Anda di halaman 1dari 25

PENYELESAIN SOAL :

1. PENENTUAN NILAI CBR SEGMENT JALAN

Nilai CBR segment jalan ditentukan berdasarkan nilai CBR titik pengamatan dengan
data-data CBR sebagai berikut :

Nilai CBR
No. Titik
Segment II Segment II
1 2,6 9,6
2 3,9 8,9
3 6,6 4,6
4 3,6 4,6
5 5,9 5,9
6 2,6 5,6
7 3,6 6,6
8 7,9 10,9
9 6,6 9,6
10 5,6 7,6
11 4,9 6,9
Jumlah 53,8 80,8
Rata" 4,89 7,35

a. Cara Analitis
Tabel Nilai R Untuk Perhitungan CBR Segmen

Jumlah titik pengamatan Nilai R

2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18

 Segment I
CBR max−CBR min
CBR segment = CBR rata-rata – [ R ]
R = 3,18 (dengan melihat Tabel nilai R untuk perhitungan CBR segment)
2,6+3,9+6,6+3,6 +5,9+2,6+3,6+7,9+ 6,6+5,6+ 4,9
CBR rata-rata =
11
= 4,89 %
CBR max = 7,9 %
CBR min = 2,6 %

Jadi, CBR segment = 4,89 – ( 7,9−2,6


3,18 )
= 3,22 %

 Segment II
CBR max−CBR min
CBR segment = CBR rata-rata – [ R ]
R = 3,18 (dengan melihat Tabel nilai R untukperhitungan CBR segment)
9,6+8,9+ 4,6+ 4,6+5,9+5,6+6,6+10,9+ 9,6+7,6+6,9
CBR rata-rata ¿
11
= 7,35%
CBR max = 10,9 %
CBR min = 4,6 %

Jadi, CBR segment = 7,35 – ( 10,9−4,6


3,18 )
= 5,37 %

b. Cara Grafis

 Segment I
Perhitungan presentase nilai CBR

Nilai CBR Jumlah Yang Sama / Persentase Yang Sama /


(%) Lebih Besar Lebih Besar (%)
2,6 11 11 : 11 x 100% = 100
3,6 9 9 : 11 x 100% = 81,82
3,9 7 7 : 11 x 100% = 63,64
4,9 6 6 : 11 x 100% = 54,55
5,6 5 5 : 11 x 100% = 45,45
5,9 4 4 : 11 x 100% = 36,36
6,6 3 3 : 11 x 100% = 27,27
7,9 1 1 : 11 x 100% = 9,09
Grafik Perhitungan CBR(Segment I)
100
100
f(x) = 0.94 x² − 26.58 x + 161.43

Presentase Jumlah sama atau lebih (%)


90
R² = 81.82
0.98
80
70 63.64
60 54.55
50 45.45

40 36.36
27.27
30
20
9.09
10
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai CBR

Dari perhitungan CBR secara grafis pada segment I diperoleh nilai CBR = 3,0%

 Apabila Dihitung Dengan Persamaan Regresi


 Segment I
Data segment I dihitung secara manual dengan persamaan yang diperoleh melalui
Trendline pada grafik excel. Persamaannya adalah : y = 1,3989x2 – 31,255x + 158,82

y = persentase ; x = CBR

y = 1,3989x2 – 31,255x + 158,82


90 = 1,3989x2 – 31,255x + 158,82
1 = 1,3989x2 – 31,255x + 68,82

−b ± √ b2−4 ac
Menggunakan persamaan x=
2a

−b ± √ b2−4 ac
x=
2a
2
−(−31,255 x )± √ (−31,255 x ) −4 . ( 1,3989 ) . 68,82
x=
2.(1,3989)

−(−31,255 ) – 24,32
x= = 2,47 %
2,7978
 Segment II
Perhitungan presentase nilai CBR

Nilai CBR Jumlah Yang Sama / Persentase Yang Sama /


(%) Lebih Besar Lebih Besar (%)
4,6 11 11 : 11 x 100% = 100
5,6 9 9 : 11 x 100% = 81,82
5,9 8 8 : 11 x 100% = 72,73
6,6 7 7 : 11 x 100% = 63,64
6,9 6 6 : 11 x 100% = 54,55
7,6 5 5 : 11 x 100% = 45,45
8,9 4 4 : 11 x 100% = 36,36
9,6 3 3 : 11 x 100% = 27,27
10,9 1 1 : 11 x 100% = 9,09

Grafik Perhitungan CBR (Segment II)


100
100
90 f(x)81.82
= 0.93 x² − 28.18 x + 208.48
R² = 0.99
Presentase Jumlah Sama/Lebih (%)

80 72.73
70 63.64
60 54.55
50 45.45
40 36.36
27.27
30
20
9.09
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nilai CBR

Dari perhitungan CBR secara grafis pada segment II diperoleh nilai CBR = 5,0%

 Apabila Dihitung Dengan Persamaan Regresi


 Segment II
Data segment II dihitung secara manual dengan persamaan yang diperoleh melalui
Trendline pada grafik excel. Persamaannya adalah :y = -1,0815x2 + 1,5049x + 106,53
y = persentase ; x = CBR

y =-1,0815x2 + 1,5049x + 106,53


90 = -1,0815x2 + 1,5049x + 106,53
1 -1,0815x2 + 1,5049x + 16,53

−b ± √ b2−4 ac
Menggunakan persamaanx=
2a
−b ± √ b2−4 ac
x=
2a
2
−(1,5049) ± √ ( 1,5049 ) −4 . (−1,0815 ) . 16,53
x=
2 .(−1,0815)

−( 1,5049 )−8,59
x= = 4,6 %
−2,163
1. MENENTUKAN DAYA DUKUNG TANAH DASAR ( DDT )
Nilai daya dukung tanah (DDT) segment jalan ditentukan berdasarkan nilai CBR segment
jalan yang dihubungkan dalam grafik koreksi antara CBR dan DDT (terlampir) dimana
grafik CBR merupakan skala logaritma dan grafik DDT merupakan skala linier.
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh DDT pada segment I = 3,80 sedangkan nilai DDT
pada segment II = 4,70

2. PENETUAN UMUR RENCANA ( UR )


Umur rencana (UR) untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil maksimal 20
tahun dan untuk peningkatan jalan umumnya diambil 10 tahun sesuai dengan
perencanaan awal, disini ditentukan bahwa umur rencana ( UR ) adalah 20 tahun.

3. MENENTUKAN FAKTOR PERTUMBUHAN LALU LINTAS ( i )


Faktor Pertumbuhan lalu lintas dihitung berdasarkan data LHR tahun 2009 – 2018
menggunakan metoda regresi, dalam hal ini metode regresi linier sederhana (Simple
Regretion Analysis). Persamaan regresi sederhana linier adalah sebagai berikut :

Y = a + b.x

Dengan :
x : Variabel bebas (Pertambahan Tahun)
y : Variabel tidak bebas (LHR (smp))
a : Interseg garis regresi
b : slope garis regresi
nilai a dan b dicari dengan metode kuadrat kecil ( least – squares method ), yaitu sebagai
berikut :

n . ∑ ( x . y )− ∑ x . ∑ y
b=
[ 2
n . ∑ x −∑ (x)2 ]
a=
∑ y−b . ∑ x
n
Tabel Data LHR pada ruas jalan Kota Tua – Kota Lama tahun 2009-2018
LHR
LHR ( Kendaraan )
(Kendaraan)
Tahun
Golongan 2 Golongan 3 Golongan 4 Golongan 5a Golongan 5b Golongan 6 Golongan 7a

2009 1386 626 1119 1206 546 179 356 5418


2010 2666 779 1136 1096 429 266 306 6678
2011 1266 646 899 946 476 269 356 4858
2012 1579 696 1096 1149 596 426 389 5931
2013 1426 739 1126 1166 609 466 346 5878
2014 1716 786 1059 1236 646 389 376 6208
2015 2079 706 1216 1239 816 516 419 6991
2016 2246 809 1456 1346 799 546 456 7658
20117 2376 886 1419 1376 846 599 436 7938
2018 2359 946 1766 1299 886 556 489 8301

Keterangan : Gol 2 : Sedan, jeep, station wagon Gol 5b : Bus Besar


Gol 3 : Pick up, combi Gol 6 : Truck 2 as
Gol 4 : Truck 2 as, Micro Truck, Mobil Hantaran Gol 7a : Truk 3 as
Gol 5a : Bus Kecil
a. Perhitungan Persamaan regresi Secara Manual
Perhitungan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut :

Pertambahan LHR ( SMP )


No. Tahun (x).(y) x2
Tahun ( x ) (y)
1 2009 0 5418 0 0
2 2010 1 6678 6678 1
3 2011 2 4858 9716 4
4 2012 3 5931 17793 9
5 2013 4 5878 23512 16
6 2014 5 6208 31040 25
7 2015 6 6991 41946 36
8 2016 7 7658 53606 49
9 2017 8 7938 63504 64
10 2018 9 8301 74709 81
Jumlah 45 65859 322504 285
Rata2 ( Mean ) 4,5 6585,9

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut diperoleh :

n . ∑ ( x . y )− ∑ x . ∑ y
b =
[ 2
n . ∑ x −∑ (x)
2 ]
10. 322505−45 . 65859
= 10 . 285−(45) ²
= 316,83

a =
∑ y−b . ∑ x
n
65859 – 316,83
= = 6554,22
10

Sehingga persamaan regresinya menjadi :


Y =a+b.x
= 6554,22 + 316,83 . x
b. Perhitungan Persamaan Regresi Dengan Excel

GRAFIK PERSAMAAN REGRESI


9000
8301
8000 7938
7658
7000 6991
6678
6000 6208
5931 5878
5418 GRAFIK PERSAMAAN REGRESI
5000 4858
4000
3000
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Grafik Persamaan Regregasi


10000
8283
7641 7917
8000 6973
f(x) = 330.65
6661x + 4727.91
R² = 0.78 5913 5861 6187
LHR Kendaraan

6000 5403
4517 4837

4000

2000

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pertambahan Tahun

Prediksi LHR dan tingkat pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana 20 tahun
disajikan pada tabel berikut :
Tabel Prediksi LHR dan Tingkat Pertumbuhan ( i )

Nomo Pertambahan LHR


Tahun
r Tahun ( x ) SMP ( y )
1 2024 15 11306,67
2 2043 34 17326,44
( b )−(a)
i = (a)
. 100 %
n
( 17326,44 )−(11306,67 )
= (11306,67)
. 100 %
20
= 2,67 %

Jadi Angka Pertumbuhan Lalu Lintas rata-ratanya adalah 2,67 %

1. MENENTUKAN FAKTOR REGIONAL ( FR )


Faktor Regional (FR) ditentukan berdasarkan kondisi iklim (curah hujan), kelandaian
jalan dan prosentase kendaraan berat. Dalam hal ini data yang ada yaitu :

 Curah hujan : 950 mm/tahun


 Kelandaian maksimum jalan :8%
 Presentase kendaraan berat pada tahun 2020 atau LHR 2020 (awal umur rencana)
dicari dengan persamaan :

LHR20 20 Gol . Kendaraan Berat


Prosentase Kend. Berat Th. 2020 = x 100 %
LHR 2020 SemuaGolongan

LHR 2020 Golongan 5b, 6, 7a = LHR 2016 Gol. (5b, 6, 7a) x(1+i)n
= ( 881 + 555 + 487) x (1+0,03 30)4
= 2189,68 Kendaraan
LHR 2019 Semua Golongan = LHR 2016 Semua Golongan x(1+i)n
= 8283 x (1+0,03 30)3
= 9130,37 Kendaraan
2189,68
Prosentase Kend. Berat (2020) = 9130,37 x 100%

= 23,98 %

Maka berdasarkan data-data tersebut sesuai dengan Daftar IV(Lampiran) Petunjuk


Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) Dengan Metode Analisa
Komponen diperoleh Faktor Regional (FR) adalah 2. (Lampiran)

2. MENENTUKAN ANGKA EKIVALEN ( E )


Angka ekivalen E beban sumbu adalah angka yang menunjukan jumlah lintasan dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) yang akan menyebabkan kerusakan yang
sama atau penurunan permukaan yang sama apabila sumbu standard lewat satu kali.
Maka berdasarkan Daftar III(Lampiran)Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya (PPTPLJR) peraturannya adalah sebagai berikut :

 Sumbu Tunggal :
 Kendaraan Ringan ( ± 2 ton ) (1 + 1)
E = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
 Bus ( ± 8 ton ) (3+5)
E = 0,0183 + 0,1410 = 0,1592
 Sumbu Ganda
 Truck 2 as ( ± 10 ton ) (4)+(2x3)
E = 0,0577 + 0,0251 = 0,0828
 Truck 3 as ( ± 20 ton ) (6)+(2x7)
E = 0,2923 + 0,7425 = 1,0348

3. MENENTUKAN KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN ( C )


Koefisien distribusi kendaraan ( C ) adalah menentukaan presentase kendaraan pada jalur
yang direncanakan. Direncankan menggunakan 2 jalur 2 arah. Nilai C diberikan oleh
daftar II(Lampiran)Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
(PPTPLJR), yaitu sebagai berikut :
 Mobil / Kend. Ringan C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Bus C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Truck( ± 10 ton ) C = 0,50 2 Lajur 2 Arah
 Truck( ± 20 ton ) C = 0,50 2 Lajur 2 Arah

4. MENENTUKAN LINTAS EKIVALEN


a. Lintas Ekivalen Permulaan( LEP )
Lintas ekivalen permukaan ( LEP ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada permulaan umur rencana ( Tahun 2019). Nilai LEP dicari dengan persamaan :
Truck
LEP 2020= ∑ LHR 2016 x C x E x (1+i)n
Kend . Ringan

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :


Jenis LH
LEP
R C E i N
Kendaraan 2020
2016
Kend. Ringan
6360 0,50 0,0004 0,0330 4 1,31
(Gol 2,3,4,5a)
Bus (Gol 5b) 881 0,50 0,1593 0,0330 4 72,48
Truck± 10 ton (Gol 6) 555 0,50 0,0828 0,0330 4 23,73
Truck± 20 ton (Gol 7a) 487 0,50 1,0348 0,0330 4 260,289
Jumlah 357,81
n = Selisih tahun

b. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )


Lintas ekivalen akhir ( LEA ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada akhir umur rencana ( Tahun 2039). Nilai LEA dicari dengan persamaan :
c.

Truck
LEA 2034 = ∑ LHR 2016 x C x E x(1+i)n
Kend. Ringan

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini :


Jenis LH
LEA
R C E i N
Kendaraan 2034
2016
Kend. Ringan
6360 0,50 0,0004 0,0330 18 2,28
(Gol 2,3,4,5a)
Bus (Gol 5b) 881 0,50 0,1593 0,0330 18 125,88
Truck± 10 ton (Gol 6) 555 0,50 0,0828 0,0330 18 41,22
Truck± 20 ton (Gol 7a) 487 0,50 1,0348 0,0330 18 452,02
Jumlah 621,4
n = Selisih tahun

c. Lintas Ekivalen Tengah ( LET )


Lintas ekivalen tengah ( LET ) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8160 Kg (18.000 lbs) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada pertengahan umur rencana. Nilai LEP dicari dengan persamaan :

LEP2020 + LEA 20 34
LET =
2
357,81+ 621,4
LET = = 489,61
2
d. Lintas Ekivalen Rencana
Nilai lintas ekivalen rencana ( LER ) dicari dengan persamaan sebagai berikut :

LER = LET x ( UR
10 )
15
LER = 489,61x ( )
10
= 734,42
5. MENENTUKAN INDEKS PERMUKAAN ( IP )
Indeks permukaan adalah nilai yang menyatakan derajar kerataan atau kehalusan serta
kekokohan permukaan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan lalu lintas yang lewat :
a. Indeks Permukaan Awal ( Ipo )
Nilai indeks permukaan awal ditentukan dari Daftar VI(Lampiran)Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) yang bergantung
kepada jenis lapis permukaan yang akan digunakan. Untuk klasifikasi jalan arteri
lapis permukaan dengan laston diperoleh Ipo antara 3,9 – 3,5.

b. Indeks Permukaan Akhir ( Ipt )


Nilai indeks permukaan awal ditentukan dari Daftar V(Lampiran)Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya (PPTPLJR) yang bergantung
kepada LER dan klasifikasi jalan. Di sini diketahui bahwa LER = 734,42
dan klasifikasi jalan Kolektor diperoleh ,Ipt = 2,0.

6. MENENTUKAN INDEKS TEBAL PERKERASAN ( ITP )


 Segment I
Nilai Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) ditentukan dari pembacaan grafik Nomogram
PPTPLJR yang bergantung dari nilai Ipt, Ipo, DDT, LER dan FR. Nilai –nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
 Ipt = 2,0
 Ipo = 3,9 – 3,5 (untuk LASTON)
 DDT = 3,4
 LER = 734,42
 FR =2
Dari pembacaan Grafik Nomogram No. 4 diperoleh ITP sebesar 11,5 (Lampiran)
 Segment II
Nilai Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) ditentukan dari pembacaan grafik Nomogram
PPTPLJR yang bergantung dari nilai Ipt, Ipo, DDT, LER dan FR. Nilai –nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
 Ipt = 2,0
 Ipo = 3,9 – 3,5 (untuk LASTON)
 DDT = 4,4
 LER = 734,42
 FR = 2,0
Dari pembacaan Grafik Nomogram No. 4 diperoleh ITP sebesar 10,5

7. MENENTUKAN KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF ( a )


Untuk menentukan koefisien kekuatan relatif ( a ) pada Segment I dan II yaitu :

a1 = Untuk lapisan permukaan ( Surface Course )


a2 = Untuk lapisan pondasi atas ( Base Course )
a3 = Untuk lapisan pondasi bawah ( Sub Base Course )
Maka harus ditentukan dahulu jenis lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah yang akan
digunakan, dalam hal ini adalah sebagai berikut :

 Base Course ( lapisan pondasi atas ) menggunakan batu pecah ( Kelas A ) dengan
CBR 100%
 Sub Base Course ( lapisan pondasi bawah ) menggunakan sirtu ( Kelas A ) dengan
CBR 70%

Maka, dari Daftar VII(Lampiran)Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan


Raya (PPTPLJR) diperoleh :
Koefisien Kekuatan Relatif

a1 = 0,40 ( untuk jenis bahan laston )


a2 = 0,14 ( untuk jenis bahan Batu Pecah Kelas A )
a3 = 0,13 ( untuk jenis Sirtu / Pitrun Kelas A )

8. MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN ( D )


Tebal perkerasan dicari dengan persamaan :ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
Disini tebal perkerasan yang dicari / dihitung adalah tebal perkerasan yang harganya lebih
murah, sedangkan yang harganya lebih mahal ditentukan berdasarkan tebal minimum
yang bergantung pada nilai ITP ( Daftar VIII PPTPLJR(Lampiran) ), hal ini dilakukan
untuk pertimbangan ekonomis.

 Untuk Segment I
Dengan berpedoman pada Daftar VIII PPTPLJR ditetapkan :
D1 = 10 cm ( Bahan Laston dengan ITP ≥ 10,00 )
D2 = 20 cm ( Bahan Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah
dengan kapur, pondasi macadam,Laston Atas dengan ITP 10 ≥ 12,14)

Sehingga :
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
11,5 = ( 0,40 x 10 ) + ( 0,14 x 20 ) + ( 0,13 x D3 )
(11,5 – 6,8)
D3 = = 36 cm
0,13
Tebal minimum untuk D3 menurut Daftar VIII PPTPLJR untuk ITP adalah 10 cm,
sehingga tebal 36 cm memenuhi syarat.

 Untuk Segment II
Dengan berpedoman pada Daftar VIII PPTPLJR ditetapkan :
D1 = 10 cm ( Bahan Laston dengan ITP ≥10)
D2 = 20 cm ( Bahan Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah
dengan kapur, pondasi macadam, Laston, ( Laston ITP10 ≥12,)

Sehingga :
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
10,5 = ( 0,40 x 10 ) + ( 0,14 x 20 ) + ( 0,13 x D3 )
(10,5 – 6,8)
D3 = = 28 cm
0,13

Tebal minimum untuk D3 menurut Daftar VIII PPTPLJR untuk ITP adalah 10
sehingga tebal 28 cm memenuhi syarat.

Gambar – Gambar Teknis

3,75 3,75
m m
Gambar Penampang Melintang Jalan

Lapisan Permukaan (Laston tebal = 10 cm)

Lapisan Pondasi Atas


(Batu Pecah Kelas A tebal = 20 cm)

Lapisan Pondasi Bawah


(Sirtu/Pitrun Kelas A tebal = 36 cm)

Tanah Dasar (Sub Grade)


Tipikan Gambar Susunan Perkerasan ( Segment I )

Lapisan Permukaan (Laston tebal = 10 cm)

Lapisan Pondasi Atas


(Batu Pecah Kelas A tebal = 20 cm)

Lapisan Pondasi Bawah


(Sirtu/Pitrun Kelas A tebal = 28 cm)

Tanah Dasar (Sub Grade)

Tipikan Gambar Susunan Perkerasan ( Segment II )

Halaman

LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran Gambar Korelasi DDT dan CBR
Hubungan nilai CBR dengan garis mendata kesebelah kiri diperoleh nilai DDT.

DDT Segment II --> 4,70 CBR Segment II -->5,0 %

DDT Segment I --> 3,80


CBR Segment I -->3,0 %

Gambar 7.7 Korelasi DDT dan CBR


Dari SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1
Segment I
Nomogram 4

ITP = 11,0
e

LER = 1079,66

FR = 2,0

DDT = 3,80
Segment II
Nomogram

ITP = 10,0

LER = 1079,66
LER = 336,14

DDT = 4,7
FR = 2,0 FR = 2,0

ITP = 9,8
Daftar II
Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Jumlah Kendaraan Ringan*) Kendaraan Berat**)


Lajur 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,000
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,500
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 lajur - 0,30 - 0,450
5 lajur - 0,25 - 0,425
6 lajur - 0,20 - 0,400

*) berat total < 5 ton, misalnya mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) berat total > 5 ton, misalnya, bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.

Daftar III
Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Beban Sumbu Angka Ekivalen


Kg Lb Sumbu tunggal Sumbu ganda
1000 2205 0,0002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0794
8160 18000 1,0000 0,0860
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4184 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712
Daftar IV
Faktor Regional (FR)
Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III
( < 6 %) (6 – 10 %) ( > 10%)
% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %
Iklim I < 900 mm/th 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
Iklim II > 900 mm/th 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5

Catatan: Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pember-hentian atau


tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa-
rawa FR ditambah dengan 1,0.

Daftar V
Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)

LER = Lintas Klasifikasi Jalan


Ekivalen Rencana *) lokal kolektor arteri tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5

Daftar VI
Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
Roughness *)
Jenis Permukaan IPo
(mm/km)
LASTON ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 > 1000
LASBUTAG 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
HRA 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
BURDA 3,9 – 3,5 < 2000
BURTU 3,4 – 3,0 < 2000
LAPEN 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 > 3000
LATASBUM 2,9 – 2,5
BURAS 2,9 – 2,5
LATASIR 2,9 – 2,5
JALAN TANAH ≤ 2,4
JALAN KERIKIL ≤ 2,4
Daftar VII
Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien Kekuatan Kekuatan Bahan
Relatif Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm) CBR (%)
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
Laston
0,35 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - -
Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - Aspal macadam
0,25 - - - - - Lapen (mekanis)
0,20 - - - - - Lapen (manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - Lapen (mekanis)
- 0,19 - - - - Lapen (manual)
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan kapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A)
- 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B)
- 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C)
- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)
- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanah/lempung kepasiran

Catatan: Kuat tekan stabilitas tanah dengan semen diperiksa pada hari ke-7. Kuat tekan
stabilitas tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke-21.
Daftar VIII
Batas-batas Minimum Tebai Lapisan Perkerasan
1. Lapis Permukaan:
ITP Tebal Minimum (cm) Bahan
< 3,00 5 Lapis pelindung: (Buras/Burtu/Burda)
3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10,00 10 Laston

2. Lapis Pondasi:
ITP Tebal Minimum (cm) Bahan
< 3,00 15 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur
3,00 – 7,49 20*) Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur
10 Laston Atas
7,50 – 9,99 20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
15 Laston Atas
10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston Atas
≥ 12,25 25 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston Atas

3. Lapis Pondasi Bawah:


Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm

Anda mungkin juga menyukai