Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PNEUMONIA

Oleh:

Poppy Deninta Sari,S. Kep


NIM 213.00.74

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Poppy Deninta Sari, S.Kep


NIM : 213.00.74
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui


bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak

Mahasiswa :

Poppy Deninta Sari, S.Kep


NIM 213.0074

Surabaya, 15 Oktober 2021


Pembimbing Lahan Pembimbing Intitusi

Imroatul Farida,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Sulistyono, S.Kep.,Ns.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

PNEUMONIA

A. Konsep Teori Pneumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang melibatkan alveoli yang dapat disebabkan

oleh mikrooragnisme, bakteri, maupun jamur (Anonim, 2010). Pada usia dewasa bakteri

merupakan penyebab yang paling banyak menimbulkan pneumonia (Hadjiliadis, 2013).

Pneumonia merupakan inflamasi yang terjadi pada paru-paru yang menyebabkan

penggabungan alveolus. Pneumonia merupakan obstruksi pertukaran gas pada level

alveolus, yang disebabkan oleh causative agent (Foster, 2012).

Dapat disimpulkan pneumonia adalah suatu peradangan yang mengenai parenkim

paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan

benda asing yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas

cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

2. Anatomi dan fisiologi


Di dalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolism

menembus membrane alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah

melalui pipa bronkial dan trakea, di nafaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan

eksterna :

a. Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli

darah melalui paru-paru

b. Arus darah melalui paru-paru

c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat

dapat mencapai semua bagian tubuh

d. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih

mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru

menerima jumlah tepat karbondioksida dan oksigen. Pada waktu gerak badan, lebih

banyak darah dating ke paru-paru membawa terlalu banyak karbondioksida dan

terlampau sedikit oksigen jumlah karbondioksida itu tidak dapat di keluarkan, maka

konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pudat pernapasan

dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan

ventilasi ini mengeluarkan karbondioksida dan memungut lebih banyak oksigen.


3. Manifestasi Klinis

1. Gejala Gejala utama yang sering ditemui adalah deman tinggi kadang disertai

kejang, anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cuping hidung dan mulut. Kadang-

kadang disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemuka pada permulaan

penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif

(Ngastiyah, 2008).

2. Tanda Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :

a) batuk berdahak

b) ingus (nasal discharge)

c) suara nafas lemah

d) penggunaan otot bantu nafas

e) demam

f) sianosis (kebiru-biruan)

g) thorax menunjukkan infiltrasi melebar

h) sesak nafas

i) terkadang kulit menjadi lembab

j) mual dan muntah

4. Etiologi

Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu :


1. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti :Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram 1 7eutroph seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus Disebabkan oleh virus 17eutrophi yang menyebar melalui transmisi
droplet.Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
5. Aspirasi : makanan, cairan
6. Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu, dan gas.
Web Of Coution

Normal (sistem Organisme


pertahanan)terganggu

Virus Saluran napas bagian bawah


Stapitokokus
pneumokokus
Kuman patogen mencapai
bronkioli terminalis merusak Trombus
Eksudat masuk ke alveoli
sel epitel berilia, sel goblet

Toksin, coagulase
Alveoli
Cairan edema + leukosit ke
alveoli Permukaan lapisan
Sel darah merah, leukosit, pleura tertutup tebal
Konsolidasi paru pneumokokus mengisi alveoli eksudat trombus vena
pulmonaris
Kapasitas vital, compliance Leukosit + fibrin mengalami
menurun, hemoragik Nekrosis Hemoragik
konsolidasi

Intoleransi aktivitas
Leukositosis
defisiensi pengetahuan

Suhu tubuh meningkat

Resiko kekurangan volume


cairan

Hipertermi

Produksi sputum Abses pneumatocale


meningkat
( kerusakan jaringan
parut )
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas Ketidakefektifan pola
napas
4. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial)

2) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi

semua organisme yang ada.

3) Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme

khusus.

4) Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat

penyakit dan membantu diagnosis keadaan

5) Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis

6) Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7) Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

5. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan

antibiotik per-oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita

dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus

dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen

tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan

keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat

diberikan antara lain:

- Oksigen 1-2 L/menit


- IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/ 500ml cairan. Jumlah

cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.

- Jika sesak tidak terlalu berat maka dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui nasogastrik dengan feeding drip.

- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan

beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Penatalaksaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik diberikan


sesuai hasil kultur.
5. Komplikasi
1) Rupture pada pleura -> empyema atau broncho-pleural fistula

2) Rupture pericardium -> perikarditis

3) Septisaemia

4) Erosi pembuluh darah -> hemoptysis

5) Fibrosis

6) Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH )

7) Lung necrosis

8) Pneumatocoele

9) Atelectasis / Lobar collapse

10) Lung abscess.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia


1. Pengkajian
Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut,
sukarmin (2011).

a. Dapatkan riwayat : Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik, riwayat


pasien tentang disfungsi pernafasan sebelumnya.

b. Observasi pernafasan terhadap :

1) frekuensi : cepat (takipnea), normal, atau lambat untuk anak tertentu.

2) Kedalaman : kedalaman normal, terlalu dangkal, (hypopnea), terlalu dalam


(hiperpnea), biasanya diperkirakan dari ampilitudo torakal dan pengembangan
abdomen.

3) Kemudahan : upaya, sulit (dyspnea), pernafasan cuping hidung, mengorok


atau mengi (wheezing).

4) Pernafasan sulit : kontinu, intermiten, mengi, mengorok, di hubungkan dengan


nyeri

5) Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan

c. Observasi adanya :

1) Bukti inspeksi : peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe servikal,


membrane mukosa terinflamasi, dan rabas purulent sari hidung, telinga, atau
paru-paru (sputum).

2) Batuk : karakteristik batuk (bila ada) : dalam keadaan apa batuk terdengar
(misalanya pada malam hari, atau pagi hari), sifat batuk (paroksimal dengan
atau tanpa mengi), frekuensi batuk berhubungsn dengan menelan atau
aktivitas.

3) Mengi (wheezing) ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi, memanjang, secara


lambat progresif atau tiba-tiba, berhubungan dengan pernafasan sulit.
4) Sianosis : perhatikan distribusi (perifer, perioral, fasial, batang tubuh serta
wajah), derajat, durasi, berhubungan dengan aktivitas.

5) Nyeri dada : mungkin merupakan keluhan anak yang lebih besar. Perhatikan
lokasi dan situasi : terlokasir atau menyebar, menyebar dari dasar leher atau
abdomen, dangkal atau tajam, dalam atau superfisial, berhubungan dengan
pernafasan cepat, dangkal, atau mengorok.

6) Sputum : anak-anak yang lebih besar dapat memberikan sampel sputum;


perhatikan volume, warna, viskositas, dan bau.

7) Pernafasan buruk : dapat berhubungan dengan beberapa infeksi pernafasan.

d. Pemeriksaan fisik Pada klien pneumonia, pengkajian head to toe yang di lakukan
lebih di fokuskan pada :

1) Sistem pernafasan inspeksi : sianosis, tachipnea, dispnea, penggunaan otot


bantu, pelebaran nasal, sputu, purulen. Palpasi : fokal premitus bertahap
meningkat dengan konsolidasi. Auskultasi : suara nafas bronchial Perkusi :
pekak

2) Sirkulasi : takikardia, penampilan pucat

3) Psikologi dan faktor perkembangan Usia, tingkat intervensi, pengalaman


berpisah dengan orang tua, mekanisme koping yang dipakai sebelumnya,
kebiasaan (pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas
pemberian pola makan).

4) Pengetahuan orang tua dan keluarga Pengalaman dengan penyakit pernafasan,


pemahaman akan kebutuhan interventi pada distress pernafasan, dan tingkat
pengetahuan.
2. Diagnosis Keperawatan

Menurut (SDKI, 2017) diagnose keperawatan pada Pneumonia :


a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan napas
b. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi

c. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d intake oral tidak adekuat takipneu, demam

3. Intervensi
Penyusunan standart luaran keperawatan disesuaikan dengan (SLKI, 2017) intervensi
keperawatan disesuaikan dengan (SIKI, 2017)

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN HASIL
(SIKI, 2018)
(SDKI, 2016) (SLKI, 2018)
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas (SIKI,
keperawatan 4x6 jam Hal. 186, 1.14509)
tidak efektif b.d
diharapkan masalah
inflamasi dan keperawatan Bersihan jalan 1) Monitor pola napas
nafas dapat teratasi atau (Frekuensi, kedalaman,
obstruksi jalan napas
meningkat a. Bersihan jalan Usaha napas)
napas (SLKI, Hal. 18, 2) Monitor Bunyi napas
L.01001) tambahan (Gurgling, mengi,
1. Batuk efektif Whezing, ronkhi)
meningkat 3) Monitor sputum (Jumlah,
2. Produksi menurun warna, Aroma)
3. Mengi menurun 4) Posisikan Semifowler atau
4. Dispmeu menurun Fowler
5. Sianosis menurun 5) Berikan minuman hangat
6. Frekuensi napas 6) Berikan Oksigen
membaik 7) Lakukan penghiapan lendir
7. Pola napas membaik kurang dari 15 detik
b. Pertukaran Gas (SLKI, 8) Ajarkan teknik batuk
Hal. 94, L.01003) 9) Kolaborasi pemberian
1. Bunyi napas bronkodilator, analgetik
tambahan Menurun antrain Nebulizer (3x1/24
2. PCO2 membaik jam)
1. PO2 Membaik
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan (SIKI Hal 485) Dukungan
efektif b.d keperawatan selama 1 x 24 tidur (SIKI Hal 48) 1. Monitor
hiperventilasi jam pola nafas tidak efektif
membaik pola napas (frekuensi)
Kriteria hasil (SLKI Hal 2. Monitor sputum
154) Luaran utama :
Bersihan jalan napas (SLKI 3. Posisikan semi fowler atau
Hal 18) fowler
1. Batuk efektif meningkat 4. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Dispnea menurun
3. Sulit bicara menurun 5. Kolaborasi pemberian
4. Gelisah menurun bronkodilator jika perlu
5. Frekuensi napas membaik
3. Risiko Keseimbangan Cairan Manajemen Hipovolemia
ketidakseimbangan (SIKI, 1.03116 hal 184)
(SLKI, hal 41)
cairan b.d intake oral
Setelah dilakukan tindakan a. Periksa tanda dan gejala
tidak adekuat
hipovelemia (mis.
takipneu, demam keperawatan 1 x 24 jam Frekuensi nadi meningkat,
diharapkan volume cairan nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan
px tetap paten nadi menyempit, turgor
Kriteria Hasil : kulit menurun, membran
1. Asupan cairan meningkat mukosa kering, volume
2. Haluaran urin meningkat urin mrnurun, hematokrit
3. Kelembaban membran meningkat, haus, lemah)
mukosa meningkat b. Monitor intake dan output
4. Edema menurun cairan
5. Dehidrasi menurun c. Hitung kebutuhan cairan
6. Tekanan darah membaik d. Berikan posisi modified
7. Denyut nadi radial Trendelenburg
membaik e. Berikan asupan cairan oral
8. Tekanan arteri rata rata f. Anjurkan memperbanyak
membaik asupan cairan oral
9. Membran mukosa g. Anjurkan menghindari
membaik perubahan posisi
10. Mata cekung mendadak
membaik h. Kolaborasi pemberian
11. Turgor kulit membaik cairan IV isotonis ( mis.
NaCl, RL )
i. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonia ( mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
j. Kolaborasi pemberian
cairan koloid ( mis.
Albumin, plasmanate )
4. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada
pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi menutup
kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi
dan kondisi pasien
5. Evaluasi
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau
dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini
ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai
sebagaian atau timbul masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA

Foster Janet G. & Suzanne. Prevost. (2012). Advanced practice nursing of adult in acute

care. Philadelphia: F.A Davis Company.

NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: definition and classification. Jakarta:

EGC

Best et., al. (2010). Pneumonia. Starship Children’s Health Clinical Guideline.

SDKI, T. P. P. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (II). Dewan


Pengurus Pusat.
SIKI, T. P. P. (2017). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (II). Dewan
Pengurus Pusat.
SLKI, T. P. P. (2017). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (II). Dewan
Pengurus Pusat.
Tatuhey, W. S., Nikijuluw, H., & Mainase, J. (2014). Karakteristik Kanker Kolorektal Di
RSUD Dr. M Haulussy Ambon Periode Januari 2012-Juni 2013. Molucca Medica,
4(2), 150–157.

Anda mungkin juga menyukai