SKABIES
Oleh:
Omegawati.P
2111901029
Pembimbing:
dr. Helga Pasadena, Sp.KK
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 9 tahun
Alamat :-
Pekerjaan : Pelajar
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Gatal pada daerah kedua tangan, kedua kaki, dada, perut, punggung dan
selangkangan sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien datang ke poli kulit RSUD Dumai dengan keluhan gatal-gatal pada
daerah kedua tangan, kedua kaki, dada, perut, punggung, selangkangan, dan
kemaluan disertai bintik-bintik kemerahan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya
bintik-bintik sekitar 2 minggu yang lalu hanya timbul di tangan saja lalu
menyebar ke beberapa bagian tubuh lain. Gatal dirasakan terus menerus, dan
memberat saat malam hari sehingga pasien sering menggaruk sampai merah dan
luka. Pasien mengeluhkan ada nyeri, dan pasien tidak mengeluhkan adanya
demam. Pasien juga sudah berobat 5 hari yang lalu diberi cetirizine dan salep
namun keluhan tidak berkurang.
2
- Riwayat sakit dengan gejala serupa : Kakak laki-laki sudah di diagnosis skabies
dan terkena keluhan duluan.
- Riwayat DM : disangkal
Riwayat Kebiasaan :
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 26 Kg
Tanda vital :
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak dilakukan
Frekuensi nafas : Tidak dilakukan
3
STATUS DERMATOLOGIS
4
Gambar 1. Gambaran dermatologis pasien
RESUME:
Keluhan gatal dan bintik-bintik merah pada daerah kedua tangan, kedua kaki,
dada, perut, punggung, selangkangan, dan kemaluan. Gatal dirasakan terus
menerus dan semakin berat dirasakan pada saat malam hari sehingga pasien terus
menggaruk sampai merah dan luka. Sebelumnya berobat diberikan cetirizine dan
salep namun keluhan tidak berkurang. Di keluarga, kakak laki-laki pasien
mengeluhkan keluhan yang sama. Distribusi regional, pada regio manus bilateral,
regio dorsalis, regio abdominalis, regio thorax, regio genitalia, regio cruris, regio
femoralis, dan regio pedis bilateral. Tampak lesi multiple dengan lesi sebagian
konfluen dan sebagian diskret. Bentuk lesi bulat, ukuran miliar sampai lentikular,
5
sebagian difus, lesi kering, lesi menimbul berupa efloresensi makula eritema,
papul, vesikel, ekskoriasi, erosi, skuama dan makula hiperpigmentasi.
a. Skabies eksematisasi
b. Dermatitis atopi
c. Prurigo simplex
V. DIAGNOSIS KERJA
Skabies eksematisasi
1. Non-medikamentosa
- Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan
luka dan resiko infeksi
- Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan
yang sama
- Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang dioleskan
pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus diulang
6
kembali.
2. Medikamentosa
- Krim permetrin 5% 10gr, pemakaian hanya sekali, dibersihkan dengan mandi
setelah 8-10 jam. Pengonatan diulangi setelah 1 minggu. Diberikan kepada
pasien dan seluruh anggota keluarga yang ada dirumah dan yang berkontak erat
dengan pasien.
- Betametason varelat 10gr
- Mupirocin 10gr
1
- Cetirizine tablet 1x
2
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anamnesis
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
dan gatal agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya ditandai
dengan gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat
terlihat polimorfi tersebar diseluruh badan4.
8
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari.4
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel, urtika, dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.4
9
inkubasi 4-6 minggu.3 Diagnosis skabies dicurigai oleh pruritus yang
berhubungan dengan karakteristik distribusi lesi dan riwayat epidemiologi.1
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai
berikut2:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah
keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwama putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dan lain-lain).
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis.
Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau
dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala).
Pasien datang ke Poliklinik Kulit RSUD Kota Dumai dengan keluhan gatal
disertai bintik-bintik kemerahan pada kedua tangan, kedua kaki, dada, punggung,
selangkangan, dan kemaluan. Awalnya bintik dan gatal hanya pada bagian tangan
kemudian menjalar ke tubuh yang lain. Gatal dirasakan pada saat malam hari. Di
keluarga, kakak laki-laki mengalami keluhan yang sama. Riwayat alergi obat dan
makanan disangkal.
Pasien menunjukkan 3 tanda kardinal, 2 tanda kardinal ditemukan saat
anamnesis dan 1 tanda kardinal ditemukan pada saat pemeriksaan fisik. 2 tanda
kardinal yang ditemukan pada pasien saat anamnesis yaitu, pruritus nokturnal dan
skabies mengenai sekelompok orang yaitu pada keluarga yang tinggal serumah
dengan pasien. Dari hasil anamnesis, gejala yang dirasakan pasien, riwayat kontak
langsung (skin to skin), dan menyerang sekelompok manusia didalam sebuah
keluarga mengarah pada skabies yang mana didapatkan bintik kemerahan pada
kedua tangan dan sela-sela jari. Bintik dengan dasar kemerahan juga didapatkan
pada daerah sekitar genitalia, pedis, thorax,dan abdomen. Makin malam rasa gatal
10
makin parah. Karena sering menggaruk bintik tersebut pecah. Kakak laki-laki
pasien juga mengalami keluhan yang sama.
2. Pemeriksaan Fisik
11
mineral oil di atas kanalikuli dan kemudian digores secara longitudinal
dengan pisau bedah nomor 15 di sepanjang kanalikuli atau area kulit yang
dicurigai, harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menyebabkan
pendarahan. Kerokan paling baik diambil dari kanalikuli, papula, atau
vesikel yang tidak ekskoriasi. Kerokan kemudian di letakkan pada kaca
objek dan diperiksa.1
12
4. Diagnosis Banding4
MK Skabies Dermatitis Atopi Prurigo simplex
Definisi Penyakit kulit yang disebabkan Peradangan kulit Erupsi papular kronik
oleh infestasi dan sensitisasi berupa dermatitis yang dan bersifat rekurens
terhadap Sarcoptes scabiei kronis residif
varian hominis
Gejala 4 tanda kardinal Inflamasi Gatal yang terus menerus
pruritus nokturnal, menyerang Gatal parah-> digaruk->
Polimorfik
sekelompok manusia, adanya papul yang ekskoriasi
Gatal
terowongan (kunikulus) pada disertai likenifikasi
predileksi yang berwarna putih Lesi biasanya muncul dalam
atau keabu-abuan, ditemukan kelompok-kelompok
tungau
Efloresensi Papul, vesikel, jika timbul infeksi Efloresensi polimorfik Papul, vesikel, dan
sekunder ruam kulit menjadi (eritema, edema, papul, jaringan parut
polimorf (pustule, ekskoriasi dan vesikel,
lain-lain) skuama,likenifikasi
Predileksi Sela-sela jari tangan, Wajah fase infatil Tempat yang sering terkena
pergelangan tangan bagian Fleksural ekstremitas ialah badan dan bagian
volar, siku bagian luar, lipat pada fase anak ekstensor ekstremitas,
ketiak bagian depan,aerola terbanyak pada tungkai dan
mame (perempuan), umbilikus, bokong. Muka dan bagian
bokong, genitalian eksterna kepala yang berambut juga
(laki-laki) dan perut bagian dapat terkena tersendiri atau
belakang. Pada bayi dapat bersama-sama dengan
menyerang telapak tangan, tempat lainnya.
telapak kaki, wajah dan kepala
13
Tampakan
Lesi
- Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
14
- Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposensitisasi
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap
atau krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur. Diberikan sebanyak
1-2 kali perhari selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian serta kadang menimbulakn iritasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium. Diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh. Sering memberi iritasi dan
kadang makin gatal dan panas setelah dipakai.
15
Pada kasus pasien diberikan krim permetrin 5% dengan cara pemakaian hanya
sekali. Dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah
seminggu. Pengobatan selain pada pasien juga dilakukan pada seluruh keluarga
yang berkontak erat dengan pasien. Pasien dan keluarga diberikan edukasi agar
menjaga hygiene seperti pemakaian peralatan pribadi masing-masing seperti
pemakaian handuk, baju. Membersihkan semua peralatan pribadi pasien dan
masing masing anggota keluarga seperti handuk, sprai, pakaian dan peralatan
rumah seperti karpet, sofa. Tatalaksana ini sesuai dengan tatalaksana yang
dinyatakan oleh Soediardja dan Handokotahun 2016, dalam buku Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Pemberian obat sistemik sesuai dengan indikasi untuk
mengurasi rasa gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari diberikan
obat antihistamin yaitu cetrizine.
8. Prognosis
Dengan memerhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini
dapat diberantas.2
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kang, S. et al. (2019) ‘Fitzpatrick’s Dermatology’. Mc Graw Hill Education, p.
2761.
2. Menaldi, S. L. S., Bramono, K. and Indriatmi, W. (2019) ‘Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin’. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Thean, L. J. et al. (2019) ‘Scabies: New opportunities for management and
population control’, Pediatric Infectious Disease Journal, 38(2), pp. 211–213.
doi: 10.1097/INF.0000000000002211.
4. Soediardja, S.A., Handoko, R.P. (2016). Skabies. Jakarta :Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian) Scabies
Following Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med
Sci; 25: 2010. 88-91.
6. Scabies and Pediculosis, Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. Fitzpatrick’s
th
Dermatology in General Medicine, 7 . USA: McGrawHill; 2008. 2029-
31.
17
18