Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami dari kelompok 1 menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dari setiap Kelompok dan dari Pembina
mata Kuliah Pengantar Bisnis untuk makalah ini supaya makalah ini dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila Terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Makassar 08 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam zaman globalisasi saat ini, masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui atau memahami etika dalam berbisnis, dan
dalam Kegiatan Perekonomian masyarakat. Semakin besar suatu
organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap
organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala
cara untuk menenangkan persaingan oleh karena itu, diharapkan pelaku
bisnis dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika
bisnis ,baik secara moral maupaun norma masyarakat. Organisasi
sebagai suatu system juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab
social terhadap masyarakat.
Etika adalah ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-
apa yang benar atau salah, yang baik atau buruk, yang bermanfaat atau
tidak brmanfaat. Dalam kenyataanya, bisnis dan etika dipahami sebagai
dua hal yang terpisah bahkan tidak ada kaitan. Jika pun ada malah di
pandang sebagai hubungan negatif, di mana praktek bisnis merupakan
kegiatan yang bertujuan mencapai laba sebesar-besarnya dalam situasi
persaingan bebas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Etika bisnis?
2. Hak dan Kewajiban apa saja yang di dapat Konsumen,
Produsen?
3. Prinsip dan kerangka Etika bisnis?
4. Bagaimana peran Etika bisnis?
C. TUJUAN
Tujuan makalah ini di buat agar masyarakat (konsumen dan
produsen) dapat mengetahui bagai mana Etika dalam berbisnis dengan
mempelajari prinsip dan Tujuan dalam berbisnis.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian etika bisnis


Etika bisnis secara umum merupakan cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika bisnis adalah pengetahuan tentang cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatiakn norma dan moralitas yang
berlaku secara universal serta impelementasi norma dan moralitas
untuk menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Kees Bertens,
2008).
Etika menurut kamus besarbahasa Indonesia berarti ilmu tentang
apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
Moral masih menurut kamus yang sama memilika beberapa arti.
1. Ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban dan lainnya. Moral juga berkaitan
dengan akhlak budi perketi dan susila.
2. Pengertian kedua moral adalah kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, disiplin, dsb (Franz Magnis
Suseno, 1997). Tidak mudah memisahkan hakikat yang ada pada
kedua kata etika dan moral, namun keduanya saling terkait
dalam hubungan sikap dan perilaku dan atau kelompok individu
dalam skala buruk sampai baik.
Etika berasal dari bahasa Yunani,etos, yang dalam bentuk
jamaknya, taetah, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam
pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,
baik pada diri sendiri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau
kelompok.
Beberapa pengertian etika sebagai berikut (Suryana,2010) :
1. Etika adalah perbuatan standar yang memimpin individu dalam
membuat keputusan.
2. Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang
salahserta pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan
etis adalah satu hal yang benar mengenai perilaku standar.
3. Kebutuhan etis adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku
standar.
Merupakan sebuah konvensi bahwa sesuatu yang ada
bersifat umum(lex generalis) dan yang bersifat khusus(lex
spesialis). Demikian pula halnya dengan masalah etika.
Menurut Leonardus Saiman(2009), etika di bagi dalam etika
umum dan etika khusus. Etika khusus dibagi lagi dalam etika
individual, etika social, dan etika lingkungan.
Berikutnya dalam koridor yang lebih khusus, etika social
dipecah lagi menjadi etika keluarga, etika sesama, etika gender,
etika politik, etika mengkritik, etika profesi, dan masih banyak
lagi.
Tahap selanjutnya etika profesi masih dikelompokkan lagi
menjadi etika profesi kedokteran, etika profesi akuntan, etika
profesi hokum, etika profesi dosen, etika profesi penyakit dalam,
dan masih banyak lagi(Muhammad Mufit,2009).
Etika bisnis termasuk dalam etika profesi. Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan,kejujuran,dsb). Professional berhubungan dengan
profesi. Profesi memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya. Profesionalisme berarti mutu atau kualitas dan
perilaku yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
professional.
Menurut kamus yang sama, arti bisnis adalah usaha komersial di
dunia perdagangan. Jadi profesi bisnis mengandung pengertian
profesi di bidang usaha komersial di dunia perdagangan yang
dilandasi pendidikan keahlian.

Menurut Muliyadi Nitisusastro (2010), etika bisnis


adalah suatu kode etik perilaku penguasa berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat
keputusan dan memecahkan persoaalan. Etika pada dasarnya
adalah komitmen untuk melakikan apa yang benar dan dari apa
yang tidak benar. Sedangkan menurut Manuel G.Velasques
(2005), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi
pada standar moral sebagai diterapkan dalam kebijakan, institusi,
dan perilaku bisnis.

Eddy Soerianto (2010). Lebih jauh mengatakan bahwa etika


bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah
dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap
pemimpin kepada perusahaan ketika akan mengambil keputusan
strategi bisnis. Etika bisnis (business ethics) menurut Suriyana
(2008) adalah keseluruhan dari aturan-aturan etika, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur hak-hak dan
kewajiban produsen dan konsumen serta etika yang harus
dipraktikan dalam berbisnis.

1.2 Hak dan Kewajiban Konsumen


1. Hak konsumen adalah sebagai berikut :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengonsumsi barang dan atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan
konsumen, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau
penggantian jika barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian dan tidak sebagaimana
mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan lain.
2. Kewajiban konsumen adalah sebagai berikut :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk dari prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi
keamanan dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.

1.3 Hak dan Kewajiban Produsen


1. Hak produsen (pelaku usaha/wirausahawan):
a. Hak menerima pembayaran yang sesuai kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/jasa yang
diperdagangkan.
b. Hak untuk mendapat perlindungan hokum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik.
c. Hak pembelaan diri didalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
d. Hak rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan.
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kewajiban produsen :
a. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, serta
memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
mutu dan/atau jasa yang berlaku.
e. Memberi kesempatan konsumen untuk menguji dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa yang dibuat dan/atau yang
dipergunakan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian
bila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

1.4 Perbuatan yang Dilarang Bagi Produsen dalam Perundang-


undangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen telah mengatur larangan bagi produsen atau pelaku
usaha dalam menjalakna kegiatannya. Larangan-larangan
tersebut adalah sebagai berikut (Leonardus Saiman 2009):
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang
dipersyaratkan ketentuan perundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih (netto), dan
jumlah dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label
atau etika barang tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengelolaan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan
barang dan/atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan, iklan, atau promosi barang dan/atau jasa
tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka
waktu oenggunaan(pemanfaatan) yang paling baik atas
barang tertentu. Jangka waktu penggunaan (pemanfaatan)
yang paling baik merupakan terjemahan dari kata best before
yang biasa digunakan dalam label roduk makanan.
8. Tidak mengikuti kegiatan produksi secara halal sebagaimana
dinyatakan “halal” yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan yang
memuat nama barang, ukuran, berat bersih atau isi bersih
(netto), komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, efek
samping, nama dan alamat produsen, serta keterangan lain
untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang
atau dibuat.
10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahsa Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
11. Memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan
tercemar tanpa memberikan informasi yang lengkap.
12. Memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak,
cacat atau bekas, dan tercemar, dengan atau tanpa
memberikan informasi secara lengkap.

Anda mungkin juga menyukai