.
3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan atau
keberadaan pribadi siswa/status.
Menurut Arikunto (1990:137) macam-macam disiplin ditunjukkan
dengan tiga perilaku yaitu:
1) Perilaku kedisiplinan di dalam kelas
2) Perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan
3) Perilaku kedisiplinan di rumah.

3. Tahapan Penanggulangan Pelanggaran Disiplin


Memelihara disiplin adalah suatu proses, oleh karena itu memelihara
disiplin akan terdiri dari serangkaian tahapan. Adapun tahapan-tahapan
memelihara disiplin sebagai berikut:

1) Tahap Pencegahan
Tahap pencegahan ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
penciptaan suasana kelas, ketepatan perencanaan, dan instruksional,
mengenal identitas seperti: (nama. kesukaan. sifat). pemberian catatan
yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaan pesena didik,
merencanakan pengajaran dan mengajar pesreta didik dengan penuh
variatif dan aktual serta melalui topik-topik yang relevan. peserta
didik adalah hal yang penting dalam menciptakan suasana kelas.
2) Tahap pemeliharaan
Peserta didik patut untuk menerima perhatian secara teratur untuk
mengurangi gangguan dan menghindari tumbuhnya perilaku

13
menyimpang. Langkah-Iangkah dalam pemeliharaan ini antara lain:
Mulailah dengan saling berkenalan secara tepat, informasikan
gambaran umum, latar belakang. garis besar perhatian, dan aktivitas
yang relevan dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik,
informasikan harapan harapan mereka dengan kemungkinan yang
saling menguntungkan.
3) Tahap Pengaturan
Dalam fase ini melupakan fase penting untuk mcapainya puma didik.
Guru dapat membantu peserta didik menyadari bahwa perilaku
memiliki konsekuensi dalam kehidupan mereka. Guru dapat
mempertimbangkan alternate aktivitas kearah pengembangan perilaku
positif melalui cara yang efektif.
4) Tahap Campurtangan (Intervensi)
Campurtangan lebih dilakukan pada gejala utamanya dari pada
perilaku menyimpangnya. Guru memerlukan keahlian dalam
mencegah perilaku ini seperti: bertanya, menatap mata peserta didik,
mendekati peserta didik, member isyarat dengan tangan atau kepala,
agar peserta didik tidak terpengaruh akan hal yang tidak pantas.

4. Cara Penanggulangan Pelanggaran Disiplin


Dalam menanggulangi gangguan disiplin dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: (l) pengenalan siswa. (2) melakukan tindakan korelatif.
dan (3) melakukan tindakan penyembuhan.

1) Pengenalan siswa
Siswa yang tidak dipedulikan oleh orang tua dan gurunya
kurang dapat mengontrol dirinya sendiri, biasanya kurang menyukai
otoritas dan akan membencinya. Pengenalan terhadap mereka dan latar
belakangnya merupakan usaha penanggulangan pelanggaran disiplin.
Alat yang digunakan misalnya: (a) interest-inventry alat ini berupa
sejumlah pertanyaan seperti: tentang buku yang disenangi, hoby,
favorit, aktivitas yang dikerjakan siswa, acara yang disenangi dari
siaran televisi dan guru yang paling disenangi. (b) Sosiagram alat ini

14
dibuat dengan maksud untuk melihal bagaimana persepsi para siswa
dalam rangka hubungan sosial psikologi dengan teman-temannya. (c)
Feedback letter misalnya siswa diminta untuk membuat satu karangan
atau surat tentang perasaan mereka terhadap sekolahnya. Apa yang
disukai pada saat pertama kali masuk sekolah, pada saat pembelajaran
berlangsung, pada saat istirahat, keadaan lingkungan sekolah dan pada
saat pulang sekolah.
2) Melakukan tindakan korelatif
Upaya-upaya dalam melakukan tindakan korelatif ini
diantaranya: Lakukan tindakan dan bukan ceramah seperti: pesan-
pesan non verbal yang berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis dan
sebagainya yang dapat membantu dalam disiplin kelas, jangan tawar
menawar, bila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seorang siswa
jangan melibatkan atau menyalahkan siswa lain, guru harus segera
menyelesaikannya, gunakan kontrol kerja, tindakan korelatif dengan
menggunakan kontrol kerja, misalnya dengan membuat ruangan tapal
kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan para
siswa. sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka.
3) Melakukan tindakan penyembuhan
Upaya tindakan penyembuhan terhadap perilaku siswa yang
tidak disiplin dapat dilakukan sebagai diantaranya: (1)
mengidentifikasi para siswa yang mendapat kesulitan untuk menerima
konsekuensi dan pelanggaran yang dibuatnya; (2) membuat rencana
paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
mengadakan kontrak dengan siswa: (3) menetapkan waktu penemuan
dengan siswa tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan siswa
yang bersangkutan; (4) bila saatnya bertemu dengan siswa tiba,
jelaskan maksud penemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang
diperoleh oleh siswa maupun sekolah; (5) tunjukkan kepada siswa
bahwa gurupun bukan orang yang sempurna serta tidak lepas yang
namanya kekurangan. Tetapi, yang penting guru dan siswa harus
tumbuh kesadaran untuk bersama-sama belajar untuk saling

15
memperbaiki diri: (6) guru membawa murid kepada masalahnya yaitu
memahami tata tertib dan menjahui pelanggaran terhadap peraturan
yang berlaku di sekolah; (7) bila penemuan yang diadakan dan siswa
tidak responsif maka guru dapat melaksanakan diskusi pada saat yang
lain tentang masalah yang dihadapinya.
C. Peraturan dan Tata Tertib Kelas
1. Peraturan Kelas
Peraturan kelas tidak dapat terlepas dari peraturan sekolah. Sebab
peraturan sekolah menjadi patokan dan memberikan pengaruh besar.
Sejalan dengan apa yang disebutkan oleh Fitriana Daely (2014), bahwa
penerapan peraturan sekolah yang bersifat umum dikategorikan cukup
diterapkan oleh siswa terlihat dalam aspek dilarang untuk melakukan hal-
hal yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran harus seizin guru, tidak
keluar kelas jika tidak ada izin dari guru, dan mendengarkan dengan baik
apa yang dikatakan atau diperintah oleh guru. Kemudian penerapan
peraturan sekolah pada standar atau aktifitas khusus cukup diterapkan oleh
siswa terlihat dalam aspek memakai pakaian seragam yang baik dan benar,
mengerjakan laboratorium dengan baik, mengerjakan perkerjaan rumah
(PR) yang diberikan oleh guru.
Di sebagian besar sekolah para guru diharapkan menegakkan
sekumpulan peraturan sekolah titik peraturan sekolah biasanya diwujudkan
dalam sebuah peraturan pelaksanaan yang memerinci perilaku siswa yang
diharapkan dan dilarang (misalnya, buku petunjuk sekolah). Seringkali
peraturan pelaksanaan seperti itu mengidentifikasi akibat-akibat yang
mungkin bagi perilaku yang dilarang. Penerapan peraturan secara
konsisten di seluruh kelas dan wilayah bangunan di sekolah adalah demi
keuntungan guru, memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
peraturan-peraturan ini juga mendapatkan legitimasi dihadapan para siswa
karena peraturan ini merupakan peraturan bagi setiap orang. selain
peraturan dan prosedur yang mengatur perilaku siswa, sebelum sekolah
memiliki prosedur yang administratif tertentu yang harus ditaati oleh
setiap guru (sebagai misal, memelihara catatan kehadiran).

16
Guru seharusnya mengetahui peraturan dan prosedur sekolah sebelum
tahun ajaran baru dimulai sehingga Anda bisa menggabungkan peraturan
dan prosedur sekolah itu dengan sistem ruang kelas Anda sendiri. Anda
bisa dapatkan mengenai peraturan sekolah bagi para siswa dan prosedur
administratif bagi para guru dalam pertemuan orang orientasi sekolah atau
dari sebuah buku petunjuk seorang guru, seseorang administrator gedung
atau guru lainnya. Perhatikan dengan seksama hal-hal berikut ini :

1) Perilaku yang secara spesifik dilarang (berlari-lari di dalam gedung


membawa benda-benda tertentu ke sekolah) atau diharuskan
(memiliki izin berada di lorong gedung ketika keluar dan ruang kelas
selama jam mata pelajaran menyerahkan catatan berisi penjelasan
ketidak hadiran).
2) Akibat dari melanggar peraturan. Secara khusus, perhatikan
tanggungjawab yang terkait dengan pemberian sanksi atau akibat
tersebut, seperti melaporkan siswa ke kantor sekolah. Jika sekolah
tidak memiliki sebuah kebijakan yang berkaitan dengan pelanggaran
peraturan tertentu, anda sendiri harus diputuskan Bagaimana
menangani pelanggaran tersebut.
3) Prosedur administratif yang harus ditangani selama berlangsungnya
jam pelajaran, termasuk tugas-tugas di awal tahun ajaran baru, seperti
penugasan dengan buku ajar. Beberapa tugas administrasi
administratif dilaksanakan secara harian, termasuk membuat dan
mencatat kehadiran kelas, berbicara dengan siswa yang sebelumnya
tidak masuk, dan mengisi laporan kehadiran dengan pihak kantor
sekolah. Tugas-tugas lainnya (misalnya, menangani kartu makan siang
sekolah, melintasi lorong gedung) kerap terjadi sehingga Anda akan
membutuhkan sebuah sistem pemeliharaan catatan dan sebuah tempat
yang aman untuk menyimpan uang yang mungkin anda kelola. Anda
juga akan membutuhkan sebuah prosedur untuk memungkinkan para
siswa meninggalkan ruang kelas menuju bagian lainnya dari gedung
sekolah. Beberapa guru memiliki diagram kehadiran bagi para siswa
untuk mengindikasikan kehadiran mereka setiap hari. Secara sekilas,

17
Anda bisa memberitahukan siapa yang hendak masuk tanpa
mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung.

Menurut Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer (2011: 31-32).


Banyak peraturan berbeda yang dimungkinkan, tetapi sekumpulan
peraturan yang terdiri dari empat hingga delapan peraturan seharusnya
memadai untuk mencakup wilayah-wilayah peraturan yang paling penting.
berikut ini merupakan empat peraturan umum yang meliputi banyak
perilaku di ruang kelas:

1) Hormati dan bersikap sopan lah kepada semua orang.


Peraturan ini bersifat umum. Pastikan untuk memberikan teladan
dan penjelasan yang memadai sehingga baik anda maupun para siswa
anda memahami dengan jelas maksudnya. Anda harus mendefinisikan
Apa itu sopan, dan anda mungkin memperluas difinisi ini untuk
mencakup jangan menabrak, berkelahi, atau mengejek titik anda
mungkin juga ingin menekan bahwa "semua orang" berarti termasuk,
sang guru.
2) Bergegas dan bersiap-siaplah.
Peraturan ini meliputi panduan dan menekankan pentingnya tugas-
tugas di sekolah. Bergegas mungkin dimaksudkan pada permulaan
jam pelajaran (di pagi hari), perpindahan ke tugas individual. Bersiap-
siaplah menekankan pentingnya mrmiliki material, serta sikap mental
yang tepat, agar berhasil dalam tugas-tugas di sekolah.
3) Simaklah dengan saksama sementara siswa lainnya sedang berbicara.
Peraturan ini akan mencegah celetukan dan gangguan mata
pelajaran lainnya. Anda bisa menggunakan diskusi mengenai
peraturan ini untuk mengajarkan para siswa bagaimana berkomentar
atau mengajukan pertanyaan (misalnya, mengangkat tangan dan
menunggu hingga ditunjuk).
4) Patuhi seluruh peraturan sekolah.
Menyertakan peraturan ini memberikan Anda kesempatan untuk
membahas peraturan sekolah mana-mana pun yang berkaitan dengan

18
pengawasan Anda terhadap para siswa di luar ruang kelas Anda
(seperti di taman bermain atau di kantin). Hal itu mengingatkan para
siswa bahwa peraturan sekolah berlaku di ruang kelas anda serta
diluar ruang kelas. Peraturan tersebut juga menunjukkan bahwa anda
akan mengawasi perilaku mereka dalam wilayah-wilayah yang
dicakup oleh peraturan sekolah.

Guru akan mendiskusikan peraturan tersebut dengan para siswa saat


hari pertama atau kedua dimulainya ajaran baru, sangat menekankan fokus
ini selama beberapa minggu pertama, dan secara konsisten menegakkan
peraturan setelahnya. Peraturan yang ditempelkan tidak harus mencakup
seluruh aspek perilaku secara terperinci. Akan sangat berguna bagi murid
untuk mendapatkan contoh konkrit dari perilaku yang dicakup dari
peraturan tersebut. Guru melibatkan siswa dalam pembahasan mengenai
peraturan kelas dengan meminta saran dari mereka dan meminta untuk
menyebutkan perilaku spesifik yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang
untuk menciptakan sebuah iklim yang bagus bagi pembelajaran (Carolyn
M. Evertson dan Edmund T. Emmer, 2011: 34).
Peraturan-peraturan tersebut atau yang serupa seringkali ditemukan di
ruang kelas yang dikelola dengan baik meskipun peraturan tersebut
sebaiknya tidak dianggap sebagai dasar yang mutlak titik anda mungkin
memutuskan menggunakan peraturan lainnya (sebagai misalnya, peraturan
yang melarang perilaku yang spesifik) atau kalimat yang berbeda.
Beberapa guru mungkin mendapati peraturan tersebut terlalu umum dan
mereka mungkin lebih suka membuat lebih banyak peraturan dengan
perincian lebih besar.
Ketika menyajikan peraturan yang umum diskusikanlah ekspektasi
spesifik anda dengan para siswa. Tekan kan aspek positif dari peraturan
tersebut ketimbang aspek negatif. ketika anda menekankan aspek yang
positif dari peraturan, Anda membantu para siswa untuk belajar
berperilaku yang tepat. Anda harus bersifat eksplisit mengenai perilaku
yang tidak bisa diterima ketika perilaku seperti itu mungkin berulang kali
terjadi buka (mengunyah permen karet, meninggalkan tempat duduk,

19
bercelutuk). Perilaku ini mungkin bisa digabungkan ke dalam sekumpulan
peraturan yang anda buat atau diskusikan ketika menyajikan prosedur yang
berkaitan dengan kegiatan yang spesifik.
2. Tata Tertib Kelas
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau
aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat
berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling
mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan
dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang
diterapkan disekolah.
Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan
kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat
dilingkungan sekolah. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tata
tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses
pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien
Secara umum, tata tertib sekolah mempunyai tujuan utama agar semua
siswa sekolah menhetahui apa tugas, hak, dan kewajiban serta
melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan
dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan, dianjurkan,
dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan di lingkungan
sekolah.
Menurut Kusmiati, bahwa tujuan diadakannya tata tertib adalah:
Bertujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan
tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan
oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak saling menggangu
maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri setiapindividu dan siap
untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.
Tata tertib sekolah harus ada sanksi atau hukuman bagi yang
melanggarnya. Hukuman yang dijatuhkan sebagai jalan keluar terakhir
harus dipertimbangkan perkembangan siswa. Dengan demikian,

20
perkembangan jiwa siswa tidak dan jangan sampai dirugikan. Tata tertib
sekolah dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1) Agar siswa mengetahui tugas, hak, dan kewajibannya.
2) Agar siswa mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dan keativitas
meningkat serta terhindar dari masalah-masalah yang dapat
menyulitkan dirinya.
3) Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik seluruh
kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah baik intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Esensi hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan
keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat
terutama dukungan moral dan finansial. Dukungan masyarakat terhadap
sekolah bahkan sampai sekarang ini masih dirasakan hanya pada
keterlibatannya dalam ikut membiayai pendidikan, khususnya yang
memasukkan anaknya pada sekolah tersebut, walaupun memang telah sejak
dahulu didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang diperlukan
adalah peningkatan intensitas hubungan sekolah dengan masyarakat
Masalah disiplin adalah merupakan indikasi penyimpangan perilaku
dikalangan murid-murid misalnya: malas ke sekolah, membuat keributan,
suka berkelahi, dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang karena terjadi
pelanggaran nilai, norma dan ketentuan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh sekolah maupu yang ditetapkan oleh guru sendiri.
Menurut Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer (2011: 31-32).
Banyak peraturan berbeda yang dimungkinkan, tetapi sekumpulan peraturan
yang terdiri dari empat hingga delapan peraturan seharusnya memadai untuk
mencakup wilayah-wilayah peraturan yang paling penting.
Menurut Kusmiati, tujuan diadakannya tata tertib adalah: Bertujuan
peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tentram serta
bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh
warga, sebab jika antar individu tidak saling menggangu maka akan
melahirkan perasaan tenang dalam diri setiapindividu dan siap untuk
mengikuti kegiatan sehari-hari.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan

22
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.
C.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andang. (2014). MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH -


Konsep, Strategi, dan Inovasi Menuju Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Arikunto, S. (1990). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariwibowo, A. (2014). Penanaman Nilai Disiplin di Sekolah Dasar Negeri


Suryawijaya Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Carolyn, M. E., & Edmund, T. E. (2011). Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah
Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Entang, M., & Joni, T. R. (1983). Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek


Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud.

Irwansa, A., & Maf'ul, M. A. (2014). ANALISIS PELAKSANAAN TATA TERTIB


SEKOLAH PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 MAKASSAR.

Khoirunnisa, R. O. (2014). Resume Manajemen Kelas Majalengka. Universitas


Majalengka.

Leli, S. H. (2008). PENGARUH PELAKSANAAN TATA TERTIB SEKOLAH


TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA. Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, 1-8.

Mulyasa. (2014). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. (2017). Manajemen Berbasis Sekolah - Konsep, Strategi, dan


Implementasi. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

24
Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tanfidiyah, N. (2017). Pengembangan Peraturan Kelas sebagai Upaya Kuratif


Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu di Kelas IV MIN Yogyakarta I. Jurnal Pendidikan Madrasah,
296.

25

Anda mungkin juga menyukai