Anda di halaman 1dari 78

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR

DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS


SMP ISLAM YKS DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi


Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh :

Andriansyah
NIM : 105015000627

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M /1431 H
ABSTRAK

Andriansyah : “ Hubungan Antara Gaya Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar


Siswa bPada Mata Pelajaran IPS SMP Islam YKS Depok”. Skripsi ini adalah
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Program Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam


pembelajaran. Menurut para ahli, salah satu faktor penting untuk keberhasilan
seseorang dalam proses pembelajaran adalah gaya belajar siswa.
Skripsi ini menganalisa dan memberikan penjelasan mengenai hubungan
antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS SMP Islam
YKS Depok. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Alat
pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa berupa
angket, sedangkan sumber informasi hasil belajar diperoleh dari rapor semester
genap kelas VIII SMP Islam YKS Depok.

Kata Kunci : Gaya belajar siswa dan hasil belajar.

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SMP ISLAM YKS DEPOK

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Andriansyah
NIM : 105015000627

Mengetahui
Pembimbing

Drs. H. Nurochim, MM
NIP : 1959 0715 1984 03 1003

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul “Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar


Siswa Pada Mata Pelajaran IPS SMP Islam YKS Depok” diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah, pada hari Jum’at tanggal 25
Juni 2010 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Jakarta, 25 Juni 2010

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Nurochim, MM
NIP. 19590715 198403 1 003

Sekretaris Jurusan/Program Studi

Iwan Purwanto, M. Pd
NIP. 19730424 200801 1012

Penguji I

Drs. H. Syaripulloh, M. Si
NIP. 150 389 364

Penguji II

Iwan Purwanto, M. Pd
NIP. 19730424 200801 1012

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A


NIP. 19571005 198703 1 003
KATA PENGANTAR

Limpahan nikmat dan barakah telah menggetarkan hati dan menggerakkan


lisan penulis untuk senantiasa mengukir rasa syukur dipersembahkan ke hadirat
Illahi Rabbi –Allah SWT, atas semua yang telah kita lewati di muka bumi ini selaku
hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi
besar Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, yang telah memberi
banyak pelajaran hidup kepada kita.
Jika air mata ini harus tertumpah, jika raga ini harus tersungkur, dan jika jiwa
ini harus berhimpun, maka semua itu adalah ungkapan rasa syukur yang paling
dalam kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan atas terselesaikannya skripsi yang
penulis beri judul “ Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPS SMP Islam YKS Depok ” Sebagai sebuah karya untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd), rasanya skripsi ini akan tidak memiliki
makna apa-apa, apabila di dalamnya tidak merajut untaian terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Adapun
ucapan terimakasih saya haturkan sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus dosen pembimbing skripsi. Terima kasih yang sebesar-
besarnya atas semua dedikasi dan perhatian dalam memberikan masukan dan
arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Firdaus HM, S. Pd. Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok yang
telah memberi izin dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di
sekolah yang bapak pimpin.

v
5. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (P. IPS) yang telah sangat banyak mentransformasikan
ilmu dan intelektualitas selama penulis duduk di bangku perkuliahan.
6. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
banyak memberikan kemudahan penulis dalam mengakses seluruh literatur
yang tersedia dan juga yang rela “menunggu” penulis hingga larut.
7. Sebesar-besarnya kebanggaan ini penulis persembahkan kepada kedua
orangtua, Ayahanda Ali Sumardi dan Ibunda tercinta Neneng Yatimah.
Mereka tak pernah lelah memotivasi penulis untuk menjadi anak yang baik,
gudang pemberi nasehat dan panutan agar senantiasa penulis menjadi anak
yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama dan bangsa. Terima kasih
atas bantuan moral dan financial selama penulis menempuh study S1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan mereka semua layak mendapat balasan
surga dari Allah SWT. Amien
8. Kakanda Lia Nurhayati dan suami, Kakanda Fitria Suryaningsih dan suami,
Kakanda Syaipulloh dan isteri, Kakanda Widya Agustini dan suami, Adinda
Syarif Irfan Dadi, yang selalu memberi semangat bagi penulis. Tak lupa pula
teruntuk keponakan-keponakan-ku; Muhammad Noval Anwar, Virjiawan,
Salsa Nabila, Zulfikri, Zahra Aulia Septiani, mereka selalu menghibur dan
menghadirkan keceriaan, canda tawa sehingga penulis merasa terhibur.
9. Kepada kekasih-ku tercinta, seorang wanita penghias hati di kala suka
maupun duka, bidadari kecil nan imut-ku “Riska Andriani”, yang tiada henti
memberikan masukan, saran, dan terutama rasa nyaman di hati yang terukir
dalam satu kata cinta dan sayang.
10. Kepada seluruh teman-teman kelas P. IPS (Sosiologi-Antropologi) Angkatan
Tahun 2005; Tri Sutaji (Ibenk), Baihaki (Sogi), Muhaimin (Muhay),
Karyadi. S (Wawan), Tirwan Sulaiman (Tirwan), Heri Juliadi, M. Syafe’i,
Nur Alfi Laili (Vie2), Hilda Rizkiani (N’da), Ria, Alis, Rika dan lain-lain.
Keyakinan dan kesungguhan merekalah yang menjadi sumber inspirasi
penulis. Aku tak kuasa untuk melupakan kenangan bersama kalian….
I Miss U So Much My Friends.

vi
11. Teman-teman PPKT-ku yang tergabung dalam mengajar di SMP Islam YKS
Depok; Yusuf Abdul Azis, Imron Rosyadi, Faizah Marsyih, Nurhafizoh,
Yusri Khoiriyah, Inayah Fachriyah, Reka Wibawa, semangat perjuangan dan
kenangan mereka selalu memberi inspirasi dan semangat bagi penulis.
12. Teman-teman yang tergabung dalam Karang Taruna Kelurahan Curug,
Forum Silaturrahmi Pemuda dan Mahasiswa Islam Sawangan (FOSPMIS),
dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas motivasi dan dukungannya.
13. Forum Remaja Masjid Al-Masanih RW 06 (FORMAS 06), wadah sekaligus
gudang menimba ilmu religi bagi penulis sehingga selalu dapat berpedoman
kepada ajaran agama maupun sunnah-Nya.
14. Kawan-kawan “Social Education Motor Community”, tempat refreshing,
touring ke berbagai tempat yang membuat hati penulis menjadi fresh dikala
penulis merasa jenuh akan kesibukan dan kepenatan akan aktivitas kuliah.
15. Kawan-kawan “Social Education Futsal”, yang selalu menemani penulis
berolahraga dikala siang maupun malam.
16. Sejuknya angin pagi di kala waktu masuk kuliah pagi tiba dan panasnya
suasana siang di kala waktu kuliah siang pun tiba, di campur hembusan
angin, dan balutan keramaian rekan mahasiswa yang selalu penulis rasa dan
jumpai selama menjalani perkuliahan di lantai 5 (lima) jurusan Pendidikan
IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah, dan kita sebagai manusia
sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu. Begitu pula skripsi ini, yang
tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap dari ketidaksempurnaan
itu, akan hadir kebaikan untuk semua.

Jakarta, Mei 2010

Penulis

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Masalah Penelitian ................................................................................................ 5
1. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5
2. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 6
3. Perumusan Masalah......................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORITIS .......................................................................................... 8


A. GAYA BELAJAR SISWA .................................................................................. 8
1. Pengertian Belajar ........................................................................................... 8
2. Tujuan Belajar ............................................................................................... 11
3. Prinsip-prinsip Belajar................................................................................... 12
4. Pengertian Gaya Belajar ................................................................................ 14
5. Jenis-jenis Gaya Belajar ................................................................................ 16
6. Modifikasi Gaya Belajar Siswa ..................................................................... 19

B. HASIL BELAJAR SISWA ............................................................................... 21


1. Definisi Hasil Belajar .................................................................................... 21
2. Bentuk Hasil Belajar ..................................................................................... 24
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................................................... 24
4. Proses Pembelajaran Yang Efektif ................................................................ 29

viii
C. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS ................................................................ 32
1. Definisi IPS ................................................................................................... 32
2. Karakteristik IPS ........................................................................................... 34
3. Tujuan Pembelajaran IPS .............................................................................. 35
D. KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................................... 36
E. HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 38


A. Desain Penelitian ................................................................................................ 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 38
C. Variabel Penelitian .............................................................................................. 39
D. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 41
F. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................................. 47


A. Profil Umum SMP Islam YKS Depok ................................................................ 47
1. Sejarah Berdirinya SMP Islam YKS Depok .................................................. 47
2. Visi dan Misi SMP Islam YKS Depok........................................................... 48
3. Struktur Organisasi SMP Islam YKS Depok ................................................. 48
4. Keadaan Tenaga Pendidikan SMP Islam YKS Depok................................... 48
5. Keadaan Siswa SMP Islam YKS Depok ........................................................ 49
6. Sarana dan Prasarana SMP Islam YKS Depok .............................................. 50
B. Hasil Utama Penelitian ........................................................................................ 51
1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................................................... 51
a. Uji Validitas............................................................................................... 51
b. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 52
c. Data Ordinal Menjadi Interval ................................................................... 53
2. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................................. 53
a. Deskripsi Data ........................................................................................... 53

ix
C. Analisa Data ........................................................................................................ 57
D. Interpretasi Data .................................................................................................. 60
E. Pembahasan ......................................................................................................... 61

BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 63


A. Kesimpulan.......................................................................................................... 63
B. Saran-saran .......................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Gaya Belajar ..................................................... 41

Tabel 2 Interpretasi Angka Indeks Korelasi ”r” Product Moment ................ 45

Tabel 3 Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Islam YKS Depok…….. .. 49

Tabel 4 Daftar Rombongan Belajar dan Jumlah Siswa ................................ 50

Tabel 5 Daftar Sarana dan Prasarana ............................................................ 50

Tabel 6 Uji Validitas Instrumen Hasil Gaya Belajar Siswa .......................... 51

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tentang Gaya Belajar Siswa .......................... 54

Tabel 8 Nilai Raport Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII ........................ 56

Tabel 9 Kualifikasi Hasil Belajar Siswa Kelas VIII ..................................... 57

Tabel Perhitungan Koefisien Korelasi antara Variabel X dan Y ...................... 58

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang membawa misi agar umatnya


menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ajaran al-Qur’an sarat dengan
nilai-nilai pengetahuan yang menuntut pengikutnya untuk mengetahui berbagai
fenomena alam yang harus dipikirkan. Dengan adanya simbol tuntutan berpikir itu
membersitkan makna bahwa manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan untuk
mengetahui berbagai fenomena alam yang diciptakan Tuhan Yang Agung itu.1
Hasbullah mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sesuai
dengan perumusan Undang-Undang No. 20 Th. 2003 Pasal 1 ayat 1.2

Menurut S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Pendidikan,


menyebutkan bahwa pendidikan adalah “proses mengajar dan belajar pola-pola
kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat”.3 Kelakuan
manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam
interaksi dengan manusia lainnya. Sekolah sebagai institusi pendidikan
merupakan tempat berkumpulnya para siswa yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dari segi ekonomi, adat-
istiadat, agama, keluarga, kepribadian maupun dari segi bakat dan minatnya.

1
Djunaidatul Munawwaroh, Tanenji, Filsafat Pendidikan Islam (Perspektif Islam dan
Umum), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. I, h. 113
2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
Ed. Revisi-5, h. 4
3
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Pertama, h. 10
2

Muhibbin Syah memberikan pengertian yang lebih luas, pendidikan dapat


diartikan “sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga
seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan”.4
Selain itu, Prof. Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Proses
Belajar Mengajar menyatakan bahwa pendidikan adalah “suatu proses dalam
rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan
dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam
kehidupan masyarakat”.5

Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan


masa depan bangsa. Manusia sebagai subyek pembangunan perlu dididik, dibina
serta dikembangkan potensi-potensinya dengan tujuan terciptanya subyek-subyek
pembangunan yang berkualitas. Hal ini dapat terwujud dengan pendidikan
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang tentang Pendidikan Pasal 3 sebagai
berikut :“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.6

Pada hakikatnya manusia mengalami perubahan akibat kegiatan belajarnya,


proses perkembangan melalui belajar merupakan proses aktualisasi potensi
pengetahuan manusia yang telah ada dalam dirinya.
Belajar ternyata punya gaya berbeda-beda. Bila kita paham gaya kita,
boleh jadi kita lebih pintar dari seharusnya. Lain ladang, lain pula ikannya. Lain
orang, lain pula gaya belajarnya. Pepatah di atas memang pas untuk menjelaskan
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002), Cet. Ketujuh, h. 10
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet.
Kedua, h. 79
6
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
Undang Sisdiknas, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), Cet. Kedua, h. 37
3

fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Pun bila mereka
bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah
pasti berbeda tingkatnya, yakni “ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat
lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama”.7

Di dalam mengikuti proses belajar mengajar, setiap siswa memiliki gaya


belajar yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru
dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa. Karena
dalam setiap mengajar efektifitasnya akan sangat bergantung pada cara atau gaya
siswa belajar, di samping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya.
Selama penulis melaksanakan PPKT di SMP Islam YKS Depok, nampak
terlihat jelas bahwa siswa yang memiliki gaya belajar dalam setiap menerima
pelajaran sangat bervariasi, khususnya pada saat belajar IPS. Ada sebagian siswa
lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan
tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba
memahaminya. Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar
dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok
kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut.
Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang
menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita
panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para
siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang
hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara
tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar
dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar
setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya,

7
http://istpi.wordpress.com/2008/11/26/memahami-gaya-belajar-siswa/ Tanggal 07
Maret 2010
4

kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan
memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Tentu saja, sebelum kita sendiri mengajarkannya pada orang lain, langkah
terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Pertimbangan ini yang
seringkali kita lupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan
pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat bagi diri sendiri, sebelum
menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita
dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar, termasuk gaya kita
sendiri.
Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan tentang gaya
belajar, berdasarkan pengalaman yang telah mereka lewati. Misalnya, mereka
pernah bekerja, menjalani latihan militer, mendidik dan membimbing anak, dan
sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka lewati itu, sesungguhnya, adalah
bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yang mungkin bisa kita
serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang tepat bagi kita. Apa
pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting yang tak boleh dilupakan
ialah lakukan apa yang memang akan bermanfaat bagi Anda!

Oleh karena itu mengetahui gaya belajar setiap siswa serta berupaya
memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah
merupakan “suatu usaha yang sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan
keberhasilan mengajar”.8

Kartini Kartono mengungkapkan bahwa “cara belajar yang dilakukan siswa


ada yang efisien dan ada juga cara belajar yang kurang efisien. Seorang siswa
yang mempunyai cara belajar yang efisien memungkinkannya untuk mencapai
hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai cara belajar yang
tidak efisien”.9

8
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, h.
101
9
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1985), Cet. I, h. 4
5

Hasil riset menunjukkan bahwa “murid yang belajar dengan menggunakan


gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai
yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak
sejalan dengan gaya belajar mereka”.10

Dengan kata lain, adanya gaya atau cara belajar siswa yang berbeda-beda
menyebabkan hasil belajar siswa di sekolah pun berbeda pula. Bila gaya belajar
siswa baik dan efisien, maka tingkat hasil belajar siswa pun tinggi. Begitu pula
sebaliknya, apabila gaya belajar siswa kurang baik dan efisien, maka tingkat
pencapaian hasil belajar siswa di sekolah pun akan turun.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis melihat bahwa gaya belajar siswa


merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis bermaksud mengkaji dan
membuktikan adanya hubungan antara gaya belajar yang dilakukan siswa dengan
hasil belajarnya di sekolah, dengan memberi judul :

“ HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SMP ISLAM YKS DEPOK “.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Banyak siswa yang tidak memperhatikan gaya belajarnya di sekolah
2. Sebagian siswa kurang menerapkan gaya belajar dalam menangkap
pelajaran
3. Terdapat beberapa siswa tidak peduli terhadap gaya belajar yang dapat
mempengaruhi hasil belajar mereka
4. Hasil belajar dalam mata pelajaran IPS yang kurang memuaskan

10
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), Cet. 2, h. 139
6

5. Siswa yang peduli dengan gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
IPS siswa di sekolah
6. Kurangnya gaya belajar siswa dalam belajar termasuk belajar IPS
7. Ada atau tidaknya hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS

2. Pembatasan Masalah
Karena terbatasnya waktu, tenaga dan sarana yang tersedia, maka penulis
akan membatasi permasalahan dalam pembahasan penelitian agar memperjelas
dan memberi arah yang tepat pada pembahasan hubungan antara gaya belajar
dengan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam YKS Depok. Dalam hal ini
penulis membatasinya pada hal sebagai berikut :
1. Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS.
2. Hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok.

3. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penulis merumuskan permasalahan yaitu apakah terdapat hubungan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gaya belajar siswa SMP Islam YKS Depok
2. Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan gaya belajar dengan hasil
belajar pada mata pelajaran IPS siswa SMP Islam YKS Depok
4. Untuk mengetahui besarnya tingkat kontribusi antara gaya belajar dengan
hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa SMP Islam YKS Depok
7

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh diantaranya sebagai berikut :


1. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini nantinya akan diketahui apakah ada
hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS. Dan sebagai calon
guru dapat menumbuh kembangkan gaya belajar yang ada pada diri siswa.
2. Bagi guru IPS, dapat meningkatkan gaya belajar di kelas yang baik,
khususnya dalam mata pelajaran IPS.
3. Bagi sekolah, dapat menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
untuk menarik gaya belajar siswa.
4. Bagi LPTK, khususnya bagi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
dapat memberikan saran atau masukan bagi Jurusan IPS untuk lebih
memperhatikan mahasiswanya dalam mempelajari jenis gaya belajar siswa
dalam mata pelajaran tertentu, khususnya pelajaran IPS.
8

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Gaya Belajar Siswa


1. Pengertian Belajar
Perkataan belajar sudah sering didengar dalam kehidupan sehari-hari.
Karena belajar merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.
Belajar adalah proses perubahan, sedangkan kehidupan manusia selalu berubah-
ubah sepanjang zaman, sehingga manusia dituntut untuk selalu belajar sejak
manusia itu dilahirkan. Drs. Ngalim Purwanto di dalam bukunya mengatakan
bahwa: “Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan dimanapun
berada”.1
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya lebih mampu menyebutkan kembali
secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang
diajarkan oleh guru.
Zikri Neni Iska mengemukakan definisi belajar adalah “proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam rangka waktu
tertentu”.2

1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990),
Cet. V h. 84
2
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta; Kizi
Brother’s, 2006), Cet. Pertama, h. 76
9

Hilgard mengatakan: “belajar adalah proses yang melahirkan atau


mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau
dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau
minum ganja bukan termasuk hasil belajar”.3
Disamping itu ada juga sebagian orang yang memandang belajar
sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila
anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu
meskipun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan
tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, di bawah ini
ada sebagian pendapat para ahli mengenai definisi belajar sebagai berikut :
a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975)
mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang
(misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”
b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan
bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan:
“Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

3
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h.
35
10

d. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan.


“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”4

Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau


penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Chaplin berpendapat
bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai akibat latihan dan pengalaman. Dan belajar adalah proses memperoleh
respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman berpendapat
bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme. Wittig mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman. Reber mendefinisikan belajar yaitu proses memperoleh
pengetahuan dan suatu perubahan kemampuan beraksi yang relatif langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat.5

Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan “sebagai proses


di mana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.6
Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan
bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar
pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu,
belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Belajar (learning) adalah suatu perubahan prilaku pada diri seseorang yang
terjadi dalam jangka waktu lama dan yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman.

4
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar., h. 84
5
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, h.
60-62
6
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), Cet. III, h. 98-99
11

2) Belajar mampu menimbulkan suatu perubahan yang relative tetap.


3) Perubahan yang dimaksud ialah suatu keadaan sebelum individu berada dalam
situasi belajar dan sesudah menjalani belajar.
4) Perubahan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan atau usaha maupun praktek
yang disengaja atau diperkuat.

Kesimpulan di atas dapat penulis buat pada diagram di bawah ini :

Latihan yang Perubahan yang


disengaja Belajar relatif tetap

2. Tujuan Belajar
Proses belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung 2 (dua)
pengertian, yaitu tahapan/fase dalam mempelajari sesuatu dan sebagai urutan
kegiatan perencanaan oleh guru. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan-
kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan
kegiatan hingga evaluasi dan program tindak lanjut. Semuanya berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Sebagai suatu sistem instruksional belajar mengajar mengandung sejumlah
komponen antara lain : tujuan, bahan/materi, siswa, guru, metode, situasi dan
evaluasi. Salah satu komponen tersebut adalah tujuan belajar.
Menurut Winarno Surakhmad, tujuan belajar lebih diajukan pada
“pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan, serta
pembentukan sikap dan perbuatan”.7
Dalam pencapaian tujuan belajar diperlukan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Lingkungan ini dipengaruhi oleh berbagai komponen,
misalnya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan materi yang diajarkan
guru serta siswa memainkan peranan dalam hubungan sosial di sekolah. Jenis
kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang

7
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h.
49
12

tersedia. Secara garis besarnya, tujuan belajar dapat diklasifikasikan menjadi 3


(tiga) macam diantaranya:
a) Untuk mendapatkan pengetahuan
b) Penanaman konsep dan keterampilan
c) Pembentukan sikap dan perbuatan.
Pemikiran pengetahuan, kemampuan berpikir dan faktor yang berkaitan.
Kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan tidak berarti apa-apa. Cara yang
dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan adalah dengan melakukan upaya
tugas membaca.
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan
tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom, yaitu “tujuan belajar siswa
diarahkan untuk mencapai tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
antara lain sebagai berikut:
a) Hal ihwal ilmu dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)
b) Hal ihwal personal, kepribadian dan sikap (afektif)
c) Kelakuan dan keterampilan atau penampilan (psikomotorik)”.8

3. Prinsip-prinsip Belajar
Setiap guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri
prinsip-prinsip belajar, yaitu “prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam
situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual”.9
Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut:
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional;
2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;

8
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. Ke-3, h. 58-59
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 27-28
13

3) belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat


mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif;
4) belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar


1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
3) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang
diharapkan.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari


1) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya;
2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar


1) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang;
2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Prinsip-prinsip di atas merupakan prinsip-prinsip yang harus dipegang


dalam proses belajar mengajar, sebab apabila prinsip-prinsip tersebut dipegang,
maka tujuan belajar akan cenderung lebih cepat berhasil.
14

4. Pengertian Gaya Belajar


Akhir-akhir ini timbul pemikiran baru yakni, bahwa seorang guru dalam
setiap mengajar itu harus memperhatikan gaya belajar atau “learning style” siswa.
Gaya belajar adalah cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-
perangsang yang diterimanya dalam belajar.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Peter Salim dan Yenny Salim
yang dikutip dari buku Rafy Sapuri, dijelaskan bahwa “gaya adalah kekuatan,
kesanggupan berbuat dan sikap atau gerak-gerik yang indah”.10 Jika dikaitkan
dengan belajar, berarti suatu tindakan yang dirasakan menarik oleh siswa dalam
melakukan aktivitas belajar, baik ketika sedang sendiri atau dalam kelompok
belajar bersama teman-teman sekolah.
Dunn Opal (1991) menjelaskan bahwa dalam belajar, setiap individu
memiliki kecenderungan kepada salah satu cara atau gaya tertentu. kecenderungan
atau gaya seseorang ini disebut gaya belajar. Kemudian Nasution berargumen,
bahwa “Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seseorang
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat atau berpikir, dan
memecahkan soal”.11 Noel Enatwistle (1983) menjelaskan bahwa “Learning style
is the general tendency to adopt a particular strategy” (Gaya belajar adalah
kecenderungan secara menyeluruh untuk mengambil strategi khusus). Selanjutnya
Kenneth D Moore (2001) juga memberikan definisi tentang gaya belajar, yaitu
“cara seorang individu mulai memproses, mendalami, dan berkonsentrasi terhadap
sesuatu yang baru”.12
Gaya belajar menurut Anita E. Woolfolk adalah pendekatan individu dalam
belajar. Biasanya melibatkan proses menerima informasi secara mendalam (deep)
atau tidak (surface). Kemudian Borich dan Tombari mengartikan “gaya belajar
sebagai kebiasaan yang dipilih oleh siswa dalam belajar, baik di dalam kelas atau
di lingkungan terbuka”.13

10
Rafy Sapuri, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), Ed. I, h. 288-289
11
Rafy Sapuri, Psikologi…………, h. 288
12
Rafy Sapuri, Psikologi…………, h. 288
13
Rafy Sapuri, Psikologi…………, h. 289
15

Di kalangan pendidik telah dipahami bahwa setiap peserta didik memiliki


berbagai macam cara dalam belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat
baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Anak seperti ini
menyenangi penyajian materi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa
yang gurunya katakan saat belajar tersebut. Selama belajar anak seperti ini
biasanya diam dan tidak terganggu dengan kebisingan. Gaya seperti ini
dinamakan gaya belajar visual. Berbeda dengan anak yang memiliki gaya belajar
bersifat auditori. Anak seperti ini umumnya tidak sungkan-sungkan untuk
memperhatikan dan melakukan apa yang dilakukan oleh gurunya termasuk
membuat catatan. Anak dengan gaya seperti ini mengandalkan kemampuan
mengingatnya dan pendengarannya. Selain itu, ada pula gaya belajar kinestetik,
“bahwa anak pada kelompok ini dalam kegiatan belajarnya akan melibatkan diri
secara langsung”.14 Mereka cenderung kurang sabaran, semaunya sendiri. Cara
belajar mereka akan terlihat sembarangan dan tidak karuan.
S. Nasution menegaskan bahwa “para peneliti menemukan adanya berbagai
gaya belajar pada siswa yang digolongkan menurut kategori-kategori tertentu”.15
Mereka berkesimpulan bahwa:
1) Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga
guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3) Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas
belajar.
Dengan mengetahui gaya belajar siswa, “guru dapat menyesuaikan gaya-
mengajarnya dengan kebutuhans siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai
gaya mengajar sehingga murid-murid semuanya dapat memperoleh cara yang
efektif baginya”.16 Khususnya jika akan dijalankan pengajaran individual, gaya
belajar murid perlu diketahui. Agar dapat memperhatikan gaya-belajar siswa, guru
harus menguasai keterampilan dalam berbagai gaya mengajar dan harus sanggup

14
http://opinimerdeka.blogspot.com/2009/03/gaya-belajar.html Tanggal 13 April 2010
15
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), Cet. V, h. 93
16
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar., h. 115
16

menjalankan berbagai peranan, misalnya sebagai ahli bahan pelajaran, sumber


informasi, instruktur, pengatur pelajaran, evaluator. Ia harus sanggup menentukan
metode mengajar-belajar yang paling serasi, bahan yang sebaiknya dipelajari
secara individual menurut gaya belajar masing-masing, serta bahan untuk seluruh
kelas.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli tersebut, gaya belajar berarti cara
berpikir, merasa, mengamati, dan bertingkah laku yang konsisten (tidak berubah
dari awal hingga kini) serta memiliki nilai seni yang cenderung berbeda pada
masing-masing individu.

5. Jenis-jenis Gaya Belajar


Type gaya belajar siswa di sekolah dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu
“gaya belajar pada permulaan belajar; gaya belajar pada waktu menerima
pelajaran; gaya belajar pada waktu menyerap pelajaran dan gaya belajar pada
waktu memecahkan masalah atau menjawab soal”.17 Pada masing-masing gaya
belajar tersebut ada yang baik dan ada pula yang tidak baik sehingga perlu
dimodifikasi.

Adapun gaya belajar tersebut adalah sebagai berikut :

a. Gaya belajar siswa pada permulaan belajar


Gaya belajar ini ada dua macam, yaitu : Field Dependence dan Field
Independence. Gaya belajar Field Dependence ialah “gaya belajar siswa yang mau
memulai belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang lain (guru atau
orang tua)”.18 Sebaliknya pada gaya belajar Field Independence, siswa mau
belajar secara mandiri tanpa harus disuruh atau dipengaruhi orang lain. Gaya
belajar Field Idependence inilah yang sebaiknya terjadi pada setiap permulaan
belajar.
Terjadinya gaya belajar tesebut pada diri masing-masing siswa berkaitan
erat dengan pengalaman pendidikan dan perkembangan pribadinya. Pada siswa
yang gaya belajarnya dependence, sejak kecil ia di didik untuk selalu
17
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional., h. 103
18
Alisuf Sabri, Psikologi……….., h. 103
17

memperhatikan orang lain; selalu mengingat atau mengikuti hal-hal dalam


konteks sosial, siswa ini kemungkinannya memperoleh pendidikan secara otoriter
dari orang tuanya atau kemungkinan lainnya ialah selama belajar ia tidak pernah
memperoleh keberhasilan atau kepuasan dalam belajarnya. Sedangkan siswa yang
mempunyai gaya belajar independence, ia mengalami pengalaman pendidikan
secara demokratis, ia dididik untuk dapat berdiri sendiri dan mempunyai
otonomisasi dalam tindakannya dan kemungkinan besar dalam setiap kegiatan
belajar yang dialaminya berhasil memperoleh ganjaran atau kepuasan.

b. Gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran


Ada dua macam gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran, yaitu :
gaya Preceptive dan gaya Receptive. Gaya belajar Preceptive ialah
“kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran/informasi atau dalam
mengumpulkan informasi dalam belajar dilakukan dengan beraturan yaitu dengan
mengadakan organisasi atau hubungan terhadap hal-hal atau konsep-konsep dari
informasi yang diterimanya agar dapat dikenal atau dipahami secara bulat atau
utuh”.19

Sedangkan gaya belajar Receptive, kecenderungan siswa dalam menerima


pelajaran dilakukan dengan menerima informasi (yang disampaikan
guru/disajikan oleh buku) secara detail, tanpa berusaha untuk membulatkan atau
mengorganisir konsep-konsep informasi yang diterimanya. Apabila siswa tersebut
mencatat pelajaran yang disampaikan guru, maka mereka cenderung untuk
mencatat setiap kata-kata guru secara mendetail. Tetapi sebaliknya bagi siswa
yang bergaya preceptive mereka hanya mencatat kebulatan atau kesimpulan dari
informasi-informasi yang diterimanya. Oleh karena itu gaya belajar preceptive
inilah yang sebaiknya dilakukan siswa dalam menerima pelajaran.

c. Gaya belajar siswa dalam menyerap pelajaran


Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua macam, yaitu
gaya Impulsive dan gaya Reflektive. Gaya belajar Impulsive adalah gaya siswa

19
Alisuf Sabri, Psikologi……….., h. 104
18

dalam menyerap pelajaran cenderung untuk cepat-cepat mengambil keputusan


tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep-konsep informasi
yang telah diterimanya. Sebaliknya siswa yang bergaya Reflektive dalam
menyerap pelajaran mereka akan mempertimbangkan atau memikirkan semua
konsep informasi yang telah diterimanya terlebih dahulu sebelum diambil
keputusan/dipahami.
Dengan demikian ada perbedaan cara menyerap pelajaran pada kedua jenis
gaya belajar tersebut, yaitu gaya belajar Impulsive lebih cenderung untuk
menghafal semua konsep yang diajarkan, sedangkan pada gaya belajar Reflektive
siswa cenderung untuk selalu memikirkan dan memahami semua konsep
informasi yang disampaikan guru.

Dalam menghadapi ujian dengan test obyektif yang jumlah soalnya banyak
dan harus diselesaikan dalam waktu yang singkat atau terbatas, bagi siswa yang
bergaya Impulsive akan dapat dengan mudah dan cepat dalam penyelesaiannya,
tetapi sebaliknya bagi siswa yang bergaya belajar Reflektive akan merasa
kesulitan karena setiap soal yang akan dijawab perlu dipikir atau dipertimbangkan
dengan cermat, karena itu mereka sering merasa kekurangan waktu dalam
menghadapi test semacam itu.

d. Gaya belajar siswa dalam memecahkan masalah


Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab soal atau permasalahan
yang diajukan guru, ada dua macam, yaitu gaya Intuitive dan gaya Sistematis.
Pada gaya Intuitive siswa dalam memecahkan atau menjawab soal dilakukan
hanya secara intuisi atau menurut perasaanyan saja. Sedangkan bagi siswa yang
gaya belajarnya Sistematis dalam menjawab permasalahan tidak dilakukan secara
trial and error, akan tetapi dengan cara sistematis yaitu dimulai dengan melihat
struktur masalahnya, kemudian mengumpulkan dan menetapkan alternative
jawaban yang paling tepat untuk menjawab masalah.
19

6. Modifikasi Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar siswa yang perlu diperbaiki atau dimodifikasi tersebut adalah
gaya belajar : Field Dependence dalam memulai belajar; gaya belajar Receptive
dalam menerima pelajaran; gaya belajar Impulsive dalam menyerap pelajaran; dan
gaya belajar Intuitive dalam menjawab atau memecahkan masalah.

a. Memperbaiki gaya belajar Field Dependence


Tujuannya adalah “agar siswa secara berangsur-angsur mau belajar sendiri
atau mandiri, tidak harus diperintah maupun disuruh oleh guru atau orang
tua”.20
Cara yang harus dilakukan guru adalah :
1) Dalam setiap mengajar, guru harus selalu membangkitkan motivasi
intrinsic kepada diri siswa.
2) Setiap selesai mengajar, guru harus memberikan pekerjaan rumah (PR).
3) Upayakan penampilan atau prilaku guru dalam mengajar dapat membantu
membangkitkan minat siswa pada pelajaran.
4) Usahakan agar setiap siswa dalam belajar memperoleh rasa puas melalui
prosedur didaktis pedagogis yang memungkinkan.
b. Memperbaiki gaya belajar Receptive
Tujuannya ialah agar siswa dalam menerima pelajaran jangan diingat
secara detail, akan tetapi harus diorganisir agar dapat dikenali/dipahami
secara bulat.
Cara memodifikasinya adalah :
1) Dalam setiap mengajar, guru harus membuat kerangka uraian/skema
pelajaran yang akan disampaikan.
2) Mengingatkan kepada siswa agar jangan menerima pelajaran secara detail,
akan tetapi harus diorganisir atau dibulatkan.
3) Uraikanlah penjelasan-penjelasan guru dengan perlahan-lahan (tidak
tergesa-gesa) agar dapat diikuti dengan baik oleh siswa.

20
Alisuf Sabri, Psikologi……….., h. 106
20

4) Setiap selesai menguraikan bagian-bagian inti pelajaran, guru harus


mengajukan pertanyaan untuk mengetahui penguasaan atau pemahaman
siswa atas informasi yang telah disampaikan.

c. Memperbaiki gaya belajar Impulsive


Tujuannya adalah agar siswa dalam menyerap pelajaran jangan dihafal
seluruhnya, akan tetapi harus dipahami.

Cara yang harus dilakukan guru adalah :


1) Ingatkan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa dalam menyerap
pelajaran.
2) Dengarkan baik-baik terlebih dahulu penjelasan guru kemudian disusun
dan difikirkan dengan baik untuk dipahami.

3) Dalam mengajar guru harus membuat kerangka atau skema uraian di


papan tulis dan setelah selesai mengajar bagian-bagian pelajaran harus
disusul dengan mengajukan pertanyaan.

d. Memperbaiki gaya belajar Intuitive


Tujuannya ialah agar siswa dalam memecahkan atau menjawab
permasalahan jangan secara trial and error, akan tetapi teriasa untuk
menjawab masalah secara sistimatis.
Cara memperbaikinya ialah :
1) Ingatkan kepada siswa agar jangan menjawab pertanyaan menurut
perasaan atau bisikan hati saja.
2) Dengarkan dan simak terlebih dahulu permasalahan yang diajukan dengan
sebaik-baiknya, perhatikan struktur masalahnya yang perlu dijawab.
3) Kumpulkan data atau alternatif jawaban yang mungkin berkaitan dengan
struktur permasalahan.
4) Tentukan jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang paling tepat.
21

B. Hasil Belajar Siswa


1. Definisi Hasil Belajar
Pengertian hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan
dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang
yang belajar dalam selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok
atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat (judgment),
yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.
Soedijarto menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang
dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Adapun menurut Briggs menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui
proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur
dengan menggunakan tes hasil belajar.
Nana sudjana mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar,
menurutnya hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar atau achievement
merupakan “realisasi atau pemekaran dari suatu kecakapan-kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.21 Penguasaan hasil belajar oleh seseorang
dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan,
keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.
Menurut Winkel, hasil belajar adalah “perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.22
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2003), Cet. Ke-I, h. 102-103
22
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, Tahun Ke-13, November 2007, 1028
22

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut :


1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya”.23 Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar, diantaranya :
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari
semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena
sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Menurut Drs. Ali Imron, mengemukakan bahwa “hasil belajar relative
menetap, dan tidak berubah-ubah”.24 Perubahan tingkah laku yang sifatnya

23
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html
Tanggal 15 Maret 2010
24
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. dunia Pustaka jaya, 1996), Cet. I,
h. 16
23

relative tidak menetap, bukanlah karena proses belajar. Orang setiap kali dapat
berubah. Perubahan-perubahan demikian tidak sama dengan perubahan-
perubahan dalam belajar. Oleh karena itu tidak semua perubahan yang ada pada
diri seseorang dianggap sebagai hasil belajar. Hanya perubahan-perubahan
tertentu saja yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai belajar.
Hasil belajar adalah “sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”.25
Prof. Dr. Zakiah Dradjat berpendapat bahwa “hasil belajar selalu
dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku”.26 Bagaimana bentuk tingkah
laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan
instruksional.
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu,
meliputi tiga aspek, yaitu: Pertama, aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan
dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau
kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua,
aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan
dan kesadaran, dan ketiga, aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan
dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diberikan kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.

25
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 040, Tahun Ke-9, Januari 2003, 130
26
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. I, h. 197
24

2. Bentuk Hasil Belajar


Menurut Piet A. Sahertian keberhasilan belajar biasanya dilambangkan
dalam bentuk prestasi konkrit, yakni keberhasilan belajar dapat diketahui setelah
dilaksanakan tes prestasi belajar atau evaluasi belajar. Pada umumnya hasil belajar
di sekolah dinyatakan dalam bentuk angka. Angka tersebut biasanya dicantumkan
dalam deretan nilai berupa raport atau izajah.
Hasil belajar tersebut diukur dan dicatat mula-mula pada buku nilai,
kemudian pada buku pencatatan nilai kelompok atau kelas. Di sekolah biasanya
hasil belajar itu dicatat dalam buku laporan kemajuan belajar siswa yang lazim
disebut raport. Piet juga berpendapat bahwa “seorang siswa dikatakan berhasil
dalam evaluasi belajar bila siswa yang bersangkutan mencapai tingkat
penguasaan, misalnya 75 % keatas”.27

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Sebagaimana telah dikatakan dalam salah satu prinsip belajar bahwa
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar kita dapat mencapai
keberhasilan belajar yang maksimal, tentu saja kita harus memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Pemahaman ini juga penting
agar kita dapat menentukan latar belakang dan penyebab kesulitan belajar yang
mungkin kita alami.
Seperti sudah disebutkan, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.

A. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.
1. Faktor Biologis (Jasmaniah)

27
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), Cet Ke-I h. 98
25

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan


fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis ini diantaranya sebagai berikut :
Pertama, kondisi fisik yang normal. Kondisi fisik yang normal atau tidak
memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir sudah tentu
merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi
fisik yang normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indra, anggota
tubuh seperti tangan dan kaki, dan organ-organ tubuh bagian dalam yang akan
menentukan kondisi kesehatan seseorang.
Kedua, kondisi kesehatan fisik. Bagaimana kondisi kesehatan fisik yang
sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang,
tentunya telah kita ketahui dengan mudah dan tidak perlu lagi kita bicarakan
secara panjang lebar. Namun demikian, di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah makan
dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga
secukupnya, dan istirahat yang cukup. Selain itu, jika terjadi gangguan kesehatan,
segeralah berobat dan jangan membiasakan diri untuk membiarkan terjadinya
gangguan kesehatan secara berlarut-larut.
2. Faktor Psikologis (Rohaniah)
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil. Kondisi mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap
mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan
dalam proses belajar.
Selain berkaitan erat dengan sikap mental yang positif, faktor psikologis
ini meliputi pula hal-hal berikut :
Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang
memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang
yang mempunyai intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk
mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa
26

intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar


seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak
faktor.
Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu
keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan
merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang
dalam setiap segi kehidupannya.
Ketiga, bakat. Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat
menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu
diketahui bahwa biasanya bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya
seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
Keempat, daya ingat. Bagaimana daya ingat sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar seseorang, kiranya sangat mudah dimengerti. Untuk
memperluas pengertian tersebut marilah kita memperdalam pengetahuan kita
tentang proses mengingat yang melalui tahap-tahap berikut :
a. mencamkan (memasukkan) kesan,
b. menyimpan kesan,
c. mereproduksi (mengeluarkan kembali) kesan.
Karena itu, daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk
memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Pengertian
kesan di sini adalah gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah
kita melakukan pengamatan.
Kelima, daya konsentrasi. Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan
untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca indra ke satu
objek di dalam satu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak
mempedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu.
Perlu diketahui bahwa kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu memerlukan
kemampuan dalam menguasai diri (daya penguasaan diri).
27

B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu
sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor waktu.
1. Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama
dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja
merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan
belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis diantara
sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup
memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan keluarga
yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap
perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.
2. Faktor Lingkungan Sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang
keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh,
dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, para siswa, sampai pada
karyawan sekolah lainnya. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat
berjalan dengan baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki
kepatuhan terhadap disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak hanya patuh
dan senang kepada guru-guru tertentu.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi
belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup
memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar
yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi
berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya
keharmonisan hubungan di antara semua personil sekolah.
28

3. Faktor Lingkungan Masyarakat


Jika kita perhatikan dengan seksama lingkungan masyarakat di sekitar
kita, kita akan dapat melihat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat
menunjang keberhasilan belajar, adapula lingkungan atau tempat tertentu yang
menghambat keberhasilan belajar.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan
belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang
melaksanakan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bahasa asing, keterampilan
tertentu, bimbingan tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan
belajar di sekolah, sanggar majelis taklim, sanggar organisasi keagamaan seperti
remaja masjid dan gereja, sanggar karang taruna.
Adapun lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat
keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak
dikunjungi orang yang lebih mengutamakan kesenangan atau hura-hura seperti
diskotik, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan yang merangsang kecenderungan
konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang memungkinkan orang
dapat melakukan perbuatan maksiat seperti judi, mabuk-mabukan,
penyalahgunaan zat atau obat.
4. Faktor Waktu
Kita tentu telah mengetahu bersama bahwa waktu (kesempatan) memang
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Sebenarnya yang sering
menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau tidak adanya waktu, melainkan bisa
atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar. Selain itu masalah
yang yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan menggunakan waktu
dengan sebaik-baiknya agar di satu sisi siswa dapat menggunakan waktunya untuk
belajar dengan baik dan di sisi lain mereka juga dapat melakukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat pula untuk
menyegarkan pikiran (refreshing).
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat
hiburan atau rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya adalah “agar selain dapat meraih
29

prestasi belajar yang maksimal, siswa pun tidak dihinggapi kejenuhan dan
kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan”.28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah
sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri (internal) dan kualitas
pembelajaran (eksternal). Dan secara keseluruhan sangat berkaitan erat dan saling
mendukung satu sama lain.

4. Proses Pembelajaran Yang Efektif


Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang
merasa dirinya sudah dapat melakukan pembelajaran dengan baik, meskipun tidak
dapat menunjukkan alasan yang mendasar asumsi tersebut. Guru harus menyadari
bahwa “pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan
aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan”.29
Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran
berlangsung pada suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus
mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar dan penguasan sejumlah
kompetensi tertentu.
Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik pada
umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda, yang menurut materi
berbeda pula. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses
belajar itu mengandung variasi, seperti belajar keterampilan motorik, belajar
konsep, belajar sikap dan seterusnya. Perbedaan tersebut menuntut pembelajaran
yang berbeda sesuai dengan jenis pembelajaran yang berlangsung.
Aspek didaktik menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh
guru. Dalam hal ini, guru harus menentukan secara tepat jenis belajar manakah
yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat
kompetensi dasar yang harus dicapai. Kondisi eksternal yang harus diciptakan
oleh guru menunjuk variasi juga dan tidak sama antara jenis belajar yang satu

28
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, 2000), Cet. I, h. 11-21
29
E. Mulyasa, Implementasi Kurikilum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. III, h. 118
30

dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling dominant dalam segala
jenis belajar. Untuk kepentingan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan yang
luas mengenai jenis-jenis belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik,
serta melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Mulyasa mengatakan bahwa pembelajaran efektif dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut : “(a) Pemanasan dan apersepsi, (b) Eksplorasi,
(c) Konsolidasi pembelajaran, (d) Pembentukan kompetensi, sikap dan prilaku,
(e) Penilaian formatif”30
Pemanasan atau apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan
peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik
dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Tahap eksplorasi
merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Konsolidasi merupakan
kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi,
dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Pembentukan
kompetensi, sikap dan prilaku peserta didik dapat dilakukan dengan mendorong
peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian dan kompetensi yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari; menggunakan metodologi yang paling
tepat dan mempraktekkan pembelajaran secara langsung.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif siswa perlu memperhatikan
beberapa hal, yakni :31
a. Kondisi Internal
Yang dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di
dalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatannya, keamanannya,
ketentramannya, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila
kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi.

30
Mulyasa., h. 119-120
31
Roestiyah, NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet.
II, h. 161-163
31

Menurut Maslow ada 5 (lima) jenjang kebutuhan primer manusia yang


harus dipenuhi, yakni :
1) Kebutuhan physiologis, yaitu kebutuhan jasmani manusia misalnya
kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat dan kesehatan. Untuk dapat belajar
yang efektif dan efisien, siswa harus sehat, jangan sampai sakit yang dapat
mengganggu kerja otak yang dapat mengakibatkan terganggunya kondisi dan
konsentrasi belajar seseorang.
2) Kebutuhan akan keamanan. Manusia membutuhkan ketentraman dan
keamanan jiwa. Perasaan kecewa, dendam, takut akan kegagalan,
ketidakseimbangan mental dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat
mengganggu kelancaran belajar seseorang. Oleh karena itu agar cara belajar siswa
dapat ditingkatkan kearah yang efektif, maka siswa harus dapat menjaga
keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi
pikiran dapat dipusatkan pada materi pelajaran yang ingin dipelajari.
3) Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta. Manusia dalam hidup
membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain.
Disamping itu ia akan merasa berbahagia apabila dapat membantu dan
memberikan cinta kasih kepada orang lain pula. Keinginan untuk diakui sama
dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Oleh karena
itu belajar bersama dengan kawan-kawan lain dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketajaman berpikir siswa.
4) Kebutuhan akan status. Misalnya keinginan akan keberhasilan. Setiap
orang akan berusaha agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar,
siswa perlu optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa pun harus yakin bahwa apa yang
dipelajari adalah merupakan hal-hal yang kelak akan banyak gunanya bagi
dirinya.
5) Kebutuhan self-actualisation. Belajar yang efektif dapat diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan self-image seseorang. Tiap orang tentu berusaha
untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakan. Oleh karena itu siswa harus yakin
32

bahwa dengan belajar yang baik akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang
diinginkan.
b. Kondisi Eksternal
Yang dimaksud kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri
pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan
lingkungan pisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan
lingkungan yang baik dan teratur, misalnya :
1) ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang mengganggu
konsentrasi pikiran.
2) ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.
3) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran,
buku-buku, dan sebagainya.

C. Hakikat Pembelajaran IPS


1. Definisi IPS
Dalam kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa istilah
yang terkadang sering diartikan secara tumpang tindih antara satu dengan yang
lain. Istilah-istilah tersebut adalah Studi Sosial (Social Studies), Ilmu-ilmu Sosial
(Social Sciences) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Meskipun pada masing-
masing istilah tersebut sama-sama terdapat kata “Social”, akan tetapi dalam
pengertian dan maknanya terdapat perbedaan.
Studi Sosial (Social Studies) merupakan suatu studi yang mengkaji dan
menelaah berbagai gejala serta masalah sosial yang berhubungan dengan
perkembangan dan struktur kehidupan manusia. Studi Sosial (Social Studies)
bukanlah satu disiplin ilmu yang bersifat akademik-teoritik, tetapi merupakan
program pendidikan yang dikembangkan dari ilmu-ilmu sosial (Social
Sciences),...” bahkan dapat merupakan bahan-bahan pelajaran bagi peserta didik
sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi
kelanjutan kepada disiplin ilmu” dalam mengkaji fenomena serta masalah-
masalah sosial yang berhubungan dengan kehidupan manusia, studi sosial
menggunakan bidang keilmuan yang termasuk kedalam lingkup disiplin ilmu-
33

ilmu sosial. Sebagaimana dinyatakan Savage dan Amstrong bahwa “Social studies
is the integrated study of social sciences of humanities to promote civic
competence”.
Berdasarkan beberapa definisi dan batasan-batasan tentang studi sosial
yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan “bahwa studi sosial merupakan
program pendidikan yang dikembangkan dari ilmu-ilmu sosial, yang dalam
mengkaji gejala-gejala dan masalah sosial yang bersangkut manusia dengan
kehidupan manusia, studi sosial biasanya menggunakan bidang keilmuan yang
termasuk ke dalam lingkup disiplin ilmu-ilmu sosial (Sosial Sciences)”.32
Selanjutnya, tentang ilmu sosial didefinisikan oleh Ahmad Sanusi “Ilmu
sosial terdiri atas disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis
dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi”. Kemudian limu
pengetahuan sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah.
Bahkan pada sebagian perguruan tinggi ada juga yang dikembangkan IPS ini
sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan
aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan pada social sciences.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mendapat sumber materi dari
berbagai bidang ilmu sosial, seperti ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi,
ilmu politik, dan sejarah. Meskipun ilmu pengetahuan sosial dapat mempelajari
kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis,
ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah namun IPS bukanlah
penjumlahan, himpunan atau penumpukan bahan-bahan ilmu-ilmu sosial.
Nu’man Sumantri mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan di sekolah
sebagai: (1). Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai
kewarganegaraan, moral ideology negara dan agama, (2). Pendidikan IPS yang
menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial, (3). Pendidikan IPS

32
Syafruddin Nurdin, Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), Cet. I, h. 19-
24
34

yang menekankan pada reflective inquire, (4). Pendidikan IPS yang mengambil
kebaikan-kebaikan dari butir 1, 2, dan 3 di atas.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapatlah dinyatakan
bahwa IPS yang dimasukan dalam studi/penelitian ini adalah suatu mata pelajaran
yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi antropologi, dan tata negara.

2. Karakteristik IPS
Karakteristik yang terdapat dalam ilmu pengetahuan social, sebagai
berikut:
a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan serta agama. Hal ini diungkapkan
oleh Numan Soemantri.
b. Kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hokum dan politik yang dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah social yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidispliner.
d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan
masalah social serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daldjoeni.
e. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami permasalahan social serta
kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut meliputi;
ruang, waktu dan nilai atau norma.33

33
file:///H:/IPS.htm Tanggal 8 Februari 2010
35

3. Tujuan Pembelajaran IPS


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan untuk “mengembangkan
kemampuan berfikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun
sebagai sosial budaya”, kemudian dalam berbagai buku sosial studi, sering
dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengkaitkannya pada
usaha mempersiapkan murid atau siswa menjadi warga negara yang baik.
Sedangkan menurut Bloom, secara garis besar terdapat 3 (tiga) sasaran
pokok dari pembelajaran IPS, yaitu: (1). Pengembangan aspek pengetahuan
(kognitif), (2). Pengembangan aspek nilai dan kepribadian (afektif), (3).
Pengembangan aspek keterampilan (psikomotorik). Dengan tercapainya tiga
sasaran pok tersebut diharapkan akan tercipta manusia-manusia yang berkualitas,
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara serta ikut bertanggung
jawab atas perdamaian dunia, seperti diinginkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (Debdikbud, 1995:1) yaitu :
….untuk mengembankan sikap dan keterampilan, cara berfikir kritis dan kreatif siswa
dalam melihat hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan
penciptanya dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas yang mampu membangun
dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara serta perdamaian
dunia.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa IPS bertujuan


untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai
individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar nantinya mampu
hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik.34

34
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran…, Cet. I, h. 27
36

D. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini penulis bermaksud atau ingin membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara gaya belajar terhadap hasil belajar IPS yang dicapai
siswa atau dapat dikatakan bahwa gaya belajar sangat berpengaruh pada hasil
belajar IPS siswa selama menjalani proses belajar mengajar.
Penelitian ini berdasarkan pada kerangka konseptual bahwa gaya belajar
adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap
stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal. Gaya
belajar merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang keberhasilan
belajar siswa.
Sedangkan hasil belajar secara umum dapat dipandang sebagai perubahan
sikap atau perilaku siswa akibat menjalani proses belajar dan perubahan perilaku
siswa tersebut disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan
yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah hasil akhir
setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk
perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.
Bagi guru apabila proses belajar mengajar telah selesai dilaksanakan oleh
siswa maka tujuan yang hendak dicapai adalah mengukur dan menilai hasil belajar
siswa. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran yang ada di sekolah. Hasil belajar ini di peroleh melalui evaluasi
belajar.
Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara langsung
maupun tidak langsung, guru maupun siswa selalu mengharapkan hasil belajar
murid-muridnya dengan nilai yang baik.
Dengan demikian, gaya belajar menjadi suatu jalan bagi siswa untuk
menentukan proses pembelajaran yang lebih baik dan efektif serta menjadi tolok
ukur bagi seorang guru agar mengetahui hasil belajar yang diharapkan. Sebab
gaya belajar siswa yang baik sudah pasti akan mempengaruhi hasil belajar yang
positif atau baik pula, akan tetapi bagi siswa yang memiliki gaya belajar yang
kurang baik maka hasil belajar yang diperolehnya pun akan berdampak buruk atau
kurang baik.
37

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya


dengan fakta yang ada. Dalam penelitian ini, hipotesis sementara adalah :
Ho : tidak terdapat hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS
kelas VIII SMP Islam YKS Depok.
Ha : terdapat hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS kelas VIII
SMP Islam YKS Depok.
38

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan guna menjawab
persoalan yang dihadapinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan pendekatan korelasional. Metode survai adalah penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok. Sedangkan pendekatan korelasional menurut Anas Sudijono
adalah “pendekatan dalam penelitian yang pada pelaksanaannya menggunkan
teknis analisis statistik mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih”.1
Teknik ini digunakan untuk mengukur kuat tidaknya hubungan antara gaya belajar
siswa (X) dengan hasil belajar siswa (Y).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP ISLAM YKS yang berlokasi di Jalan
Raya Sawangan No. 47 Pancoran Mas Kota Depok. Adapun penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Januari – Februari 2010.

1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1997), Cet. 8, h. 175.
39

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Dalam
penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel independen (bebas),
dilambangkan dengan “X”, dan variabel dependen (terikat) dilambangkan dengan
“Y”. Adapun yang dijadikan variabel independen (X) ini adalah gaya belajar,
sedangkan variabel dependen (Y) ini adalah hasil belajar IPS siswa.

1. Variabel Gaya Belajar


a. Definisi Konseptual
Gaya belajar adalah Cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan
memecahkan soal. Tidak semua orang mengikuti cara yang sama. Masing-masing
menunjukkan perbedaan, namun para peneliti dapat menggolong-golongkannya.
Gaya belajar ini berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi
oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya.
b. Definisi Operasional
Sedangkan gaya belajar yang dimaksud dalam tulisan ini ialah suatu cara
atau gaya yang dimiliki siswa ketika menerima pelajaran IPS dalam proses
pembelajarannya, mengingat gaya belajar siswa yang sangat bermacam-macam
sifat maupun bentuknya. Adapun gaya belajar yang penulis maksud diantaranya
adalah gaya belajar siswa pada permulaan/awal belajar, gaya belajar siswa dalam
menerima pelajaran, menyerap pelajaran, dan memecahkan masalah/menjawab
pertanyaan.
2. Variabel Hasil Belajar
a. Definisi Konseptual
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Sedangkan belajar merupakan
suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih buruk.
40

Oleh karena itu, hasil belajar ialah wujud perubahan tingkah laku yang
terjadi atas suatu obyek tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.

b. Definisi Operasional
Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai prestasi belajar mata pelajaran IPS
siswa yang datanya diperoleh dari nilai raport kelas VIII semester II (dua) SMP
Islam YKS Depok.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam suatu wilayah penelitian maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi”.2 Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh siswa SMP Islam YKS Depok yang berjumlah 152 siswa.

2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi.3 Apabila subjeknya kurang dari
100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih. Besarnya sampel yang diteliti, bahwa bila populasi lebih dari 100
orang dapat dilihat 25% dari jumlah populasi. Jumlah sampel yang akan diteliti
yaitu sebanyak 25% × 152 = 38. Jadi, sampel yang akan diteliti sebanyak 38
siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
teknik sampel cluster.

2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), Cet. 12, h. 108.
3
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. 6,
h. 121
41

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang diperoleh
peneliti untuk mendapatkan data dalam usaha pemecahan masalah penelitian.
Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik-teknik tertentu
sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
Secara umum teknik pengumpulan data dikelompokkan menjadi dua, yaitu
teknik secara langsung dan teknik secara tidak langsung. Berdasarkan
permasalahan pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara
tidak langsung, yaitu peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan:
1. Angket/kuisioner yaitu sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
diberikan kepada responden dengan tujuan untuk memperoleh data
mengenai gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran IPS.
2. Studi dokumentasi untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPS siswa
yang datanya didapat dari nilai raport kelas VIII semester II SMP Islam
YKS Depok.

Tabel I
Kisi-kisi Instrumen Gaya Belajar

NO. INDIKATOR NOMOR ITEM

1. Gaya belajar dalam memulai pelajaran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12


- Gaya belajar Field Difendence
- Gaya belajar Indefendence

2. Gaya belajar dalam menerima pelajaran 13,14,15,16,17,18,19,20,21,22


- Gaya belajar Preceptive
- Gaya belajar Receptive
42

3. Gaya belajar dalam menyerap pelajaran 23,24,25,26,27,28,29


- Gaya belajar Impulsive
- Gaya belajar Reflektive

4. Gaya belajar dalam memecahkan 30,31,32,33,34,35,36,37,38


masalah
- Gaya belajar Intuitive
- Gaya belajar Sistematis
5. Peran orang tua dalam menunjang hasil 39,40,41,42,43,44
belajar siswa

Supaya instrumen yang diberikan kepada responden benar-benar baik,


terlebih dahulu dilakukan serangkaian pengujian, antara lain:
1. Uji Validitas
Validitas instrumen menunjukan bahwa “hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan segi atau aspek yang diukur”.4 Pengujian validitas dilakukan
untuk membuktikan sejauh mana data yang terdapat dalam kuisioner dapat
mengukur tingkat kevaliditasan suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid jika jika angka korelasional yang
diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel. Untuk
menentukan r hitung didapatkan dari perhitungan dengan rumus teknik korelasi
karl pearson dengan menggunakan SPSS.

4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. Kedua, h. 228
43

2. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah
mengukur reliabilitas data dan instrumen penelitian. Reliabilitas menunjukkan
konsistensi dari data yang dikumpulkan. Suatu kuisioner dikatakan reliabel
(handal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsistensi dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2005:45).
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan
validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan
tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah alpha cronbach. Adapun rumus alpha cronbach (ugiyono, 2005:283)
sebagai berikut:

k  b 2 
r 1  
(k  1)  t 2 
Keterangan:
r = reliabilitas
k = banyaknya pertanyaan
t 2 = varians total
b 2 = mean kuadrat kesalahan
Penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS di dalam menghitung
alpha cronbach.

3. Menaikkan Data Ordinal Menjadi Data Interval


Menaikkan data interval ke ordinal dilakukan untuk memenuhi prasyarat
penting pearson product moment dengan rumus:5

T=50+10-( X-X )
S

5
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
Alfabeta:2007, h 131
44

F. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data adalah suatu cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-data tersebut
dapat dipahami tidak hanya oleh si penulis, akan tetapi dapat dipahami oleh orang
lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.
1.Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama dilakukan adalah editing dalam tahap
ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran dalam pengisian
angket sehingga terhindar dari kekeliruan atau kesalahan sehingga menghasilkan
data yang akurat dan valid.
2.Skoring
Skoring merupakan pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan dalam
angket. Dalam setiap pertanyaan dalam angket tersebut terdapat 4 (empat) butir
jawaban a, b, c, dan d yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis
memberikan skor untuk setiap jawaban adalah nilai 4 untuk jawaban a, nilai 3
untuk jawaban b, nilai 2 untuk jawaban c, dan nilai 1 untuk jawaban d.
3.Korelasi
Untuk mencari nilai korelasi antara variabel X dengan variabel Y dan juga
mengetahui apakah hubungan kedua variabel tersebut termasuk hubungan yang
erat, cukup, lemah, maka penulis menggunakan rumus “r” product moment
sebagai berikut:
.(XY )  (X ).Y 
rxy =
X 2

 X  . .Y 2  Y 
2 2

Keterangan :
rxy : Nilai koefisien antara x dan y yang dicari
N : Jumlah responden (subjek penelitian)
 XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
X : Jumlah dari nilai x
Y : Jumlah dari nilai y
X 2
: Jumlah dari nilai x yang dikuadratkan
45

 Y2 : Jumlah dari nilai y yang dikuadratkan


(  X) 2
: Jumlah dari nilai x kemudian dikuadratkan
(  Y)2 : Jumlah dari nilai y kemudian dikuadratkan

Dan sebelumnya, penulis terlebih dahulu membuat tabel perhitungan sebanyak


6 (enam) kolom yaitu sebagai berikut:
Kolom 1 = subyek penelitian (responden)
Kolom 2 = skor variabel X
Kolom 3 = skor variabel Y
Kolom 4 = hasil pengkuadratan skor variabel X (X2)
Kolom 5 = hasil pengkuadratan skor variabel Y (Y2)
Kolom 6 = hasil perkalian antara skor variabel X dengan variabel Y (XY)

Kemudian setelah menganalisis hubungan antara kedua variabel di atas,


penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment serta menarik kesimpulan yang dilakukan dengan dua cara :

1. Memberikan interpretasi secara kasar/sederhana dengan pedoman6 :

Tabel 2
Interpretasi Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r” product moment (rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel x dan variabel y
memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi itu sangat lemah/sangat rendah
0,20 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang lemah/rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang sedang/cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi kuat/tinggi

6
Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan., h. 193
46

0,90 – 1,00 Antara variabel x dan variabel y


terdapat korelasi sangat kuat/sangat
tinggi

2. Memberi interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product
moment.
Untuk memudahkan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment dapat ditempuh dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product
moment, prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho)
b. Menguji kebenaran/kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan, dengan
jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang
tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat
bebasnya (db) atau degress of freedomnya (df).
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
df = N – nr
Keterangan :
df : degressn of freedom
N : Number of Cases
nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Untuk mencari kontribusi variabel x dan variabel y, penulis menggunakan


rumus sebagai berikut :
KD = r2 x 100 %
Keterangan :
KD : Kontribusi variabel x terhadap variabel y
r2 : Koefisien korelasi antara variabel x terhadap variabel y
47

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Profil Umum SMP Islam YKS Depok


1. Sejarah Berdirinya SMP Islam YKS Depok
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam YKS Depok berdiri sejak tahun
1980, langsung berada di bawah Yayasan Kesejahteraan Sosial Depok. Setelah itu
berdiri atas prakarsa pimpinan yayasan yang bermaksud mengembangkan
lembaga pendidikan yang telah ada sebelumnya yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Cikal bakal berdirinya SMP Islam YKS Depok bermula dari gagasan pendiri
dan pengurus yaysan kesejahteraan sosial. Dimana Yayasan Kesejahteraan Sosial
telah mempunyai tingkat MI, maka untuk menampung lulusan MI yang ingin
melanjutkan sekolah ke jenjang menengah pertama, didirikan SMP Islam YKS.
Adapun tujuan didirikannya SMP Islam YKS Depok ini yaitu untuk
menampung lulusan dari dalam, dalam hal ini lulusan MI dan di samping itu juga
sebagai wadah untuk memenuhi aspirasi masyarakat khususnya orang tua siswa
SMP Islam YKS dan sekitarnya, sekaligus program jangka panjang dari yayasan
kesejahteraan sosial.1

1
Profil Umum Sekolah bersumber dari dokumentasi tertulis dari bagian Tata Usaha SMP
Islam YKS Depok.
48

1. Visi dan Misi SMP Islam YKS


a. Visi Sekolah
Kompetitif dalam prestasi, berilmu ilmiah, beriman amaliah, dan tanggap
terhadap perubahan.
b. Misi Sekolah
1. Mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas output serta
efektifitas dan efesiensi pendidikan.
2. Membina semangat kebersamaan dalam kegiatan berlandaskan keimanan
dan ketakwaan.
3. Meningkatkan profesionalisme personal sehingga terciptanya SDM yang
berilmu ilmiah dan beriman amaliah.
4. Membutuhkan sikap disiplin yang kompetitif di kalangan personal dan
peserta didik.
5. Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman, bersih kondusif dan representatif.2

3. Struktur Organisasi SMP Islam YKS


SMP Islam YKS dipimpin oleh kepala sekolah dan dibantu oleh 3 (tiga)
orang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, kurikulum, sarana dan prasarana
serta dibantu oleh kepala urusan tata usaha (TU) dan sejumlah seksi-seksi juga
oleh para guru.

4. Keadaan Tenaga Pendidikan SMP Islam YKS Depok


Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting,
karena guru adalah pelaksana langsung dari proses belajar mengajar dan
bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam proses
belajar guru berkewajiban memberikan segala pengetahuan yang dimilikinya

2
Visi dan Misi Sekolah bersumber dari dokumentasi tertulis dari bagian Tata Usaha SMP
Islam YKS Depok.
49

kepada anak didik sesuai dengan perkembangan dan juga mengadakan perubahan
tingkah laku anak didik ke arah yang lebih baik.

Tabel 3
Daftar nama guru dan karyawan SMP Islam YKS Depok sebagai berikut :

NO. NAMA JABATAN PENDIDIKAN


MENGAJAR
BID. STUDI
1 Firdaus HM, S. Pd Kepala Sekolah S1 MIPA Pend. Ling. Hdp
2 Drs. Marto, HM Bid. Kurikulum S1 Pendidikan IPS Geografi
3 E. Kusnendar, A. Md Guru D.3 Seni Budaya Seni Budaya
4 Abdul Gofur, S. Ag Guru S1 Agama Islam Mulok
5 Muhidin, S. Ag Guru S1 Agama Islam Agama Islam
6 Fakhraini, S. Pd Guru S1 Matematika Matematika
7 Musa Al-Anshary Guru D.3 Seni Budaya Kesenian
8 Dra. Maswanih, HM Guru S1 Pendidikan Mulok
9 Safuroh, SE Guru S1 Ekonomi IPS Ekonomi
10 Wahyudin, S. Sos. I Guru S1 Penjaskes Penjasorkes
11 Maryanah, S. Pd Guru S1 Bahasa Indo Bahasa Indonesia
12 A. Sihotang, S. Ag Guru S1 MIPA IPA Terpadu
13 Nasrullah, A. Md Guru D.2 PKn
14 H. Nurhasan, S. Pd. I Guru S1 Matematika Matematika
15 Ria Rosalina, S. Pd Guru S1 Bhs Inggris Bahasa Inggris
16 Dewi K, S. Pd Guru S1 Bahasa Indo Bahasa Indonesia
17 Marhasan, HN, BA Guru Sarjana Muda Agama Islam
18 Ruslan. M, SH Guru S1 Pendidikans IPS Sejarah
20 N. Mahroja, SE Guru S1 Ekonomi Lingk. Hidup
21 Suhainah, S. Ag Guru S1 Agama Islam Agama Islam
22 Ahnani, SE Guru S1 Ekonomi TIK
23 Minarni, A. Md Guru D.3 MIPA IPA
24 Ibnu Cholil, S. Pd. I TU Administrasi S1 MP -
25 Tri Wahyudi Guru Piket SMA -
Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Islam YKS Depok.

5. Keadaan Siswa SMP Islam YKS Depok


Siswa juga sangat berperan dalam dunia pendidikan. Kemajuan suatu
sekolah tidak hanya diukur dari segi fasilitas saja, namun yang menjadi tolok ukur
adalah segi kuantitas dan kualitas siswa tersebut.
50

Tabel 4
Daftar rombongan belajar dan jumlah siswa SMP Islam YKS Depok sebagai
berikut :

NO. RUANG KELAS JUMLAH ROMBEL JUMLAH SISWA

1 VII 2 59
2 VIII 2 38
3 IX 2 55

Jumlah 6 152

6. Sarana dan Prasarana SMP Islam YKS Depok


Agar tercapainya tujuan pendidikan, maka bukan hanya tenaga pendidikan
dan anak didik yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan sebuah lembaga
sekolah, namun fasilitas seperti sarana dan prasarana yang dimiliki juga menjadi
faktor penunjang utama.

Tabel 5
Daftar sarana dan prasarana sebagai berikut :
NO. FASILITAS JUMLAH
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Wk. Bid. Kurikulum 1
3 Ruang Tata Usaha Administrasi 1
4 Ruang Bimbingan dan Konseling 1
5 Ruang Guru 1
6 Ruang Kelas 6
7 Ruang Laboratorium Komputer 1
8 Lapangan Basket 1
9 Musholla 1
10 Meja 120
11 Kursi/bangku 175
12 Koperasi/Unit Penjualan 1
13 Kamar Kecil/Toilet 2
14 Perpustakaan -
15 Ruang OSIS dan PMR/UKS -
Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Islam YKS Depok.
51

B. Hasil Utama Penelitian Mengenai Hubungan Antara Gaya Belajar


Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa SMP Islam
YKS Depok.
1. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran
kuisioner kepada siswa kelas 2 SMP Islam YKS Depok sebanyak 44 kuisioner
dengan subyek penelitian sebanyak 38 siswa, setelah itu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas instrumen. Adapun instrumen yang telah valid
diperoleh menjadi 28 kuisioner dari 44 kuisioner, lalu data tersebut
ditabulasikan/dijumlahkan kemudian hasil penjumlahan itu dijadikan acuan
perhitungan korelasi.
a). Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasi atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden
untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r table. Nilai r
tabel 0.329 didapat dari jumlah kasus-2, atau 38-2=36, tingkat signifikan 5%
maka didapat r tabel 0.329. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid jika angka
korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r
tabel. Adapun butir soal yang dinyatakan valid sebanyak 28 butir yaitu soal
pada nomor (1,2,4,7,8,9,11,12,14,17,18,19,20,22,23,24,26,27,29,30,31,32,33,
36,39,40,42,43), sedangkan yang tidak valid terdapat 16 butir soal, yaitu soal
pada nomor (3,5,6,10,13,15,16,21,25,28,34,35,37,38,41,44). Berikut ini adalah
tabel uji validitas instrumen dari 28 item soal yang valid.
Tabel 6
Uji Validitas Instrumen Hasil Gaya Belajar Siswa

Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria


1 0.339 0.329 Valid
2 0.444 0.329 Valid
3 0.329 0.329 Valid
4 0.515 0.329 Valid
5 0.393 0.329 Valid
52

6 0.349 0.329 Valid


7 0.359 0.329 Valid
8 0.381 0.329 Valid
9 0.378 0.329 Valid
10 0.724 0.329 Valid
11 0.513 0.329 Valid
12 0.377 0.329 Valid
13 0.422 0.329 Valid
14 0.626 0.329 Valid
15 0.646 0.329 Valid
16 0.495 0.329 Valid
17 0.384 0.329 Valid
18 0.567 0.329 Valid
19 0.670 0.329 Valid
20 0.412 0.329 Valid
21 0.461 0.329 Valid
22 0.417 0.329 Valid
23 0.569 0.329 Valid
24 0.456 0.329 Valid
25 0.450 0.329 Valid
26 0.406 0.329 Valid
27 0.499 0.329 Valid
28 0.323 0.329 Valid
Sumber : Data pimer yang diolah dengan menggunakan program SPSS

b). Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah
dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk
menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan
adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan
program SPSS versi 15. Nilai alpha bervariasi dari 0-1, suatu pertanyaan dapat
dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari -0.6
Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Gaya Belajar Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach' Standardized
s Alpha Items N of Items
.724 .876 44
53

c). Data Ordinal Menjadi Interval

Deskriptif Statistik Gaya Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa


Kelas VIII SMP Islam YKS Depok

Descriptive Statistics
Std.
N Min. Max. Mean Deviation
Gaya Belajar Siswa (X) 38 70 86 79.78947 3.146494358
Hasil Belajar Siswa (Y) 38 60 75 67.52632 4.677356854
Valid N (listwise) 38

Hasil deskripsi statistik menunjukkan bahwa skor gaya belajar siswa yang
tertinggi sebesar 86 dan skor yang terendah sebesar 70, dengan rata-rata (mean)
sebesar 79.78 dan standar deviasi (std. deviation) sebesar 3.14. Dan untuk skor
hasil belajar siswa yang tertinggi sebesar 75 dan skor yang terendah sebesar 60,
dengan rata-rata (mean) sebesar 67.52 dan standar deviasi (std deviation) sebesar
4.67. Dari hasil deskripsi staistik tersebut, kemudian menaikkan data ordinal ke
interval dilakukan untuk memenuhi prasyarat penting pearson product moment
dalam perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara gaya belajar
dengan hasil belajar siswa.

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan


a. Deskripsi Data
Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Semua data penulis peroleh dari penyebaran angket kuisioner
kepada 38 siswa kelas VIII (dua) yang di ambil secara keseluruhan dengan jumlah
soal/pertanyaan sebanyak 44 item yang kemudian menjadi 28 item pertanyaan
setelah dilakukan uji validitas instrumen dan setiap item diberikan skor/nilai
kemudian dijumlahkan totalnya pada masing-masing siswa. Pada penulisan skor
ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pada tabel 7.
54

Sedangkan variabel hasil belajar IPS siswa, datanya penulis peroleh dari
nilai raport mata pelajaran IPS semester 2 (dua) kelas VIII siswa SMP Islam YKS
Depok. Untuk penulisan nilai raport siswa pun akan penulis tampilkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi pada tabel 8.

1. Gaya Belajar Siswa


Dari data yang penulis peroleh tentang gaya belajar siswa terdapat beragam
nilai. Nilai tersebut didapat setelah penulis memberikan skor pada item, kemudian
skor itu dijumlahkan. Adapun skornya sebagai berikut :
Untuk jawaban A nilai 4
Untuk jawaban B nilai 3
Untuk jawaban C nilai 2
Untuk jawaban D nilai 1
Dan bagi yang tidak memberikan jawaban diberi nilai 0, akan tetapi semua
responden menjawab setiap item soal yang disediakan.

Tabel 7
Distribusi frekuensi tentang gaya belajar siswa dari 38 responden

Jumlah Jumlah
NO. NAMA A(4) B(3) C(2) D(1) E(0) Angket Skor

1 Afridzal Noor 9 21 13 1 0 44 126


2 Yudi Maulana 8 15 20 1 0 44 118
3 Fika Handayani 7 21 15 1 0 44 122
4 Siti Maryuli 11 14 19 0 0 44 124
5 Nanu Nuralim 13 10 19 2 0 44 122
6 Lisa Fitri 14 12 15 3 0 44 125
7 Nurlaela 9 17 17 1 0 44 122
8 Hari Hermansyah 7 22 14 1 0 44 123
9 Rifatul Darojah 7 19 17 1 0 44 120
10 M. Reza Aditya 9 17 17 1 0 44 122
11 Maryusup 12 15 17 0 0 44 127
12 Widya Laksita Putri 9 19 15 1 0 44 124
13 Fahmi Ramadhan 13 17 12 2 0 44 129
14 Tessa Lavenia 11 17 14 2 0 44 125
55

15 Robiyanti 9 16 17 2 0 44 120
16 Soleha 17 8 18 1 0 44 129
17 Norma Aisyah 7 18 17 2 0 44 118
18 Kurniawan 15 12 13 4 0 44 126
19 Fitria Pandini 6 19 17 2 0 44 117
20 Ira Erlangga 8 20 16 0 0 44 124
21 Riko Gunawan 18 12 14 0 0 44 136
22 Septi Lastiani 10 17 15 2 0 44 123
23 Fadilah Fajrin 9 17 17 1 0 44 122
24 Zanathul Alifia 14 18 10 2 0 44 132
25 Nanda Listian 6 22 16 0 0 44 122
26 Lia Mariska 11 16 14 3 0 44 123
27 Nuraini 10 17 15 2 0 44 123
28 Saipul Hamzah 13 13 17 1 0 44 126
29 Rahmat Hidayat 14 13 16 1 0 44 128
30 Indri Damayanti 12 19 10 3 0 44 128
31 Egi Gunawan 13 18 12 1 0 44 131
32 Nurhilaludin 17 17 10 0 0 44 139
33 Ade Setiawan 10 14 16 4 0 44 118
34 Muhamad Yusuf 10 20 14 0 0 44 128
35 Eko Saputra 12 19 13 0 0 44 131
36 Fika Fauzan Rajabi 9 19 15 1 0 44 124
37 Desti Juwita 6 19 18 1 0 44 118
38 Novita Sari 7 19 18 0 0 44 121
Jumlah 402 638 582 50 0 1672 4736

Dari penjumlahan nilai jawaban pada masing-masing anak, maka diperoleh


nilai yang paling rendah adalah 117 dan yang paling tinggi adalah 139.

2. Hasil Belajar IPS Siswa


Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai raport pada mata pelajaran IPS yang
diperoleh siswa setelah dilaksanakannya ulangan akhir semester 2. Adapun nilai yang
diperoleh penulis ambil dari nilai raport dengan data sebagai berikut :
56

Tabel 8
Nilai raport mata pelajaran IPS semester 2 siswa kelas VIII
SMP Islam YKS Depok

NO. NILAI
1 64
2 70
3 64
4 70
5 60
6 72
7 62
8 72
9 66
10 72
11 62
12 75
13 68
14 70
15 65
16 72
17 67
18 70
19 65
20 75
21 62
22 70
23 69
24 72
25 60
26 75
27 68
28 70
29 62
30 75
31 70
32 70
33 60
34 70
35 63
36 64
37 60
38 65
Jumlah 2566
Sumber : Dokumentasi Wakepsek bagian kurikulum SMP Islam YKS Depok.
57

Berdasarkan tabel di atas, prestasi belajar siswa dapat dikualifikasikan


seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 9
Kualifikasi Tingkat Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
SMP Islam YKS Depok

R.Skor Kualifikasi F %
91-100 Istimewa - -
81-90 Sangat Baik - -
71-80 Baik 9 23.6
61-70 Cukup 25 65.7
51-60 Rendah 4 10.5
0-50 Gagal - -
Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa Kelas
VIII SMP Islam YKS Depok sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
rentangan skor 61-70 yang dikualifikasikan cukup, dimana terdapat 25 siswa atau
65.7% siswa yang memperoleh nilai 61-70, sedangkan 9 siswa atau 23.6%
memperoleh rentang skor 71-80 yang dikualifikasikan baik. Karena mayoritas
siswa atau 65.7% memperoleh rentang skor 61-70 yang dikualifikasikan sebagai
nilai cukup. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa SMP Islam
YKS Depok sudah cukup baik.

C. Analisa Data

Dari statistik yang dianalisa adalah nilai-nilai dari penyebaran angket


mengenai gaya belajar siswa. Setelah diperiksa, angket yang telah disebarkan
tidak ada yang rusak, dan untuk nilai hasil belajar diperoleh melalui nilai raport
mata pelajaran IPS semester 2 pada kelas VIII.

Untuk itu sesuai dengan teknik yang digunakan dalam menganalisa data,
maka tabel di bawah ini akan menjelaskan perhitungan untuk memperoleh
58

koefisien korelasi antara gaya belajar dengan hasil belajar sehingga dapat diambil
interpretasi data.

Tabel 10
ANALISA DATA
Tabel Perhitungan untuk Memperoleh Koefisien Korelasi
antara Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS Siswa

NO. X Y X2 Y2 XY
1 50 64 2500 4096 3200
2 49 70 2401 4900 3430
3 49 64 2401 4096 3136
4 50 70 2500 4900 3500
5 49 60 2401 3600 2940
6 50 72 2500 5184 3600
7 49 62 2401 3844 3038
8 50 72 2500 5184 3600
9 49 66 2401 4356 3234
10 50 72 2500 5184 3600
11 50 62 2500 3844 3100
12 50 75 2500 5625 3750
13 49 68 2401 4624 3332
14 50 70 2500 4900 3500
15 49 65 2401 4225 3185
16 50 72 2500 5184 3600
17 50 67 2500 4489 3350
18 50 70 2500 4900 3500
19 49 65 2401 4225 3185
20 50 75 2500 5625 3750
21 50 62 2500 3844 3100
22 49 70 2401 4900 3430
23 50 69 2500 4761 3450
24 50 72 2500 5184 3600
25 49 60 2401 3600 2940
26 50 75 2500 5625 3750
27 50 68 2500 4624 3400
28 50 70 2500 4900 3500
59

29 49 62 2401 3844 3038


30 50 75 2500 5625 3750
31 50 70 2500 4900 3500
32 50 70 2500 4900 3500
33 49 60 2401 3600 2940
34 50 70 2500 4900 3500
35 50 63 2500 3969 3150
36 50 64 2500 4096 3200
37 48 60 2304 3600 2880
38 49 65 2401 4225 3185
Jumlah 1885 2566 93517 174082 127343

Keterangan :
Variabel X adalah Gaya Belajar Siswa
Variabel Y adalah hasil Belajar IPS Siswa (Nilai Raport Siswa Semester 2 mata
pelajaran IPS kelas VIII)

Dari tabel di atas, maka dapat diketahui sebagai berikut :

N = 38 X 2
= 93517
X = 1885 Y 2
= 174082
Y = 2566  XY = 127343

N   XY   X    Y 

ry =
N   X 2 2

  X   N   Y 2   Y 
2

36  127343  (1885 )  (2566 )
  
=
36  93517  1885   36  174082  2566 
2 2

4839034  4836910
=
3553646  3553225  6615116  6584356 

2124
=
421  30760
60

2124
=
12949960

2124
=
3598 .6

= 0.59022953

= 0.590

Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan


variabel Y bertanda positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh
yaitu 0.590.

D. Interpretasi Data
Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan
mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi r product moment,
ternyata besarnya rxy yang diperoleh terletak antara 0,40 – 0,70 yang berarti :
“ Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang/cukup “
Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak,
maka r hasil perhitungan dibandingkan dengan r tabel. Dan sebelum
membandingkannya, terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df (degrees
of freedom) dengan menggunakan rumus :
df = N – nr
= 38 - 2
= 36
Dengan df sebesar 36 jika dikonsultasikan dengan tabel r, masing-masing
untuk r 5 % sebesar 0,329 dan untuk r 1 % sebesar 0,424. Jika dilihat dari harga r
tabel tersebut, ternyata rxy lebih besar dari pada harga tabel r, baik dari pada taraf
signifikansi 5 % maupun 1 %. Dengan demikian hipotesa Alternatif (Ha) diterima,
dan hipotesa Nol (Ho) ditolak. Artinya : “ Terdapat korelasi yang cukup signifikan
antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok “
61

Selanjutnya untuk mengetahui besar kontribusi (sumbangan) yang diberikan


variabel X dalam menunjang keberhasilan variabel Y, maka harus diketahui
terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut dengan koefisien penentuan
(Coeffecient of Determination) dengan rumus sebagai berikut :

KD = rxy2 x 100 %
= 0.5902 x 100 %
= 0.3481 x 100 %
= 34.81 %
= 34.81 %

Dari hasil perhitungan KD tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa gaya
belajar memberikan kontribusi sebesar 34.81 % terhadap hasil belajar IPS siswa pada
kelas VIII di SMP Islam YKS Depok. Sedangkan selebihnya 65.19 % dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang perlu penelitian lebih lanjut.

E. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor gaya belajar siswa diperoleh rata-
rata sebesar 79.78 dan untuk skor hasil belajar siswa diperoleh rata-rata sebesar
67.52, ini menunjukkan bahwa skor gaya belajar siswa terhadap peningkatan hasil
belajar siswa yang tinggi akan membentuk hasil yang positif terhadap hasil belajar
anak dan skor gaya belajar siswa terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang
rendah akan membentuk hasil yang kurang baik terhadap hasil belajar siswa. Dari
hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar yang datang karena
adanya rangsangan dari dalam diri individu (instrinsik) sangat diperlukan, dalam
hal ini gaya belajar siswa. Selain siswa, orangtua dan guru yang merupakan faktor
ekstrinsik juga mempunyai tanggungjawab yang besar dalam mendidik siswa,
62

termasuk dalam hal memperhatikan gaya belajar siswa, baik itu ketika mengawali
pelajaran, menerima pelajaran, menyerap pelajaran, bahkan ketika memecahkan
masalah/mengerjakan soal pelajaran.
Begitu pentingnya gaya belajar siswa dalam belajar, maka dari itu orang
tua sebagai orang yang paling dekat dan bertanggung jawab terhadap anak-
anaknya disamping guru harus senantiasa dapat memperhatikan, mengembangkan
dan meningkatkan gaya belajar anak dalam belajar agar dapat mencapai hasil yang
memuaskan.
Selanjutnya, dari perhitungan rxy diperoleh sebesar 0.590 dan apabila hasil
tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan mencocokkan hasil
perhitungan dengan angka indeks korelasi r product moment, ternyata besarnya
rxy yang diperoleh terletak antara 0,40 – 0,70 yang berarti “ Antara variabel X
dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang/cukup“. Setelah dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi data “r” product moment diperoleh hasil bahwa antara
hasil gaya belajar siswa dengan hasil belajar siswa terdapat korelasi positif yang
sedang/cukup. Hal ini berarti setiap gaya belajar siswa yang besar atau tinggi akan
diikuti pula dengan besarnya peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Kontribusi dari hasil korelasinya ditunjukkan sebesar 34.81 %. Artinya, salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar adalah gaya belajar dalam
lingkungan belajarnya/sekolah. Dalam lingkungan keluarga pihak orangtualah
yang turut mempengaruhi kemajuan hasil belajar anak, bahkan mungkin dapat
dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu
belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti
kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan
mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.3 Dengan demikian betapa pentingnya
penerapan gaya belajar yang diberikan orangtua untuk tercapainya keberhasilan
belajar anak, untuk itu sebagai orangtua haruslah menata gaya belajar anaknya
dengan baik sehingga apa yang diinginkan orangtua dapat tercapai, dalam hal ini
keberhasilan anak dalam belajar.

3
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991). Cet. , h. 243-244
63

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada Bab IV tentang


hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS
Depok, maka dapat dikemukakan suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Antara kedua variabel yaitu variabel gaya belajar siswa (X) dan variabel hasil
belajar IPS siswa (Y) terdapat korelasi positif yang cukup signifikan, baik
pada taraf signifikasi 1 % ataupun pada taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti
Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak.

2. Terdapat korelasi yang sedang/cukup antara gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar
0.590 yang berada antara interval 0,40 – 0,70.
Pengaruh gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa ditentukan dengan
koefisien determinasi sebesar 34.81 % dan 65.19 % ditentukan oleh faktor lain
yang turut menunjang hasil belajar IPS siswa.
64

B. Saran - saran

1. Pihak sekolah dan guru hendaknya lebih memperhatikan dan meningkatkan


pola gaya belajar siswa pada setiap mata pelajaran terutama mata pelajaran
IPS, karena dengan memperhatikan kualitas gaya belajar pada siswa maka
akan mempermudah siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran
dan dengan demikian siswa mampu mencapai hasil belajarnya dengan baik
dan membanggakan.

2. Orang tua hendaknya memberikan perhatian dan dukungan semangat kepada


anak agar mereka lebih tertarik menerapkan gaya belajar yang maksimal dan
efektif. Jangan sampai orang tua tidak memperhatikan proses perkembangan
belajar anaknya di sekolah maupun dirumah. Dengan demikian anak akan
timbul sikap acuh atau tidak respon pada setiap menerima pelajaran.

3. Adanya jalinan kerjasama antara guru, orang tua, dan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar agar dapat tercapai tujuan yang efektif dan efisien.
Kerjasama tersebut akan memudahkan siswa dalam berprestasi.

4. Siswa itu sendiri diharapkan dapat belajar dengan sebaik mungkin dan merasa
perlu dan pentingnya penerapan gaya belajar mereka secara individu guna
untuk menentukan hasil belajar yang baik. Dengan belajar sekaligus berdo’a,
maka prestasi akan mudah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam


Undang-Undang Sisdiknas, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Depag, Cet. Kedua, 2003.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.


Rineka Cipta, Cet. 12, 2006.

Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi


Aksara, Cet. I, 1995.

Gunawan, Adi. W, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis Untuk


Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
Cet. 2, 2004.

Hakim, Thursan, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya


Nusantara, Cet. I, 2000.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. II,
2003.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


Ed. Revisi-5, 2006.

Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, Cet. I,
1996.

Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta:
Kizi Brother’s, Cet. I, 2006.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, Tahun Ke-13, November 2007.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 040, Tahun Ke-9, Januari 2003.

Kartono, Kartini, Dra. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta:
CV. Rajawali, Cet. I, 1985.

Mulyasa, E. Implementasi Kurikilum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,


Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. III, 2005.

Munawwaroh, Djunaidatul, Tanenji, Filsafat Pendidikan Islam (Perspektif Islam


dan Umum), Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2003.
Nasution, S MA. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta: PT. Bina Aksara, Cet. I, 1987.

_____________, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta :


Bumi Aksara, Cet. V, 1992.

_____________, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I,


1995.

NK, Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, Cet. II,
1986.

Nurdin, Syafruddin, Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman


Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum
Teaching, Cet. I, 2005.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,


Cet. V, 1990.

Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,


Jakarta: Alfabeta, 2007

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I,
1995.

___________, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya, Cet. Ke-3, 2007.

Sapuri, Rafy, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, Ed. I, 2009.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka


Cipta, Cet. Ke-4, 2003.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 6,


2007.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),


Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. III, 1990.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, Cet. 8, 1997.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung :


PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-I, 2003.
Surachmad, Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: Jemmars,
1986.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, Cet. I,
1999.

_____________, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, Cet. Ketujuh, 2002.

Sahertian, Piet. A, Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Surabaya:


Usaha Nasional, Cet. Ke-I, 1994.

http://istpi.wordpress.com/2008/11/26/memahami-gaya-belajar-siswa/

http://opinimerdeka.blogspot.com/2009/03/gaya-belajar.html

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html

file:///H:/IPS.htm

Anda mungkin juga menyukai