Kelas : A (semester 1)
NIM :-
2020
Daftar isi
Cover......................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................... ii
Kesimpulan.............................................................................................. 10
Daftar pustaka..................................................................................... 11
ii
A. Konsep manusia dalam islam
1
B. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada
dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding
dengan makhluk lain.
Menurut ajaran Islam, manusia yang lain, mempunyai berbagai ciri (Ali,
1998: 12-19), antara lain ciri utamanya yaitu:
a. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan
Tuhan yang paling sempurna. Sesuai dengan firman Allah :
2
d. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal
ini dinyatakan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30 :
3
g. Berakhlak. Berakhlak merupakan utama dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah
kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.
Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep manusia
adalah dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam kehidupan ini.
Sebagian ummat lain menganggap bahwa manusia tercipta sendirinya dan
melakukan hidup dengan apapun yang mereka inginkan, sebebas-bebasnya.
Dalam ilmu pendidikan islam, yang berbicara mengenai konsep manusia tentunya
tidak didefinisikan seperti itu.
Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan
penciptaannya di muka bumi oleh Allah SWT.
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
4
Orang yang menikah, bekerja, berkeluarga, menuntu ilmu, mendidik anak, dan lain
sebagainya merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan bukan hanya
untuk dirinya namun untuk ummat. Untuk itu ibadah dalam islam artinya mengikuti
segala apa yang diperintahkan oleh Allah dalam segala bentuk kehidupan kita.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui siapa yang bisa mengikuti dan
mengabdi pada Allah dengan membalas segala perbuatan dan usahanya untuk
menghadi ujian, di akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin yang harus tetap
diisi agar kelak sebelum masa pembalasan, proses penghisaban (perhitungan) kita
mendapatkan hasil terbaik ujian di dunia. Jika seluruh hidup ini adalah ujian dari
Allah, maka termasuk kebahagiaanpun adalah ujian di dunia. Termasuk orang yang
memiliki harta melimpah, jabatan yang tinggi, kekuasaan, anak-anak, dan lain
sebagainya.
5
Manusia diuji apakah ia mampu tetap mengabdi dan menyembah Allah walaupun
sudah seluruhnya diberikan kenikmatan oleh Allah SWT.
Untuk itu, karena hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu mengusahakan
hidup untuk bisa mendapatkan keridhoaan Allah yang terbaik pada kita. Harta
dalam islam bukanlah satu-satunya kenikmatan yang akan selalu membahagiakan.
Ia hanyalah alat dan tiitpan Allah, yang terasa nikmatnya dan bisa habis
kenikmatannya suatu saat nanti.
Khalifah di muka bumi bukan berarti melaksanakannya hanya saat ada jabatan
kepemimpinan seperti presiden, ketua daerah, pimpinan tertentu di
organisasi/kelompok. Khalifah di muka bumi adalah misi dari Allah yang telah
diturunkan sejam Nabi Adam sebagai manusia pertama. Untuk itu, khalifah disini
bermaksud sebagai fungsi.
6
Fungsi dari pemimpin adalah mengatur, mengelola, menjaga agar sistem
Pemimpin juga menjadi figur atau teladan, tidak melakukan sesuatu dengan
semena-mena atau tidak adil. Pemimpin membuat segalanya berjalan
dengan baik, teratur, dan bisa tercapai tujuannya.
Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola,
mengatur segala kehidupan di dunia. Mengelola bumi artinya bukan hanya
mengelola alam atau diri sendiri saja, melainkan seluruh kehidupan yang
ada di bumi termasuk sistem ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
IPTEK, pendidikan, dan lain sebagainya. Maka itu manusia manapun dia
wajib menghidupkan, mengembangkan, dan menjalankan seluruhnya
dengan baik agar adil, sejahtera, dan sesuai fungsi dari bidang tersebut
(masing-masing).
7
Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus
seimbang, apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh;
apabila manusia yang hanya menitik beratkan pada memenuhi perasaannya saja,
maka ia akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan spiritual saja, fungsi akal
dan kepentingan jasmani menjadi tidak penting. Apabila manusia menitik beratkan
pada fungsi akal saja, akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan yang
rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal itulah yang
akan dapat diterima kebenaranya. Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal,
merupakan hal yang tidak benar. Sedangkan pengalaman-pengalaman kejiwaan
yang irasional hanya dapat dinilai sebagai hasil lamunan semata-mata. Selain
perhatian yang terlalu dikonsentrasikan pada hal-hal atau kebutuhan jasmani atau
badaniah, cendrung kearah kehidupan yang materilistis dan positivistis. Maka al-
Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya
keseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu unsur perasaan terpenuhi
kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsure
jasmani terpenuhi kebutuhannya (Ahmad Azhar asyir, 1984: 8).
8
Agar manusia dapat menjalankan kekhaliannya dengan baik, Allah
mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan Allah melalui
pemahaman serta pengusaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam
ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa
membentuk sesuatu yang baru dalam alam kebudayaan.
9
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Raharja, Palembang
Ali, Mohammad Daud, 1998. Pendidikan Agama Islam, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Filsafat Islam,
Basyir, Ahmad Azhar, 1984. Falsafah Ibadah Dalam Islam, Perpustakaan Pusat
UII,
Yokyakarta,
Bucaille, Maurice, 1992. Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-qur’an Sains,
Mizan, Bandung,
11