LP Askep CHF
LP Askep CHF
1. Pengertian
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan Oksigen
dan nutrisi.
2. Etiologi
S E L A S A , 0 5 A G U S T U S 2 0 0 8
BAB I konsep dasar
BAB I
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung
sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara
abnormal.(Mansjoer, 1999 Jilid I : 423).
Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana jantung
sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (C. Long,
1996 Vol. 2 : 579).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompa darahuntuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisiann
ventrikel kiri. (Noer, 1996 : 975).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh
dan kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.
B. PENYEBAB
Faktor predisposisi gagal jantung adalah penyakit yang dapat menyebabkan penurunan
fungsi ventrikel (seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, kordiomiopati) penyakit
penyakit pembuluh darah dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel (stenosis
mitral kardiomiopati atau penyakit mio kardial).Faktor pencetus termasuk meningkatan
asupan garam. Ketidakpatuhan menjalani pemgobatan gagl jantung , infark miokard akut,
serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam emboli paru, anemia, tiroksitosis,
kehamilan dan endokarditis infektis (Mansjoer, 1999 Jilid I : 434).
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami pemompaan gagal jantung terbagi menjadi
gagal jantung kiri dan kanan. Pada gagal jantung kiri terjadi olyspnea effort, batuk,
pembesaran jantung, irama derap bunyi S2 dan S4, pernafasan Cheyne stokes, takikardi
dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan terjadi fatique colema, anoreksia
dan lambung. Pada pemeriksaan fisik biasa didapatkan hiperteofi jantung kanan, irama
derap atrium kanan, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat,
asites hidrotorak, peningkatan tekanan vena, hepotomigali dan edemapitting,
kandiomegali, sedangkan pada gagl jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan antara
gagal jantung kiri dan kanan.
D. PATOFISIOLOGI
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistemik saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan diri
untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung pada masa itu utama
kerusakan dan tekanan serabut otot jantung volume sekuncup berkurang dan Scurah
jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah yang
dipompa pada saat kontraksi tergantung pada tiga factor yaitu preload, kontraktifitas dan
overload.
CO yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk
mempertahankan fungsi dua kali orang-orang tubuh vital.Respon awal adalah stimulus
kepada setiap saraf simpatis yang menimbilkan dua pengaruh utama yaitu meningkatkan
kecepatan dan kekuatan kontraksi miocorsium dan vasokonstriksi perifer. Vasokontriksi
perifer menggeser kea rah darah arteri ke organ-organ yang kurang vital seperti kulit
dalam ginjal dan juga ke organ-organ lain seperti otot. Kontraksi vena meninggalkan
peregangan serabut otot cardium meningkatkan kontraktilitas.
Pada permulaan sebagian dari jantung mengalami kegagalan jantung dimulai dari vntrikel
kiri. Namun karena kedua ventrikel merupakan bagian dari system ventrikel, maka
ventrikel manapun dapat mengalami kegagalan. Gejala-gejala kegagalan jantung
merupakan dampak dari CO dan kongesti yang terjadi pada system vena atau sisetem
pulmonal atau system lainnya (Long, 1996 : 580).
F. FOKUS PENGKAJIAN
Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistematik dan pulmonal.
Semua tanda-tanda yang menunjukkan harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter.
a. Pernafasan
Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krakles dan
mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas.
b. Jantung
Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4, kemungkinan
cara pemompaan sudah mulai gagal.
c. Tingkat kesadaran
d. Perifer
Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk
mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).
Dyspnea saat aktifitas, tidur, duduk, batuk denagn atau tanpa sputum, riwayat
penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan, takipnea, nafas dangkal.
Tanda : Batuk kering/ nyring/ non produktif atau terus menerus dengan atau tanpa
pembentukan sputum, mungkn bersama darah warna merah muda atau berbuih
(edema pulmonal).
2. Nutrisi
3. Eliminasi
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih pada malam hari, diare atau
konstipasi.
4. Berpakaian
5. Personal Hygiene
Keletihan, kelemahan terus menerus sepanjang hari, nyeri sesuai dengan aktifitas.
Insomnia, dyspnea pada saat istirahat atau pada saat pengerahan tenaga
Riwayat hipertensi, IM baru/ akut, episode GJK sebelumnya, penykit katup jantung,
bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, TD mungkin rendah, normal atau
tinggi, frekuensi jantung, irama jantung, sianosis, bunyi nafas, edema.
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot, tidak
tenang, gelisah.
11. Bekerja
12. Spiritual
Sesuai kepercayaan yang diakuinya
13. Belajar
14. Rekreasi
G. FOKUS INTERVENSI
Intervensi :
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan dan kelemahan fisik.
Intervensi :
a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktifitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasolidator, diuretic.
Intervensi :
4. Resti gangguan/ kerusakan pertukaran gas b.d penurunan curah jantung, perubahan membrane kapiler alveolus dan edema paru.
Intervensi :
5. Resti terhadap kerusakan intregitas kulit b.d tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/ pigmentasi.
b. Pijat area kemerahan atau memutih
c. Ubah posisi sering
d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban.
Intervensi :
BAB II resume
BAB II
RESUME KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan oleh Andri Priatmaka pada tanggal
22Juni 2008 di ruang Handayani RSU Purbowangi Gombongsebagai berikut :
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Pasien bernama Tn. P,
28 tahun, agama islam,Purwodadi Tambak, pekerjaan penjaga
rumah, diagnosamedis CHF, tanggal masuk 18 Juni 2008 pukul 15.30 WIB.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama nyeri. Pasien datang ke RSU PKUPurbowangi Gombong melal
ui IGD dengan kesadarancomposmentis, keadaan umum baik, terpasang infuse RL.Sa
at dikaji pada tanggal 22 Juni 2008 pasien mengatakannyeri pada dada tetapi hilang ti
mbul, skala nyeri 5, nyeriseperti ditusuk -
tusuk, nyeri timbul bila pasien bergerak,nyeri dating tiba-tiba kemudian menghilang.
TTV : TD :110/80 mmHg, N : 88x/menit, S : 36,5º C, RR : 36x/menit.
Dari riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan ±
1 tahunyang lalu pernah menderita penyakit yang sama dan dirawatdi RS.
Dari riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan Bapakpasien pernah mengalami s
akit seperti yang dialami pasien
B. FOKUS PENGKAJIAN
Dari kebutuhan rasa aman dan nyaman pasien mengatakanmerasakan aman ketika bersama k
eluarga dan merasa tidak nyamanketika nyeri timbul.
Dari pola personal hygiene pasien mengatakan dapat merawat dirisendiri dengan mandi 2x pe
rhari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku seminggu sekali, keramas 2x seminggu.
Dari kebutuhan belajar pasien bertanya kepada keluarga, perawat,dokter dan orang lain.
Dari pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, kesadarancomposmentis, TD:
110/80 mmHg, N: 88104x permenit, S: 36,5° C, R: 28x permenit.
Mulut: gigi terlihat bersih, dada terdengar bunyi jantung S3 (Galilop) pada dada sebelah kiri.
Dari pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Juni 2008 didapatkan hasil normal, pasien mendapat terapi oral digoxsin 0,25mg 2x setelah
C. ANALISA DATA
1.Data subyektif: Pasien mengatakan nyeri pada dadanya dengan skala nyeri 5
Data obyektif: Ekspresi wajah meringis menahan sakit, pasien menunjukkan lokasi nyerinya.
S: skala nyeri 5
2. Data subyektif: pasien terpasang infus dan tanda-tanda infeksi tidak muncul, S: 36,5°C,
jumlah leukosit normal.
Masalah keperawatan yang muncul resiko tinggi infeksi dengan etiologi port de entre.
3. Data subyektif: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
Masalah keperawatan yang muncul kurang pengetahuan tentang penyakitnya dengan etiologi
kurang informasi.
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
E. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUSI
Implementasi yang dilakukan 23 Mei 2008 adalah mengkaji keadaan umum pasien,
mengukur TTV, mengkaji skala intensitas dan frekuensi nyeri.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 23 Mei 2008 pukul13.30 WIB dengan masalah nyeri
berhubungan dengan ischemia sudah agak berkurang atau sudah terkontrol dengan data
subyektif : pasien mengatakan nyeri dapat terkontrol atau berkurang kemudian data obyektif
pasien tampak tenang, sksla nyeri berkurang menjadi 3, TD: 100/70mmHg, N: 104x/menit, S:
36,5°C, RR: 28x/menit. Untuk planning selanjutnya adalah : kurangi aktifitas pasien,
anjurkan pasien untuk istirahat cukup.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tanda-tanda
infeksi tidak muncul dengan criteria hasil : tanda-tanda infeksi tidak muncul, tanda-tanda
vital dalam batas normal, kemudian rencana tindakannya adalah : monitor tanda-tanda vital,
kaji tanda-tanda infeksi, cuci tangan sebelum dan sesusdah melakukan tindakan, batasi
pengunjung, pertahankan teknik septik anti septic, kolaborasi pemberian antibiotic.
Implementasi yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB mengukur tanda-tanda vital,
mengobservasi tanda-tanda infeksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien paham
dan mengertti tentang penyakitnya dengan kriteria hasil : pasien terlihat tenang, kemudian
rencana tindakannya adalah : kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya, berikan informasi
tentang penyakit dan penatalaksanaanya dengan bahasa yang mudah dipahami, lakukan
penkes.
Implementasi yang dilakukan pada pukul 09.45 WIB mengkaji pengetahuan pasien tentang
penyakitnya pukul 10.00 WIB melakukan kontrak untuk penkes, pukul 10.15 WIB
melakukan penkes (SAP dilampirkan).
BAB III
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas definisi, pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan rasional tindakan-tindakan perawatan
yang dilakukan.
Nyeri akut adealah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan atau adanya serangan mendadak atau pelan yintensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksikan dengan durasi
kurang dari 6 bulan (Carpenito, 2001; Nanda, 2001).
Penulis menyadari terdapat ketidakcocokan antara keluhan utama saat dikaji dan masalah
keperawatan yang muncul. Yang seharusnya keluhan utamanya itu adalah nyeri bukan sesak
nafas. Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena pasien mengatakan nyeri pada dada
sebelah kiri. Batasan karakteristik : laporan secara verbal atau non verbal, posisi antalgic
untuk menghindari nyeri, gerakan melindungi gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau, menyeringai), menarik bila disentuh (Carpenito, 2001; Nanda, 2001 :
123).
Diagnosa ini muncul karena penulis menemukan data subyektif: pasien mengatakan nyeri
pada dada sebelah kiri dengan skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul bila
pasien bergerak atau aktivitas, nyeri dating tiba-tiba, data obyektif: ekspresi wajah meringis
menahan sakit dan pasien menunjukkan lokasi nyerinya.
Diagnosa nyeri diprioritaskan pertama karena yang dikeluhkan pasien pada saat itu adalah
nyerinya, dan apabila tidak segera diatasi akan mengganggu aktivitas pasien dan mengganggu
rasa nyaman pasien.
Diagnosa nyeri diangkat dengan mempertimbangkan nyeri yang dirasakan pasien dan akan
mengganggu pasien jika tidak segera diatasi.
Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 yaitu jika terjadi nyeri akan diikuti peningkatan
tekanan darah dan nadi. Pada pengkajian didapatkan skala nyeri 5 kekuatan, dengan mengkaji
tanda-tanda vital, mengkaji skala nyeri, tanda-tandanya serta penanganan yang tepat.
Hal ini didukung oleh Doengoes, 2000 yaitu dengan teknik relaksasi akan membuat otot-otot
menjadi rileks sehingga dapat mengurangi nyeri.
Kekuatan : dengan dilakukan teknik nafas dalam diharapkan nyeri berkurang atau dapat
terkontrol.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.30 WIB dengan masalah nyeri
berhubungan dengan ischemia, masih terjadi dengan data subyektif : pasien mengatakan nyeri
berkurang atau dapat terkontrol dengan skala nyeri 3,kemudian data obyektif : ekspresi wajah
tenang, skala nyeri berkurang menjadi 3. TD : 110/80 mmHg, N : 88x/menit, S : 36°C, RR :
24x/menit.
Hal ini didukung oleh Carpenito, 2001 : 45 yaitu memperlihatkan bahwa orang lain
membenarkan nyeri itu ada, menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan
peredaan rasa nyeri yang memuaskan, rencana masalah nyeri teratasi sebagian, intervensi
dilanjutkan yaitu : kurangi aktifitas pasien, anjurkan untuk istirahat cukup.
2. Resiko Tinggi Infeksi Berhubungan dengan Pintu Masuk Organisme (port de entree)
Resiko tinggi infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh agen
pathogen dan oportunis (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari sumber-sumber
eksternal, sumber-sumber endogen dan eksogen (Carpenito, 2001 : 204).
Batasan karakteristik mayor terdapatnya tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, tumor dan
fungsiolaesa) batasan karakteristik minor terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 37° C,
terjadi peningkatan tekanan darah, nadi dan kemungkinan respirasi (Carpenito, 2001 : 205).
Diagnosa tersebut ditegakkan karena penulis menemukan tanda-tanda sebagai berikut : data
subyektif : terpasang infus, tanda-tanda infeksi tidak muncul S : 36°C.
Diagnosa ini dijadikan diagnosa ke dua karena bila masalah tersebut tidak diatasi segera
maka kemungkinan akan terjadi infeksi sehingga akan menimbulkan masalah baru dan
memperlambat proses penyembuhan.
Hal ini dilakukan agar penulis dan keluarga mengetahui tanda-tanda vital dan tanda-tanda
infeksi (Carpenito, 2001 : 205). Dengan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, RR : 22x/menit,
S : 36° C, N : 76x/menit. Kekuatan : penulis dapat mengetahui perkembangan atau tanda-
tanda infeksi seperti peningkatan nadi dan suhu.
c. Tingkatkan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan atau tindakan.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bacterial.
d. Membatasi pengunjung
Membatasi pemajanan pada bakteri atau infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu.
Antibiotik yang diberikan yaitu Ampicillin 3x1gr. Ampicillin mengandung antibiotic yang
bekerja menghambat dinding sel bakteri sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi
(Theodorus, 1996 : 13) sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi.
Hal ini dilakukan sesuai intruksi untuk mengobati infeksi yang terjadi dengan diberikannya
obat antibiotic dapat mempercepat proses penyembuhan (Doengoes,2000 : 725).
Evaluasi pada masalah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pintu masuk
mikroorganisme tidak terjadi denga data obyektif : tanda-tanda infeksi tidak muncul, infuse
dilepas, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Hal ini didukung oleh Carpenito, 2001 : 206 dengan criteria hasil yaitu memperlihatkan
teknik cuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang, bebas dari proses infeksi
nosokomial selama perawatan di RS, memperlihatkan pengetahuan tentan faktor resiko yang
berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah
infeksi.
Perubahan curah jantung adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
jumlah darah yang dipompakan oleh jantung mengakibatkan gangguan fungsi jantung
(Carpenito, 2001 : 44).
Diagnosa ini tidak muncul karena penulis hanya terfokus pada nyerinya saja, yang
seharusnya diagnosa ini muncul karena pasien mengalami kegagalan jantung, dimana jantung
gagal melakukan fungsinya sehingga terjadi penurunan kontraktilitas jantung sehingga terjadi
penurunan curah jantung.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air atau menurunnya
laju filtrasi glomerulus.
Kelebihan volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami kelebihan cairan intraseluler atau intertitial (Carpenito, 2001 : 142).
Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan volume
cairan seperti edema.
Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis karena data yang ada tidak mendukung untuk
mengangkat diagnosa tersebut. Itegritas kulit masih baik, tidak ada kemerahan, turgor kulit
baik.
Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok
mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan. Ketrampilan psikomotor
berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan (Carpenito, 2001 : 223).
Penulis melakukan hal ini karena dengan mengetahui tingkat pengetahuan pasien akan
mempermudah dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.
Kekuatan : penulis bias mengkaji pengetahuan, kelemahan : bila cara mengkaji tidak tepat
dapat menyinggung perasaan pasien.
b. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga tentang gagal jantung, penyebab,
tanada dan gejala, cara merawat, serta diit. Hal ini dilakuakn untuk menambah pengetahuan
pasien dan keluarga tentang penyakit gagal jantung dan diitnya yang baik. Kekuatan :
pengetahuan pasien bertambah dan mampu menjaga kondisi dengan penyakit gagal jantung.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis menyusun laporan yang berjudul “AsuhanKeperawatan Pada Tn. P
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: CHF di Ruang Handayani
F2 RSU Purbowangi Gombong”, makapenulis dapat menyimpulkan bahwa :
A. SARAN
Semoga laporan yang penulis susun ini bermanfaat bagi yang membaca,khususnya
mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong.
DAFTAR PUSTAKA