Anda di halaman 1dari 22

Revisi Makalah

TAFSIR ‘ILMI; TAFSIR AL-JAWAHIR THANTHAWI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Tafsir

Yang dibimbing oleh

Dr. H. Safrudin Edi Wibowo, Lc, M.Ag.

Prof. Dr. H. Mahjuddin, M.Pd.I

Disusun oleh:

Umi Latifatun Nihayah 203206080011

PASCASARJANA

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Studi Tafsir “Tafsir „ilmi: Tafsir Al-Jawahir Thathawi”
dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini penulis berterima kasih kepada :

1. Dr. H. Safrudin Edi Wibowo, Lc, M.Ag. dan Prof. Dr. H. Mahjuddin, M.
Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Tafsir
2. Kepada teman-teman program study Studi Islam yang telah membantu
dalam hal sarana prasarana juga dukungan motifasi dalam menyelesaikan
tugas ini.

Kami menyadari dalam setiap penulisan tiada kata sempurna, penulis mohon
kritik dan saran dalam hasil karya ini agar penulis dapat lebih baik lagi menulis
karya ilmiah kedepannnnya.

Jember, 27 Juni 2021

Penulis

i
ABSTRAK

Tafsir Ilmi adalalah tafsir yang dalam menafsrikan al-Qur‟an dengan


menggunakan istilah ilmiah dan berusaha mengeluarkan berbagai ilmu
pengetahuan dalam penafsirannya dan visinya menggunakan filsafat darinya.
Salah satu ulama‟ dalam tafsir ilmi ialah Jawahir Al-Thanthawi.

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah 1) Bagaimana


biografi Thanthawi Al-Jauhari? 2) Bagaimana metodologi, corak, sisitematika dan
contoh penafsiran Thanthawi Al-Jauhari? 3) Bagaimana pro kontra ulama‟
terhadap tafsir ilmi al-jawahir, contoh tentang malaikat sebagai cahaya dan
pengaruh cahaya matahari, motivasi penulisan tafsir.

Tujuan penulisan dalam makalah ini untuk mengetahui biografi


Thanthawi Al-Jauhari, untuk mengetahui metodologi, corak, sisitematika dan
contoh penafsiran Thanthawi Al-Jauhari, ntuk mengetahui pro kontra ulama‟
terhadap tafsir ilmi al-jawahir, contoh tentang malaikat sebagai cahaya dan
pengaruh cahaya matahari, motivasi penulisan tafsir

Kesimpulan dari makalah ini Thanthawi Al-Jauhari lahir Pada Tahun 1287
H/ 1870 M di desa Kifr „Iwadiflah. Desa tersebut terletak disebelah timur kota
Mesir. Thanthawi wafat pada tahun 1358 H/ 1940 M. Thanthawi dalam
menyusun kitab tafsirnya, dengan menggunakan metode tahlili dengan
corak/nuansa penafsiran ilmi. Terkait corak penafsiran, Thanthawi Jauhari
menggunakan pendekatan tafsir ilmi, maka tidak heran bahwa dapat dipastikan
Thanthawi Jauhari dengan kepastian sebagai seorang yang ahli dalam bidang
agama dan gandrung dengan terhadap ilmu-ilmu sains baru yang berkembang.
ِ ‫ ب ِْس ِم‬: maksud dari penafsiran
Contoh penafsiran Tafsir Thanthawi Al-Jauhari, ‫للا‬

Thanthawi al-Jauhari memberikan segala nikmat adalah Allah yang diberikan


langsung kepada manusia dan alasan manusia tetap menjalani kehidupannya
dengan baik berkat lantaran pertolongan-Nya. Keberkahan akan datang pada diri
seseorang ketika setiap aktifitasnya selalu didahului dengan membaca basmalah.
Para ulama yang pro yaitu: Abdul Aziz Ali al-Su’ud, Amin al-Khuly, Muhammad

ii
Husain al-Dhaahabi, Abdul Majid Abdussalam al-Muhtasib. Ulama yang kontra
yaitu: Muhamad Abduh, Imam al-Ghozali, Muhammad Ibrahim syaeh Kujin.
Contoh Tentang Malaikat Sebagai Cahaya Dan Pengaruh Cahaya Matahari
dalam tafsirannya pada surah al-Baqarah ayat 22. Thanthawi al-jauhari
bermaksud menulis tafsir ini dikarenakan karena berkeinginan agar kaum
muslimin mengkaji sains-sains kealaman, agar bisa membuat islam ini menjadi
maju dan agar bisa mengungguli Eropa dari berbagai bidang, baik dalam bidang
medis, arsitektur, matematika, pertambangan dan lain sebagainya.

Kata Kunci:Tafsir Ilmi, Thanthawi Al-Jauhari.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

1. BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1


a. Latar Belakang....................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
c. Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
2. BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... 3
a. Biografi Thanthawi Al-Jauhari ................................................................... 3
b. Metodologi, corak, sisitematika dan contoh penafsiran Thanthawi Al-
Jauhari......................................................................................................... 4
c. Pro kontra ulama‟ terhadap tafsir ilmi Thanthawi al-Jauhari, contoh
tentang malaikat sebagai cahaya dan pengaruh cahaya matahari,
motivas penulisan tafsir ............................................................................ 10
3. BAB III : PENUTUP ................................................................................. 15

Kesimpulan ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern diberbagai bidang ilmu pengetahuan, kedokteran,
industri, biologi, pertanian dan lain sebagainya mengakibatkan lemahnya
kemampuan manusia mengantisipasi perkembangan tersebut, timbulnya
perubahan dan menipisnya tata nilai dan sekaligus mengubah pola hidup
manusia, yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap perkembangan akal
pikirannya dan ini juga berpengaruh dalam pengertian ayat-ayat al-Qur‟an
sedangkan al-Qur‟an dan juga hadis, merupakan sumber rujukkan yang harus
wajib dipegang.
Tafsir ilmi merupakan corak penafsiran modern yang amat berkaitan
dengan teori-teori ilmiah modern. Pada abad 14 H ini, tafsir dengan corak
ilmiah makin berkembang dan tumbuh. Tokoh yang kental nuansa ilmiah
dalam menafsirkan al-Qur‟an adalah Thanthawi Al-Jauhari serta metodologi
penafsirannya. Dengan ini pemakalah akan membahas mengenai Tafsir Ilmi:
Tafsir Al-Jauhari Thanthawi.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Thanthawi Al-Jauhari?
2. Bagaimana metodologi, corak, sisitematika dan contoh penafsiran
Thanthawi Al-Jauhari?
3. Bagaimana pro kontra ulama‟ terhadap tafsir ilmi Thanthawi Al-Jauhari,
contoh tentang malaikat sebagai cahaya dan pengaruh cahaya matahari,
motivasi penulisan tafsir?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui biografi Thanthawi Al-Jauhari i
2. Untuk mengetahui metodologi, corak, sisitematika dan contoh penafsiran
Thanthawi Al-Jauhari
3. Untuk mengetahui pro kontra ulama‟ terhadap tafsir ilmi Thanthawi Al-
Jauhari, contoh tentang malaikat sebagai cahaya dan pengaruh cahaya
matahari, motivasi penulisan tafsir
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Thanthawi Al- Jauhari


Thanthawi Al-Jauhari lahir Pada Tahun 1287 H/ 1870 M di desa Kifr
„Iwadiflah. Desa tersebut terletak disebelah timur kota Mesir. Kondisi sosial
yang dialami oleh desa Kifr berjalan selayaknya seperti desa di sekitar kota
Mesir. Begitu juga aktifitas yang dilakukan oleh penduduknya yaitu bekerja
keras membanting tulang untuk mencukupi kehidupan mereka masing-
masing. Profesi yang menonjol pada saat itu sebagai petani. Thanthawi lahir
dari sebuah keluarga petani sehingga kegiatan masa kecil yang dilakukan
membantu orangtuanya bertani. Thanthawi wafat pada tahun 1358 H/ 1940
M. Thanthawi termasuk salah seorang pemikir dan cendekiawan Mesir atau
biasa ada yang menyebutnya sebagai seorang filosof Islam.
Pendidikan Thanthawi Jauhari pada masa kecilnya belajar di Madrasah al-
Ghar. Selesai menyelesaikan di Madrasah al-Ghar Thanthawi meneruskan ke
al-Azhar di Kairo termotivasi dari orang tuanya untuk melakukan serangkaian
perjalanan intelektualnya untuk mengembangkan wawasan keilmuannya. Di
Universitas alAzhar Thanthawi bertemu dengan tokoh-tokoh pembaharu
terkemuka di kota Mesir, tokoh tersebut antara lain Muhammad „Abduh.
Thantawi sangat tertarik pada Muhammad „Abduh dalam menerapkan sisitem
pengajaran yang diterapkan dalam kuliah-kuliah yang disampaikan.1
Bimbingan dan motivasi dalam mengajar beberapa mata kuliah yang
diberikan Muhammad „Abduh membuka cakrawala pemikiran Thanthawi
Jauhari. Salah satu mata kuliah yang sangat tertarik adalah mata kuliah tafsir
selain tafsir Thanthawi juga tertarik dengan ilmu fisika. Thanthawi cukup
populer dalam gagasan dan pemikirannya, gagasan dan pemikiran yaitu yang
pertama, obsesinya untuk memajukan daya fikir umat Islam. kedua,
pentingnya ilmu dan menguasai idiom-idiom modern. Ketiga, pengkajian

1
Nani, Ayat-Ayata Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2017), Hal 36.
4

terhadap al-Qur‟an sebagai satu-satunya kitab suci yang memotivasi


pengembangan ilmu.2
B. Metodologi, corak, sisitematika dan contoh penafsiran Tafsir Al-
Jhawahir Thanthawi
1. Metodologi Penafsiran Al-Jhawahir Thanthawi
Thanthawi dalam menyusun kitab tafsirnya, dengan menggunakan
metode tahlili dengan corak/nuansa penafsiran ilmi, karya tafsirnya
berbeda dengan yang lain, karena kebanyakan penafsiran yang
berkembang pada masanya adalah penafsiran yang lebih memfokuskan
pada sudut kebahasaan (dengan menjelaskan kosa kata, struktur bahasa,
dan gramatikanya), sehingga terbatas pada penjabaran lafaznya saja.
Penafsiran seperti itu yang dikritik Thanthawi karena lebih banyak
melahirkan penghafal daripada pemikir, serta mengakibatkan kreativitas
menjadi stagnan dan mati keilmuannya.3
Adapun penafsiran yang dikembangkan Thanthawi lebih menitik
beratkan pada analisis spirit atau pandangan dunia al-Qur‟an secara
keseluruhan, terutama yang berkaitan sains ilmiah (ilmu alam). tafsir lafzi
penjelasan lafaz hanya diberikan dalam bentuk ringkas yang ia sebut.
Kemudian teks yang ia pandang berkenanaan dengan sains, dielaborasi
secara panjang lebar dengan memasukkan pembahasan ilmiah dan teori-
teori modern yang diambil dari pemikiran sarjana-sarjana (ulama) Timur
dan Barat untuk menjelaskan kepada seluruh masyarakat muslim ataupun
non muslim bahwa al-Qur‟an relevan dengan perkembangan sains
tersebut. penjelasannya tersebut kadang dilengkapi dengan foto
tumubuhan, binatang, pemandangan alam, dan tabel-tabel penemuan
ilmiah.

2
Fuad Taufiq Imron, Konsep Gunung Dalam Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
(Perspektif Sains Modern), (Semarang: Uiversitas Islam Negeri Walisongo, 2016), hal 60-64.
3
Rizki Firmansyah, Metodologi Tafsir Ilmi: Studi Perbandingan Tafsir Sains Thanthawi Jauhari dan
Zaghlul an-Najjar, (Volume 3 Nomor 1 (2021) 88-102 P-ISSN 2656-839x E-ISSN 2716-4683 D0I: 10.
17467/ jdi.v3i2.314), hal: 93.
5

Penafsiran yang digunakan Thanthawi lebih banyak menggunakan


riwayat-riwayat hadis untuk memperkuat dan mendukung penafsirannya.
Yang digunakan Thanthawi dalam tafsirannya banyak ditemukan baik
dalam penafsiran saintifik hukum, teologis, maupun akhlak.
Sedang mengenai narasi Israiliyat, ia juga terkadang
menggunakannya yang dimasukkan dalam sub khusus “hikayat”, seperti
narasi tentang Iskandar dan pertemuan orang buta dengan Nabi Ilyas. Ia
juga terkadang merujuk kepada kitab Injil, terutama Injil Barnabas yang ia
anggap sebagai satu-satunya kitab Injil yang tidak terkena perubahan dan
pergantian.4
2. Corak Penasiran Thanthawi Al-Jauhari
Terkait corak penafsiran, Thanthawi Jauhari menggunakan
pendekatan tafsir ilmi, maka tidak heran bahwa dapat dipastikan
Thanthawi Jauhari dengan kepastian sebagai seorang yang ahli dalam
bidang agama dan gandrung dengan terhadap ilmu-ilmu sains baru yang
berkembang. Namun yang perlu diingat adalah tidak ada ayat al-Qur‟an
yang bersifat ilmiah, karena al-Qur‟an adalah wahyu dan kebenarannya
bersifat mutlak.
Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat ilmiah kebenarannya bersifat
relatif. Al-Qur‟an merupakan kitab petunjuk bagi manusia bukan kitab
ilmu. Akan tetapi didalam al-Qur‟an, al-Qur‟an memberikan petunjuk
bagi manusia yang berhubungan dengan ilmu perngetahuan yang
berbentuk lafzi, isyarat, qiasai dan tersurat yang berguna untuk
memberikan sebagai petunjuk 5
3. Karakteristik penafsiran Thanthawi Al-Jauhari
Adapun penulisan tafsirnya disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut:

4
Armainingsih, MA. Hum, Studi Tafsir Saintifik Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya
Syeikh Tantawi Jauhari, (Jurnal At-Tibyan Vol. I No. 1 januari-juni 2016), hal 105-106.
5
Fuad Taufiq Imron, Konsep Gunung Dalam Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
(Perspektif Sains Modern), (Semarang: Uiversitas Islam Negeri Walisongo, 2016), hal 60-64.
6

1. Dalam pendahuluan kita Thanthawi menjelaskan alasan menulis kitab


tafsir al-jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim.
2. Menjelaskan secara ringkas maksud-maksud (maqasid) surat yang
hendak ditafsirkan. Penjelasan maqasid tersebut, terkadang juga
ditempatkan setelah menjelaskan kedudukan makiyah dan madiniyah-
nya serta pengelompokkan surat. Tetapi secara umum sistematika
penafsirannya diawali dengan penjelasan maqasid surat, kemudian
kalau perlu-karena terdapat surat makiyah dan madiniyah-nya, serta
kalau memungkinkan adanya pengelompokan ayat, maka ia jelaskan
pengelompokannya.
3. Memberi penjelasan lafaz (al-tafsir al-lafzi) atau penjelasan kosa kata,
struktur bahasa dan gramatiknya secara ringkas dari setiap kelompok
ayat maqasid. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa hanya pada
lafadz tertentu dengan penguraian yang agak panjang saja penekanan
diberikan.
4. Memberi penjelasan kandungan setiap maqasid dengan merinci lataif
dan jawahir-nya. Lataif dalam tafsir ini adalah ungkapan atau
pernyataan diantara teks yang mengandung lautan makna terdalam,
sedang jawahir adalah mutiara-mutiara (rincian makna atau
pengetahuan) yang diperoleh lautan (lataif) tersebut. Dalam uraian
mengenai lataif dan jawahir ini, terkadang ia hanya menuliskan
latifah-nya saja dengan penjelasan tema-tema tertentu yang panjang
lebar, tanpa menyebutkan jawhar-nya, terkadang juga ia hanya
menyebutkan jawhar-nya.
5. Menguraikan latifah atau jawhar diatas, dengan memberikan ulasan
panjang lebar terhadap ayat-ayat kauniyah, serta memasukkan
penjelasan-penjelasan yang mengandung relevansi dengan surat atau
ayat yang sedang dibahas. Thanthawi al-Jauhari dalam pembahasan
yang hanya tertentu saja yaitu khusus pada ayat kauniah banyak
memasukkan pembahasan tentang teori-teori pengetahuan, seperti
halnya perkembangan kehidupan katak dari mulai bertelur sampai
7

menjadi katak besar, juga pentingnya ilmu biologi, antropologi,


pertambangan, kimia, serta tentang sejarah timbulnya peswat udara,
juga didalam tafsirnya memuat peta hewan dan tumbuhan seluruh
Asia dan negara-negara lainnya.
6. Pembahasan yang berkaitan dengan ulumul Qur‟an seperti asbabul al-
nuzul, munasabah dan qira’at juga ia bicarakan.6
4. Contoh penafsiran Thanthawi Al-Jauhari
Seperti yang diketahui bahwa tafsir al-Jawahir adalah salah satu tafsir
saintifik, karena banyak memuat penafsiran ilmiah. Penulis akan
membahas contoh penafsiran Thanthawi Jauhari pada basmalah bagian
dari surah al-fatihah
ِ ‫ب ِْس ِم‬
‫للا‬
Dengan nama Allah
Menurut Thantawi, pnyebutan nama Allah di awal kalimat
merupakan bentuk motivasi kepada manusia supaya dalam setiap
pekerjaannya selalu menyandarkan diri hanya kepada-Nya. Karena itu,
yang memberikan segala nikmat adalah Allah yang diberikan langsung
kepada manusia dan alasan manusia tetap menjalani kehidupannya
dengan baik berkat lantaran pertolongan-Nya.Setip aktivitas yang
didahului dengan membaca basmalah dapat mendatangkan keberkahan.
Thanthawi hanya memberikan penafsiran yang terbatas Untuk
potongan ayat ini,
‫َّالر ْْح َِن َّالر ِح ْ ِي‬
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Dalam menafsirkan potongan ayat ini, Thanthawi memiliki
perspektif yang berbeda dibandingkan ulama pada umumnya. Sebagian
besar ulama mengaitkan kata ‫( َّالر ْ َْح ِن‬Yang Maha Pengasih) dengan kasih

sayang Allah kepada semua makhluk semasa di dunia, baik orang

6
Armainingsih, MA. Hum, Studi Tafsir Saintifik Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya
Syeikh Tantawi Jauhari, (Jurnal At-Tibyan Vol. I No. 1 januari-juni 2016), hal 105-106.Hal 104-105.
8

mukmin maupun kafir, sedangkan kata ‫( َّالر ِح ْ ِي‬Yang Maha Penyayang)

memliki hubungan dengan makna kasih sayang yang diberikan Allah


kepada orang mukmin diakhirat kelak.
Adapun menurut Thanthawi, kata ‫( َّالر ْْح َِن‬Yang Maha Pengasih)

menunjuk kepada kasih sayang Allah terhadap manusia atas rahmat-Nya


yang bersifat besar, seperti langit, bumi, kesehatan, dan akal, sedangkan
kata ‫( َّالر ِح ْ ِي‬Yang Maha Penyayang) menunjuk kepada kasih sayang Allah

terhadap manusia atas rahmat-Nya yang bersifat halus, seperti adanya


bulu-bulu lentik di sekililing mata untuk melindunginya dari gangguan
debu, memancarnya cahaya dari cela-cela mata untuk menangkap segala
bayangan benda yang disinarinya dan sebagainya.
Menurut Thanthawi, banyak di antara manusia yang lalai
memperhatika rahmat Allah yang besifat halus ini, baik di dalam diri
mereka maupun di alam semesta. Untuk memperkuat pernyataannya,
Thanthawi mengutip contoh menarik yang ditunjukkan oleh Prof. Dr.
Myle Edward, yang menurutnya ada sejenis binatang yang disebut
“Exylow Coobe”, yang hanya hidup di musim bunga dan selesai bertelut
langsung mati.
Untuk mengetahui peran rahmat Allah terhadap binatang ini dapat
diperhatikan prosesnya berikut: Allah mengilhamkan kepada binatang ini
untuk membuat suatu tempat sebelum ia bertelur. ia pun membuat lubang
disebuah batang kayu. Kemudian ia mengumpulkan mayang-mayang
bunga dan dedaunan yang mengandung zat gula untuk mengisi lubang
yang telah dibuatnya. Setelah itu, ia mengumpulkan serbuk kayu untuk
dijadikan atap pada sarangnya, lalu ia bertelur di dalamnya. Untuk apa
binantang ini mengumpulkan mayang-mayang bunga dan dedaunan
sebelum bertelur? Ternyata, semua itu ia persiapkan sebagai bahan
makanan bagi calon anaknya selama satu tahun. Sebab, selama waktu itu,
calon anaknya belum mampu untuk mengusahakan makanannya sendiri.
9

Demikialah cara bianatang ini mengembangkan katurunannya secara


berkesinambungan.
Pertanyaannya: Dari manakah bianatang ini mendapatkan ide
sedemikian brilian dalam mengatur hidupnya dan anak-anaknya? Padaha
ia tidak memiliki akal? Di sinilah peran rahmat Allah sangat tampak. Dia
tidak hanya memelihara makhluk yang diciptakan, tetapi juga makhluk
yang akan diciptakan, yaitu dengan mengilhamkan kepada induk binatang
itu untuk mengumpulkan makanan yang sekiranya cukup untuk
memenuhi kebutuhan anak-anaknya selama satu tahun.
Selain itu, Thanthawi juga memaparkan contoh keajaiban lain yang
terkait dengan sifat rahim Allah binatang lainnya, seperti lebah, semut,
dan laba-laba. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Lebah
Setiap pagi hari, Allah membukakan satu jenis bunga supaya
sarinya diisap oleh lebah. Kemudian sari bunga itu dibawa oleh
lebah kesarangnya. Allah memberikan ilham (isyarat) kepada lebah
bahwa pada waktu itu tiada bunga jenis lain yang terbuka, kecuali
yang sejenis dengan bunga yang telah diisapnya. Ini di antara
rahmat Allah kepada lebah.
b. Semut
Diantara rahmat Allah yang mengagumkan bagi “semut” adalah
adanya suatu binatang yang bernama “Aphis” (kutu daun).
Binatang ini selalu dimusuhi oleh semut. Setiap kali binatang ini
kalah, ia ditawan oleh semutt. Ia dipelihara dengan baik oleh semut
hingga menjadi gemuk. Apabila binatang ini telah makan dengan
kenyang, maka datanglah semut-semut untuk mengisap zat manis
dari tubuhnya, tak ubahnya seperti sapi perahan yang susunya
dibutuhkan oleh manusia.

Setelah memaparkan contoh-contoh yang menakjubkan tersebut,


Thanthawi mengaitkannya dengan kondisi manusia. Menurutnya, Allah
10

juga telah mengilhamkan syari‟at (agama) kepada para nabi untuk


diajarkan kepada manusia supaya mereka senantiasa menyebut asma
Allah pada waktu memulai pekerjaan, seperti membaca, makan,
minum, dan sebagainya. Tujuannya adalah agar mereka selalu
mengingat dan mengagungkan Allah atas rahmat yang diberikan-Nya.7

C. Pro Kontra Ulama’ Terhadap Tafsir Ilmi al-Jawahir, Contoh Tentang


Malaikat Sebagai Cahaya Dan Pengaruh Cahaya Matahari, Motivasi
Penulisan Tafsir
1. Pro Kontra Ulama Terhadap Tafsri Ilmi
Para pakar terhadap pemikiran Thanthawi Jauhari ada yang pro dan
kontra terhadap Thanthawi al-jauhar dengan memandang bahwa al-
Qur‟an membuat banyak tentang ilmu pengetahuan alam yang kemudian
ia tuangkan dalam tafsirnya dengan pembahasan yang sangat luas.
 Beberapa ulama yang menolak terhadap Tafsir Ilmi al-Jawahir
Thanthawi
a. Abdul Aziz Ali al-Su’ud
ia merupakan Raja Arab Saudi yang sangat menolak keras kitab
Tafsirnya al-Jawahiir Thanthawi, hal ini dimungkinkan karena
pemikirannya yang menyerang para ulama fiqh yang tuduhannya
telah melakukan ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan dalam arti
luas.
b. Amin al-Khuly
Ia menolak dikarenakan yang menurutnya mereka hendak
mengeluarkan al-Qur‟an dari garisnya dalam dialek Arab yang
mereka pahami dan dimensi yang diketahui dari ilmu
pengetahuan.
c. Muhammad Husain al-Dhaahabi
Penolakannya terhadap penafsiran dengan mengunakan
pendekatan ilmiah, karena penafsiran yang ia maksud itu termasuk
7
Fathor Rahman, Tafsir Saintifik Thanthawi Jauhari Atas Surah Al-FatihahI, (Hikmah, Vol. XII,
No.2, 2016), Hal 309-312.
11

penafsiran yang keluar dari tujuan agama atau penyimpang dari


agama. Menurutnya bahwa al-Qur‟an itu bukan diturunkan dari
berbagai sumber ilmu semisal ilmu kimia, astronomi, kedokteran,
memanggil arwah, dll, namun buku ini dikeluarkan sebagai
petunjuk bagi manusia dari kegelapan menuju alam terang
benderang.8
d. Abdul Majid Abdussalam al-Muhtasib
Ia merupakan salah seorang doktor ahli tafsir yang sudah mengasi
sejumlah tafsir ilmiah kontemporer dengan kesimpulanbahwa ia
tidak membenarkan praktik menundukan ayat-ayat al-Qur‟an pada
ilmu pengetahuan.9
 Beberapa ulama yang pro terhadap Tafsir Ilmi al-Jawahir Thanthawi
a. Muhamad Abduh
Pendapanya terhadap tafsir ilmi bahwa al-Qur‟an memuat hakikat
ilmiah (permasalahan tentang alam, baik secara empiris maupun
secara rasional). Jika diamati lebi dalam, memang dalam
penafsiran saintifik menggunakan pendapatnya bahwa al-Quran
merupakan kitab suci yang memang memuat segala hal tanpa
terkecuali.
b. Imam al-Ghozali
Dalam argumennya diungkapan kedalam kitabnya Ihya’ Ulum al-
Din mengenai idenya terhadap tafsir ilmi yang ia kembangkan,
menurutnya sumber ilmu pengetahuan yang tidak terbatas. Al-
Ghazali ini merupakan orang yang pertama yang mengutarakan
hal ini. Dalam kitab Ihya‟ Ulumu al-Din pendapatnya tentang
tafsir ilmi yang berisi bahwa semua bentuk pemahaman ilmuan
rasioanal dan perbedaan pendapat pendapat dalam menganalisi

8
Armainingsih, MA. Hum, Studi Tafsir Saintifik Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Syeikh
Tantawi Jauhari, (Jurnal At-Tibyan Vol. I No. 1 januari-juni 2016), hal 112.
9
Fuad Taufiq Imron, Konsep Gunung Dalam Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
(Perspektif Sains), Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2016), Hal-79-80.
12

dan hasil dari rasonal, maka dalam al-Quran sudah ada beberapa
rumusan dan argumentasi tentang hal itu.10
c. Muhammad Ibrahim syaeh Kujin
Ia merupakan ketua utusan China di Universitasal-Azhar),
mengatakan dalam suratnya yang berisi bahwa, Thanthawi Jauhari
merupakan salah satu Ulama modern yang mengarang itab tafsir
dengan gaya bahasa yang indah dan berdasarkan pandangan-
pandangan ilmiah modern.11
2. Contoh Tentang Malaikat Sebagai Cahaya Dan Pengaruh Cahaya
Matahari

Dalam tafsirannya pada surah al-Baqarah ayat 22,

ِ ‫آء َمآ ًء فَؤ َ ْخ َز َج بِ ِه ِمهَ انث َم َز‬


‫ت‬ ِ ‫ َوأَوشَ َل ِمهَ انس َم‬,‫شا وانس َمآ َء بِىَآ ًءة‬ ً ‫ض فِ َز‬ َ ‫اَنذِي َجعَ َم نَ ُك ُم ْانأل َ ْر‬
)22( َ‫ فَالَ تَجْ عَهُ ْوا ِّلِلِ أ َ ْودَاد ًا َوأ َ ْوت ُ ْم ت َ ْعهَ ُم ْون‬,‫ِر ْسقًان ُك ْم‬
Syaikh Thanthawi menganalisis kefahaman kuno serta kepercayaan
dan peradaban kuno mengenai malam sebagai cahaya dan pengaruh
cahaya matahari. “kaum shabiin berpendapat bahwa Allah telah
menjadikan malaikat-malaikat tiada bertubuh seperti manusia dan
merekalah yang berpengaruh pada alam ini. Dan malaikat-malaikat
yang berkuasan dalam menjalankan bintang-bintang, dan bintang-
bintang itulah yang memberi bekas pada bumi ini dan penduduknya.
Mataharim bulan dan bintang-bintang yang lain telah melepaskan
cahayanya pada bumi, dengan debab itum sehinggalah terciptalah
keadaan hidup ini atas dunia ini. Yang sekiranya tidak ada cahaya
matahari itu sudah terang tidak akan bisa hidup sesuatu apa juga di
dunia ini, atau terus selamanya tidak dapat didiami.
Beliau juga membahasa mengenai falsafah agama yang dianut oleh
bangsa-bangsa primitif dan nilai-nilainya yang sangat rusak, yang

10
Armainingsih, MA. Hum, Studi Tafsir Saintifik Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya
Syeikh Tantawi Jauhari, (Jurnal At-Tibyan Vol. I No. 1 januari-juni 2016), hal 113.
11
Fuad Taufiq Imron, Konsep Gunung Dalam Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
(Perspektif Sains), Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2016), Hal-79-80.
13

dalam agamanya ada tiga Tuhan. Asal dari agama bertuhan bertiga ini
didapat dari Greek kuno. Menurut pendapat kamu falsafah: awal mula
Allah menjadikan Akal. Dengan melalui perantaran akal ini dan karena
adanya diri sehingga dari situlah terjadi pergerakan bintang-bintang
dan teraturlah dengan teratur. Sedangkan yang dimaksud cahaya
matahari adalah yang ada pada diri kita, jadi diri kitalah sinar cahaya
pada diri itu, dengan sebab itu mereka berkata: “ Allah, Akal, dan
Diri.” Demkian juga pada bangsa India yang bertuhan Tiga dalam
agamanya yaitu: Brahma, Wisnu, dan Shiva. Tidak hanya itu,
Tionghoa juga menyebut dalam agamanya ada tiga tuhan, Tuhan
pertam yang menjadikan sesuatu, Tuhan yang kedua bala tentara, dan
Tuhan yang ketiga ruh yang dicintai yang tinggal di langit. 12
3. Motivasi Penulisan Tafsir Ilmi
Pada umumnya para ilmuan-ilmuan berkeinginan atau bergerak
dalam mengeksplor ayat-ayat al-Qur‟an yang berdimensi ilmiah dan
ingin menjadikan penafsiran ini untuk menggali makna yang
terkandung serta sebagai inspirasi untuk menghasilkan penemuan-
penemuan baru yang agar bermanfaat bagi umat manusia dan yang
sedemikian membuat berkembangnya sains dan teknologi sehigga
terdorong munculnya penfasiran baru yang disebut dengan tafsir ilmi,
yang membuat tertarik para intelektual muslim membahas penafsiran
ini.13
secara khusus pada ulama jawahir al-Thanthawi bermaksud
menulis tafsir ini dikarenakan karena berkeinginan agar kaum
muslimin mengkaji sains-sains kealaman, agar bisa membuat islam ini
menjadi maju dan agar bisa mengungguli Eropa dari berbagai bidang,
baik dalam bidang medis, arsitektur, matematika, pertambangan dan

12
Ahmad Nabil Amir, Metode Tafsir Al-Ilmi (Saintiik) Antara Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-
Karim Dan Tafsir Al-Manae (Method of Scientific Tafsir (Tafsir Al-IlmiI) Between Kitab Al-Jawahir fi
Tafsir Al-Qur’an Al-Karim And Tafsir Al-Manar), Vol. 1, No. 4(2018) E-ISSN:2637-0271), Hal 37.
13
Rubini, Tafsir Ilmi (Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 6, Nomor 2, Desember
2016), hal 91.
14

lain sebagainya. Pendapanya sama sekali tidak mengherankan jika


islam megalami kemunduran karena selama ini yang dilakukan umat
muslim dalam pengkajian hanya menfasirkan pada sudut fikih bukan
pada pendekatan modern dan ilmiah.14

14
Armainingsih, MA. Hum, Studi Tafsir Saintifik Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya
Syeikh Tantawi Jauhari, (Jurnal At-Tibyan Vol. I No. 1 januari-juni 2016), hal 103.
15

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Thanthawi Al-Jauhari lahir Pada Tahun 1287 H/ 1870 M di desa Kifr


„Iwadiflah. Desa tersebut terletak disebelah timur kota Mesir. Thanthawi wafat
pada tahun 1358 H/ 1940 M. Thanthawi termasuk salah seorang pemikir dan
cendekiawan Mesir atau biasa ada yang menyebutnya sebagai seorang filosof
Islam. Thanthawi cukup populer dalam gagasan dan pemikirannya, gagasan dan
pemikiran yaitu yang pertama, obsesinya untuk memajukan daya fikir umat
Islam. kedua, pentingnya ilmu dan menguasai idiom-idiom modern. Ketiga,
pengkajian terhadap al-Qur‟an sebagai satu-satunya kitab suci yang memotivasi
pengembangan ilmu.

Thanthawi dalam menyusun kitab tafsirnya, dengan menggunakan metode


tahlili dengan corak/nuansa penafsiran ilmi, karya tafsirnya berbeda dengan
yang lain, karena kebanyakan penafsiran yang berkembang pada masanya adalah
penafsiran yang lebih memfokuskan pada sudut kebahasaan (dengan
menjelaskan kosa kata, struktur bahasa, dan gramatikanya), sehingga terbatas
pada penjabaran lafaznya saja. Terkait corak penafsiran, Thanthawi Jauhari
menggunakan pendekatan tafsir ilmi, maka tidak heran bahwa dapat dipastikan
Thanthawi Jauhari dengan kepastian sebagai seorang yang ahli dalam bidang
agama dan gandrung dengan terhadap ilmu-ilmu sains baru yang berkembang.
ِ ‫ ب ِْس ِم‬: Dengan nama Allah,
Contoh penafsiran Tafsir Thanthawi Al-Jauhari, ‫للا‬

Menurut Thantawi, pnyebutan nama Allah di awal kalimat merupakan bentuk


motivasi kepada manusia supaya dalam setiap pekerjaannya selalu
menyandarkan diri hanya kepada-Nya. Karena itu, yang memberikan segala
nikmat adalah Allah yang diberikan langsung kepada manusia dan alasan
manusia tetap menjalani kehidupannya dengan baik berkat lantaran pertolongan-
Nya.Setip aktivitas yang didahului dengan membaca basmalah dapat
mendatangkan keberkahan.
16

Para pakar terhadap pemikiran Thanthawi Jauhari ada yang pro dan kontra
terhadap Thanthawi al-jauhari, ulama yang pro yaitu: Abdul Aziz Ali al-Su’ud,
Amin al-Khuly, Muhammad Husain al-Dhaahabi, Abdul Majid Abdussalam al-
Muhtasib. Ulama yang kontra yaitu: Muhamad Abduh, Imam al-Ghozali,
Muhammad Ibrahim syaeh Kujin. Contoh Tentang Malaikat Sebagai Cahaya
Dan Pengaruh Cahaya Matahari dalam tafsirannya pada surah al-Baqarah ayat
22. Thanthawi al-jauhari bermaksud menulis tafsir ini dikarenakan karena
berkeinginan agar kaum muslimin mengkaji sains-sains kealaman, agar bisa
membuat islam ini menjadi maju dan agar bisa mengungguli Eropa dari berbagai
bidang, baik dalam bidang medis, arsitektur, matematika, pertambangan dan
lain sebagainya.
17

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Fathor. 2016. Tafsir Saintifik Thanthawi Jauhari Atas Surah Al-
FatihahI, (Hikmah, Vol. XII, No.2.

Firmansyah, Rizki. 2021. Metodologi Tafsir Ilmi: Studi Perbandingan Tafsir


Sains Thanthawi Jauhari dan Zaghlul an-Najjar. Volume 3 Nomor 1 88-102
P-ISSN 2656-839x E-ISSN 2716-4683 D0I: 10. 17467/ jdi.v3i2.314.

Armainingsih. 2016. Studi Tafsir Saintifik Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-


Karim Karya Syeikh Tantawi Jauhari. Jurnal At-Tibyan Vol. I No. 1 januari-
juni.
Amir, Ahmad Nabil. 2018. Metode Tafsir Al-Ilmi (Saintiik) Antara Kitab Al-
Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Dan Tafsir Al-Manae (Method of
Scientific Tafsir (Tafsir Al-IlmiI) Between Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-
Qur’an Al-Karim And Tafsir Al-Manar). Vol. 1, No. 4 E-ISSN:2637-0271).

Rubini. 2016. Tafsir Ilmi. (Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 6,
Nomor 2, Desember.

Raja Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa‟ud. 1971. Al-Qur’an dan Terjemahkan (
Tanah Suci: Yayasan Penyelenggara Penterjemahan.

Nani. 2017. Ayat-Ayata Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi.


Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Imron, Fuad Taufiq. 2016. Konsep Gunung Dalam Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-
Qur’an Al-Karim (Perspektif Sains Modern). Semarang: Uiversitas Islam
Negeri Walisongo.

Anda mungkin juga menyukai