Anda di halaman 1dari 5

Radikalisme adalah Paham Perubahan

Ekstrem, Kenali Ciri-Cirinya


adalah salah satu masalah yang dihadapi banyak negara di dunia. Radikalisme, terutama dalam
konteks politik, dikaitkan dengan pandangan ekstrem dan keinginan untuk perubahan sosial yang
cepat. Radikalisme adalah konsep dengan arti yang sangat luas.

Radikalisme adalah paham yang bisa memengaruhi kondisi sosial politik suatu negara.
Radikalisme kini sangat erat kaitannya dengan konsep ekstremisme dan terorisme. Radikalisme
adalah istilah yang penting diketahui siapapun. 

Radikalisme adalah paham atau aliran yang terkait dengan perubahan besar dan ekstrem.
Radikalisme adalah gerakan yang sudah ada sejak abad ke-18 di Eropa. Kini radikalisme adalah
konsep yang banyak ditentang dan diperangi karena banyak terkait dengan kekrasan.
Secara etimologi, radikalisme berasa dari istilah radikal. Kata radikal berasal dari bahasa Latin,
radix atau radici. Radix dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada hal-hal
mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala.

Dalam konsep sosial politik, radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya
perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya.

Menurut Cambridge Dictionary, radikal adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa
harus ada perubahan sosial atau politik yang besar atau secara ekstrem. Oxford Dictionary juga
memahami ‘radikal’ sebagai orang yang mendukung suatu perubahan politik atau perubahan
sosial secara menyeluruh.

Merriam Webster mengartikan radikal sebagai opini atau perilaku orang yang menyukai
perubahan ekstrem, khususnya dalam pemerintahan atau politik.

Sementara menurut KBBI, radikalisme memiliki tiga arti. Pertama, radikalisme adalah paham
atau aliran yang radikal dalam politik, kedua, radikalisme adalah paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis,
dan ketiga, radikalisme adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.

Menurut Indonesia.go.id, istilah radikal bisa bermakna positif atau negatif tergantung pada
konteks ruang dan waktu sebagai latar belakang penggunaan istilah tersebut.

Radikalisme mengacu pada doktrin politik yang dianut oleh gerakan sosial-politik yang
mendukung kebebasan individu dan kolektif, dan emansipasi dari kekuasaan rezim otoriter dan
masyarakat yang terstruktur secara hierarkis.

SEJARAH AWAL RADIKALISME

Menurut Ensiklopedia Britanica, istilah radikalisme pertama kali digunakan oleh Charles James
Fox, yang pada tahun 1797 mendeklarasikan "reformasi radikal". Gerakan ini terdiri dari
perluasan hak pilih secara drastis ke titik hak pilih universal. Istilah radikal kemudian mulai
digunakan sebagai istilah umum yang mencakup semua pihak yang mendukung gerakan
reformasi parlementer.
Di Prancis sebelum 1848 istilah radikal menunjuk seorang republik atau pendukung hak pilih
universal. Memasuki abad ke-19, pemaknaan radikalisme berubah karena pengaruh bahwa
manusia bisa mengontrol lingkungan sosial mereka melalui tindakan kolektif, sebuah posisi yang
dipegang oleh apa yang disebut radikal filosofis.

Ini membuat radikalisme lekat dengan para kaum Marxis atau kelompok ideologi lain, yang
notabene mendukung agenda perubahan sosial politik secara mendasar dan keras melalui
revolusi.

Di Amerika, radikalisme berarti ekstremisme politik dalam bentuk apa pun, baik kiri maupun
kanan. Komunisme dianggap sebagai radikal kiri, sementara fasisme dianggap sebagai radikal
kanan. Berbagai gerakan pemuda di Amerika Serikat, yang secara luas disebut radikal, dikaitkan
dengan kecaman terhadap nilai-nilai sosial dan politik tradisional.

Istilah radikalisme di Indonesia

Radikalisme adalah paham yang berpotensi mengancam bangsa. Dilansir dari indonesia.go.id,
tujuan dan target pemerintah terkait penggunaan istilah radikalisme adalah:

1. Radikalisme ditujukan pada kelompok tertentu yang notabene bermaksud mengganti Pancasila
dan UUD 1945 dengan sistem lain.

2. Radikalisme digunakan untuk menyebut aktivitas politik kelompok tertentu yang bersifat
ekstrem, yang bukan saja tak segan menggunakan cara-cara kekerasan, memaksakan kehendak,
melainkan lebih jauh bahkan tak jarang juga melakukan praktik terorisme.

3. Radikalisme merujuk pada kelompok yang sebenarnya justru memiliki sikap dan nilai-nilai
antidemokrasi.

Ciri-ciri radikalisme

Merriam-Webster juga menyebut definisi radikal filosofis pada awalnya lekat dengan posisi dan
aspirasi kaum liberal di Inggris. Menariknya, ciri utama mereka ditandai oleh kepercayaan atas
nilai-nilai utilitarianisme dan perdagangan bebas, membawa agenda reformasi hukum, ekonomi,
dan sosial, termasuk di dalamnya ialah reformasi parlemen dan sistem peradilan.

Radikalisme terkadang sulit untuk diidentifikasi. Radikalisme tidak bisa hanya dilihat dari
penampilan atau perilaku, melainkan dari pemikirannya. Paham radikal bisa menyasar siapapun
dan tak mengenal umum. Menurut Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), paham radikalisme juga
berpotensi menyasar kaum muda usia 17-24 tahun. Alasannya, para pemuda masih enerjik dan
tengah mencari jati diri.

Dikutip dari Merdeka, Kasubdit Pemulihan Korban BNPT, Rudi Widodo mencatat ada empat
kriteria seseorang yang terpapar radikalisme. Empat kriteria tersebut tertuang dalam Undang-
Undang No 5 Tahun 2018 Tentang Tindak Pidana Terorisme.

Kriteria radikal menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 disampaikan bahwa yang
menjadi kriteria adalah; anti-Pancasila, anti kebhinekaan, anti NKRI, dan anti Undang-Undang
Dasar 45.
Pengertian radikalisme menurut para ahli adalah suatu ideologi (ide atau
gagasan) dan paham, yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial serta
politik, dengan menggunakan kekerasan dan cara-cara ekstrem.

Pengertian Radikalisme

Melansir dari berbagai sumber, sikap dan tindakan seseorang atau kelompok
tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan
yang diinginkan, menjadi inti dari tindakan radikalisme.

Kelompok radikal, umumnya menginginkan perubahan dalam waktu yang


singkat dan secara drastis, serta bertentangan dengan sistem sosial yang
berlaku.

Radikalisme juga kerap dikaitkan dengan terorisme, karena kelompok radikal


dapat melakukan cara apa pun, agar keinginannya tercapai, termasuk meneror
pihak yang tidak sepaham dengan mereka.

Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme dengan Agama tertentu, pada


dasarnya radikalisme adalah permasalahan politik, bukan ajaran Agama.

Radikalisme sudah ada sejak zaman dahulu, dalam diri manusia. Istilah ‘Radikal’,
pertama kali dikenal usai Charles James Fox memaparkan tentang paham
tersebut, di tahun 1797.

Saat itu, Charles James Fox menyerukan ‘Reformasi Radikal’ dalam sistem
pemerintahan di Britania Raya (Inggris). Reformasi tersebut, dipakai untuk
menjelaskan pergerakan yang mendukung revolusi parlemen di negara
tersebut.

Hingga akhirnya, ideologi radikalisme mulai berkembang, dan berbaur dengan


ideologi liberalisme.

Ironi di Balik Radikalisme

Ironinya, radikalisme sering dikaitkan dengan agama tertentu, khususnya Islam.


Hal ini terlihat dari adanya kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang
melakukan teror terhadap beberapa negara di dunia.

Mereka membawa serta menyebutkan simbol-simbol agama Islam, dalam setiap


aksi terornya. Tindakan ISIS, pada akhirnya membuat sebagian masyarakat
dunia menganggap ISIS adalah gambaran dari ajaran Islam.
Namun, dengan tegas dinyatakan, hal tersebut tidak benar, itu keliru. Karena
sebagian besar umat Islam justru mengutuk tindakan keji yang dilakukan
oleh ISIS.

Radikalisme sangat mudah kita kenali, karena pada umumnya, penganut


ideologi ini ingin dikenal (terkenal), dan ingin mendapat dukungan yang lebih
banyak lagi. Itulah sebabnya, penganut radikalisme selalu menggunakan cara-
cara yang ekstrem.

Berikut ciri-ciri radikalisme:

1. Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan


tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan
dengan keras.
2. Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus, dan menuntut terjadinya
perubahan drastis yang diinginkan.
3. Orang-orang yang menganut paham radikalisme, biasanya memiliki keyakinan
yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan.
4. Penganut radikalisme tak akan segan menggunakan cara kekerasan dalam
mewujudkan keinginan mereka.
5. Penganut radikalisme memiliki anggapan, bahwa semua pihak yang berbeda
pandangan dengan mereka adalah bersalah.

Berikut definisi dan pengertian radikalisme dari beberapa sumber buku:

 Menurut Kartodirdjo (1985), radikalisme adalah gerakan sosial yang menolak


secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai oleh
kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan
kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.
 Menurut Rubaidi (2007), radikalisme merupakan gerakan-gerakan
keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik
yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan. 
 Menurut Hasani dan Naipospos (2010), radikalisme adalah pandangan yang
ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan interpretasinya
terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya. 
 Menurut Partanto dan Al Barry (1994), radikalisme adalah paham politik
kenegaraan yang menghendaki perubahan dan perombakan besar sebagai
jalan untuk mencapai taraf kemajuan.

Ciri-ciri Radikalisme 
Menurut Masduqi (2012), seseorang atau kelompok yang terpapar paham radikalisme
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak


sependapat. Klaim kebenaran selalu muncul dari kalangan yang seakan-akan
mereka adalah Nabi yang tak pernah melakukan kesalahan ma’sum padahal mereka
hanya manusia biasa. Oleh sebab itu, jika ada kelompok yang merasa benar sendiri
maka secara langsung mereka telah bertindak congkak merebut otoritas Allah.
2. Radikalisme mempersulit agama Islam yang sejatinya samhah (ringan) dengan
menganggap ibadah sunnah seakan-akan wajib dan makruh seakan-akan haram.
Radikalisme dicirikan dengan perilaku beragama yang lebih memprioritaskan
persoalan-persoalan sekunder dan mengesampingkan yang primer. 
3. Berlebihan dalam beragama yang tidak pada tempatnya. Dalam berdakwah mereka
mengesampingkan metode gradual yang digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah
mereka justru membuat umat Islam yang masih awam merasa ketakutan dan
keberatan. 
4. Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional dalam berdakwah.
Ciri-ciri dakwah seperti ini sangat bertolak belakang dengan kesantunan dan
kelembutan dakwah Nabi. 
5. Kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya.
Mereka senantiasa memandang orang lain hanya dari aspek negatifnya dan
mengabaikan aspek positifnya. Berburuk sangka adalah bentuk sikap merendahkan
orang lain. Kelompok radikal sering tampak merasa suci dan menganggap kelompok
lain sebagai ahli bid’ah dan sesat. 
6. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Kelompok ini mengkafirkan
orang lain yang berbuat maksiat, mengkafirkan pemerintah yang menganut
demokrasi, mengkafirkan rakyat yang rela terhadap penerapan demokrasi,
mengkafirkan umat Islam di Indonesia yang menjunjung tradisi lokal, dan
mengkafirkan semua orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebab mereka
yakin bahwa pendapat mereka adalah pendapat Allah.

Sedangkan menurut Rubaidi (2007), ciri-ciri gerakan radikalisme dalam agama ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan
juga politik ketatanegaraan. 
2. Nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa
adanya tanpa mempertimbangkan perkembangan sosial dan politik ketika Al-Quran
dan hadits hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian. 
3. Karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Quran dan hadits, maka purifikasi ini
sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non asal Islam (budaya Timur
Tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi lokal karena khawatir mencampuri
Islam dengan bid'ah. 
4. Menolak ideologi Non-Timur Tengah termasuk ideologi Barat, seperti demokrasi,
sekularisme dan liberalisasi. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus
merujuk pada Al-Quran dan hadits. 
5. Gerakan kelompok ini sering berseberangan dengan masyarakat luas termasuk
pemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi gesekan ideologis bahkan fisik
dengan kelompok lain, termasuk pemerintah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau


pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

Anda mungkin juga menyukai