NIM:191012115201003
S1 KEBIDANAN
T.A 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
18 MARET 2021
penulis
2
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
3
19. Oservasi dalam mengevaluasi tindakan .....................................
1. KESIMPULAN ..........................................................................
2. SARAN.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A.latar belakang
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi
(Muthia dkk, 2012)
5
demikian, pada penelitian mengenai proses leukemogenesis pada binatang
percobaan ditemukan bahwa penyebab leukemia mempunyai kemampuan
melakukan modifikasi nukleus DNA dan kemampuan ini meningkat bila terdapat
suatu kondisi genetik tertentu seperti translokasi, amplifikasi, dan mutasi onkogen
seluler. Kondisi-kondisi tertentu seperti cacat genetik, radiasi ionik, infeksi virus
atau bakteri, kondisi perinatal dan paparan bidang elektomagnetik, benzene,
pestisida dan produk minyak bumi dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya
leukemia pada anak-anak.1,3 Di Negara berkembang, diagnosis leukemia harus
dipastikan dengan aspirasi sumsum tulang (BMA) secara morfologis,
imunofenotip dan karakter genetik. Pada leukemia akut, penting untuk
membedakan LLA dengan LMA karena akan sangat menentukan jenis terapi dan
prognosis penderita. Walaupun dewasa ini pengobatan leukemia telah
menunjukkan hasil yang sangat baik terutama untuk LLA, tidak jarang ditemukan
kasus gawat darurat leukemia dengan komplikasi infeksi, perdarahan atau
disfungsi organ yang terjadi akibat leukostasis. Hal ini menunjukkan bahwa
diagnosis dini leukemia sangat penting dilakukan. (Muthia dkk, 2012).
B.TUJUAN PENULISAN
C.METODE PENULISAN
6
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
D.SITEMATIKA PENULISAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Epidemiologi
8
Leukemia akut merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada
anak, yaitu mencapai 30-40% dari seluruh keganasan dan merupakan 97% dari
semua leukemia pada anak. Insidens rata-rata leukemia akut yaitu 4-4,5
kasus/tahun/100.000 anak dibawah usia 15 tahun dan lebih banyak ditemukan
pada anak kulit putih dibandingkan anak kulit hitam.1 Di negara berkembang,
leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan 82% dari seluruh kasus leukemia
akut pada anak dengan insidensi tertinggi pada usia 3-5 tahun dan lebih banyak
ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan. Sementara itu, leukemia
mieloblastik akut (LMA) lebih sering ditemukan pada dewasa dan berjumlah 18%
dari seluruh kasus leukemia akut pada anak dengan insidensi yang tetap dari lahir
hingga usia 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Pada leukemia akut,
rasio laki-laki dan perempuan adalah 1,15 untuk LLA dan mendekati 1 untuk
LMA.1 Di Jepang, leukemia akut mencapai 4/100.000 anak, dan diperkirakan tiap
tahun terjadi 1000 kasus baru. Sedangkan di Jakarta pada tahun 1994 insidennya
mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun. Pada tahun 1996 didapatkan 5-6
pasien leukemia baru setiap bulannya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
sementara itu di RSU Dr. Soetomo sepanjang tahun 2002 dijumpai 70 kasus
leukemia baru.
3. Etiologi
1. Cacat genetik.
Anak-anak dengan cacat genetik (Trisomi 21, sindrom
Bloom, anemia Fanconi dan ataksia telangiektasi) mempunyai
resiko lebih tinggi untuk menderita leukemia. Pasien dengan
sindrom down mempunyai resiko 10 sampai 18 kali lebih tinggi
untuk terkena leukemia baik LLA maupun LMA.
2. Radiasi ionik.
9
Radiasi dosis tinggi merupakan leukemogenik, seperti
dilaporkan di Hiroshima dan Nagasaki sesudah ledakan bom atom.
Meskipun demikian paparan radiasi dosis tinggi in utero secara
signifikan tidak mengarah pada peningkatan insidens leukemia,
demikian juga halnya dengan radiasi dosis rendah. Namun hal ini
masih menjadi perdebatan. Pemeriksaan X-ray abdomen selama
trimester I kehamilan menunjukkan peningkatan kasus LLA
sebanyak 5 kali.
3. Infeksi virus atau bakteri.
Hipotesis yang menarik saat ini mengenai etiologi leukemia
pada anak-anak adalah peranan infeksi virus dan atau bakteri
seperti disebutkan Greaves (Greaves, Alexander 1993). Ia
mempercayai ada 2 langkah mutasi pada sistem imun. Pertama
selama kehamilan atau awal masa bayi dan kedua selama tahun
pertama kehidupan sebagai konsekuensi dari respons terhadap
infeksi pada umumnya.
4. Kondisi perinatal.
Beberapa kondisi perinatal merupakan factor resiko
terjadinya leukemia pada anak, seperti yang dilaporkan Cnattingius
dkk (1995). Faktor-faktor tersebut adalah penyakit ginjal pada ibu,
penggunaan suplemen oksigen, asfiksia, berat badan lahir > 4.500
gram, dan hipertensi saat hamil. Sedangkan Shu dkk (1996)
melaporkan bahwa ibu hamil yang menkonsumsi alkohol
meningkatkan resiko terjadinya leukemia pada bayi, terutama
LMA.
5. Paparan elektomagnetik.
Kontroversi tentang paparan bidang elektromagnetik masih
tetap ada. Beberapa studi tidak menemukan peningkatan, tetapi
studi terbaru menunjukkan peningkatan 2 kali diantara anak-anak
yang tinggal di jalur listrik tegangan tinggi, namun tidak signifikan
karena jumlah anak yang terpapar sedikit.
6. Paparan benzene.
10
Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan
aplasi sumsum tulang, kerusakan kromosom dan leukemia.
Paparan benzene ini meningkatkan resiko LLA maupun LMA.
7. Paparan pestisida dan produk minyak bumi.
Paparan terhadap pestisida dan produk minyak bumi pada
masa paternal/maternal menunjukkkan peningkatan resiko
leukemia pada keturunannya
a. Jantung
organ berongga,berada di mediastinum diantara kedua paru-paru didalam
rongga dada diatas diafragma fungsinya dalah memompa darah daya oksigen
ke dalam sistem arteri dan menampung darah dari sistem vena dan
meneruskannya keparu untuk reoksigenasi fungsi arteri, kapiler,
vena dan pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di seluruh
tubuh
b.pembuluh darah
11
yaitu plasma darah.ada 2 jenis utama sel-sel darah yang digambarkan
menurut penampilannya dalam keadaan segar tanpa pulasan yaitu darah
merah dan sel darah putih (Leeson1997,hal133)
4. Patofisiologi
12
Pada awalnya, leukemia sering kali tidak menimbulkan tanda-tanda. Gejala
baru muncul ketika sel kanker sudah semakin banyak dan mulai menyerang sel
tubuh. Gejala yang muncul pun bervariasi, tergantung jenis leukemia yang
diderita. Namun, secara umum ciri-ciri penderita leukemia adalah:
Demam dan menggigil.
Tubuh terasa lelah dan rasa lelah tidak hilang meski sudah beristirahat.
Berat badan turun drastis.
Gejala anemia.
Bintik merah pada kulit.
Mimisan.
Tubuh mudah memar.
Keringan berlebihan (terutama pada malam hari).
Mudah terkena infeksi.
Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Perut terasa tidak nyaman akibat organ hati dan limpa membengkak.
6. Manifestasi klinis
Gejala klinik leukemia akut sangat bervariasi, tetapi pada umumnya timbul
cepat, dalam beberapa hari sampai minggu. Gejala leukimia akut dapat
digolongkan menjadi tiga golongan besar :
13
b. Netropenia menimbulkan infeksi yang ditandai oleh demam,
infeksi rongga mulut, tenggorok, kulit, saluran nafas, dan sepsis
sampai syok peptik. Pasien sering menunjukkan gejala infeksi atau
perdarahan atau keduanya pada waktu diagnosis.
c. Trombositopenia menimbulkan easy bruising, perdarahan mukosa,
seperti perdarahan gusi, epistaksis, ekimosis (perdarahan dalam
kulit), serta perdarahan saluran cerna dan system saluran kandung
kemih.
Pasien dengan jumlah sel darah putih meningkat secara nyata dan
blas dalam sirkulasi (jumlah melebihi 200.000/mm 3) dapat menunjukan gejala
hiperviskositas. Gejala ini mencakup nyeri kepala, perubahan penglihatan,
kebingungan, dan dispnea yang memerlukan leukoforesis segera (pembuangan sel
darah putih melalui pemisah sel)
14
(SSP) dan testis. Manifestasi awal yang lazim pada leukemia SSP adalah akibat
peninggian intrakranial. Muntah dan nyeri kepala (terutama pagi hari),
papiledema, dan letargi yang progresif. Kejang dan kaku kuduk biasanya
merupakan manifestasi lanjut, demikian juga paresis saraf cranial ke-6 dengan
diplopia dan strabismus. Hipotalamus jarang terlibat tetapi harus dicurigai jika
ditemui peningkatan berat badan yang berlebihan, gangguan tingkah laku, serta
hirautisme. Dengan sendirinya keterlibatan SSP seringkali terdeteksi sebelum
tanda- tanda klinis.[8,9]
7. Diagnosis
8. Penatalaksanaan
9. Kompilaksi
15
Osteonekrosis yaitu suatu keadaan yang berpotensi melumpuhkan tulang
akibat dari komplikasi kombinasi kemoterapi berups dosis tinggi steroid.
Insiden dan resiko faktor utama untuk gejala osteonekrosis telah diperiksa
pada kelompok perlakuan anak dengan dosis tinggi steroid, prednison dan
dexamitason untuk anak Leukemia Limfoblas Akut,[15]
Thrombosis meningkat pada pasien dengan Leukemia Limfoblas Akut dan
kejadian ini mungkin komplikasi dari bagian penatalaksanaan dengan
tubrukan prognostic negative. Frekuensi terjadinya komplikasi ini menurut
laporan berkisar diantara 1,1% sampai 36,7%, kesungguhan ini memiliki
variasi besar berhubungan beberapa factor, seperti perbedaan definisi dari
thrombosis ( gejala atau nongejala ), metode diagnosis untuk mendeteksi
terjadinya komplikasi, study design, dan perbedaan pada protocol
pengobatan.[16]
Selain itu dari pengobatan leukemia menyebabkan beberapa komplikasi
oral maupun craniofacial. Masalah mulut mungkin menyusahkan anak-anak untuk
menerima semua pengobatan kankernya. Pada banyak pasien leukemia,
komplikasi oral yang paling menyakitkan dan berpotensi kematian. Terkadang,
pengobatan leukemia harus dihentikan seluruhnya. [17,18]
IDENTITAS
Alamat : piladang
16
Diagnosa : hiperleukosis susp leukimis akut + sepsis
Penanggung jawab :
Nama :ny.m
Alamat :piladang
Agama :islam
Status psikologis
Cemas
Takut
Status generalis
Anemia +
Keadaan umum
Sakit sedang
Kesadaran :cm
GCS : E 4,M 6, V5
BB: 6,4
Keluhan utama
17
Riwayat penyakit sekarang
seperti pada saat sesak nafas kita bisa memasangkan oksigen lansung dan juga
dengan mebersihkan jalan nafas,memasang infus,mengambil darah untuk
diagnosa selanjutnya dan pemasangan EKG.
PEMERIKSAAN PENUH
-laboratorium
Na:127
-radiologi k: 5,7
Cc:106
Ur :96
Cr:0,9
Abumin :3,4
As,vrat :8,7
18
1. EDUKASI:ASI 8X 30 CC/ORAL
2. ANJURkAN PEMERIKSAAN PENUNJANG : RO REME
TERAPI /TINDAKAN
- 02-2-41.1,
- IVFD dr ns 1 per 4 rg 121, mero /dgr nafas punf + bicrat 21 meg dlm ,hat
- Cgcetmaxan 1x 600 mg iv dlm 50 a naci 0.92 lakukan dlm jam
- Alunpunra 3x 50 mg po
- Ramreemrol 70 mg iv (u/i)
- Balank cairan /6 jam
Ig lanx r ,mg w
Aninalin tap ha
BAB III
19
Kesimpulan
A.kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
20
.
21