Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL 3

KESETIMBANGAN UAP CAIR


(VLE)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
KESETIMBANGAN UAP CAIR

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)


- Mahasiswa mampu memahami konsep kesetimbangan uap cair (vapour liquid
equilibrium)
- Mahasiswa mampu mengaplikasikan parameter parameter termodinamika
dalam perhitungan Kesetimbangan Uap Cair

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mendapatkan data kesetimbangan uap cair sistem biner pada kondisi isobarik.
2. Menggambar kurva T-xy dan membandingkannya dengan literatur.
3. Mendapatkan parameter persamaan koefisien aktivitas pada fasa cair yakni
parameter Margules, Van Laar, dan Wilson berdasarkan korelasi data kesetimbangan
uap cair sistem biner.

III. DASAR TEORI


Kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana tidak ada perubahan keadaan
secara makroskopis di dalam sistem. Semua kecenderungan atau potensi sistem
untuk berubah adalah nol. Dalam suatu kesetimbangan liquid - Vapor saat keadaan
setimbang tercapai, maka suhu tekanan, dan komposisi fasa mencapai harga akhir
yang konstan. Walaupun dalam skala makroskopis, pertukaran molekul dari satu
fasa ke fasa lainnya terus terjadi, namun, karena kecepatan rata- rata pertukarannya
sama maka dapat dianggap tidak ada perpindahan molekul. Ditinjau sistem kontak uap
dan cair untuk campuran A dan B dalam sistem kontak uap dan cair dapat digambarkan
sebagai berikut

Gambar 1. Sistem kontak uap dan cair campuran A dan B


x, merupakan fraksi mol di fase cair.
y, merupakan fraksi mol di fase uap.

Kecendrungan untuk berubah dapat diukur dengan kuantitas yang disebut dengan
fugasitas. Pada keadaan setimbang properti-properti yang teramati tidak berubah terhadap
waktu. Sehingga, properti-properti intensif atau potensial termodinamikanya (suhu, tekanan,
potensial kimia) sama dalam suatu sistem. Keseragaman tersebut berpengaruh pada tidak
adanya transfer panas, transfer massa, dan kerja dari dalam maupun keluar sistem.
Jika fase uap (V) dan cairan (L) berada dalam kesetimbangan maka,
f`Li = f`Vi ………………….. (1)
T L =T V …………………..(2)
P L=PV …………………..(3)
Untuk fase uap dengan fraksi mol y, hubungan antara fugasitas dengan temperatur, tekanan,
dan fraksi mol, koefisien fugasitas dapat dinyatakan dengan persamaan :
f`Vi = y i ∅`i…………………..(4)
Aktifitas adalah perbandingan antara fugasitas komponen i pada keadaan sistem terhadap
fugasitas komponen i pada keadaan standard.
fi
a i= .......……………. .(5)
f oi
Koefisien aktifitas adalah bilangan tak berdimensi yang mewakili aktifitas pada P dan T
tertentu
αi fi
γ i= = o ……………..(6)
xi xi f i
Fugasitas komponen i dalam fase cair terhubung dengan komposisi fase melalui koefisien
aktivitas γ yang dapat dinyatakan dalam persamaan :
f`L =x γ f 0 ……………………(7)
i i i i
0
Dengan harga f sama dengan :
i

V i ( P−Pisat )
0
f =P ∅ exp
i
sat
i
sat
i
RT (
…………..(8)
)
Pada tekanan rendah, faktor exponensial mendekati 1 dan ∅ idianggap 1 sehingga :
f` Li =γ i x i Psat
i ……………………….........(9)

Dengan menganggap kondisi tekanan rendah sehingga diasumsikan pada keadaan gas ideal,
maka ∅` i=1 ,diperoleh persamaan :
y i P=Psat i γ i x i … … …..(10)

Sedangkan koefisien aktivitas dinyatakan dengan persamaan :


f` Li yi P
γ= 0 = … . … .(11)
x i f i x i Psat i

Kelebihan energi Gibbs (excess energi Gibbs), yaitu energi Gibbs teramati pada suatu
campuran yang diatas atau lebih besar untuk larutan ideal pada temperatur, tekanan, dan
komposisi yang sama. Total kelebihan energi Gibbs G E untuk larutan biner, mengandung n1
mol komponen 1 dan n2 mol komponen 2 didefinisikan dengan :
G E=R T ( n1 ln γ 1−n2 ln γ 2 )………..(15)

Pada persamaan Gibbs Duhem kita dapat menghubungkan koefisien aktifitas tiap komponen
γ 1dan γ 2 dengan GE melalui diferensial :

∂ GE
R T ln γ 1=
[ ] ∂ n1 T , P ,n2
………………….(16)

∂ GE
R T ln γ 2=
[ ] ∂ n2 T , P , n1
..........................(17)

Perhitungan nilai koefisien aktifitas dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan


1. Persamaan margules untuk campuran biner
ln γ 1=x 22 [ A 12+2 ( A21− A 12) x 1 ]
ln γ 2=x 12 [ A 21+2 ( A12− A 21) x 2 ]
2. Persamaan Van Laar untuk Campuran Biner
−2
A' 12 x 1
ln γ 1= A
'
12
[ 1+
A' 21 x 2 ] −2
A' 21 x 2
ln γ 2= A
'
21
[ 1+
A' 21 x 1 ]
3. Persamaan Wilson Untuk Campuran Biner dengan Efek Temperatur
A 12 A 21
ln γ 1=−ln ( x1 + A12 x2 ) + x 2
(( +
)
x 1+ A 12 x 2 ) ( x 1+ A 21 x 2 )
……..()

A 12 A21
ln γ 2=−ln ( x2 + A 21 x1 ) + x 1
(( +
))
x 1+ A 12 x 2 ) ( x 1+ A 21 x 2
……….(23)

IV. PROSEDUR KERJA


A. Alat
1. Satu unit peralatan “Glass Othmer Still” dengan volume 500 ml berfungsi untuk
menentukan data kesetimbangan uap cair sistem biner
2. Alat penunjang : heater berupa kawat nikelin yang dilengkapi dengan voltage
regulator serta termometer untuk mengukur temperatur di dalam “Glass Othmer
Still”
3. Beaker glass
4. Erlenmeyer
5. Corong gelas
6. Gelas ukur
7. Pipet volume dan pipet ukur
8. Piknometer
9. Botol sampel.
B. Bahan
1. Etanol
2. Akuades.
C. Rangkaian Alat
Gambar 2. Rangkaian Alat Othmer Still

D. Diagram Alir Percobaan


Secara umum, percobaan dilakukan dengan mengikuti langkah – langkah dalam
diagram alir yang ditampilkan pada gambar 3.

Mulai

Pembuatan
Kurva
Kalibrasi

Persiapan
Peralatan Glass
Othmer Still

Masukkan umpan,
Membuat Nyalakan heater,
Larutan Umpan Alirkan air
pendingin
Pengambilan
sampel, Cek kadar
sampel dengan Data
kurva kalibrasi

Pengolahan Data
Data VLE dan Penentuan
Literatur Parameter
Persamaan VLE

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir Percobaan

E. Prosedur Percobaan
a. Pembuatan Larutan Umpan
1. Menyiapkan data Parsial molar Volume ethanol V́ 1 dan air V́ 2 dalam berbagai
komposisi dan data volume molar ethanol dan air pada keadaan murni, V 1 dan V 2
2. Menghitung volume molar larutan biner pada komposisi sesuai variabel dengan
persamaan V =x 1 V́ 1+ x 2 V́ 2
3. Menghitung mol total larutan untuk sejumlah volume yang dibutuhkan dengan
Vt
persamaan nt =
V
4. Menghitung mol ethanol dan air pada komposisi sesuai variabel, dengan
persamaan ni =xi nt
5. Menghitung volume ethanol dan air yang dibutuhkan dengan persaman V ti =ni V i
b. Penentuan VLE
1. Menyiapkan peralatan percobaan terdiri dari “Glass Othmer Still” beserta alat
penunjangnya, piknometer, gelas ukur, dll.
2. Membuat kurva kalibrasi antara densitas campuran akuades – etanol vs fraksi
mol dengan cara mengukur densitas larutan etanol untuk tiap – tiap komposisi
serta densitas etanol murni dan akuades murni.
3. Membuat larutan etanol dengan berbagai macam komposisi (0-1) dengan cara
pada prosedur a
4. Memasukkan larutan etanol ke dalam boiling still.
5. Menyalakan heater untuk Memanaskan larutan etanol di dalam boiling still.
6. Mengalirkan air pendingin pada kondenser untuk mengkondensasi uap.
7. Mengamati temperatur larutan sampai terjadi kesetimbangan yang ditandai
dengan temperatur yang konstan.
8. Mengambil sampel liquid (C1) dan condensate (C2) untuk dianalisa
densitasnya.
9. Mencari komposisi atau fraksi mol dari sampel tersebut dengan menggunakan
kurva kalibrasi densitas vs Fraksi mol
10. Mengulangi langkah nomor 4 hingga nomor 6 untuk komposisi larutan etanol
yang lain.
11. Membuat grafik T-xy, dimana T adalah suhu yg terbaca pada termometer dan x
adalah komposisi dalam keadaan liquid serta y merupakan komposisi dalam
keadaan uap.
F. HASIL PENGAMATAN
Densitas etanol :
Berat molekul etanol :
Densitas akuades :
Berat molekul akuades :
Data – data kurva kalibrasi
No Fraksi Mol Fraksi Mol Fraksi Berat Fraksi Berat Densitas
. Etanol (x1) Akuades (x2) Etanol Akuades Larutan
1
2
.
.
10

Data – data percobaan


Kompo- Volume Volume Suhu (oC) Densitas (gr/ml) Kadar Etanol (x1)
No sisi Residu Konden- Konden- Konden-
Liquid Vapor Residu Residu
(ml) sat (ml) sat sat
1
2

dst

G. TUGAS
1. Membuat grafik T-xy
2. Menghitung parameter persamaan koefisien aktivitas fasa cair (Margules, Van Laar,
Wilson) berdasarkan data percobaan sistem biner.

H. DAFTAR PUSTAKA
Smith, J. M. Van Ness, H. C. Abbott, M. M., 2001, Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics 6th edition, McGraw-Hill, Singapore.

Anda mungkin juga menyukai