Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWTAN LEUKIMIA

A. Pengkajian Fokus

1. Demografi

a. Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun.

Jenis leukemia ( limfositik myeloid akut ).lebih sering


di temukan pada anak umur 15th .
b. Ras : Lebih banyak terkena pada anak kulit putih

c. Lingkungan : Banyak polutan

d. Jenis kelamin : sering menyerang kaum laki-laki.

2. Data fokus

a. Aktivitas

Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk


melakukan aktivitas biasanya.
Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi

Tanda : Takikardi, membran mukosa pucat, dan tanda perdarahan


serebral.
c. Eliminasi

Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tisu,
feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urin
d. Integritas ego

Gejala : Perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah


terangsang, perubahan alam perasaan.
e. Nutrisi dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan
berat badan, faringitis disfagi

Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali,


hepatomegali, ikterik, hipertrofi gusi (infiltrasi gusi
mengindikasikan leukemia monositik.
f. Neuro sensori

Gejala : Penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau,


kurang konsentrasi, kebas, kesemutan.
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.

g. Nyeri atau kenyamanaan

Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, nyeri
tekan eksternal, kram otot.
Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah, focus pada diri
sendiri.
h. Pernafasaan

Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal


Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk, ronkhi.
i. Keamanan

Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan,


perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan gusi
epistaksis, pembesaran nodul limfe (sehubungan dengan
invasi jaringan).
3. Data Penunjang

a. Hitung darah lengkap :

1) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

2) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari


50.000/mm).
3) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan
peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri).
Mungkin ada sel blast leukemia.
b. Pemeriksaan sel darah tepi :

Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga


dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah
sel yang beredar.
c. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat

d. Biopsi sumsum tulang :

Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih
dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel
blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis
menurun.
e. Biopsi nodus limfa :

Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia


dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit
normal dan granulosit.
(Doengoes, 2000)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat


pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih,
peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi, penekanan sumsum
tulang.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
(muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual,
anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status hipermetabolik, demam).
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal
(pembesaran nodul limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan dengan sel
leukemik ), agen kimia (pengobatan anti leukemik ).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit massif,
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
melemahnya kemampuan fisik.
7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.

8. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber, salah
interpretasi informasi.

C. Intervensi
1. Diagnosa I : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak
adekuat pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan
sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit imatur ,
imunosupresi , penekanan sumsum tulang.
Tujuan : Mencegah timbulnya infeksi.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
b. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
keamanan lingkungan, meningkatkan penyembuhan.
Intervensi :

a. Tempatkan pada ruang khusus,.batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : Melindungi dari sumber potensial pathogen.

b. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua


petugas dan pengunjung.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko infeksi.

c. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.

Rasional : Meningkatkan pembentukan antibody dan mencegah


dehidrasi.
d. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium ( hitung darah lengkap ).

Rasional : Meyakinkan adanya infeksi, mengidentifikasi organisme spesifik dan


terapi tepat.
2. Diagnosa II : Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan (muntah, perdarahan, diare),
penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia).
Tujuan : Mempertahankan kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi teraba, haluaran urin, berat jenis dan PH dalam batas
normal.
b. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yang tepat.

c. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk mencegah terjadi


defisit volume cairan.
Intervensi :

a. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak kasat mata dan


keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urin pada adanya
pemasukan adekuat, ukur erat jenis dan PH urin.
Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM
dan pencetusnya pada tubulus batu ginjal (sehubungan
dengan peningkatan kadar asam urat / dapat menimbulkan
retensi urin / gagal ginjal ).
b. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan atau elektrolit pada tak


adanya pemasukan melalui oral, menurunkan resiko komplikasi ginjal.

c. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan /


perdarahan.
Rasional : Bila perdarahan terjadi meskipun dengan sikat halus
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
d. Perhatikan adanya mual dan demam.

Rasional : Mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairan dan rute


penggantian.
e. Kolaborasi :

1) Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit


pada tak adanya pemasukan melalui oral: menurunkan
resiko komplikasi ginjal.
2) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : trobosit, hemoglobin,
hematokrit, pembekuan atau supresi sumsum tulang sekunder
terhadap obat anti neoplastik), pasien cedera, perdarahan spontan
yang mengancam hidup. Penurunan hemoglobin, hematokrit
indikasi perdarahan (mungkin samar).
3. Diagnosa III : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

Kriteria hasil : Mual dan muntah berkurang atau bahkan menghilang, berat
badan dapat dipertahankan, klien bisa menghabiskan makan
1 porsi.
Intervensi :

a. Monitor pemasukan dan pengeluaran makanan.


Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
b. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.

Rasional : Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan


meningkatkan pemasukan.
c. Pastikan pola diit makanan yang disukai dan tidak disukai.

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan


intervensi.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.

Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi


kebutuhan individual.
4. Diagnosa IV : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen
fisikal (pembesaran nodus limfe), agen kimia (pengobatan
anti leukemia).
Tujuan : Kebutuhan nyaman terpenuhi, klien tidak merasakan nyeri.
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan nyeri terkontrol / hilang.

b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.

c. Tampak rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tenang.

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri, kaji ttv, perhatikan petunjuk non verbal.

Rasional : Mengidentifikasi terjadi komplikasi dan membantu


mengevaluasi pernyataan verbal keefektifan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.

Rasional : Meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan


koping.
c. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi ekstremitas dengan
bantal.
Rasional : Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang / Bantu latihan
rentang gerak lembut.
d. Ubah posisi secara periodic dan berikan atau bantu latihan rentang
gerak lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.

e. Berikan tindakan kenyamanan (misal : pijitan, kompres dingin)dan


dukungan psikologi.
Rasional : Meminimalkan kebutuhan /menaikkan efek obat.

f. Kaji ulang tingkat kenyamanan pasien sendiri, posisi, aktivitas fisik,


atau non fisik dan sebagainya.
Rasional : Penanganan terhadap nyeri melibatkan pasien, memberikan
penguatan positif, meningkatkan rasa kontrol dan
menyiapkan intervensi yang bisa digunakan sewaktu
pulang.
g. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien .

Rasional : Perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu


pasien mengatasinya lebih efektif.
h. Dorong penggunaan teknik manajemen nyeri, missal : latihan relaksasi
atau nafas dalam, bimbingan imajinasi.
Rasional : Memudahkan relaksasi, terapi farmakologis tambahan dan
meningkatkan kemampuan koping.
i. Kolaborasi :

1) Awasi kadar asam urat.

Rasional : Penggantian cepat dan destruksi sel leukemia selama


kemoterapi meningkatkan asam urat, menyebabkan
pembengkakan dan nyeri sendi.
2) Berikan obat sesuai indikasi : analgesic, contoh : asetaminofen
(Tylenol ).
Rasional : Diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang
dengan tindakan kenyamanan.
3) Narkotik, missal : kodein, meperdin (Demerol), morfin,
hidromorfon (dilaudis).
Rasional : Digunakan bila nyeri berat. Penggunaan ADP
mungkin menguntungkan dalam pencegahan puncak
dan penurunan pemberian intermiten.

4) Agen ansietas, contoh : diazepam (valium), lorazepam (ativan).

Rasional : Mungkin diberikan untuk meningkatkan kerja


analgetik / narkotik.
5. Diagnosa V : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolic
dari produksi leukosit massif, ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (anemia, hipoksia ).
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil :

a. Pasien melaporkan adanya peningkatan toleransi aktifitas yang dapat


diukur.
b. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran.

c. Dapat berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat dilakukan sehari- hari


sesuai dengan tingkat kemampuan pasien.
Intervensi :

a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk


berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari.
Rasional : Efek leukemia, anemia, dan kemoterapi mungkin
komulatif (khususnya pada fase pengobatan akut dan
aktif).
b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan
dorong istirahat sebelum makan.

Rasional : Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi selular /


penyembuhan jaringan.
c. Implementasikan teknik penghematan energi, contoh : lebih baik
duduk dari pada berdiri, penggunaan kursi untuk mandi. Bantu
ambulasi / aktivitas lain sesuai indikasi.
Rasional : Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan
diri.
d. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut
sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi.
Rasional : Dapat meningkatkan pemasukan dengan menurunkan
mual.
e. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan


seluler.
6. Diagnosa VI : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan melemahnya kemampuan fisik.(Carpenito, 2001 :
156)
Tujuan : Mempertahankan kemampuan motorik dan kemampuan
komunikasi verbal.
Kriteria hasil : Anak mampu mempertahankan perkembangannya sesuai
usia, orang tua mengerti tugas-tugas perkembangan secara
normal sesuai usia, orang tua mengerti dan mampu
menstimulasi perkembangan anak sesuai usia.
Intervensi :

a. Ajari orang tua tentang perkembangan anak sesuai usia

b. Perkuat perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata yang


digunakan anak
c. Ajak anak bermain untuk merangsang kemampuan motorik dan
pendengaran
d. Kaji tingkat perkembangan yang telah dicapai oleh anak

7. Diagnosa VII :Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.


(Wong, 2003 : 598)
Tujuan : Anak atau keluarga menunjukkan koping positif

Kriteria hasil : Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan


kerontokan rambut, anak tampak bersih dan berpakaian
rapi.
Intervensi :

a. Anjurkan anak untuk menjaga rambut yang tipis tetap bersih

b. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3-6 bulan dan mungkin
warnanya berbeda
c. Ajarkan anak untuk meningkatkan highline.

8. Diagnosa VIII: Kurang pengetahuan tentang penyakit, proknosis, dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan pada sumber, salah interprestasi informasi.
Tujuan : Pasien mengetahui dan memahami penyakit, proknosis, dan
pengobatan yang diberikan.
Kriteria hasil :

a. Pasien mengatakan paham terhadap kondisi / proses penyakit dan


pengobatan.
b. Melakukan perubahan pola hidup yang perlu.

c. Berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :

a. Kaji ulang patologi bentuk khusus leukemia dan berbagai bentuk


pengobatan.
Rasional : Pengobatan dapat termasuk berbagai obat anti neoplastik,
radiasi seluruh tubuh atau hati / limpa, transfuse, dan
transplantasi sumsum tulang.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit leukemia.

Rasional : Pasien lebih mengerti dan memahami apa itu penyakit


leukemia dan tahu cara pengobatan dan pencegahannya.
(Doengoes, 2000)

Anda mungkin juga menyukai