Anda di halaman 1dari 27

 

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 

RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 36/PUU-X/2012

PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 22 TAHUN 2001
TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA
MENDENGARKAN KETERANGAN SAKSI/ AHLI DARI
PEMOHON SERTA PEMERINTAH
(IV)

JAKARTA

RABU, 6 JUNI 2012


 

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
--------------

RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 36/PUU-X/2012

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan


Gas Bumi [Pasal 1 angka 19 dan 23, Pasal 3 huruf b, Pasal 4 ayat (3),
Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 dan Pasal 44]
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945

PEMOHON

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dkk.

ACARA

Mendengarkan Keterangan Saksi/Ahli dari Pemohon serta Pemerintah


(IV)

Rabu, 6 Juni 2012, Pukul 11.04 – 12.20 WIB


Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Moh. Mahfud MD. (Ketua)


2) Achmad Sodiki (Anggota)
3) M. Akil Mochtar (Anggota)
4) Muhammad Alim (Anggota)
5) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)
6) Anwar Usman (Anggota)
7) Maria Farida Indrati (Anggota)
8) Harjono (Anggota)
9) Hamdan Zoelva (Anggota)

Cholidin Nasir Panitera Pengganti



Pihak yang Hadir:

A. Pemohon:

1) Din Syamsuddin
2) Fahmi Idris

B. Kuasa Hukum Pemohon:

1) Syaiful Bakhri
2) Muchtar Luthfi
3) Dwi Putri Cahyawati
4) Najamuddin Lawing
5) Hendra Muklis
6) Umar Husein
7) Bachtiar
8) Nur Ansari
9) Ibnu Sina Candra Negara
10) Umar Limbong
11) Ema Alijenar

C. Ahli dari Pemohon:

1) Kwik Kian Gie


2) Ichsanuddin Noorsy
3) Kurtubi

D. Pemerintah:

1) Hendri Hutagaul (Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM)


2) Asfira (Dirjen Migas)
3) Boby Guntoro (Dirjen Migas)
4) Sampe Purba (BP Migas)
5) Budiono (Kementerian Hukum dan HAM)

ii 
SIDANG DIBUKA PUKUL 11.04 WIB

1. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Sidang Mahkamah Konstitusi untuk mendengar keterangan Ahli


dalam Perkara judicial review diregister dengan Nomor Perkara 36/PUU-
X/2012 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3X

Pemohon silakan perkenalkan yang hadir.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera.


Majelis Hakim yang kami hormati, dan Kuasa Termohon, bahwa dalam
perkara ini yang hadir adalah Pemohon Prinsipal, Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiah Prof. Din Syamsudin di belakang kami, kemudian Fahmi
Idris ada di belakang kami, dan lain-lain. Para Kuasa yang hadir adalah
saya sendiri Syaiful Bakhri, Muchtar Luthfi, Najamuddin Lawing, Dwi
Putri Cahyawati, Hendra Muklis, Umar Husein, Bachtiar, Nur Anshari,
Umar Limbong, Ibnu Sina, dan Ema Alijenar.
Kemudian pada kesempatan sidang ini kami menghadirkan 3
Saksi, 3 Ahli hadir di depan kami, Dr. Kwik Kian Gie, Dr. Ichsanudin
Mursa, dan Dr. Kurtubi ... Noorsy. Terima kasih.

3. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Orang sudah terkenal Anda tidak tahu. Pemerintah?

4. PEMERINTAH: HENDRI HUTAGAUL

Terima kasih. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam


sejahtera. Yang Terhormat Bapak Hakim Ketua Majelis Mahkamah
Konstitusi beserta dengan Anggota. Perkenalkan kami dari Kementerian
ESDM, Sekjen ESDM, Dirjen Migas dan BP Migas.
Dan pada kesempatan ini kami memohon maaf karena Kuasa
Substitusi Ibu Dirjen dan PLT Irjen sedang mendampingi Bapak Menteri
ke Bali, Pak. Nama kami adalah Hendri Hutagaul, kami dari Sekretariat
Jenderal Kementerian ESDM. Di samping kami Ibu Asfira dari Dirjen
Migas, Bapak Boby Guntoro dari Dirjen Migas, Bapak Sampe Purba dari
BP Migas, dan Bapak Budiono dari Kementerian Hukum dan HAM.
Sekian Pak, terima kasih.


5. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya. DPR tidak hadir dan juga tidak memberikan pendapat pada
sidang-sidang sebelumnya sehingga sekarang kita teruskan saja sidang
ini tanpa DPR.
Baik, dimohon maju untuk mengambil sumpah dulu sebagai Ahli
Bapak Dr. Kurtubi, Dr. Ichsanuddin Noorsy, dan Drs. Kwik Kian Gie.
Baik, Pak Kwik Kian Gie bersumpah dengan Agama Budha?
Dengan ... Budha Bapak? Oke. Dipersilakan Pak Harjono untuk
mengambil sumpah Pak, Kwik Kian Gie dulu.

6. HAKIM ANGGOTA: HARJONO

Pakai yang didupa enggak? Tidak usah. Kalau begitu Pak Kwik
silakan untuk menirukan lafal sumpah yang saya bacakan.
“Namo sakyamuni budhaya. Demi Yang Budha saya bersumpah
sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai
dengan keahlian saya. Shadu, shadu, shadu.”

7. AHLI BERAGAMA BUDHA MENGUCAPKAN LAFAL SUMPAH:

Namo sakyamuni budhaya. Demi Yang Budha saya bersumpah


sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai
dengan keahlian saya. Shadu, shadu, shadu.

8. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, yang beragama Islam akan diambil sumpah oleh Bapak


Fadlil.

9. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI

Kepada Pak Kurtubi dan Pak Ikhsan disilakan mengikuti kata-kata


sumpahnya. Dimulai.
Bismillahirrahmanirrahim. “Demi Allah saya bersumpah sebagai
Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan
keahlian saya.”

10. AHLI BERAGAMA ISLAM MENGUCAPKAN LAFAL SUMPAH:

“Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan


keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya.”

11. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI

Cukup, terima kasih.


12. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan duduk, Pak. Kami persilakan sesuai dengan urutan yang


diajukan oleh Pemohon, akan dimulai dari Bapak Kurtubi, silakan Pak,
maju Pak. Kalau Pemohon mau memberi pengantar ke arah mana ini
penjelasan harus disampaikan silakan, tapi kalau mau dilepas begitu
saja, silakan juga.

13. KUASA HUKUM PEMOHON: SYAIFUL BAKHRI

Sudah cukup, Pak.

14. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Cukup. Silakan, Pak Kurtubi.

15. AHLI DARI PEMOHON: KURTUBI

Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera bagi kita semua dan


selamat siang. Yang Terhormat Bapak Ketua Hakim Mahkamah
Konstitusi, Bapak Anggota Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya
hormati. Bapak-Bapak, Ibu-Ibu sekalian yang saya hormati.
Izinkanlah pada kesempatan ini saya sebagai Saksi Ahli dalam
Perkara judicial review atas Undang-Undang Migas Nomor 22 Tahun
2001, dengan memaparkan secara singkat poin-poin argumentasi yang
menurut pendapat saya Undang-Undang Migas ini merugikan negara
dan sekaligus melanggar konstitusi.
Pada kesempatan ini saya akan paparkan empat alasan utama
mengapa Undang-Undang Migas ini merugikan negara dan melanggar
konstitusi yaitu:
1. Undang-Undang Migas ini telah menghilangkan kedaulatan negara
atas sumber daya migas yang ada di perut bumi negara kita.
2. Undang-Undang Migas ini telah merugikan negara secara finansial.
3. Undang-Undang Migas ini memecah struktur perusahaan dan industri
minyak nasional yang terintegrasi dipecah atas kegiatan usaha hulu
dan kegiatan usaha hilir atau unbundling.
4. Dengan Undang-Undang Migas ini sistem pengelolaan cost recovery
yang diserahkan BP Migas merugikan negara.
Saya akan coba bahas satu per satu. Pertama, Undang-Undang
Migas ini menganut pola hubungan apa yang disebut business to
government (B to G) dengan pihak investor atau perusahaan minyak.
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1 angka 23 tentang Definisi BP Migas
yang dibentuk untuk mengendalikan kegiatan usaha hulu. Pasal 4 ayat
(3) tentang Pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan lalu
membentuk BP Migas, Pemerintah membentuk BP Migas.


Pasal 11 ayat (1) tentang kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan
oleh investor berdasarkan kontrak dengan BP Migas. Jadi perusahaan
minyak atau investor berkontrak dengan BP Migas.
Pasal 44 ayat (3) huruf b yang menugaskan kepada BP Migas
untuk melaksanakan penandatangan kontrak dengan pihak investor
atau perusahaan minyak. Jadi yang berkontrak atas nama pemerintah
itu adalah BP Migas dengan perusahaan minyak asing atau investor.
Ketentuan dalam Undang-Undang Migas tersebut di atas
menentukan bahwa yang menandatangani kontrak kerja sama dengan
kontraktor atau perusahaan minyak adalah pemerintah yang diwakili
oleh BP Migas. Berarti pola hubungan dengan kontraktor adalah B to G.
Pola ini sama dengan pola pengelolaan migas di zaman kolonial yang
didasarkan atas Undang-Undang Pertambangan zaman kolonial indische
minuet 1899 dimana Pemerintah Kolonial Belanda yang berkontrak
dengan perusahaan tambang atau perusahaan migas. Karena
pemerintah yang berkontrak maka kedaulatan negara menjadi hilang
karena posisi pemerintah menjadi sejajar dengan kontraktor.
Pemerintah menjadi bagian dari para pihak yang berkontrak.
Pemerintah men-downgrade dirinya sendiri untuk sejajar dengan
perusahaan minyak atau investor, ya. Sehingga pemerintah tidak bisa
mengeksekusi undang-undang atau regulasi tanpa persetujuan
kontraktor atau perusahaan minyak, meski undang-undang atau
regulasi itu untuk kepentingan bangsa dan negara.
Konkretnya, klausula dalam produk sosiaring contract yang
standar, yang dapat menjamin kedaulatan negara menjadi tidak
berlaku, menjadi tidak diterapkan karena pemerintah ikut berkontrak.
Klausula yang standar itu adalah:
1. The law of the republic of Indonesia shale apply to this contract.
2. No term or perfition of this contract including the agreement of the
parties to submit arbitration here under shale prevent or limit the
government of the republic of the Indonesia from exercising in
alienable rights.
Pola hubungan dengan investor atau kontraktor menurut
Undang-Undang Migas yang berpola B to B ya, menyebabkan
pemerintah sejajar. Jadi tidak bisa mengeksekusi kebijakan ataupun
regulasi atas pengelolaan kekayaan migas kalau pihak kontraktornya
tidak setuju.
Kalau polanya B to B, lalu pemerintah berada di atas kontrak, itu
dapat menjamin kedaulatan negara. Pemerintah bisa mengeksekusi
regulasi undang-undang untuk kepentingan bangsa dan negara tanpa
persetujuan kontraktor, itu kalau B to B. Contohnya, waktu kontrak
production sharing yang pertama ditandatangani, sharing antara
Indonesia dan perusahaan asing itu 60%:40%. 60% Republik
Indonesia, 40%-nya asing, pada saat itu … pada saat PSP pertama
diintrodusi itu harga minyak sekitar US$2 harga minyak dunia, sehingga


kita menganggap 40% bagian mereka itu adil. Tetapi setelah perang
Arab, Israel, revolusi Iran, harga minyak melonjak luar biasa, kita
rasakan 40% bagian kontraktor asing menjadi tidak adil. Menjadi besar
sekali bagian mereka, padahal itu ada di dalam kontrak sharing 40%
itu.
Nah karena merasa tidak adil 40%, lalu Pemerintah Republik
Indonesia mengubah sharing contract yang tadinya 60% menjadi 4 ...
yang tadinya 60%:40%, pada akhirnya diubah menjadi 85%:15%,
karena pemerintah di atas. Bisa dia mengeksekusi peraturan yang adil,
regulasi yang adil untuk bangsa dan negara tanpa persetujuan para
pihak. Karena itu berdaulat kalau B to B, tapi kalau B to G ndak bisa.
Jadi, sama dengan sistem kontrak karya di pertambangan umum.
Kontrak karya yang berkontrak adalah Pemerintah RI dengan
perusahaan tambang. Di dalam kontraknya itu kontrak karya, royalti
untuk emas 1%, Pak. Tapi ini yang berkontrak pemerintah dengan
perusahaan tambang, dimana seluruh pasal yang di ... yang
ditandatangani, yang disepakati, baru bisa berubah kalau atas
persetujuan kedua belah pihak.
Nah, sekarang keluar perpres yang menaikkan royalti emas dari
1% ke 3,75%. Itu menurut pendapat saya itu pun masih kecil royalti
emas 3,75%. Tetapi karena perusahaan asingnya ndak setuju dengan
3,75%, ndak bisa pemerintah mengeksekusi peraturan presidennya.
Regulasi ndak bisa dieksekusi, hanya naik royalti emas dari 1% ke
3,75% ndak bisa, Pak. Karena pemerintah yang berkontrak, kedaulatan
kita hilang, Pak. Ini melanggar Konstitusi ya, pola seperti ini melanggar
Konstitusi.
Kedua. Undang-Undang Migas menciptakan sistem yang jelas-
jelas merugikan negara secara finansial, sehingga pengelolaan
kekayaan migas nasional lalu menyimpang, tidak bisa untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat lagi ya. Karena dikelola secara tidak benar,
tidak sejalan dengan ... apa ... prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan
yang efisien untuk kepentingan pemiliknya (stakeholder-nya) ya.
Ini terjadi karena bagian negara yang berupa minyak dan gas
yang berasal dari kontraktor minyak ini. Kan tadi 85%:15%, 85%-nya
bagian negara, tidak bisa dijual langsung oleh BP Migas, Pak, harus
menunjuk pihak ketiga. Ini jelas-jelas merugikan negara, sekalipun di
dalam Undang-Undang Migas disebutkan ada anak kalimat ... apa ...
untuk sebesar-besar keuntungan negara. Tetapi begitu kita menunjuk
pihak ketiga, ini barang migas milik negara, paling ndak pihak ketiga ini
akan memperoleh fee, memperoleh keuntungan yang mengurangi
pendapatan negara yang kalau dijual sendiri oleh negara melalui Badan
Usaha Milik Negaranya ya, akan bisa jauh lebih efrisien, sehingga sesuai
dengan amanat Konstitusi, dan ini terjadi. Gas di Lapangan Tangguh
ditemukan dan dioperasikan oleh perusahaan minyak asing, gas.
Menurut product session sharing contract 60% negara, 40%


perusahaan asing kalau gas, Pak. Mestinya yang membangun fasilitas
pabrik LNG-nya menjual ke luar negeri, pemiliknya, negaranya dong
lewat Badan Usaha Milik Negara, sebagaimana pernah diaplikasikan
waktu membangun pabrik LNG Arun sama Badak. BUMN yang
membangun tanpa menggunakan uang APBN. Tetapi berhubung
sekarang yang mengelola, yang tanda tangan kontrak itu BP Migas, BP
Migas bukan perusahaan, Lapangan Gas Tangguh ndak bisa dibangun
pabriknya oleh BP Migas, terpaksa harus menunjuk pihak ketiga. Dan
ujung-ujungnya dijual murah, Pak, ke luar negeri US$3, Rp35,00
sekarang ndak boleh naik. Pada saat ini pada ... kalau harga minyak
US$120, LNG Badak dijual ke Jepang US$20 per MMBTU. Itu dasar
undang-undang lama karena yang membangun itu Pertamina dan yang
menjual juga dulu Pertamina. Nah, sekarang diserahkan ke pihak asing
ya, dimana penunjukkan British Petroleum sebagai kontraktor di situ
juga ndak jelas, katanya ndak lewat tender. Kalau lewat tender atau
main tunjuk, mestinya Pertamina yang ditunjuk itu. Nah, siapa yang
bertangggung jawab ini? Nah, Undang-Undang Migas penyebabnya,
Pak, ya.
Lalu ketiga. Undang-Undang Migas ini mendesain struktur
perusahaan minyak nasional, struktur industri migas nasional secara
terpecah, devide et empra, metode Kolonial ya. Usaha hulu dipisahkan
dengan usaha hilir. Bayangkan perusahaan minyak nasional yang
terintegrasi dari hulu ke hilir, dibawah satu atap, sekarang dia pecah.
Hulu tersendiri, hilir sendiri, ndak boleh digabung katanya, ini ada
dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) dan Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Migas. Pengelolaan unbundling bertentangan dengan konstitusi,
menurut saya, secara jelas Pasal 33 ayat … ayat (2) dan ayat (3)
Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 itu menyebutkan bahwa kekayaan migas diperut bumi
dikuasai negara, ya. Kekayaan migas, kekayaan apapun diperut bumi
dikuasai negara dan dipakai sebesar … kemampuan rakyat.
Nah, migas … minyak itu adalah bahan baku BBM. Ayat
berikutnya menyebutkan cabang produksi penting yang menguasai
hajat hidup orang banyak, dalam hal ini BBM. BBM yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai negara, tadi minyak mentahnya yang
merupakan bahan baku BBM dikuasai negara juga, BBM-nya dikuasai
negara juga. Berarti ini harus dikelola secara terintegrasi, antara hulu
sama hilir harus satu atap agar efisien.
Studi-studi di bidang ekonomi perminyakan menunjukan bahwa
perusahaan minyak yang terintegrasi, yang beroperasi di hulu dan hilir
jauh lebih bagus jauh efisien daripada perusahaan minyak yang hanya
bergerak di hilir atau bergerak di hulu. Undang-Undang Migas memecah
ini, hulu sendiri, hilir sendiri. Di samping bertentangan dengan
konstitusi, juga bertentangan … dan prinsip-prinsip pengelolaan
ekonomi perminyakan yang efisien.


Sekali lagi, perusahaan minyak ndak ada yang besar, enggak ada
yang efisien kalau hanya bergerak di hulu saja atau di hilir saja karena
begini logika ekonominya. Kalau harga minyak dunia naik, minyak
mentah naik, maka yang untung besar itu adalah yang bergerak di
sektor hulu yang menghasilkan minyak mentah dari perut bumi. Untung
besar, harga minyak naik, harga cloud oil. Sementara yang bergerak di
hilir pabrik BBM kilang, fee-nya … keuntungannya relatif kecil karena
bahan bakunya minyak mentah itu mahal. Sementra penyesuaian harga
BBM tidak bisa langsung pada hari yang sama. Sebaliknya kalau harga
minyak anjlok, keuntungan sektor hulu itu turun drastis. Di hilir relatif
masih stabil. Jadi, agar efisien kedua sisi ini harus disatukan
pengelolaannya, dia saling mengisi ya.
Khusus untuk Indonesia, dimana BBM merupakan kebutuhan
hajat hidup orang banyak, harus dicari sistem yang paling efisien
dimana cost BBM disisi konsumen, BBM sampai disisi konsumen harus
cost yang paling rendah (yang paling efisien). Nah, kalau unbundling
enggak bisa begitu, kalau terintegrasi bisa di samping kalau terintegrasi,
sekala usahanya menjadi lebih besar. Economics of skills-nya
diuntungkan kalau dia hulu-hilir jadi satu. Itu menurunkan average total
cost dalam bahasa ekonomi, kalau skala besar ya. Tetapi kalau hulu
saja, hilir saja ini merugikan bangsa dan negara. Tidak selayaknya
diterapkan kalau kita masih mengacu kepada Pasal 33 Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.
Berikutnya, apa namanya … ternyata undang-undang migas ini
apa … menyingkut/angkut, menjerusmuskan sistem perminyakan kita
menjadi amat sangat tidak efesien, tidak sejalan dengan prinsip good
cooperate governments, menggiring terbukanya lubang inefisiensi yang
sangat menganga.
Pasalnya, soalnya pengelolan cost recovery oleh BP Migas,
dimana cost recovery ini dalam satu tahun nilainya … sekarang sekitar
$15 miliar. Cost recovery itu adalah biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan minyak oleh investor. Baik biaya dalam rangka mencari
minyak, biaya eksplorasi, biaya eksploitasi, biaya memproduksikan
minyak, maintenance sumur dan seterusnya, dikembalikan lagi oleh
negara biaya-biaya itu, ya. Pengembaliannya, manajemennya ini oleh
BP Migas. Proses cost recovery mulai dari awal, perusahaan minyak
asing mengajukan plain of development ke BP Migas. Apa yang mau
dibangun, apa yang mau dibiayai, dan berapa biaya, dan seterusnya
dilaporkan ke BP Migas. BP Migas memproses, nanti keluar work
program and budget. Dia sudah jadi program budget yang resmi. Lalu
authority search ekspenditur, otoritas untuk menggunakan uang. Lalu
eksekusinya pengadaan barang dan jasa untuk perusahaan minyak
asing itu, semua dibawah BP Migas. Sementara, secara struktur
organisasi, BP Migas ini tidak dilengkapi oleh lembaga dewan komisaris,
coba bayangkan! Ini sistem yang jelas-jelas tidak efisien, mengundang


markup luar biasa yang merugikan bangsa dan negara, menyebabkan
pengelolaan migas kita tidak bisa lagi untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Mungkin quote-unquote menjadi sebesar-besar kemakmuran
oknum-oknum tertentu, seperti itu. karena sistemnya diciptakan seperti
ini, ya. Enggak ada di dunia ini perusahaan yang hanya dewan direksi,
enggak ada komisaris, pemiliknya ndak punya alat mekanisme kontrol
terhadap perusahaan, ya.
Jadi ini betul-betul sistem yang merugikan negara secara
finansial sehingga apa? Sekarang KOSPI–KASPRI meningkat luar biasa,
produksi minyak kita anjlok luar biasa, ya. Sementara faktanya, dulu
waktu dikelola oleh Pertamina, waktu Undang-Undang 871 masih
berlaku, organisasi yang mengelola perusahaan minyak asing di
Indonesia namanya dulu BKKA Direktorat MPS, suatu lembaga badan di
lingkungan Pertamina. Karyawannya sekitar 60 orang, Pak. Sekarang BP
Migas karyawannya 700 lebih, ini enggak efisien ini, negara dirugikan,
ya. Lalu karena ada sistem unbundling di sisi hilir, diciptakan lembaga
baru bernama BPH Migas. Katanya regulator hilir, ini juga tidak efisien,
Pak, karena apa? Karena lembaga ini enggak jelas pekerjaannya,
enggak jelas pekerjaannya, sesuatu yang sebenarnya bisa ditangani
oleh pemerintah sebegai regulator Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
Bumi.
Apalagi nanti suatu saat harga minyak kita, BBM dalam negeri
sedemikian rupa sehingga katakanlah quote-unquote, subsidi minim,
sedikit. BPH Migas sudah tidak ada … apa … tugasnya lagi. Dan
memang enggak diperlukan, jadi sistem yang diciptakan oleh Undang-
Undang Migas ini, dengan membentuk … dengan membagi hulu-hilir,
membentuk katanya badan regulator hulu BP Migas, di hilir BPH Migas,
ujung-ujungnya adalah menjadi tidak efisien. Potensi penerimaan
negara berkurang, ya. Dan potensi inefisiensi yang sangat luar biasa
besarnya, disamping kedaulatan kita atas sumber daya migasnya ini
menjadi hilang.
Oleh karena itu, sebagai Saksi Ahli pada kesempatan ini yang
Bapak-Bapak Hakim yang saya muliakan, saya berpendapat bahwa
Undang-Undang Migas ini sudah jelas-jelas terbukti secara finansial
merugikan bangsa dan negara luar biasa dan sekarang dengan Undang-
Undang Migas ini, menurut survei dari Fraser Institute di Kanada telah
menyebabkan pengelolaan industri migas di Indonesia paling buruk.
Paling buruk di Asia dan Oceania, dalam laporannya global petroleum
survey 2011. Itu disebutkan secara jelas karena Undang-Undang Migas,
penyebabnya itu.
Oleh karena itu, kedepan kalau Undang-Undang ini bisa dicabut,
sistem disederhanakan, sistem dikembalikan kepada konstitusi amanat
Pasal 33. Saya yakin industri migas kita akan kembali bergairah,
investasi akan kembali marak, baik investasi domestik maupun investasi
dari mana pun sehingga produksi bisa kita tingkatkan. Kita malu sudah


keluar dari OPEC, suatu saat mungkin bisa kembali kita menjadi
anggota OPEC, sehingga BBM untuk rakyat ini bisa terjangkau, ya.
Sistemnya sederhana, dapat mendorang pertumbuhan ekonomi secara
signifikan kedepan.
Oleh karena itu, yang terhormat Bapak-Bapak Majelis Hakim
Konstitusi yang saya muliakan, demikian kesaksian ahli saya dalam
kesempatan ini, mudah-mudahan bisa diterima dengan baik. Sekian.
Wassalamualaikum wr. wb.

16. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Terima kasih Pak Kurtubi. Berikutnya Pak Ichsanudin Noorsy.

17. AHLI DARI PEMOHON: ICHSANUDIN NOORSY

Terima kasih. Bismillahhirahmanirahim. Assalammualaikum wr.


wb. Bapak dan Ibu Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang saya
hormati dan saya muliakan, para Penggugat dan Pengacara, Saksi Ahli
dan Pihak Pemerintah yang saya hormati. Saya akan menggunakan
kesempatan ini untuk dua makalah.
Makalah pertama adalah latar belakang bagaimana cerita
liberalisasi itu dijalankan, kemudian masuk ke dalam regulasi energi.
Maaf, saya baru menyampaikannya tadi pagi, tapi kemudian sudah saya
sampaikan ke Panitera.

18. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, Bapak. Nanti disampaikan kira-kira dalam waktu 15 menit ya


dua-duanya?

19. AHLI DARI PEMOHON: ICHSANUDIN NOORSY

Mudah-mudahan bisa saya percepat Pak, terima kasih. Kalau


begitu yang khusus yang nasionalisasi dan kebijakan investasi serta
perdagangan ini, saya sampaikan hanya hendak mengatakan bahwa
tesis yang disampaikan oleh Konfrensi Meja Bundar yang menyatakan
dominasi perusahaan asing itu menghambat petumbuhan ekonomi
nasional, sebagaimana diminta oleh state department melalui Konfrensi
Meja Bundar itu, hingga sekarang tetap berjalan.
Itu kalimat pentingnya, itu kalimat penting dari semua ini dan
khusus mengenai migasnya. Khusus mengenai migasnya, kalau Bapak
lihat dalam makalah yang saya buat ini, dirancang sedemikian rupa
sehingga akhirnya kita memang tidak pernah bisa berkuasa atas
kekayaan sumber daya alam kita.


Bapak sekalian dan ketiga dari … dari paper ini, saya
mengajukan satu tesis. Tesis ini dibuat berdasarkan satu penelitian
sebenarnya, bahwa semakin dominan perusahaan asing di satu negara,
ini tesisnya, semakin dominan investasi asing di suatu negara, semakin
dominan korporasi asing, semakin timpang perekonomian, semakin
kuat konflik sosial dan konflik korporasi. Bapak bisa lihat Mesuji, Bima,
dan beberapa tempat lain. Bapak sekalian bahkan hari ini gubernur dan
… Gubernur Sulawesi Tengah dan Bupati Morowali mengajukan
permohonan untuk renegosiasi kontrak kepada Inco, hingga hari ini
Presiden tidak memenuhinya, padahal yang bersangkutan sudah
melanggar kontrak karya. Ini salah satu bukti saja bahwa pada saat
yang sama terjadi konflik antara masyarakat dengan yang namanya
Inco. Saya kebetulan menjadi saksi untuk persoalan seperti ini.
Itu tesis pertama. Tesis kedua, dominasi asing semakin terus
mengakibatkan deson … denasionalisasi dan akan mengakibatkan
surplus ekonomi nasional keluar.
Lalu yang ketiga dari simpulan ini saya ingin mengatakan,
industri domestik seperti yang dirasakan sekarang oleh banyak pihak
akan berhadapan dengan posisi kekuatan asing, dan pangsa pasar
domestik akan dibanjiri barang impor.
Kepada Majelis Hakim yang saya hormati dan Pemerintah serta
para Penggugat. Kita hari ini menyaksikan Dirjen Perdagangan Luar
Negeri, kita menyaksikan hari ini para pejabat BI, kita menyaksikan
rata-rata asosiasi yang berkeluh kesah tentang dominannya asing di
negeri ini. Bapak sekalian ini makalah ringkas yang hanya lima
halaman, tapi Bapak-Bapak akan mendapatkan latar belakang yang
demikian dalam.
Sekarang saya masuk ke persoalan energi. Makalah ini saya
sampaikan di ... pertama di Panitia Angket BBM, 4 September 2008.
Saya sampaikan yang kedua di pemerintahan resmi, di banggar. Bapak-
Bapak sekalian bahkan saya pernah menyampaikan ini di Badan
Intelijen Negara tentang bagaimana situasi yang terjadi pada industri
energi. Jadi, buat saya ini yang keempat kali saya berdiri di sini untuk
hal yang lain di Mahkamah Konstitusi, tapi kali ini khusus tentang
energi. Hal yang sebelumnya tentang kelistrikan, lalu tentang Undang-
Undang Penanaman Modal, lalu yang berikutnya tentang bagaimana
pasar ekonomi ASEAN yang kemarin Presiden menyatakan kita harus
menunda.
Hari ini, Bapak-Bapak, Ibu sekalian, kita dengar isu yang belum
muncul ke permukaan, Pemerintah Republik Indonesia menunda,
menghendaki penundaan keberlakuan masyarakat ekonomi ASEAN dari
2015 ke 2020.
Reformasi diminta untuk melakukan di sektor energi. Reformasi
di sektor energi berarti ganda. Yang pertama, berlakukan mekanisme
pasar pada sektor energi. Yang kedua, restrukturisasi lembaga di sektor

10 
energi. Tadi sudah disampaikan oleh Pak Kurtubi. Termasuk di
dalamnya kalau kita bicara tentang reformasi di sektor energy, yang
saya ingin melengkapi apa yang disampaikan Pak Kurtubi tentang
modal kontrak. Bahwa government to business sesungguhnya baik
pada production contract maupun kontrak karya, kenapa mesti
bertentangan dengan konstitusi? Dia berhadapan dengan apa yang
disebut stufenbow. Karena mereka menyatakan kontrak-kontrak karya
mereka bisa disetarakan dengan konstitusi karena itu kemudian sulit
sekali pemerintah melakukan renegosiasi. Kutipan saya sekarang ini
adalah Wakil Duta Besar Amerika menyatakan kalau Pemerintah
Republik Indonesia mau melakukan renegosiasi kontrak, itu berarti
sama dengan Pemerintah Republik Indonesia mengatur aturan main
pada satu sistem yang sedang dijalankan.
Dari sana sebelum itu, saya kembali lagi bagaimana letter of
intent itu dibuat dan melahirkan tiga hal di sini … empat. Yang pertama,
bagaimana surat dari Washington ke Jakarta, isi tentang Pertamina, isi
tentang yang namanya PLN, isi tentang bagaimana korupsi di
Pertamina, dan yang paling menarik saya disebut sebagai penganut
teori konspirasi berdasarkan data ini, bagaimana pemerintah harus
merancang draf Undang-Undang Migas.
Untuk menjawab saya bukan penganut teori konspirasi, maka
saya munculkan ini. Ini muncul di USAID. Pada dokumen ini sangat
jelas dibuktikan bahwa yang merancang Undang-Undang Migas adalah
US Departement Energy, tegas sekali. USAID-lah yang merancang
Undang-Undang Migas, dan rancangan itu datang dari namanya
Department Energy of US, nanti Bapak-Bapak bisa baca, saya
singkatkan saja. Di dokumen ini bahkan dibuktikan jika masyarakat
marah karena kenaikan energi, suap secara politik. Dan karenanya
USAID kerja sama dengan Eddy Bidden, Bank Dunia, termasuk dengan
sejumlah lembaga multilateral, bagaimana merealisasikan undang-
undang ini.
Ini salah satu bukti bagaimana diterjemahkan ke dalam
perjanjian hutang luar negeri dengan pemerintah. Ini yang kemudian
Bank Dunia kehabisan akal ketika saya membuktikan, perjanjian
Pemerintah Republik Indonesia dengan Bank Dunia memerintahkan
agar diberikan BLT hanya karena kenaikan BBM, nomor perjanjian
4712-IND, dibuat Desember 2003, ditandatangani oleh Prof. Dr.
Boediono.
Bapak, Ibu sekalian, latar belakang itu melahirkan dua undang-
undang yang pernah dimasalahkan di tempat ini. Saya pernah menjadi
saksi Ahli untuk Undang-Undang Kelistrikan Nomor 20 Tahun 2002,
yang sepenuhnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Tetapi
kemudian lahir kembali dalam bentuk Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 yang nanti juga akan saya bahas sekilas. Lalu juga melahirkan
Undang-Undang Nomor 12Tahun 2001, yang saya tidak ikut sebagai

11 
Saksi Ahli, tapi khusus saya catat hanya pada persoalan Pasal 28 ayat
(2) karena menyangkut soal bagaimana istilah yang dimainkan oleh
pemerintah.
Istilah yang dimainkan oleh pemerintah ada tiga istilah. Istilah
pertama, harga bahan bakar minyak dan harga gas bumi diserahkan
pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Istilahnya
adalah mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.
Nanti kita akan temukan pemerintah mengganti istilah, lalu
kemudian pemerintah sendiri mengakui bahwa istilah-istilah itu minimal
diakui oleh Alm. Widjajono Partowidagdo dan diakui oleh Bambang
Brodjonegoro bahwa istilah-istilah yang terjadi itu pada hakikatnya
adalah memberlakukan mekanisme pasar bebas.
Saya teruskan Bapak-Bapak sekalian. Karena dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi Pasal 8 … 28 ayat (2), lahirlah Perpres 5 Tahun
2006. Saya tidak menggunakan PP karena hampir-hampir PP yang
disebut-sebut oleh teman-teman sebagai melihat bagaimana
memberlakukan mekanisme pasar bebas, tidak didayagunakan oleh
pihak lain, kecuali oleh BP Migas dan BPH Migas. Pada Perpres 5 Tahun
2006 tegas sekali disebut harga energi disesuaikan secara bertahap
sampai pada batas waktu tertentu menuju keekonomian.
Istilah kedua. Tadi menurut persaingan usaha yang sehat dan
wajar. Istilah kedua, harga keekonomian. Istilah ini diaplikasikan
dengan rancangan blueprint BPH Migas. Saya ambil yang terakhir,
Bapak sekalian. Begitu … begitu tunduk dan patuhnya pemerintah
untuk tetap melaksanakan agenda mekanisme pasar bebas.
BPH Migas menurut blueprint BPH 2004-2020 menyatakan,
“Pasar tahap pasar terbuka 2010, harga BBM diserahkan pada
mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.” Merujuk pendapat
almarhum, merujuk pendapat Bambang Sumerang Brodjonegoro, dan
bahkan dalam perdebatan saya dengan Purnomo Yusgiantoro sebagai
Menteri ESDM di Soegeng Sarjadi, yang tunduk adalah mekanisme
pasar bebas.
Berikutnya kita buktikan pada blueprint pengelolaan energi
nasional yang dibikin oleh Kementerian ESDM dengan rujukan Perpres 5
Tahun 2006. Isinya sama, dari mulai sasaran kendala sampai dengan
strategi, bahkan sampai pada program utama menuju pada mekanisme
pasar bebas total. Pertanyaan besar, apakah memang energi harus
tunduk pada mekanisme pasar bebas? Itu pertanyaan besar.
Yang kedua, bagaimana kita lihat diaplikasikan pada Undang-
Undang 30 Tahun 2007. Pasal 7 menyatakan, “Harga energi ditetapkan
berdasarkan nilai keekonomian berkeadilan.” Mari kita lihat
penjelasannya Bapak-Bapak sekalian. Yang dimaksud nilai keekonomian
berkeadilan adalah suatu nilai/biaya yang merefleksikan biaya produksi
energi, termasuk biaya lingkungan, dan biaya konservasi, serta
keuntungan yang dikaji berdasarkan kemampuan masyarakat, dan

12 
ditetapkan oleh pemerintah. Hati-hati dengan penggunaan istilah ini
karena nanti kita akan ketemu lagi dengan istilah yang lain. Ada tiga
istilah yang saya maksud.
Berikutnya, mari kita aplikasikan pada Undang-Undang Minerba
dan Panas Bumi. Pada hakikatnya sudah disampaikan oleh Pak Kurtubi,
saya tidak ingin mengulang.
Kasus yang sama tentang penggunaan istilah harga merujuk
pada persaingan usaha yang sehat dan wajar ditetapkan lagi dalam
Undang-Undang 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Saya harus
mengulangnya karena ini menunjukkan konsistensi pemerintah untuk
memberlakukan reformasi di sektor energi.
Pasal 33 ayat (1), harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan
tenaga listrik ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang sehat. Harus
diterjemahkan bahwa pengertian usaha yang sehat seluruhnya tunduk
pada pengertian ekonomi dan itu berarti keuntungan adalah segala-
galanya.
Saya tidak ingin melanjutkan yang lain, saya ingin membuktikan
bahwa itu sesungguhnya letter of intent dan radiogram dari Washington
itu rujuk dengan The National Security Strategy of US. Saya tidak ingin
bacakan ini karena di dalam forum ini, saya tidak ingin mencari. Saya
ingin mangatakan hanya betapa hebatnya cara berpikir yang
dimunculkan di negeri ini sampai-sampai kita bisa mengadopsi cara-
cara berpikir di luar itu, sehingga kita kemudian tidak tahu akar berpikir
kita di mana.
Saya … saya ingin mengatakan bahwa bahasa-bahasa yang
muncul dalam The National Security Strategy of US seluruhnya
diaplikasikan dengan baik dalam rujukan perundang-undangan,
khususnya dalam rangka liberalisasi. Ini ditandatangani oleh George
Walker Bush, White House, 17 September 2002. Saya punya dokumen
lengkapnya.
Bapak-Bapak sekalian, Majelis Hakim yang saya hormati. Saya
punya lima dokumen sejenis untuk merujuk bagaimana sesungguhnya
Amerika sedang berhadapan dengan perang ekonomi yang di dalamnya
ada persoalan posisi Indonesia.
Ini dokumen berikut setelah tadi 2002, dokumen ini lahir The
National Intelligence Council Official Director of National Intelligence
United State of America, dengan judul Global Trend 2025, A Trans of
World, halaman 35, khusus tentang Indonesia mengatakan,
“Indonesian culture economically effects electric leader stick step to
improve the investment climate. Including (suara tidak terdengar jelas)
legal system, improving the regulatory framework reforming the
financial sector,” berikutnya disebut dengan jelas, “Reducing fuel and
food subsidies and generally ruling the cost of doing business.”
Bapak, Ibu sekalian, kalimat ini konsisten dengan ketika yang
namanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dibuat, yang jelas-jelas

13 
dilatarbelakangi oleh State Department. Kata-kata itu muncul dari
Breatly Simpson, Ekonomis Sweet Guns, halaman 232-234. Silakan
lihat, tapi makalah saya yang pertama saya tulis dengan tegas di sana.
Berikutnya adalah bagaimana Indonesia ditagih janjinya oleh
Sekjen OECD dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Republik
Indonesia, saya kuningkan kalimat pentingnya di situ. Karena itu
Indonesia diminta memenuhi komitmennya untuk mencabut subsidi
BBM, ada dua kalimat penting di sini. Diminta memenuhi komitmen,
yang kedua mencabut subsidi. Dalam bahasa yang lain ini merupakan
bukti bahwa Pemerintah Republik Indonesia mempunyai komitmen
untuk mencabut subsidi. Ada alasan Sekjen OECD menyatakan ini, dua
alasannya. Pertama pertumbuhan ekonomi, yang kedua meningkatnya
purchasing power (suara tidak terdengar jelas).
Saya akan masuk ke dalam hitung-hitungan Bapak-Bapak
sekalian untuk membuktikan bagaimana situasi itu yang terjadi. Ini
cadangan yang dibuat oleh pemerintah, sumber ESDM Tahun 2007. Di
sini saya juga berbeda dalam hitung-hitungan saya dengan Almarhum
khusus menyangkut minyak bumi dan gas bumi, menyangkut soal
berapa lifting, makanya kemudian saya ambil lifting dari ESDM tentang
berapa sesungguhnya yang terjadi.
Dari sini kita hati-hati, hati-hati sekali tentang isu kenapa mesti
terjadi penurunan minyak? Yang pertama. Yang kedua kemudian
kenapa berita hari ini demikian ramai? Kesulitan masyarakat mencari
LPG 3 kilogram dan 12 kilogram. Kita harus paham disini baik-baik
karena saya enggak membuka satu pemikiran bahwa sesungguhnya
ada persoalan sangat strategik yang dibangun oleh investor asing dari
hulu sampai dengan ke hilir, yang dalam pandangan saya tadi walaupun
disebut oleh Pak Kurtubi sebagai unbundling itu adalah metode deviden
imperal, tapi dalam pandangan saya unbundling dalam perspektif
keuangan, unbundling dalam perspektif kelembagaan sama dengan
bertentangan dengan teori skala ekonomi.
Indonesia diminta untuk memecah habis-habisan untuk tidak
menerapkan skala ekonomi karena semakin skala ekonomi semakin
kuat penetrasi pasar dilakukan. Fakta sekarang, Indonesia termasuk
dalam 10 besar negara penghasil gas tapi tidak berdaya untuk
memenuhi gas bagi rakyatnya sendiri.
Saya teruskan, ini bukti tentang lifting minyak 2006-2011.
Bapak-Ibu sekalian, kalau kita lihat grafik ini, ini membuktikan ada
permainan investasi, saya ulang, ada permainan investasi di kalangan
investor untuk mengatur berapa jumlah minyak. Kalau dia tidak cocok
dengan jumlah ketetapan caping cost, caping cost adalah batas atas
yang harus dipenuhi tidak boleh dilampaui. Kalau tidak cocok dia tahan,
toh dia punya sumurnya, dia tidak merasa perlu melakukan investasi,
dan itu terbukti. Bagaimana Exxon main-main, bagaimana Chevron
main-main.

14 
Angka-angka ini membuktikan bahwa dibalik ini kekuatan
investasi itu menentukan. Pertanyaan besarnya, itu sumur siapa? Sumur
Indonesia atau sumur investor? Itu pertanyaan besarnya. Sama dengan
gas kejadiannya, ini angka-angka saya ambil jelas sekali sumbernya
RAPBN, saya ambil (suara tidak terdengar jelas). Hasilnya seperti ini,
kita tidak berdaulat, ini angka saya bisa buktikan termasuk angka
terakhir yang didapat oleh Kementerian Perekonomian November 2011,
tapi saya anggap tidak berubah angkanya.
Saya teruskan, saya mulai berhitung sekarang sesungguhnya
berapa biaya di hulu? Saya ambil pendapat dari Kompas.com, saya
ambil juga kemudian dari Media Indonesia, bahwa harga bergerak per
barel antara 1 sampai dengan 3. Saya tidak punya benchmark price,
berapa sesungguhnya produksi per barel, saya tidak punya benchmark
price. Walau pun kemudian dalam pergaulan saya selama 7 tahun
sebagai supplier untuk perusahaan-perusahaan minyak besar, walaupun
dalam pergaulan saya benchmark price pada hulu akan mengakibatkan
10 sampai dengan 11 kali lipat di hilir, tetapi karena ini pernyataan
pemerintah dibuat oleh yang namanya Kepala BPKP maka saya
gunakan dalam hitungan saya dengan menggunakan data pemerintah,
hasilnya sebagai berikut.
Berdasarkan capacity produksi yang mereka punya, lifting yang
muncul maka sampai dengan 2012 angka yang muncul adalah 9,4
triliun. Sebentar Pak Majelis Hakim saya akan selesaikan. Ini
pendapatannya, Pak. Hitung-hitungannya 264 triliun. Berikutnya adalah
ini kilang, saya ingin menyampaikan satu informasi penting tentang
kenapa kemudian kita tidak berdaya. Saya berbisik kepada Pak Kwik
Kian Gie, Singapore negara kecil, itu bisa menguasai dari hulur sampai
dengan hilir, dan salah satu yang mengejutkan adalah Singapore
negara kecil khusus untuk tangking saja, tangking (penyimpanan). Dia
menguasai belasan juta kilo liter, kita enggak usah bicara kilang, kita
enggak usah bicara yang lain-lain. Tanking saja penyimpanan dia bisa
seperti itu, dalam bahasa yang lain Singapore menjadi hak energi. Studi
ini dilakukan oleh (suara tidak terdengar jelas) dan saya kutip.
Sekarang kita lihat aplikasi kilang kita, kenapa warnanya berubah
begini. 30 September 2006 di Havana, seharunya terjadi pertemuan
antara Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono
dengan Mahmud Ahmadi Nedjat, dengan yang namanya Hugo Havez,
Venezuela, untuk persoalan kilang di Cilacap pertemuan itu batal, saya
ulang pertemuan itu batal.
Bapak sekalian saya termasuk menggagas tentang bagaimana
seharusnya kita berdaya dari hulu ke hilir di energi. Saya bukan sekedar
menyampaikan pemikiran saya tapi saya pernah melakukan itu
terhadap yang namanya sejumlah petinggi di negeri ini. Itu urusan
kilang, urusan tangking sama, saya tidak tahu kilang yang akan
dibalongan, yang akan menjadi kapasitas 200- 300 barel, saya tidak

15 
tahu, tapi yang khusus yang dibujuk negara karena kami berpikirnya
sangat sitemik dan bagaimana citra didalamnya, untuknya yang
namanya mengurangi perampok-perampok itu, ternyata hasilnya kita
bisa dipangkas. Hanya karena kebetulan satu negara tergantung
menentukan bangsa ini.

20. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, waktunya Saudara.

21. AHLI DARI PEMOHON: ICHSANUDIN NOORSY

Ya.

22. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Sudah.

23. AHLI DARI PEMOHON: ICHSANUDIN NOORSY

Baik, waktunya ini saya akan sampaikan saja. Saya kira ini saya
tidak boleh saya lewati, Pak. Karena yang disebut oleh unbundling Pak
Kurtubi itu teraplikasi disini dan saya mohon Pemerintah menjawabnya
untuk membantah apa yang kami sampaikan, khusus pada gambar ini.
Saya pernah menunjukan tiga hal, hal seperti ini. Hal yang
pertama saya ajukan pada pemerintah lewat banggar dan banggar
mengajukan pada pemerintah dan pemerintah tidak menjawabnya,
yang pertama.
Yang kedua, saya mengajukan pada Wijayano Parto Widagdo
almarhum, tentang struktur ini. Bahkan kepada utusan menteri yang
datang pada saya, saya minta jelaskan struktur harga ini karena ada
biaya produksi sendiri, Pak, ada biaya produksi impor. Kalau mau
dibikin yang namanya pencabutan subsidi mestinya ada harga
campuran. Bagaimana dengan strukturnya? Padahal pada saat yang
sama, kalau kita merujuk energi departemen HVS mestinya begini, Pak,
mestinya begini, Pak. Struktur ini mestinya kelihatan, berapa crude oil
cost, berapa refund cost, berapa provit, berapa storage fang fee, dan
seterusnya, tapi kita tidak punya. Kita tidak tahu padahal mau
mengidap ke sana. Saya hendak mengatakan bahwa ini pun hitung-
hitungan bahwa sesungguhnya tidak ada kerugian di belakang apa yang
disampaikan oleh pemerintah.
Bahwa sekalian sebagai penutup saya ulang solusi yang pernah
saya sodorkan pada panitia angket BBM 4 September 2008. Saya ulang
apa yang saya sodorkan pada banggar 12 Maret 2012. Kata kuncinya
satu, Pak. Kata kunci yang terakhir adalah ubah haluan ekonomi dari

16 
mekanisme pasar menuju ekonomi konstitusi. Itu artinya Undang-
Undang Migas tidak bisa tidak, ubah. Kenapa diubah? Ini Pak
alasannya. Alasan terpenting ini yang saya sebut selalu ekonomi
konstitusi di ruangan ini dan kemana-mana saya biacara sebagai
ekonomi konstitusi. Ketika pilar-pilarnya, semangat para
penyelenggaraan negaranya adalah mekanisme pasar bebas, ambruk
Pak bangsa ini, Pak. Ambruk, tidak bisa tidak ambruk dan bisa kita lihat
sekarang konflik sosial-vertikal di mana-mana.
Penutup, Pak. 15 Juli 1974 Majalah Time bertanya, “siapa
pemimpin besar paling berpengaruh di dunia?” Semua orang menjawab
nama. Seorang Yahudi bernama Jelius Marseman mengatakan, “Bukan
nama, tapi kriteria.” Diterima, kriterianya 3:
1. Melindungi pengikut atau rakyatnya.
2. Mencerdaskan atau mensejahterakan pengikut atau rakyatnya.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan keyakinan pengikut atau rakyat
bahwa perjalanan di depan adalah benar.
Butir ketiga ini adalah konstitusi, Pak. Tapi kata kuncinya adalah
betapa hebatnya apa yang dirumuskan oleh di Amerika itu yang
menjadi buku Michael Hart sebagai 100 tokoh ternama di dunia,
ternyata Indonesia telah merumuskannya pada 18 Agustus 1945.
Terima kasih, assalamualaikum wr. wb.

24. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, Saudara Ichsanudin Noorsy. Berikutnya untuk 15 menit,


berikutnya diundang Bapak Kwik Kian Gie.

25. AHLI DARI PEMOHON: KWIK KIAN GIE

Bapak Ketua dan Para Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia.


Bagian terbesar dari penyelenggaraan negara baik yang eksekutif
maupun yang legislatif telah tersesat pikirannya selama berpuluh-puluh
tahun tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kebijakan
dalam menentukan harga BBM dan penyesatan itu mengakibatkan
pelanggaran terhadap konstitusi kita.
Mereka mengatakan bahwa kalau harga minyak mentah di pasar
internasional lebih tinggi dari harga minyak mentah yang terkandung
dalam bensin premium, Pemerintah Indonesia memberi subsidi kepada
rakyatnya. Subsidi yang mereka artikan sama dengan uang tunai yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah karena jumlahnya besar, uang tunai
ini tidak dimiliki oleh pemerintah sehingga APBN jebol.
Demikian yang dikatakan oleh mereka dan menjadi persepsi
menyeluruh di Indonesia. Izinkanlah saya menggunakan data yang

17 
paling akhir yang digunakan oleh Pemerintah dan DPR dalam
menentukan kebijakannya.
Dalam angka-angka dikatakan bahwa dalam hal harga minyak
Indonesia yang dikenal dengan nama Indonesian Crude Price (ICP). US
Dollar 105 per barel, penyedotan atau lifting minyak Indonesia 930.000
barel per hari. Konsumsi BBM rakyat Indonesia 63.000.000 kiloliter per
tahun dan beberapa asumsi lainnya. Pemerintah Indonesia harus
mengeluarkan subsidi dalam bentuk uang tunai sebesar Rp123,6 triliun.
Uang tunai sebesar ini tidak dimiliki oleh pemerintah sehingga
APBN jebol. Maka pemerintah harus menaikan harga BBM jenis
premium yang selalu disebut dengan istilah BBM bersubsidi.
Pemerintah, para ilmuan, pengamat, pers dan komponen elit bangsa
lainnya meyakinkan rakyat Indonesia tentang pendapatnya yang sama
sekali tidak benar dan bahkan menyesatkan itu. Pemerintah yang dalam
berbagai pernyataan dan penjelasannya mengatakan, “Harus
mengeluarkan uang tunai untuk subsidi BBM,” ternyata menulis yang
bertentangan di dalam nota keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun 2012.
Marilah sekarang kita simak. Dalam nota keuangan tahun 2012
ini, dalam nota keuangan yang resmi ini, tercantum angka subsidi
sebesar Rp123,6 triliun yang tercantum pada halaman 4.VII dalam
bentuk tabel nomor 4.III dengan judul “Subsidi Sebesar Rp123,5997
triliun” atau dibulatkan menjadi Rp123,6 triliun.
Majelis Hakim Yang Mulia. Dalam nota keuangan terdapat tiga
halaman lainnya yang mencantumkan pemasukan uang tunai dari BBM
yang sama sekali tidak pernak disebut oleh pemerintah. Tiga halaman
itu sebagai berikut.
Pada halaman 3.VI, terdapat tabel III.3 dengan judul
“Penerimaan Perpajakan Tahun 2012.” Dalam tabel ini terdapat pos
pajak penghasilan migas sebesar Rp60,9156 triliun. Jadi, ada uang
tunai yang masuk dari pajak penghasilan migas sebesar Rp60,9156
triliun yang oleh pemerintah sendiri ditulis di dalam nota keuangan
sebuah dokumen resmi.
Pada halaman III.12, terdapat tabel III.7 dengan judul
“Perkembangan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Migas) Tahun 2012.”
Dalam tabel ini terdapat pos penerimaan SDA migas sebesar
Rp159,4719 triliun. Jadi, ada uang tunai yang masuk lagi sejumlah
Rp159,4719 triliun.
Pada halaman 4.43, terdapat tabel IV.5 dengan judul “Transfer
ke Daerah” dengan penjelasan dana bagi hasil sejumlah Rp32,3762
triliun.
Majelis Hakim Yang Mulia. Kalau tiga halaman yang saya
sebutkan tadi bersama dengan satu halaman yang memuat angka yang
dinamakan subsidi disusun dalam bentuk tambah kurang, hasilnya
seperti yang tercantum dalam tabel 1 di halaman 3 yang sudah saya

18 
bagikan kepada Para Hakim Yang Terhormat. Susunan angka-angkanya
tidak akan saya bacakan. Akan tetapi, dari situ kita lihat ada dua angka
penerimaan, yaitu dari pajak penghasilan migas sebesar Rp60,9156
triliun dan dari pemasukan negara bukan pajak sebesar Rp159,4719
triliun. Dua angka ini merupakan arus uang tunai yang masuk ke dalam
kas negara sejumlah Rp220,3875 triliun yang tidak pernah disebut
dalam kaitannya dengan mengemukakan apa yang dinamakan subsidi.
Nota keuangan mencantumkan dua angka pengeluaran, yaitu
yang disebut subsidi sebesar Rp123,5997 triliun dan yang dinamakan
dana bagi hasil migas sebesar Rp32,3267 triliun. Kita lihat bahwa dua
angka pemasukan, jumlahnya Rp220,3875 triliun dikurangi dengan dua
angka pengeluaran yang Rp155,879 triliun, menghasilkan kelebihan
uang tunai sejumlah Rp64,5116 triliun. Namun, pengeluaran uang tunai
yang dinamakan dana bagi hasil bukan pengeluaran oleh rakyat
Indonesia, ini adalah pemasukan uang tunai ke dalam kas negara yang
diteruskan kepada daerah dalam rangka otonomi keuangan, maka
seyogianya angka ini dianggap sebagai pemasukan uang tunai.
Sehingga kalau ditambahkan, keseluruhan kelebihan uang tunai atau
surplusnya menjadi Rp96,7878 triliun. Jadi, kalau dikatakan pemerintah
mengeluarkan uang tunai sejumlah Rp123,5997 triliun guna membayar
subsidi BBM, jelas tidak benar. Yang benai ialah pemasukan uang tunai
netto sebesar Rp96,8 triliun.
Majelis Hakim Yang Mulia. Setelah melakukan pembohongan
publik dan penyesatan, DPR melakukan perdebatan sangat dramatis
yang logikanya sama sekali tidak dipahami oleh akal sehat dan juga
sulit dipahami oleh setiap murid SMU karena urusannya hanya
menambahkan dan mengurangkan saja. Fraksi-fraksi koalisi di DPR
menyimpulkan bahwa kalau harga ICP di pasar internasional mencapat
US$105 per barel ditambah dengan 5% atau mencapai US$120,75 per
barel, maka APBN akan jebol. Karena itu, pemerintah diperbolehkan
menaikkan harga bensin premium tanpa persetujuan dari DPR.
Kesepakatan ini dituangkan dalam apa yang terkenal dengan Pasal 7
ayat (6a). Kenaikan harga di pasar internasional hanya berdampak pada
volume minyak mentah yang harus diimpor, hanya yang harus diimpor.
Mari kita lihat angka-angkanya pada tabel II di halaman 5.
Seperti yang tadi, angka-angka susunannya tidak akan saya bacakan.
Tadi telah saya kemukakan bahwa kesepakatan DPR mengatakan
bahwa bilamana harga ICP mencapai 150% atau plus 15% dari $150
per barel, pemerintah boleh menaikan harga BBM tanpa persetujuan
DPR karena devisit yang diakibatkan oleh subsidi terlampau besar,
sehingga tidak tertahankan lagi.
Dari susunan angka-angka dalam tabel II, terlihat jelas bahwa
pemerintah masih kelebihan uang tunai sejumlah Rp74,1915 triliun,
walaupun harga ICP mencapai $120,75 per barel. Dari tabel dapat
dilihat bahwa kenaikan negara … ICP di pasar internasional hanya

19 
berdampak pada bagian yang harus diimpor saja atau hanya
berdampak untuk 25,1292 miliar liter. Kebutuhan lainnya yang 37,7808
miliar liter dipenuhi dari minyak yang ada dalam perut bumi Indonesia
sendiri. Maka dampaknya pengelolaan ekstra sebesar 22,596 triliun …
eh, 22,563 triliun. Sehingga masih ada kelebihan uang tunai sebesar
Rp74,1915 triliun, walaupun harga ICP menjadi $120,75 per barel.
Sekarang tentang alasan ideologis. Majelis Hakim Yang Mulia,
mengapa orang-orang pandai dan berpendidikan tinggi melakukan
kesalahan yang merupakan blunder dengan dampak penyesatan pikiran
dan pemahaman yang demikian mendalam dan meluasnya?
Menurut keyakinan saya, ini adalah sebuah indoktrinasi bahkan
pencucian otak yang sangat sistematis oleh kekuatan korporasi asing
yang ingin mengeduk keuntungan sebesar-besarnya dari bumi
Indonesia, terutama dari migas. Secara ideologis, elit bangsa Indonesia
telah berhasil di brainwash. Sehingga mereka tidak bisa berpikir lain
kecuali secara otomatis atau refleks, merasa sudah seharusnya bahwa
komponen minyak mentah dalam BBM harus dinilai dengan harga yang
tertentu oleh mekanisme pasar yang dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2001, Pasal 28 ayat (2) disebut mekanisme persaingan usaha
yang sehat dan wajar.
Harga yang terbentuk di pasar internasional melalui institusi New
York Mercantile Exchange yang terkenal dengan nama NYMEX, tidak
ada hubungannya dengan harga pokok BBM yang minyak mentahnya
milik kita sendiri.
Maka, marilah sekarang kita telaah berapa uang tunai yang
harus dikeluarkan untuk pengadaan bensin premium yang minyak
mentahnya berasal dari perut bumi Indonesia. Harga pokok pengadaan
bensin yang berasal dari minyak mentah milik sendiri karena digali
dalam perut bumi Indonesia, terdiri dari pengeluaran-pengeluaran uang
tunai untuk kegiatan-kegiatan penyedotan atau lifting, pengilangan atau
refining, dan biaya pengangkutan rata-rata ke pompa-pompa bensin
atau transporting. Keseluruhan biaya-biaya ini sebesar $10 per barel. 1
barel sama dengan 195 liter dan dengan asumsi nilai tukar $1 sama
dengan Rp9.000,00 maka biaya dalam bentuk uang tunai yang harus
dikeluarkan sebesar 10 dibagi 159 dikalikan Rp9.000,00 atau Rp566,00.
Uang tunai yang harus dikeluarkan untuk mengadakan bensin dari
minyak mentah, dari bawah perut bumi Indonesia adalah Rp566,00.
Namun, kita dicuci otak untuk berfikir bahwa seolah-olah semua minyak
mentah harus dibeli dari pasar minyak internasional yang harganya
ditentukan oleh mekanisme pasarnya New York Mercantile Exchange
atau NYMEX.
Dengan demikian kita harus berfikir bahwa harga pokok dari satu
liter bensin premium sebesar Rp6.509,00. Yaitu, atas dasar harga
minyak mentah di pasar internasional sebesar $105 per barel, 1 barel
sama dengan 159 liter. Sehingga dengan asumsi $1 sama dengan

20 
Rp9.000,00 yang diambil oleh APBN 2012. Komponen minyak dalam
satu liter bensin premium adalah 105 dibagi 159 dikali Rp9.000,00 sama
dengan Rp5.934,3 ditambah dengan biaya lifting, refining, dan
transporting sebesar Rp566,00 per liter menjadilah bensin premium
dengan harga pokok sebesar Rp6.509,00 per liter.
Seperti kita ketahui harga bensin premium Rp4.500,00 per liter.
Sehingga pemerintah merasa merugi, merasa merugi Rp2.009,00 per
liternya. Yaitu, Rp6.509,00 dikurangi Rp4.500,00. Dengan kata lain,
pemerintah merasa memberikan subsidi kepada rakyat Indonesia yang
membeli bensin premium sebesar Rp2.009,00 untuk setiap liternya.
Karena menurut pemerintah, konsumsi BBM dengan harga Rp4.500,00
per liter itu seluruhnya 61,62 juta kilo liter atau 61,62 miliar liter,
pemerintah merasa merugi memberikan subsidi kepada rakyat
pengguna bensin sejumlah 123,59 triliun. Angka inilah yang tercantum
dalam nota keuangan tahun 2012. Tabel 4. III, dengan judul subsidi
halaman 4.7.
Jelas bahwa pola pikir ini didasarkan atas ideologi
fundamentalisme mekanisme pasar yang diterapkan pada minyak dan
BBM yaitu bahwa harga BBM harus ditentukan oleh mekanisme pasar.
Pemerintah tidak boleh ikut campur tangan dalam menentukan harga
BBM yang diberlakukan buat rakyatnya, walaupun minyak mentah yang
diolah menjadi BBM adalah milik rakyat itu sendiri, pemerintah yang
mewakili rakyat pemilik minyak di bawah perut bumi tanah airnya, tidak
boleh menentukan harga yang diberlakukan buat rakyat.
Dengan kata lain, hak rakyat untuk menentukan nasibnya
sendiri, tentang bagaimana menggunakan minyak yang miliknya sendiri
itu diingkari. Harga yang dibayar untuk minyak miliknya sendiri haruslah
harga yang ditentukan oleh mekanisme pasar, mekanisme permintaan
dan penawaran minyak dari seluruh dunia yang dikoordinasikan oleh
New York Mercantile Exchange atau NYMEX. Kalau harga minyak yang
terkandung dalam BBM dijual dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh NYMEX, perbedaan
ini disebut subsidi yang dianggap rugi dalam arti benar-benar
kehilangan uang tunai.
Pikiran yang menganut mekanisme pasar murni difanatisir,
diradikalisir dan disesatkan dengan mengatakan bahwa subsidi BBM
sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Jumlahnya sangat besar, pemerintah tidak memiliki uang itu sehingga
APBN jebol. Ini jelas tidak benar, jelas bohong. Toh, dikatakan oleh
praktis oleh seluruh elit kekuasaan yang duduk dalam eksekutif maupun
legislatif. Penyesatan tersebut telah diperlihatkan pada awal kesaksian
ini, yaitu angka-angka yang tercantum dalam tabel 1, angka-angka ini
ditulis oleh pemerintah sendiri yang dicantumkan dalam dokumen
resmi, yaitu nota keuangan APBN Tahun 2012 yang dijadikan titik tolak
diskusi dan penentuan kebijakan.

21 
Demikianlah jauhnya indoktrinasi, brain washing yang berhasil
tentang mutlaknya pemberlakukan mekanisme pasar, sehingga mulut
pemerintah mengatakan memberi subsidi yang sama dengan uang
tunai dan dalam jumlah besar yang harus dikeluarkan. Sehingga APBN
jebol, tetapi tangannya menuliskan tabel nomor 1 yang jelas
memperlihatkan bahwa ada kelebihan uang tunai sebesar Rp96,8
Triliun. Apa tujuan dari indoktrinasi dan brainwashing?
Secara logis deduktif dan objektif dapat dikenali bahwa
pemberlakuan harga minyak di pasar dunia buat rakyat Indonesia yang
membeli minyaknya sendiri dimaksud untuk membuat rakyat Indonesia
secara mendarah daging berkeyakinan bahwa harga yang dibayar untk
BBM dengan sendirinya haruslah harga yang berlaku di pasar dunia.
Kalau ini sudah merasuk ke dalam otak dan darah dagingnya seluruh
bangsa Indonesia, perusahaan-perusahaan minyak raksasa dunia bisa
menjual BBM di Indonesia dengan memperoleh laba besar.
Seperti kita ketahui, sekitar 90% dari minyak Indonesia di
eksploitasi oleh perusahaan-perusahaan asing atas dasar kontrak bagi
hasil. Pihak Indonesia memperoleh 85% dan dan asing 50% … 15%,
tetapi dalam kenyataannya, pembagian yang sekarang ini, pihak
Indonesia memperoleh 70% dan para kontaktor asing memperoleh
30%. Sebabnya ialah adanya ketentuan bahwa biaya eksplorasi harus
dibayar terlebih dahulu dalam natura atau dalam bentuk minyak
mentah yang digali dari bumi Indonesia.
Para kontraktor asing menggelembungkan, mark-up biaya-biaya
eksplorasinya sehingga sampai saat ini setelah sekian lamanya tidak
ada eksplorasi lagi, biaya-biaya eksplorasi yang dinamakan recovery
cost masih saja dibayar terus. Jumlahnya 15% dari minyak mentah
yang digali, maka kalau volume seluruh penggalian minyak sebanyak
930.000 barel per hari, yang digali oleh kontraktor asing sebanyak 90%
atau 837.000 barel per hari. Hak kontraktor asing 30%, tetapi karena
yang 15% saya anggap sebagai penggantian biaya-biaya eksplorasi
yang disebut recovery cost, artinya saya ikut saja jalan pikiran mereka,
kita anggap netto-nya memperoleh 15%. Ini berarti bahwa keseluruhan
kontraktor asing yang beroperasi di Indonesia setiap harinya mendapat
minyak sebesar … sebanyak 15% dari 837.000 barel atau 125.500 barel
per hari atau 19.954.500 liter per hari.
Kita saksikan bahwa Shell, Petronas dan lain-lain, sudah
membuka pompa-pompa bensinnya. Mereka hanya menjual jenis
bensin yang setara dengan Pertamax dengan harga sekitar Rp10.000,00
per liter, apa artinya ini? Artinya mereka mempunyai hak memiliki
19.954.500 liter per hari. Biaya untuk melakukan pengedukan,
pengilangan, dan transportasi sampai ke pompa-pompa bensin mereka
sebesar Rp566,00 per liter, dijual dengan harga Rp10.000,00 per liter,
labanya Rp9.434,00 per liter. Volumenya 19.954.500 liter per hari,
maka labanya per hari dari konsumen Indonesia dengan menjual bensin

22 
yang minyak mentahnya dari perut bumi Indonesia sebesar
Rp185.255.847.000,00 per hari, yaitu Rp19.954.500,00 x Rp10.000,00
dipotong dengan jumlah yang sama dikali uang tunai yang dikeluarkan
Rp566 atau Rp188.255.847.000,00 per hari. Dalam satu tahun, laba
keseluruhan kontraktor asing yang bekerja di Indonesia sebesar
Rp68,71 triliun. Buat saya sangat jelas bahwa faktor inilah yang
membuat para kontraktor asing itu melakukan apa saja untuk mencuci
otak rakyat Indonesia bahwa bensin harus dibayar dengan harga New
York beserta berbagai argumentasinya. Ternyata (…)

26. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Dipersingkat, Bapak. Dipersingkat sampai lima menit.

27. AHLI DARI PEMOHON: KWIK KIAN GIE

Ya. Kalau begitu Bapak Ketua, oleh karena seluruh makalah


sudah saya berikan, bisa saya akhiri sampai di sini saja sehingga nanti
bisa didalami. Banyak terima kasih atas perhatiannya.

28. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, terima kasih. Kami sudah membaca dan mengikuti dengan


saksama, dan sangat menarik semuanya. Untuk itu Majelis Hakim
kepada Pemerintah minta agar masalah-masalah perhitungan tadi yang
nampaknya ini asumsinya beda dengan yang dipakai oleh Pemerintah,
itu supaya dijelaskan pada persidangan-persidangan berikutnya. Apa
benar yang seperti ini, agar kami bisa mendengar dari kedua pihak. Pun
tadi yang dari Bapak Kurtubi dan Bapak Ichsanudin Noorsy ada
beberapa hal yang selalu dikatakan bahkan juga konon sudah
disampaikan kepada Pemerintah, sering juga disampaikan di sidang-
sidang Mahkamah Konstitusi, tetapi tidak pernah mendapat jawaban
yang jelas dan memuaskan, pada sidang-sidang berikutnya kami mohon
agar diberi penjelasan.
Baik ada waktu tiga atau empat menit, kalau Pemohon Prinsipal
mau bicara, Pak Din Syamsuddin atau Pak Fahmi, kalau masih, silakan,
Bapak.

29. PRINSIPAL PEMOHON: DIN SYAMSUDDIN

Terima kasih, Majelis Hakim yang kami muliakan, hadirin yang


terhormat.
Terhadap pertanyaan tentang motif pimpinan pusat
Muhammadiyah dan sejumlah organisasi kemasyarakatan dan tokoh-
tokoh bangsa mengajukan gugatan terhadap undang-undang tentang

23 
migas ini. Hanya satu, kami bertekad untuk menegakkan kedaulatan
negeri, kedaulatan negara, khususnya dalam bidang energi. Karena
dalam undang-undang tentang migas ini, kami meyakini telah
meruntuhkan kedaulatan negara dan oleh karena itu juga merugikan
rakyat. Dan kami berkeyakinan ini sangat bertentangan dengan
konstitusi yang kita agungkan.
Maka oleh karena itu, kami sungguh berharap Mahkamah
Konstitusi sesuai dengan kewenangannya untuk dengan jernih demi
tegaknya kedaulatan negara melanjutkan persidangan ini dan
memperhatikan gugatan kami atas nama sebagian dari rakyat
Indonesia. Terima kasih.

30. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik. Itulah … Pak Fahmi juga? Cukup, Bapak? Baik.


Sidang berikutnya untuk melanjutkan Ahli-Ahli yang sudah
diajukan, sekaligus sambil menjadwalkan jawaban-jawaban dari
Pemerintah atas semua yang disampaikan oleh para Ahli tadi, akan
dilanjutkan pada hari Selasa, tanggal 19 Juni 2012, jam 11.00 WIB.
Sidang ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 12.20 WIB

Jakarta, 6 Juni 2012


Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah,

t.t.d

Paiyo
NIP. 19601210 1985021001

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah
Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

24 

Anda mungkin juga menyukai