Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.

19, Nomor 4, Desember 2013

PEMANFAATAN HASIL AKREDITASI DAN KREDIBILITAS


ASESOR SEKOLAH/MADRASAH

THE USE OF ACCREDITATION RESULTS AND THE CREDIBILITY OF


ASSESORS OF SCHOOL/MADRASAH

Hendarman
Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud
Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pakuan Bogor
email: hendarman@kemdikbud.go.id dan hendarmananwar@gmail.com

Diterima tanggal: 08/11/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 20/11/2013; Disetujui tanggal: 02/12/2013

Abstrak: Penelitian ini untuk mengkaji efektivitas penyelenggaraan akreditasi pada sekolah/
madrasah dengan dua tujuan, yaitu (1) bagaimana hasil akreditasi dimanfaatkan oleh pemerintah
daerah pada tingkat provinsi/kabupaten/kota dalam penentuan kebijakan dan program, dan
(2) bagaimana kredibilitas asesor dapat menjamin hasil akreditasi yang akurat dan akuntabel.
Metode yang digunakan adalah meta-analysis dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara dengan ketua Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah
(BAP-S/M). Data sekunder bersumber dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-
S/M), Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, website
BAP-S/M, media serta dokumen resmi peraturan perundang-undangan, dan hasil-hasil studi
terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil akreditasi belum sepenuhnya ditindaklanjuti
oleh pemerintah daerah di tingkat provinsi/kabupaten/kota, dan kredibilitas asesor sekolah/
madrasah belum dinilai secara akurat dan akuntabel karena menggunakan instrumen yang
kurang relevan.

Kata kunci: akreditasi, sekolah/madrasah, asesor, Badan Akreditasi Nasional

Abstract: This study concerned on the effectiveness of accreditation process with two objectives,
namely (1) how accreditation results are utilized by the local government at provincial/district/
city levels in determining policies and programs, and (2) how credibility of assesors could
assure accountability and accuracy of accreditation results. The method used was meta-analysis
using both primary and secondary data. The primary data was obtained through the interviews
to Heads of School/Madrasah Accreditation Board at Provincial level (BAP-S/M). Whereas, the
sources of secondary data were from School/Madrasah National Accreditation Board (BAN-S/
M), Centre for Educational Data and Statistics (PDSP) the Ministry of Education and Culture,
BAP-S/M websites, media and official regulations, as well as related studies. The study results
showed that local government at provincial/district/city levels tend to not follow-up the
accreditation results, and credibility of assesors is not being evaluated in such an accurate and
accountable manner as the instrument used was not relevant.

Keywords: Accreditation, school/madrasah, assessor, National Accreditation Board

Pendahuluan kab upat en/k ota masi h be lum sepe nuhnya


Penyelenggaraan akreditasi terhadap sekolah/ didasarkan pada saran-saran yang diberikan oleh
madrasah umumnya masih belum efektif, terutama Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-
dikaitkan dengan pemanfaatan hasil akreditasi S/M). Hasil penelitian Sudiyono dan Suryawati
dan kredibilitas para asesor yang melakukan (2008) mendukung hal tersebut, yaitu bahwa
akreditasi. Beberapa tindak lanjut yang dilakukan pembinaan yang dilakukan dinas pendidikan kota
pe meri ntah dae rah pada tingkat provinsi/ belum dilaksanakan secara khusus terkait dengan

532
Hendarman, Pemanfaatan Hasil Akreditasi dan Kredibilitas Asesor Sekolah/Madrasah

hasil-hasil akreditasi. Penelitian tersebut juga kelayakan program dan/atau satuan pendidikan
menunjukkan bahwa walaupun telah dirancang jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur
sejumlah kegiatan, tetapi dasar pertimbangan dari formal dengan mengacu pada Standar Nasional
dinas-dinas yang ada bukan pada hasil akreditasi. Pendidi kan (Kem ente rian Pendidi kan dan
Sudiyono dan Suryawati (2008) menyebutkan hal Ke buda yaan, 20 12). Pa sal 1 Pe rmendikb ud
tersebut sebagai “pembinaan yang secara tidak dimaksud menyatakan bahwa untuk membantu
langsung bersinggungan dengan rekomendasi BAN -S/M dal am m elak sana kan kewe nang an
hasil akreditasi”. ak redi tasi ter sebut, m aka dibe ntuk Bad an
Pe nyel engg araa n ak red itasi te rhad ap Akr edit asi Prov insi Sek olah/Mad rasa h ya ng
sek olah/mad rasa h me rupa kan sala h sa tu selanjutnya disebut BAP-S/M yang merupakan
prioritas program Kementerian Pendidikan dan badan evaluasi mandiri di provinsi.
Kebudayaan. Akreditasi pada hakikatnya meru- Da lam pela ksanaan akr edit asi, Bad an
pakan proses yang sangat protokoler dan ber- Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M)
basiskan penelitian untuk mengevaluasi efektivitas melakukan perekrutan asesor. Tanggung jawab
suatu unit kerja atau institusi. Kecenderungan asesor, yaitu: 1) melaksanakan tugas secara
sekarang, yaitu bahwa akreditasi dimaksudkan sungguh-sungguh dengan berpedoman kepada
untuk mengukur institusi secara keseluruhan yang norma-norma pelaksanaan visitasi, sehingga hasil
meliputi aspek-aspek program, konteks budaya akr edit asi yang dib erik an k epad a se kola h/
dan lingkup pemangku kepentingan (http:// madrasah benar-benar mencerminkan tingkat
www.advanced.org/what-accreditation, 2013). kelayakan sekolah/madrasah yang sesungguh-
Pe manf aata n ak redi tasi yang di laksanak an nya; dan 2) menjaga kerahasiaan hasil visitasi dan
secara efektif akan dapat meningkatkan kinerja melaporkannya secara objektif kepada BAP-S/M
pe sert a di dik dan per ubahan m utu seca ra (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah,
berkesinambungan dalam proses pendidikan. 2010).
Konsep akreditasi telah diatur dalam sejumlah Anggaran untuk melaksanakan akreditasi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. sekolah/madrasah selama ini dibebankan kepada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Pemerintah, yaitu Kementerian Pendidikan dan
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pen- Kebudayaan. Keterbatasan Anggaran Pendapatan
didikan menyatakan bahwa akreditasi merupakan dan Belanja Negara (APBN) menyebabkan target
kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau akreditasi sekolah/madrasah tidak dapat dicapai.
satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah Sehubungan dengan ke terbatasan anggaran
ditetapkan (Kementerian Pendidikan Nasional, dalam rangka penyelenggaraan akreditasi dan
20 05). Per atur an M ent eri Pend idik an d an berbagai peraturan perundang-undangan yang
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59, Tahun ada, maka efektivitas penyelenggaraan akreditasi
2012 tentang Badan Akreditasi Nasional, yaitu sekolah/madrasah perlu diteliti. Secara khusus,
pada Pasal 1 butir 7 menyatakan bahwa akreditasi penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan
sekolah/madrasah adalah suatu kegiatan peni- penelitian berikut: 1) bagaimana hasil akreditasi
laian kelayakan program dan satuan pendidikan digunakan oleh pemangku kepentingan terkait,
dasar dan menengah berdasarkan kriteria yang ba ik d i ti ngka t pusat maupun di t ingk at
telah ditetapkan untuk memberikan penjaminan kabupaten/kota dalam penentuan kebijakan dan
mutu pendidikan sekolah/madrasah (Kementerian program-program?, dan 2) bagaimana asesor
Pendidikan dan Kebudayaan, 2012). memiliki kredibilitas untuk menghasilkan akreditasi
Pelaksanaan akreditasi terhadap sekolah/ yang akurat dan akuntabel?
ma drasah m erup akan ke wena ngan Bad an
Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M). Kajian Literatur
Hal ini merujuk pada Permendikbud Nomor 59 Pemanfaatan Hasil Akreditasi
Tahun 2012 tentang Badan Akreditasi Nasional. Akreditasi antara lain ditujukan untuk memetakan
Dalam Pasal 1 butir 2 dinyatakan bahwa BAN-S/M mutu pendidikan, khususnya dikaitkan dengan 8
adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang

533
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

pad a ta hap sela njut nya digunaka n untuk Terkait dengan memacu kinerja sekolah, hasil
menetap kan prog ram- prog ram inte rvensi, akreditasi dapat dijadikan umpan balik dalam
khususnya pada tingkat provinsi/kabupaten/kota usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). warga sekolah/madrasah dalam rangka mene-
Akreditasi yang dilakukan akan bermuara pada rapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan
status akreditasi. Agar hasil akreditasi dapat di- program sekolah/madrasah. Di samping itu, hasil
manfaatkan dengan baik, kebijakan dan prosedur akreditasi sekolah diharapkan mampu memotivasi
akr edit asi t erma suk l angk ah-l angka h untuk sekolah/madrasah terus meningkatkan mutu
menetapkan kebijakan atau program-program pendidikan secara bertahap, terencana, dan
intervensi harus ditulis secara jelas dan diko- kompetitif, baik di tingkat kabupaten/kota, pro-
munikasikan terhadap pemangku kepentingan vinsi, nasional bahkan regional dan internasional.
(stakeholders) terkait (Singh, 2007). Dalam aspek teknis, hasil akreditasi dapat di-
Tuj uan akre dita si, khususnya se kola h/ jadikan bahan informasi bagi sekolah/madrasah
madrasah, yaitu: untuk 1) memberikan informasi sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan
te ntang ke laya kan sek olah/mad rasa h at au dukungan dari Pemerintah, masyarakat, maupun
program yang dilaksanakan berdasarkan Standar sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral,
Nasional Pendidikan; 2) memberikan pengakuan tenaga, dan dana.
peringkat kelayakan; dan 3) memberikan reko- Akreditasi dan hasilnya dianggap penting
mendasi tentang penjaminan mutu pendidikan karena dikaitkan dengan suatu asumsi bahwa
kepada program dan/atau satuan pendidikan akreditasi didesain untuk membantu lembaga-
yang diakreditasi dan pihak terkait (Badan Akre- lembaga pendidikan guna meningkatkan usaha-
ditasi Nasional Sekolah/Madrasah, 2010). Hasil usaha kinerja yang sedang berlangsung untuk
akreditasi dapat dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan peserta didiknya. Hasil akreditasi
pemangku kepentingan di antaranya bagi kepala ak an m embe rika n infor masi kep ada publ ik
sekolah/madrasah dan bagi pemerintah daerah. mengenai tingkat pelayanan dan kinerja dari
Bagi kepala sekolah/madrasah, hasil akreditasi proses pembelajaran yang ada di setiap satuan
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pendidikan (http://www.advanced.org/what-
informasi untuk pemetaan indikator kelayakan accreditation, 2013). Lembaga-lembaga pendi-
se kola h/ma drasah, kine rja warg a se kola h/ dikan unggulan pada salah satu negara bagian
madrasah, termasuk kinerja kepala sekolah/ di Ame rika Ser ikat ya ng b erga bung dal am
madrasah selama periode kepemimpinannya. AdvancED Accreditation, memiliki keuntungan,
Kepala sekolah/madrasah memerlukan hasil antara lain: 1) menjadi bagian dari jejaring global
akr edit asi seba gai baha n ma suka n untuk ya ng m emil iki komi tme n te rhad ap stand ar
penyusunan program serta anggaran pendapatan pendidikan unggulan; 2) memperoleh pengakuan
dan belanja sekolah/madrasah. Bagi pemerintah mutu sebagai akibat perolehan sertifikat dari
daerah, hasil akreditasi dapat digunakan sebagai AdvancEd Accreditation; 3) memperoleh penga-
acuan dalam memetakan mutu dan kelayakan laman proses akreditasi yang koheren, transparan
sekolah/madrasah guna mempermudah usaha- dan terandal yang mutu pendidikannya dapat
usa ha p embi naan dan pem berd ayaa n se rta dinilai dalam skala tertentu dan berkelanjutan.
sumber informasi yang dapat digunakan sebagai Adapun keuntungan yang diperoleh peserta didik
dasar d alam menentukan kebi jaka n pe m- dan orangtua peserta didik pada lembaga pen-
bangunan pendidikan di setiap daerah (Badan didikan tersebut, di antaranya: 1) memperoleh
Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, 2010). kemudahan d alam t ransfer kredit dari satu
Subagy a (2 009) mey aki ni b ahwa hasil sekolah ke sekolah lainnya; dan 2) memperoleh
akreditasi setidaknya dapat dijadikan acuan ak ses yang leb ih b esa r te rhad ap b antuan
dalam upaya peningkatan mutu sekolah/madrasah pendanaan dari negara bagian, beasiswa, dan
dan rencana pengembangan sekolah/madrasah. pendidikan pada jenjang berikutnya.

534
Hendarman, Pemanfaatan Hasil Akreditasi dan Kredibilitas Asesor Sekolah/Madrasah

Kredibilitas Asesor dari berbagai sumber belajar, dan mengikuti


Tanggung jawab dan perekrutan asesor telah pelatihan-pelatihan terkait. Keterampilan diartikan
diatur oleh BAN-SM sebagaimana tertulis dalam bahwa asesor mengetahui bagaimana menggu-
buku Badan Akr edit asi Nasiona l Se kola h/ na kan inst rume n ak redi tasi secara tepa t,
Madrasah (2010) dengan judul “Pokok-Pokok melakukan analisis terhadap data yang ada pada
Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah/ instrumen secara akurat dan melaporkan hasil
Madrasah”. Tanggung jawab asesor, yaitu: 1) analisis dengan berpedoman pada panduan yang
melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh sudah ditetapkan. Sikap diartikan bahwa asesor
de ngan ber pedoman kepa da norma -nor ma harus mematuhi kode etik, menjaga kerahasiaan,
pelaksanaan visitasi, sehingga hasil akreditasi bersikap adil, dan tidak memiliki konflik kepen-
yang diberikan ke sekolah/madrasah benar-benar tingan (conflict of interest) tertentu.
me ncer mink an t ingk at kela yaka n se kola h/
madrasah yang sesungguhnya; dan 2) menjaga Metode Penelitian
kerahasiaan hasil visitasi dan melaporkannya Sumber data penelitian ini adalah gabungan data
secara objektif kepada BAP-S/M. primer dan data sekunder. Data primer berasal
Adapun asesor direkrut dari berbagai unsur, dari hasil wawancara dengan berbagai pemangku
termasuk dosen/guru, widyaiswara, pengawas kepentingan (stakeholders), khususnya ketua
sek olah/mad rasa h, organisasi pr ofesi ya ng Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-
be rger ak d i bi dang pendidi kan; dan unsur S/M) pada sejumlah provinsi. Provinsi dimaksud
masyarakat pendidikan yang memiliki wawasan, adalah Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan
pengalaman, serta komitmen untuk meningkatkan Gorontalo. Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat
mutu pendidikan. Syarat untuk menjadi asesor, mewakili provinsi dengan jumlah satuan pendi-
yaitu: 1) memiliki pengetahuan tentang sekolah/ dikan (sekolah) tinggi, Provinsi Banten mewakili
madrasah; 2) memiliki etika moral dengan men- pr ovinsi d enga n jumlah sat uan pend idik an
junjung tinggi kejujuran; 3) memiliki kemampuan, (sekolah) sedang, sedangkan Provinsi Gorontalo
kompetensi dan integritas diri serta komitmen dengan jumlah satuan pendidikan (sekolah) yang
untuk melaksanakan tugas; 4) berpengalaman termasuk rendah. Data sekunder berasal, antara
minimal 5 (lima) tahun dalam pelaksanaan dan/ lain dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/
atau pengelolaan pendidikan dengan reputasi Madrasah, Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP)
baik; 5) kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya Kemdikbud, data yang tersedia pada website
adalah sarjana (S1) atau yang sederajat; 6) sejumlah BAP-S/M, dan informasi yang didapat dari
berusia maksimal 65 tahun; 7) berbadan sehat; be rbag ai m edia ser ta dokumen resm i ya ng
8) tidak sedang menduduki jabatan struktural di dikeluarkan Pemerintah dalam bentuk peraturan
lingkungan Disdik dan Kanwil Depag; 9) tidak perundang-undangan seperti Undang-Undang,
sedang menjadi anggota BAP-S/M; dan 10) telah Pe raturan Peme rint ah, Per atur an M ente ri
mengikuti pelatihan asesor dan memperoleh Pendidikan dan Kebudayaan.
sertifikat yang dikeluarkan oleh BAN-S/M atau Analisis yang digunakan adalah meta-analysis
BAP-S/M. dengan fokus pada 2 (dua) variabel, yaitu pe-
Inferensi dari berbagai literatur mengung- manfaatan hasil akreditasi dan kredibilitas asesor.
kapkan bahwa kredibilitas seorang asesor sangat Pemanfaatan hasil akreditasi diukur, antara lain
terkait dengan tiga aspek, yaitu pengetahuan, dari program yang dianggarkan dalam Anggaran
sikap, dan keterampilan tertentu (http://www. Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
em aponline .org /ind ex.p hp?, 201 3; http: // terkait dengan akreditasi, dan kebijakan yang
regenesys.co.za/assessor-training/, 2013; https:/ diambil oleh pemerintah daerah tingkat provinsi
/www.scc.ca/en/assessors, 2013). Pengetahuan atau tingkat kabupaten/kota. Kredibilitas asesor
diartikan bahwa asesor memahami dan mengu- diukur, antara lain dari tingkat kepatuhan para
asai substansi akreditasi dan selalu memper- asesor terhadap aturan yang sudah ditetapkan,
baharui pengetahuannya dengan mempelajari dan kode etik yang dipegang untuk menjamin
berbagai dinamika teoretis dan praktis akreditasi akreditasi yang dilakukan transparan, objektif,

535
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

dan rahasia. Untuk dapat melakukan meta-analysis Nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan Akreditasi
yang memiliki keakuratan data dan informasi Nasiona l, y aitu “BAP-S/ M me laporkan hasil
diperlukan tahapan untuk melakukan kodifikasi akr edit asi sekolah/ madr asah di wila yahnya
terhadap berbagai studi atau dokumen terkait kepada BAN-S/M, Gubernur, Bupati/Walikota,
agar tidak terjadi bias yang cukup besar terhadap Ka nwil Kem ente rian Aga ma, dan Kant or
masalah yang akan dikaji dalam suatu penelitian Kementerian Agama Kabupaten/Kota.”
(Cooper, 2010). Hasil wawancara terhadap beberapa Ketua
BAP-S/M menunjukkan bahwa pemerintah daerah,
Hasil dan Pembahasan khususnya dinas pendidikan baik pada tingkat
Hasil provinsi maupun kabupaten/kota telah menin-
Pemanfaatan Hasil Akreditasi daklanjuti hasil akreditasi dalam hal pengalo-
Mekanisme akreditasi madrasah/sekolah diatur kasian dana setiap tahun, khususnya untuk
dalam Bab XIII Peraturan Pemerintah Nomor 19, pelaksanaan akreditasi sekolah. Misalnya Dinas
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pendidikan Provinsi Jawa Barat telah mengalo-
pasal 86. Ayat (1) menyebutkan bahwa “Peme- kasikan dana untuk kegiatan pelatihan/penye-
rintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang garan asesor, sosialisasi akreditasi ke pimpinan
dan sat uan pend idik an untuk menentukan satuan pendidikan, visitasi, pengolahan data, dan
kelayakan program dan/atau satuan pendidikan; pelaporan. Pada akhir tahun anggaran 2013,
(2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimak- pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat menam-
sud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh bah lagi kuota untuk akreditasi satuan pendidikan
lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh dal am b entuk dukung an APBD- P (Angga ran
Pemerintah untuk melakukan akreditasi; dan (3) Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan)
Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mengantisipasi keterbatasan anggaran dari
dan ayat (2) sebagai bentuk akuntabilitas publik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
dilakukan secara objektif, adil, transparan, dan rangka menuntaskan satuan pendidikan yang
komprehensif dengan menggunakan instrumen belum diakreditasi. Di Provinsi Jawa Timur, bantuan
dan kri teria yang me ngacu kepada Stándar yang diberikan melalui dana APBD Pemerintah
Nasional Pendidikan. Provinsi setiap tahun adalah dalam konteks biaya
Terkait dengan pemanfaatan hasil akreditasi, op erasiona l, honor ari um a nggota d an t im
sesuai dengan prosedur maka BAP-S/M (Badan sekretariat BAP-SM Provinsi Jawa Timur. Pada
Akreditasi Provinsi-Sekolah/Madrasah) mengko- tahun 2013, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
munikasikan hasil akreditasi kepada dinas-dinas mela lui dana APBD 2 013 tel ah memba ngun
terkait pada tingkat provinsi/kabupaten/kota gedung baru untuk Kantor Sekretariat BAP S/M
termasuk Kantor Wilayah Kementerian Agama, Provinsi Jawa Timur 3 lantai dengan luas bangunan
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, sekitar 900 m2.
Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Hasil wawancara dengan Ketua BAP-S/M
Kabupaten/Kota. BAP-S/M merupakan lembaga Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa hasil
yang dibentuk di tingkat provinsi yang merupakan akreditasi telah digunakan oleh berbagai pihak.
perpanjangan tangan dari BAN-S/M yang ber- Misalnya, terdapat beberapa bank swasta di
kedudukan di Pusat. Hasil akreditasi dalam bentuk Provinsi Jawa Timur yang memanfaatkan hasil
laporan akhir akreditasi (direktori) berisikan, akreditasi dalam rangka pemberian bantuan
antara lain: 1) data kuantitatif mengenai hasil beasiswa d an lai nnya m elalui progr am CSR
ak redi tasi per sat uan pend idik an/p rogr am (Community Social Responsibility). Hal lain, yaitu
keahlian (A, B, C) dan per standar untuk masing- 1) Badan Penelitian dan Pengembangan Kemen-
masing satuan pendidikan/program keahlian - terian Agama RI pernah meminta hasil akreditasi
profil standar; dan 2) data kualitatif berupa untuk perencanaan program dan pengembangan
rekomendasi yang diagregasi dari laporan asesor. di Madrasah; 2) perusahaan swasta nasional
Hal ini sesuai dengan peraturan perundang- yang merekrut pegawai baru dari lulusan SMK yang
undangan pada ayat (3) Pasal 11 Permendikbud hasil akreditasinya berperingkat A; 3) beberapa

536
Hendarman, Pemanfaatan Hasil Akreditasi dan Kredibilitas Asesor Sekolah/Madrasah

perguruan tinggi negeri/swasta yang menerima Menarik untuk mengutip hasil penelitian
mahasiswa baru melalui jalur Kemitraan tanpa tes Sudiyono dan Suryawati (2008), yaitu “dua dari
dari SMK yang peringkat akreditasinya A; dan 4) lima sampel Dinas Pendidikan Kota menerima
sekola h-sekolah telah mela kukan perb aikan tembusan hasil rekomendasi secara umum dari
manajemen sekolah, perencanaan, perbaikan BAP, namun r ekomenda si per sekolah t idak
sarana-prasarana, dan pengelolaan serta proses diterima oleh Dinas Pendidikan Kota”. Selanjutnya
pemb elajaran agar da pat mena ikkan st atus mengutip laporan penelitian tersebut adalah “Hasil
akreditasinya. akreditasi berupa rekomendasi umum ternyata
Wawancara dengan Ketua BAP-S/M Gorontalo secara tidak langsung dijadikan sebagai salah
dan Banten mengungkapkan bahwa Pemerintah sat u da sar prog ram pemb inaa n se kola h/
Daerah Provinsi atau Dinas Pendidikan belum madrasah. Artinya dasar program pembinaan
maksimal memanfaatkan hasil akreditasi. Namun, sudah disusun setiap tahun berdasarkan rapat
Kepala Dinas Pendidikan selalu mengingatkan koordinasi dan secara tidak langsung program
para kepala sekolah bahwa jika sekolah belum pe mbinaan tersebut be rsinggungan deng an
terakreditasi, maka sekolah-sekolah dimaksud rekomendasi hasil akreditasi” (halaman 47-48).
tidak bisa menandatangani ijasah. Yang sudah Penelitian ini juga memberikan contoh upaya
dianggarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Gorontalo melalui Dinas Pendidikan selama ini Kota terhadap sekolah/madrasah yang secara
ada lah masi h se bata s untuk pela ksanaan tidak langsung bersinggungan dengan reko-
pendidikan dan pelatihan asesor dan pembayaran mendasi hasil akreditasi. Misal, untuk komponen
honor staf. Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo kurikulum dan pembelajaran, terdapat catatan
tel ah m enga ngga rkan unt uk p elak sana an saran dan rekomendasi dari BAP-S/M sebagai
akreditasi 150 sekolah pada tahun anggaran berikut: 1) belum memiliki dokumen kurikulum
2014. Untuk Provinsi Banten, terdapat kabupaten lengkap; dan 2) belum semua guru melaksanakan
yang sudah meng angg arka n untuk proses PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Pembinaan yang
akreditasi satuan-satuan pendidikan pada tahun dilakukan adalah melaksanakan pembinaan teknis
anggaran 2014, mengingat keterbatasan alokasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan
anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebu- pelatihan PTK kepada guru dengan melibatkan
dayaan. pengawas dan pelaksana teknis.
Dal am k onte ks m adra sah, penting nya
akreditasi dalam rangka peningkatan kualitas Kredibilitas Asesor
madrasah sudah disadari oleh berbagai pemangku Persyaratan untuk dapat dianggap layak sebagai
kep enti ngan (sta keholder s). Sal ah satunya asesor adalah setiap calon asesor yang terpilih
seb agai mana dika taka n ol eh Ke pala Bid ang harus mengikuti dan lulus pelatihan asesor yang
Madrasah dan Pendidikan Agama Islam, Kantor dilaksanakan oleh BAP-S/M atas dasar pedoman
Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Barat pada saat pelatihan yang ditentukan oleh BAN-S/M. Isi
menyerahkan sertifikat akreditasi madrasah bagi pelatihan tidak hanya difokuskan pada instrumen
Madrasah Aliyah (MA) di Bogor, yaitu bahwa akreditasi, melainkan juga mencakup filosofi,
“Akreditasi sekolah menjadi hal penting karena tujuan, ma nfaa t, d an kese luruhan proses
dengan ting giny a ni lai akre dita si sekol ah, akreditasi (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/
se hing ga t ingk at k epe rcay aan masy arak at Madrasah, 2010). Setiap asesor dipersyaratkan
terhadap sekolah untuk memasukkan anaknya ke untuk memahami keseluruhan aspek akreditasi
sekolah yang bersangkutan semakin tinggi”. yang sekaligus dapat dimaknai bahwa mereka
Ditambahkannya lebih lanjut, “Akreditasi itu harus memiliki kemampuan untuk menafsirkan
penilaian kualitas jadi akreditasi jangan mengada- setiap nilai standar yang diperoleh oleh setiap
ngada, tetapi harus sesuai yang ada di lapangan” satuan pendidikan yang diakreditasi sehingga
(http://www.jabarpost.com/fullpost/pendidikan/ dapat memberikan rekomendasi tindak lanjut
1357783435, 2013). se pert i ap a ya ng d apa t di lakukan satuan
pendidikan yang bersangkutan.

537
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Berdasarkan data rangkuman dari BAN-S/M Kuesioner dimaksud berisikan perlakuan dan
per 15 September 2013, diketahui bahwa jumlah perilaku asesor selama visitasi, yaitu sejauh mana
asesor yang terdapat di 33 provinsi berjumlah mereka telah menjalankan norma-norma dan
14.491 orang. Jumlah asesor terbanyak terdapat kode etik asesor. Kuesioner dimaksud diisi oleh
di Provinsi Jawa Timur, yaitu 2.694 orang, karena pihak sekolah/madrasah yang telah divisitasi oleh
jumlah satuan pendidikan di provinsi ini meru- asesor, dan dikirimkan kembali oleh sekolah/
pakan yang terbesar. Di lain pihak, jumlah satuan madrasah kepada BAP-S/M Provinsi Jawa Timur
pendidikan dari jenjang TK sampai dengan Sekolah dengan sampul tertutup melalui pos atau titipan
Menengah Atas yang berada pada Kementerian surat/kilat. Belum didapat data dan informasi pada
Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian BAP-BAP yang terdapat di 31 provinsi lainnya.
Agama, baik satuan pendidikan negeri dan swasta Dalam konteks BAP-S/M Gorontalo, penilaian
adalah berjumlah 345.659 (Ministry of Education ase sor dila kuka n de ngan instrum en y ang
and Culture, 2012), yang terdiri atas 275.245 digunakan anggota BAN-S/M pada waktu moni-
sat uan pend idik an di ba wah kewe nang an toring dan evaluasi (monev). Para asesor yang
Kem ente rian Pendidi kan dan Kebudaya an tidak melaksanakan tugas sesuai dengan instruksi
(Kemendikbud) dan 70.414 satuan pendidikan dan kode etik, diberikan hukuman dengan tidak
ber ada di b awah kew enangan Keme nter ian dilibatkan untuk pelaksanaan akreditasi pada
Agama (Kemenag). tahun berikutnya. Misalnya, asesor yang dengan
Hasil wawancara dengan sejumlah ketua sengaja menukar lokasi penugasan, yaitu memilih
BAP-SM mengungkapkan bahwa secara umum se kola h ya ng d ekat de ngan lok asi temp at
belum ada instrumen khusus yang disiapkan untuk tinggalnya atau asesor yang ditugasi 2 (dua) hari
menilai kinerja asesor. Namun, terdapat beberapa pada suatu sekolah tetapi hanya datang setengah
BAP-S/M yang memiliki cara khusus untuk mela- hari. Asesor dengan perilaku seperti itu tidak
kukan penilaian kinerja dimaksud. Misalnya, BAP- ditugasi lagi untuk melakukan akreditasi pada
S/M Provinsi Jawa Barat menilai kinerja asesor, tahun berikutnya.
yaitu 1) asesor dinilai kepatuhannya pada etika
asesor, yang meliputi penampilan dir i, cara Pembahasan
berkomunikasi, manual prosedur, objektivitas Pemanfaatan Hasil Akreditasi
penetapan hasil, dan kerahasiaan; dan 2) asesor Jika akreditasi sekolah sekadar memotret keadaan
dinilai kesungguhannya pada saat mengikuti sekolah tanpa implikasi lanjutan untuk mening-
pelatihan/penyegaran asesor. Bobot penilaian katkan mutu pendidikan, maka sumber daya besar
penting di antaranya untuk komponen pengu- yang dikeluarkan untuk proses akreditasi tak
asaan materi dengan bobot 80%, di samping sebanding dengan hasil yang didapat. Apalagi
penguasaan instrumen akreditasi, kemampuan mengingat bahwa akreditasi menjadi salah satu
mengolah dan menganalisis, dan penguasaan instrumen penting bagi pengembangan mutu
software. Bagi para calon asesor yang nilainya pendidikan. Suyanto yang pada waktu itu sebagai
mencapai kurang dari 80%, dinyatakan tidak lulus. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian
Terkait dengan etika, bagi para asesor yang Pendidikan Nasional, dalam salah satu pertemuan
melanggar etika tidak ditugasi lagi menjadi asesor. denga n Badan Akredita si Nasional Sekolah/
Kasus asesor yang melanggar etika cenderung Madrasah (BAN-S/M) pada tahun 2009 berpen-
amat kecil, misalnya di Provinsi Jawa Barat sekitar da pat, bahwa p erlu se buah sti mula n ag ar
1-3 orang asesor setiap tahun. keberadaan akreditasi benar-benar dirasakan
Untuk menilai kredibilitas asesor, BAP-S/M sebagai kebutuhan utama oleh sekolah-sekolah,
Provinsi Jawa Timur telah memberikan kuesioner dan mengusulkan agar hasil akreditasi dijadikan
kinerja asesor yang diserahkan kepada sekolah/ faktor insentif untuk program-program Kemen-
madrasah yang akan diakreditasi. Kuesioner di- terian Pendidikan dan Kebudayaan di daerah
berikan pada saat sekolah/madrasah diundang (http://dikdas.kemdikbud. go.id/content/berita/
untuk sosialisasi tentang mekanisme akreditasi. utama/berita-78.html, 2013).

538
Hendarman, Pemanfaatan Hasil Akreditasi dan Kredibilitas Asesor Sekolah/Madrasah

Walaupun dari hasil wawancara terungkap bantuan pemerintah daerah diarahkan untuk
adanya tindak lanjut pemanfaatan hasil akreditasi, mengantisipasi masalah kelima dan keenam
maka menarik untuk mempertimbangkan apa yang sebagaimana diuraikan di atas. Hasil wawancara
disampaikan Umaedi, Ketua BAN-S/M periode dengan ketua BAP-S/M memperkuat argumentasi
2007-2012 pada saat melakukan audiensi kepada tersebut, yaitu di mana mereka mengatakan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar pada tahun bahwa bantuan tersebut lebih ditujukan untuk
2009. Umaedi mengindikasikan bahwa Badan membantu proses akreditasi agar satuan pen-
Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) didikan yang ada dalam lingkup kewilayahan
menghad api sejumlah per masa laha n da lam pemerintahan daerah sehingga dapat dituntaskan
menjalankan peran dan fungsinya. Pertama, status akreditasinya. Sampai saat ini yang masih
perhatian dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas bel um a da k ejel asan ada lah bant uan dan
Pendidikan Kabupaten/Kota terhadap BAP-S/M perhatian pemerintah daerah yang ditujukan
belum maksimal, karena melihat akreditasi tidak untuk membenahi mutu satuan pendidikan sesuai
memberi manfaat secara langsung bagi sekolah. dengan status akreditasinya. Misalnya, belum ada
Ked ua, pema nfaa tan hasi l ak redi tasi unt uk informasi berapa anggaran yang dialokasikan
pembinaan sekolah secara umum belum maksimal. untuk membantu satuan pendidikan tertentu agar
Ketiga, adanya penolakan sekolah/madrasah dapat memperbaiki peringkat akreditasi menjadi
untuk diakreditasi karena mereka sudah men- lebih baik. Lebih khusus lagi adalah berapa rincian
dapatkan ISO atau alasan belum siap diakreditasi. anggaran yang dialokasikan untuk membenahi
Keempat, hasil akreditasi belum dimanfaatkan oleh satuan pendidikan berdasarkan status penilaian
se kola h da n di rekt orat -dir ektorat. Ke lim a, terhadap masing-masing standar dari 8 (delapan)
dukungan pemerintah daerah terhadap pelak- standar nasional pendidikan yang terdapat pada
sanaan akreditasi belum maksimal, terutama satuan pendidikan yang diakreditasi.
terkait dengan sosialisasi karena anggaran untuk Sebagai contoh, apabila merujuk pada Tabel
sosialisasi yang dimiliki BAN-S/M sangat terbatas. 1, yaitu data satuan pendidikan dan peringkat
Keenam, alok asi ang gara n ti ap tahun ya ng akreditasi jenjang SMA/MA di Provinsi DKI Jakarta,
disediakan pihak kementerian pendidikan selalu mak a pe rtanyaan krusial ada lah apak ah
menurun sehingga target akreditasi pada tahun- pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memiliki
tahun yang direncanakan tidak dapat tercapai analisis mendalam terhadap capaian masing-
secara tuntas. masing aspek standar nasional untuk satuan
Apabila merujuk kepada tindak lanjut yang pendidikan dengan akreditasi A, B, C atau tidak
telah dilakukan oleh sejumlah pemerintah daerah, terakreditasi (TT), dan apakah kebijakan dan
seperti halnya Jawa Barat dan Jawa Timur, maka program-program intervensi yang dilakukan
sebenarnya apa yang dikatakan oleh Ketua BAN- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilakukan atas
S/M periode 2007-2012 sebagaimana diuraikan dasar analisis per standar nasional.
sebelumnya, cenderung kurang akurat karena

Tabel 1. Data Satuan Pendidikan dan Peringkat Akreditasi

Jumlah Peringkat Akreditasi


Kota
SMA/MA A B C TT
Jakarta Pusat 104 74 24 4 2
Jakarta Timur 184 112 52 15 5
Jakarta Selatan 144 108 34 - 2
Jakarta Utara 112 77 34 - 1
Jakarta Barat 137 96 36 5 -
Kabupaten Kepulauan Seribu 60 46 14 - -
Total 731 513 194 24 10

Sumber: BAP-S/M DKI Jakarta. 2013. http://www.ban-sm.or.id/statistik

539
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Tampaknya data dan informasi mengenai Hal lain yang terkait dengan kredibilitas asesor
kebijakan dan program-program yang spesifik ada lah kode eti k pa da saat menj alankan
yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah tugasnya. Belum ada informasi yang jelas dari
terhadap satuan pendidikan yang ada dengan BAP-S/M pada 33 provinsi tentang mekanisme
merujuk kepada status hasil per standar nasional, dan instrumen untuk mengukur kode etik para
masih belum dimiliki, oleh baik BAP-SM yang berada ase sor. Ber baga i la pora n ya ng d isam paik an
di tingkat provinsi maupun BAN-S/M yang ada di secara informal dan tidak tertulis menunjukkan
pusat. Hal ini harus menjadi perhatian utama, bahwa terdapat asesor yang menyalahgunakan
karena pembinaan kepada program dan satuan ke wena ngannya pada saa t me laksanak an
pendidikan sebagai tindak lanjut hasil akreditasi tugasnya. Misalnya, asesor tidak melaksanakan
telah diatur khusus dalam Pasal 19 Permendikbud tugas secara sungguh-sungguh dengan ber-
Nomor 59 Tahun 2012 tentang BAN. Pasal ini pedoman kepada norma-norma pelaksanaan
menyatakan bahwa “Kementerian Pendidikan dan visitasi, sehingga hasil akreditasi yang diberikan
Kebudayaan, Kementerian Agama, Pemerintah kepada sekolah/madrasah tidak benar-benar
Pr ovinsi, Peme rint ah K abup aten/Kot a, d an me ncer mink an t ingk at kela yaka n se kola h/
penyelenggara program dan satuan pendidikan madrasah yang sesungguhnya. Hal lain adalah
melakukan pembinaan kepada p rogram dan asesor tidak menjaga kerahasiaan hasil visitasi
satuan pendidikan berdasarkan hasil akreditasi dan tidak melaporkan secara objektif kepada BAP-
sesuai dengan kewenangannya. S/M.

Kredibilitas Asesor Simpulan dan Saran


Dengan memperhatikan data jumlah satuan Simpulan
pendidikan (sekolah) dan data asesor yang ada, Hasil a kred itasi ce nder ung masi h be lum
diketahui bahwa rasio asesor terhadap satuan dimanfaatkan oleh berbagai pemangku kepen-
pendidikan secara rerata adalah 1:26. Data tingan di t ingk at p rovi nsi/ kabupate n/kota,
satuan pendidikan menggunakan data Ministry of khususnya dalam hal perbaikan mutu dengan
Education and Culture (2012) dari jenjang TK me rujuk pa da status ha sil akre dita si p er
sampai dengan Sekolah Menengah Atas, baik komponen standar nasional pendidikan. Anggaran
satuan pendidikan negeri maupun swasta, yaitu ya ng d ialokasi kan lebi h pa da p elak sana an
sebanyak 345.659 satuan pendidikan. Isu yang sosialisasi tentang pentingnya akreditasi dan
perlu dikaji adalah apakah dengan rasio tersebut, menambah alokasi kuota untuk pelaksanaan
kegiatan akreditasi dapat diasumsikan sudah akreditasi bagi satuan pendidikan yang belum
lay ak d an d apat dip erta nggungja wabk an diakreditasi. Hal ini disebabkan bahwa hasil dan
(akuntabel), apalagi dengan mempertimbangkan laporan akreditasi belum dirinci sampai aspek
sebaran lokasi keberadaan dari asesor tersebut operasional berupa analisis secara sistematis
yang tidak dalam jangkauan dari satuan-satuan terhadap rekomendasi dari setiap komponen yang
pendidikan yang ada. dianalisis sesuai instrumen yang digunakan, serta
Di samping itu, yang perlu dipertanyakan lebih belum adanya rekomendasi yang jelas tentang
lanjut, apa kah asesor y ang suda h te rcat at tindak-lanjut yang seyogianya dapat dilakukan
tersebut memiliki pengalaman atau ditugasi oleh pemangku kepentingan di tingkat satuan
menjalankan akreditasi secara proporsional dan pendidika n aga r dapa t mem benahi di m asa
merata, dalam arti apakah dapat dijamin bahwa mendatang untuk meningkatkan status atau
frekuensi (kekerapan) dari penugasan asesor di peringkat akreditasinya;
masing-masing provinsi berimbang antara 1 Masih belum ada suatu mekanisme yang
asesor dengan asesor lainnya, ataukah terdapat dapat memberikan gambaran faktual terhadap
pembebanan yang besar untuk asesor tertentu kredibilitas asesor yang ada, termasuk sejauh
karena diberi penugasan terus-menerus oleh BAP- mana merek a sudah menjalanka n tanggung
S/M yang ada di daerahnya. jawabnya secara akurat dan akuntabel; sejauh

540
Hendarman, Pemanfaatan Hasil Akreditasi dan Kredibilitas Asesor Sekolah/Madrasah

mana sudah terdapat beban kerja yang memadai selanjutnya dapat dialokasikan dalam usulan
antarasesor di masing-masing provinsi; serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
sejauhmana para asesor memiliki kode etik yang Perlu segera dikembangkan mekanisme dan
dapat menjawab keraguan masyarakat terhadap instrumen untuk mengukur kinerja para asesor
transparansi dan akuntabilitas asesor pada saat sekaligus juga BAP-S/M di masing-masing provinsi.
melaksanakan tugasnya. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang digariskan
dal am Perat uran Menteri Pendidi kan dan
Saran Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59, Tahun
Terkait dengan pemanfaatan hasil akreditasi, BAN- 2013 tentang Badan Akreditasi Nasional. Pada
S/M dan BAP-S/M seyogianya lebih berkoordinasi Pasal 9 ayat (4) dituliskan bahwa “Balitbang
dengan pema ngku kep enti ngan di ting kat mengkoordinasikan evaluasi kinerja BAN-S/M dan
provinsi/kabupaten/kota dengan mengkomuni- angg ota BAN-S/M secara periodik ”. Deng an
kasikan makna hasil akreditasi. Makna hasil menggunakan klausul dimaksud perlu dilakukan
akreditasi tersebut terkait bagaimana membenahi suatu mekanisme yang sistematis dan sistemik
satuan pendidikan atas dasar komponen masing- ter hadap kine rja BAP-S/M da n ase sor y ang
masing standar yang diwujudkan dalam bentuk- mungkin dapat dilakukan oleh BAN-S/M atau
bentuk kegiatan-kegiatan yang relevan yang provinsi masing-masing.

Pustaka Acuan

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2010. Pokok-Pokok Kebijakan dan Pedoman Akreditasi
Sekolah/Madrasah. Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).

BAP-S/M DKI Jakarta. 2013. http://www.ban-sm.or.id/statistik diunduh pada tanggal 5 Oktober 2013.

Cooper, Harris. 2010. Research Synthesis and Meta-Analysis: A Step-by-Step Approach (4th ed.). London:
SAGE Publications Ltd.

http://dikdas.kemdikbud.go.id/content/berita/utama/berita-78.html. 2013. “Hasil Akreditasi Dijadikan


Faktor Insentif” Diunduh pada tanggal 25 September 2013

http://www.advanced.org/what-accreditation. 2013. “Why Does Accreditation Matter”. Diunduh pada


tanggal 30 September 2013

http://www.jabarpost.com/fullpost/pendidikan/1357783435. 2013. “Akreditasi Sekolah Menjadi Hal


Penting”. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2013

http://www.emaponline.org/index.php. 2013. “EMAP Assessor Qualifications”. Diunduh pada tanggal


29 Oktober 2013.

http://regenesys.co.za/assessor-training/. 2013. “Assesor Training”. Diunduh pada tanggal 29


Oktober 2013.

https://www.scc.ca/en/assessors. 2013. “Become an Assessor”. Diunduh pada tanggal 29 Oktober


2013.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam
Rapat Kerja dengan Komisi X DPR dan Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam
Rapat Pimpinan Kementeria Pendidikan dan Kebudayaan (tidak dipublikasikan). Jakarta:
Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

541
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Kementerian Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan Akreditasi Nasional. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Ministry of Education and Culture. 2012. INDONESIA: Educational Statistics in Brief 2011/2012. Jakarta:
Ministry of Education and Culture.

Singh, Mala. 2007. “The Governance of Accreditation” dalam GUNI (ed.). Higher Education in the World
2007, Accreditation for Quality Assurance: What is at Stake? Basingstoke: Palgrave Macmillan.

Subagya, Ki Sugeng. 2009. “Implikasi Akreditasi Sekolah”. Yogyakarta: Surat Kabar Harian
Kedaulatan Rakyat. (30/11/2009).

Sudiyono dan Suryawati, D. 2008. Dampak Akreditasi terhadap Upaya Pembinaan Sekolah/Madrasah
dalam Rangka Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi
Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.

542

Anda mungkin juga menyukai