Skripsi
Disusun Oleh :
Andriansyah
NIM : 105015000627
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Andriansyah
NIM : 105015000627
Mengetahui
Pembimbing
Drs. H. Nurochim, MM
NIP : 1959 0715 1984 03 1003
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Drs. H. Nurochim, MM
NIP. 19590715 198403 1 003
Iwan Purwanto, M. Pd
NIP. 19730424 200801 1012
Penguji I
Drs. H. Syaripulloh, M. Si
NIP. 150 389 364
Penguji II
Iwan Purwanto, M. Pd
NIP. 19730424 200801 1012
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
v
5. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (P. IPS) yang telah sangat banyak mentransformasikan
ilmu dan intelektualitas selama penulis duduk di bangku perkuliahan.
6. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
banyak memberikan kemudahan penulis dalam mengakses seluruh literatur
yang tersedia dan juga yang rela “menunggu” penulis hingga larut.
7. Sebesar-besarnya kebanggaan ini penulis persembahkan kepada kedua
orangtua, Ayahanda Ali Sumardi dan Ibunda tercinta Neneng Yatimah.
Mereka tak pernah lelah memotivasi penulis untuk menjadi anak yang baik,
gudang pemberi nasehat dan panutan agar senantiasa penulis menjadi anak
yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama dan bangsa. Terima kasih
atas bantuan moral dan financial selama penulis menempuh study S1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan mereka semua layak mendapat balasan
surga dari Allah SWT. Amien
8. Kakanda Lia Nurhayati dan suami, Kakanda Fitria Suryaningsih dan suami,
Kakanda Syaipulloh dan isteri, Kakanda Widya Agustini dan suami, Adinda
Syarif Irfan Dadi, yang selalu memberi semangat bagi penulis. Tak lupa pula
teruntuk keponakan-keponakan-ku; Muhammad Noval Anwar, Virjiawan,
Salsa Nabila, Zulfikri, Zahra Aulia Septiani, mereka selalu menghibur dan
menghadirkan keceriaan, canda tawa sehingga penulis merasa terhibur.
9. Kepada kekasih-ku tercinta, seorang wanita penghias hati di kala suka
maupun duka, bidadari kecil nan imut-ku “Riska Andriani”, yang tiada henti
memberikan masukan, saran, dan terutama rasa nyaman di hati yang terukir
dalam satu kata cinta dan sayang.
10. Kepada seluruh teman-teman kelas P. IPS (Sosiologi-Antropologi) Angkatan
Tahun 2005; Tri Sutaji (Ibenk), Baihaki (Sogi), Muhaimin (Muhay),
Karyadi. S (Wawan), Tirwan Sulaiman (Tirwan), Heri Juliadi, M. Syafe’i,
Nur Alfi Laili (Vie2), Hilda Rizkiani (N’da), Ria, Alis, Rika dan lain-lain.
Keyakinan dan kesungguhan merekalah yang menjadi sumber inspirasi
penulis. Aku tak kuasa untuk melupakan kenangan bersama kalian….
I Miss U So Much My Friends.
vi
11. Teman-teman PPKT-ku yang tergabung dalam mengajar di SMP Islam YKS
Depok; Yusuf Abdul Azis, Imron Rosyadi, Faizah Marsyih, Nurhafizoh,
Yusri Khoiriyah, Inayah Fachriyah, Reka Wibawa, semangat perjuangan dan
kenangan mereka selalu memberi inspirasi dan semangat bagi penulis.
12. Teman-teman yang tergabung dalam Karang Taruna Kelurahan Curug,
Forum Silaturrahmi Pemuda dan Mahasiswa Islam Sawangan (FOSPMIS),
dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas motivasi dan dukungannya.
13. Forum Remaja Masjid Al-Masanih RW 06 (FORMAS 06), wadah sekaligus
gudang menimba ilmu religi bagi penulis sehingga selalu dapat berpedoman
kepada ajaran agama maupun sunnah-Nya.
14. Kawan-kawan “Social Education Motor Community”, tempat refreshing,
touring ke berbagai tempat yang membuat hati penulis menjadi fresh dikala
penulis merasa jenuh akan kesibukan dan kepenatan akan aktivitas kuliah.
15. Kawan-kawan “Social Education Futsal”, yang selalu menemani penulis
berolahraga dikala siang maupun malam.
16. Sejuknya angin pagi di kala waktu masuk kuliah pagi tiba dan panasnya
suasana siang di kala waktu kuliah siang pun tiba, di campur hembusan
angin, dan balutan keramaian rekan mahasiswa yang selalu penulis rasa dan
jumpai selama menjalani perkuliahan di lantai 5 (lima) jurusan Pendidikan
IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah, dan kita sebagai manusia
sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu. Begitu pula skripsi ini, yang
tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap dari ketidaksempurnaan
itu, akan hadir kebaikan untuk semua.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi
viii
C. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS ................................................................ 32
1. Definisi IPS ................................................................................................... 32
2. Karakteristik IPS ........................................................................................... 34
3. Tujuan Pembelajaran IPS .............................................................................. 35
D. KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................................... 36
E. HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................. 37
ix
C. Analisa Data ........................................................................................................ 57
D. Interpretasi Data .................................................................................................. 60
E. Pembahasan ......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3 Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Islam YKS Depok…….. .. 49
Tabel 8 Nilai Raport Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII ........................ 56
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Djunaidatul Munawwaroh, Tanenji, Filsafat Pendidikan Islam (Perspektif Islam dan
Umum), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. I, h. 113
2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
Ed. Revisi-5, h. 4
3
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Pertama, h. 10
2
fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Pun bila mereka
bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah
pasti berbeda tingkatnya, yakni “ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat
lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama”.7
7
http://istpi.wordpress.com/2008/11/26/memahami-gaya-belajar-siswa/ Tanggal 07
Maret 2010
4
kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan
memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Tentu saja, sebelum kita sendiri mengajarkannya pada orang lain, langkah
terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Pertimbangan ini yang
seringkali kita lupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan
pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat bagi diri sendiri, sebelum
menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita
dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar, termasuk gaya kita
sendiri.
Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan tentang gaya
belajar, berdasarkan pengalaman yang telah mereka lewati. Misalnya, mereka
pernah bekerja, menjalani latihan militer, mendidik dan membimbing anak, dan
sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka lewati itu, sesungguhnya, adalah
bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yang mungkin bisa kita
serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang tepat bagi kita. Apa
pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting yang tak boleh dilupakan
ialah lakukan apa yang memang akan bermanfaat bagi Anda!
Oleh karena itu mengetahui gaya belajar setiap siswa serta berupaya
memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah
merupakan “suatu usaha yang sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan
keberhasilan mengajar”.8
8
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, h.
101
9
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1985), Cet. I, h. 4
5
Dengan kata lain, adanya gaya atau cara belajar siswa yang berbeda-beda
menyebabkan hasil belajar siswa di sekolah pun berbeda pula. Bila gaya belajar
siswa baik dan efisien, maka tingkat hasil belajar siswa pun tinggi. Begitu pula
sebaliknya, apabila gaya belajar siswa kurang baik dan efisien, maka tingkat
pencapaian hasil belajar siswa di sekolah pun akan turun.
10
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), Cet. 2, h. 139
6
5. Siswa yang peduli dengan gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
IPS siswa di sekolah
6. Kurangnya gaya belajar siswa dalam belajar termasuk belajar IPS
7. Ada atau tidaknya hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS
2. Pembatasan Masalah
Karena terbatasnya waktu, tenaga dan sarana yang tersedia, maka penulis
akan membatasi permasalahan dalam pembahasan penelitian agar memperjelas
dan memberi arah yang tepat pada pembahasan hubungan antara gaya belajar
dengan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam YKS Depok. Dalam hal ini
penulis membatasinya pada hal sebagai berikut :
1. Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS.
2. Hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok.
3. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penulis merumuskan permasalahan yaitu apakah terdapat hubungan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok ?
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990),
Cet. V h. 84
2
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta; Kizi
Brother’s, 2006), Cet. Pertama, h. 76
9
3
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h.
35
10
4
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar., h. 84
5
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, h.
60-62
6
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), Cet. III, h. 98-99
11
2. Tujuan Belajar
Proses belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung 2 (dua)
pengertian, yaitu tahapan/fase dalam mempelajari sesuatu dan sebagai urutan
kegiatan perencanaan oleh guru. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan-
kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan
kegiatan hingga evaluasi dan program tindak lanjut. Semuanya berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Sebagai suatu sistem instruksional belajar mengajar mengandung sejumlah
komponen antara lain : tujuan, bahan/materi, siswa, guru, metode, situasi dan
evaluasi. Salah satu komponen tersebut adalah tujuan belajar.
Menurut Winarno Surakhmad, tujuan belajar lebih diajukan pada
“pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan, serta
pembentukan sikap dan perbuatan”.7
Dalam pencapaian tujuan belajar diperlukan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Lingkungan ini dipengaruhi oleh berbagai komponen,
misalnya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan materi yang diajarkan
guru serta siswa memainkan peranan dalam hubungan sosial di sekolah. Jenis
kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang
7
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h.
49
12
3. Prinsip-prinsip Belajar
Setiap guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri
prinsip-prinsip belajar, yaitu “prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam
situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual”.9
Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut:
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional;
2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;
8
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. Ke-3, h. 58-59
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 27-28
13
10
Rafy Sapuri, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), Ed. I, h. 288-289
11
Rafy Sapuri, Psikologi…………, h. 288
12
Rafy Sapuri, Psikologi…………, h. 288
13
Rafy Sapuri, Psikologi…………, h. 289
15
14
http://opinimerdeka.blogspot.com/2009/03/gaya-belajar.html Tanggal 13 April 2010
15
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), Cet. V, h. 93
16
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar., h. 115
16
19
Alisuf Sabri, Psikologi……….., h. 104
18
Dalam menghadapi ujian dengan test obyektif yang jumlah soalnya banyak
dan harus diselesaikan dalam waktu yang singkat atau terbatas, bagi siswa yang
bergaya Impulsive akan dapat dengan mudah dan cepat dalam penyelesaiannya,
tetapi sebaliknya bagi siswa yang bergaya belajar Reflektive akan merasa
kesulitan karena setiap soal yang akan dijawab perlu dipikir atau dipertimbangkan
dengan cermat, karena itu mereka sering merasa kekurangan waktu dalam
menghadapi test semacam itu.
Gaya belajar siswa yang perlu diperbaiki atau dimodifikasi tersebut adalah
gaya belajar : Field Dependence dalam memulai belajar; gaya belajar Receptive
dalam menerima pelajaran; gaya belajar Impulsive dalam menyerap pelajaran; dan
gaya belajar Intuitive dalam menjawab atau memecahkan masalah.
20
Alisuf Sabri, Psikologi……….., h. 106
20
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2003), Cet. Ke-I, h. 102-103
22
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, Tahun Ke-13, November 2007, 1028
22
23
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html
Tanggal 15 Maret 2010
24
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. dunia Pustaka jaya, 1996), Cet. I,
h. 16
23
relative tidak menetap, bukanlah karena proses belajar. Orang setiap kali dapat
berubah. Perubahan-perubahan demikian tidak sama dengan perubahan-
perubahan dalam belajar. Oleh karena itu tidak semua perubahan yang ada pada
diri seseorang dianggap sebagai hasil belajar. Hanya perubahan-perubahan
tertentu saja yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai belajar.
Hasil belajar adalah “sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”.25
Prof. Dr. Zakiah Dradjat berpendapat bahwa “hasil belajar selalu
dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku”.26 Bagaimana bentuk tingkah
laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan
instruksional.
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu,
meliputi tiga aspek, yaitu: Pertama, aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan
dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau
kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua,
aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan
dan kesadaran, dan ketiga, aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan
dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diberikan kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
25
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 040, Tahun Ke-9, Januari 2003, 130
26
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. I, h. 197
24
A. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.
1. Faktor Biologis (Jasmaniah)
27
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), Cet Ke-I h. 98
25
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu
sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor waktu.
1. Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama
dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja
merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan
belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis diantara
sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup
memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan keluarga
yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap
perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.
2. Faktor Lingkungan Sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang
keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh,
dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, para siswa, sampai pada
karyawan sekolah lainnya. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat
berjalan dengan baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki
kepatuhan terhadap disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak hanya patuh
dan senang kepada guru-guru tertentu.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi
belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup
memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar
yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi
berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya
keharmonisan hubungan di antara semua personil sekolah.
28
prestasi belajar yang maksimal, siswa pun tidak dihinggapi kejenuhan dan
kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan”.28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah
sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri (internal) dan kualitas
pembelajaran (eksternal). Dan secara keseluruhan sangat berkaitan erat dan saling
mendukung satu sama lain.
28
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, 2000), Cet. I, h. 11-21
29
E. Mulyasa, Implementasi Kurikilum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. III, h. 118
30
dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling dominant dalam segala
jenis belajar. Untuk kepentingan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan yang
luas mengenai jenis-jenis belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik,
serta melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Mulyasa mengatakan bahwa pembelajaran efektif dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut : “(a) Pemanasan dan apersepsi, (b) Eksplorasi,
(c) Konsolidasi pembelajaran, (d) Pembentukan kompetensi, sikap dan prilaku,
(e) Penilaian formatif”30
Pemanasan atau apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan
peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik
dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Tahap eksplorasi
merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Konsolidasi merupakan
kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi,
dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Pembentukan
kompetensi, sikap dan prilaku peserta didik dapat dilakukan dengan mendorong
peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian dan kompetensi yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari; menggunakan metodologi yang paling
tepat dan mempraktekkan pembelajaran secara langsung.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif siswa perlu memperhatikan
beberapa hal, yakni :31
a. Kondisi Internal
Yang dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di
dalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatannya, keamanannya,
ketentramannya, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila
kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi.
30
Mulyasa., h. 119-120
31
Roestiyah, NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet.
II, h. 161-163
31
bahwa dengan belajar yang baik akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang
diinginkan.
b. Kondisi Eksternal
Yang dimaksud kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri
pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan
lingkungan pisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan
lingkungan yang baik dan teratur, misalnya :
1) ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang mengganggu
konsentrasi pikiran.
2) ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.
3) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran,
buku-buku, dan sebagainya.
ilmu sosial. Sebagaimana dinyatakan Savage dan Amstrong bahwa “Social studies
is the integrated study of social sciences of humanities to promote civic
competence”.
Berdasarkan beberapa definisi dan batasan-batasan tentang studi sosial
yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan “bahwa studi sosial merupakan
program pendidikan yang dikembangkan dari ilmu-ilmu sosial, yang dalam
mengkaji gejala-gejala dan masalah sosial yang bersangkut manusia dengan
kehidupan manusia, studi sosial biasanya menggunakan bidang keilmuan yang
termasuk ke dalam lingkup disiplin ilmu-ilmu sosial (Sosial Sciences)”.32
Selanjutnya, tentang ilmu sosial didefinisikan oleh Ahmad Sanusi “Ilmu
sosial terdiri atas disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis
dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi”. Kemudian limu
pengetahuan sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah.
Bahkan pada sebagian perguruan tinggi ada juga yang dikembangkan IPS ini
sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan
aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan pada social sciences.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mendapat sumber materi dari
berbagai bidang ilmu sosial, seperti ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi,
ilmu politik, dan sejarah. Meskipun ilmu pengetahuan sosial dapat mempelajari
kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis,
ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah namun IPS bukanlah
penjumlahan, himpunan atau penumpukan bahan-bahan ilmu-ilmu sosial.
Nu’man Sumantri mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan di sekolah
sebagai: (1). Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai
kewarganegaraan, moral ideology negara dan agama, (2). Pendidikan IPS yang
menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial, (3). Pendidikan IPS
32
Syafruddin Nurdin, Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), Cet. I, h. 19-
24
34
yang menekankan pada reflective inquire, (4). Pendidikan IPS yang mengambil
kebaikan-kebaikan dari butir 1, 2, dan 3 di atas.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapatlah dinyatakan
bahwa IPS yang dimasukan dalam studi/penelitian ini adalah suatu mata pelajaran
yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi antropologi, dan tata negara.
2. Karakteristik IPS
Karakteristik yang terdapat dalam ilmu pengetahuan social, sebagai
berikut:
a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan serta agama. Hal ini diungkapkan
oleh Numan Soemantri.
b. Kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hokum dan politik yang dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah social yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidispliner.
d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan
masalah social serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daldjoeni.
e. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami permasalahan social serta
kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut meliputi;
ruang, waktu dan nilai atau norma.33
33
file:///H:/IPS.htm Tanggal 8 Februari 2010
35
34
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran…, Cet. I, h. 27
36
D. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini penulis bermaksud atau ingin membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara gaya belajar terhadap hasil belajar IPS yang dicapai
siswa atau dapat dikatakan bahwa gaya belajar sangat berpengaruh pada hasil
belajar IPS siswa selama menjalani proses belajar mengajar.
Penelitian ini berdasarkan pada kerangka konseptual bahwa gaya belajar
adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap
stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal. Gaya
belajar merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang keberhasilan
belajar siswa.
Sedangkan hasil belajar secara umum dapat dipandang sebagai perubahan
sikap atau perilaku siswa akibat menjalani proses belajar dan perubahan perilaku
siswa tersebut disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan
yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah hasil akhir
setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk
perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.
Bagi guru apabila proses belajar mengajar telah selesai dilaksanakan oleh
siswa maka tujuan yang hendak dicapai adalah mengukur dan menilai hasil belajar
siswa. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran yang ada di sekolah. Hasil belajar ini di peroleh melalui evaluasi
belajar.
Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara langsung
maupun tidak langsung, guru maupun siswa selalu mengharapkan hasil belajar
murid-muridnya dengan nilai yang baik.
Dengan demikian, gaya belajar menjadi suatu jalan bagi siswa untuk
menentukan proses pembelajaran yang lebih baik dan efektif serta menjadi tolok
ukur bagi seorang guru agar mengetahui hasil belajar yang diharapkan. Sebab
gaya belajar siswa yang baik sudah pasti akan mempengaruhi hasil belajar yang
positif atau baik pula, akan tetapi bagi siswa yang memiliki gaya belajar yang
kurang baik maka hasil belajar yang diperolehnya pun akan berdampak buruk atau
kurang baik.
37
E. HIPOTESIS PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan guna menjawab
persoalan yang dihadapinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan pendekatan korelasional. Metode survai adalah penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok. Sedangkan pendekatan korelasional menurut Anas Sudijono
adalah “pendekatan dalam penelitian yang pada pelaksanaannya menggunkan
teknis analisis statistik mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih”.1
Teknik ini digunakan untuk mengukur kuat tidaknya hubungan antara gaya belajar
siswa (X) dengan hasil belajar siswa (Y).
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1997), Cet. 8, h. 175.
39
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Dalam
penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel independen (bebas),
dilambangkan dengan “X”, dan variabel dependen (terikat) dilambangkan dengan
“Y”. Adapun yang dijadikan variabel independen (X) ini adalah gaya belajar,
sedangkan variabel dependen (Y) ini adalah hasil belajar IPS siswa.
Oleh karena itu, hasil belajar ialah wujud perubahan tingkah laku yang
terjadi atas suatu obyek tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai prestasi belajar mata pelajaran IPS
siswa yang datanya diperoleh dari nilai raport kelas VIII semester II (dua) SMP
Islam YKS Depok.
2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi.3 Apabila subjeknya kurang dari
100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih. Besarnya sampel yang diteliti, bahwa bila populasi lebih dari 100
orang dapat dilihat 25% dari jumlah populasi. Jumlah sampel yang akan diteliti
yaitu sebanyak 25% × 152 = 38. Jadi, sampel yang akan diteliti sebanyak 38
siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
teknik sampel cluster.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), Cet. 12, h. 108.
3
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. 6,
h. 121
41
Tabel I
Kisi-kisi Instrumen Gaya Belajar
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. Kedua, h. 228
43
2. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah
mengukur reliabilitas data dan instrumen penelitian. Reliabilitas menunjukkan
konsistensi dari data yang dikumpulkan. Suatu kuisioner dikatakan reliabel
(handal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsistensi dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2005:45).
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan
validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan
tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah alpha cronbach. Adapun rumus alpha cronbach (ugiyono, 2005:283)
sebagai berikut:
k b 2
r 1
(k 1) t 2
Keterangan:
r = reliabilitas
k = banyaknya pertanyaan
t 2 = varians total
b 2 = mean kuadrat kesalahan
Penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS di dalam menghitung
alpha cronbach.
T=50+10-( X-X )
S
5
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
Alfabeta:2007, h 131
44
Keterangan :
rxy : Nilai koefisien antara x dan y yang dicari
N : Jumlah responden (subjek penelitian)
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
X : Jumlah dari nilai x
Y : Jumlah dari nilai y
X 2
: Jumlah dari nilai x yang dikuadratkan
45
Tabel 2
Interpretasi Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r” product moment (rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel x dan variabel y
memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi itu sangat lemah/sangat rendah
0,20 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang lemah/rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang sedang/cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi kuat/tinggi
6
Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan., h. 193
46
2. Memberi interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product
moment.
Untuk memudahkan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment dapat ditempuh dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product
moment, prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho)
b. Menguji kebenaran/kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan, dengan
jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang
tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat
bebasnya (db) atau degress of freedomnya (df).
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
df = N – nr
Keterangan :
df : degressn of freedom
N : Number of Cases
nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1
Profil Umum Sekolah bersumber dari dokumentasi tertulis dari bagian Tata Usaha SMP
Islam YKS Depok.
48
2
Visi dan Misi Sekolah bersumber dari dokumentasi tertulis dari bagian Tata Usaha SMP
Islam YKS Depok.
49
kepada anak didik sesuai dengan perkembangan dan juga mengadakan perubahan
tingkah laku anak didik ke arah yang lebih baik.
Tabel 3
Daftar nama guru dan karyawan SMP Islam YKS Depok sebagai berikut :
Tabel 4
Daftar rombongan belajar dan jumlah siswa SMP Islam YKS Depok sebagai
berikut :
1 VII 2 59
2 VIII 2 38
3 IX 2 55
Jumlah 6 152
Tabel 5
Daftar sarana dan prasarana sebagai berikut :
NO. FASILITAS JUMLAH
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Wk. Bid. Kurikulum 1
3 Ruang Tata Usaha Administrasi 1
4 Ruang Bimbingan dan Konseling 1
5 Ruang Guru 1
6 Ruang Kelas 6
7 Ruang Laboratorium Komputer 1
8 Lapangan Basket 1
9 Musholla 1
10 Meja 120
11 Kursi/bangku 175
12 Koperasi/Unit Penjualan 1
13 Kamar Kecil/Toilet 2
14 Perpustakaan -
15 Ruang OSIS dan PMR/UKS -
Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Islam YKS Depok.
51
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach' Standardized
s Alpha Items N of Items
.724 .876 44
53
Descriptive Statistics
Std.
N Min. Max. Mean Deviation
Gaya Belajar Siswa (X) 38 70 86 79.78947 3.146494358
Hasil Belajar Siswa (Y) 38 60 75 67.52632 4.677356854
Valid N (listwise) 38
Hasil deskripsi statistik menunjukkan bahwa skor gaya belajar siswa yang
tertinggi sebesar 86 dan skor yang terendah sebesar 70, dengan rata-rata (mean)
sebesar 79.78 dan standar deviasi (std. deviation) sebesar 3.14. Dan untuk skor
hasil belajar siswa yang tertinggi sebesar 75 dan skor yang terendah sebesar 60,
dengan rata-rata (mean) sebesar 67.52 dan standar deviasi (std deviation) sebesar
4.67. Dari hasil deskripsi staistik tersebut, kemudian menaikkan data ordinal ke
interval dilakukan untuk memenuhi prasyarat penting pearson product moment
dalam perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara gaya belajar
dengan hasil belajar siswa.
Sedangkan variabel hasil belajar IPS siswa, datanya penulis peroleh dari
nilai raport mata pelajaran IPS semester 2 (dua) kelas VIII siswa SMP Islam YKS
Depok. Untuk penulisan nilai raport siswa pun akan penulis tampilkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi pada tabel 8.
Tabel 7
Distribusi frekuensi tentang gaya belajar siswa dari 38 responden
Jumlah Jumlah
NO. NAMA A(4) B(3) C(2) D(1) E(0) Angket Skor
15 Robiyanti 9 16 17 2 0 44 120
16 Soleha 17 8 18 1 0 44 129
17 Norma Aisyah 7 18 17 2 0 44 118
18 Kurniawan 15 12 13 4 0 44 126
19 Fitria Pandini 6 19 17 2 0 44 117
20 Ira Erlangga 8 20 16 0 0 44 124
21 Riko Gunawan 18 12 14 0 0 44 136
22 Septi Lastiani 10 17 15 2 0 44 123
23 Fadilah Fajrin 9 17 17 1 0 44 122
24 Zanathul Alifia 14 18 10 2 0 44 132
25 Nanda Listian 6 22 16 0 0 44 122
26 Lia Mariska 11 16 14 3 0 44 123
27 Nuraini 10 17 15 2 0 44 123
28 Saipul Hamzah 13 13 17 1 0 44 126
29 Rahmat Hidayat 14 13 16 1 0 44 128
30 Indri Damayanti 12 19 10 3 0 44 128
31 Egi Gunawan 13 18 12 1 0 44 131
32 Nurhilaludin 17 17 10 0 0 44 139
33 Ade Setiawan 10 14 16 4 0 44 118
34 Muhamad Yusuf 10 20 14 0 0 44 128
35 Eko Saputra 12 19 13 0 0 44 131
36 Fika Fauzan Rajabi 9 19 15 1 0 44 124
37 Desti Juwita 6 19 18 1 0 44 118
38 Novita Sari 7 19 18 0 0 44 121
Jumlah 402 638 582 50 0 1672 4736
Tabel 8
Nilai raport mata pelajaran IPS semester 2 siswa kelas VIII
SMP Islam YKS Depok
NO. NILAI
1 64
2 70
3 64
4 70
5 60
6 72
7 62
8 72
9 66
10 72
11 62
12 75
13 68
14 70
15 65
16 72
17 67
18 70
19 65
20 75
21 62
22 70
23 69
24 72
25 60
26 75
27 68
28 70
29 62
30 75
31 70
32 70
33 60
34 70
35 63
36 64
37 60
38 65
Jumlah 2566
Sumber : Dokumentasi Wakepsek bagian kurikulum SMP Islam YKS Depok.
57
Tabel 9
Kualifikasi Tingkat Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
SMP Islam YKS Depok
R.Skor Kualifikasi F %
91-100 Istimewa - -
81-90 Sangat Baik - -
71-80 Baik 9 23.6
61-70 Cukup 25 65.7
51-60 Rendah 4 10.5
0-50 Gagal - -
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa Kelas
VIII SMP Islam YKS Depok sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
rentangan skor 61-70 yang dikualifikasikan cukup, dimana terdapat 25 siswa atau
65.7% siswa yang memperoleh nilai 61-70, sedangkan 9 siswa atau 23.6%
memperoleh rentang skor 71-80 yang dikualifikasikan baik. Karena mayoritas
siswa atau 65.7% memperoleh rentang skor 61-70 yang dikualifikasikan sebagai
nilai cukup. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa SMP Islam
YKS Depok sudah cukup baik.
C. Analisa Data
Untuk itu sesuai dengan teknik yang digunakan dalam menganalisa data,
maka tabel di bawah ini akan menjelaskan perhitungan untuk memperoleh
58
koefisien korelasi antara gaya belajar dengan hasil belajar sehingga dapat diambil
interpretasi data.
Tabel 10
ANALISA DATA
Tabel Perhitungan untuk Memperoleh Koefisien Korelasi
antara Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS Siswa
NO. X Y X2 Y2 XY
1 50 64 2500 4096 3200
2 49 70 2401 4900 3430
3 49 64 2401 4096 3136
4 50 70 2500 4900 3500
5 49 60 2401 3600 2940
6 50 72 2500 5184 3600
7 49 62 2401 3844 3038
8 50 72 2500 5184 3600
9 49 66 2401 4356 3234
10 50 72 2500 5184 3600
11 50 62 2500 3844 3100
12 50 75 2500 5625 3750
13 49 68 2401 4624 3332
14 50 70 2500 4900 3500
15 49 65 2401 4225 3185
16 50 72 2500 5184 3600
17 50 67 2500 4489 3350
18 50 70 2500 4900 3500
19 49 65 2401 4225 3185
20 50 75 2500 5625 3750
21 50 62 2500 3844 3100
22 49 70 2401 4900 3430
23 50 69 2500 4761 3450
24 50 72 2500 5184 3600
25 49 60 2401 3600 2940
26 50 75 2500 5625 3750
27 50 68 2500 4624 3400
28 50 70 2500 4900 3500
59
Keterangan :
Variabel X adalah Gaya Belajar Siswa
Variabel Y adalah hasil Belajar IPS Siswa (Nilai Raport Siswa Semester 2 mata
pelajaran IPS kelas VIII)
N = 38 X 2
= 93517
X = 1885 Y 2
= 174082
Y = 2566 XY = 127343
N XY X Y
ry =
N X 2 2
X N Y 2 Y
2
36 127343 (1885 ) (2566 )
=
36 93517 1885 36 174082 2566
2 2
4839034 4836910
=
3553646 3553225 6615116 6584356
2124
=
421 30760
60
2124
=
12949960
2124
=
3598 .6
= 0.59022953
= 0.590
D. Interpretasi Data
Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan
mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi r product moment,
ternyata besarnya rxy yang diperoleh terletak antara 0,40 – 0,70 yang berarti :
“ Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang/cukup “
Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak,
maka r hasil perhitungan dibandingkan dengan r tabel. Dan sebelum
membandingkannya, terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df (degrees
of freedom) dengan menggunakan rumus :
df = N – nr
= 38 - 2
= 36
Dengan df sebesar 36 jika dikonsultasikan dengan tabel r, masing-masing
untuk r 5 % sebesar 0,329 dan untuk r 1 % sebesar 0,424. Jika dilihat dari harga r
tabel tersebut, ternyata rxy lebih besar dari pada harga tabel r, baik dari pada taraf
signifikansi 5 % maupun 1 %. Dengan demikian hipotesa Alternatif (Ha) diterima,
dan hipotesa Nol (Ho) ditolak. Artinya : “ Terdapat korelasi yang cukup signifikan
antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa SMP Islam YKS Depok “
61
KD = rxy2 x 100 %
= 0.5902 x 100 %
= 0.3481 x 100 %
= 34.81 %
= 34.81 %
Dari hasil perhitungan KD tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa gaya
belajar memberikan kontribusi sebesar 34.81 % terhadap hasil belajar IPS siswa pada
kelas VIII di SMP Islam YKS Depok. Sedangkan selebihnya 65.19 % dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang perlu penelitian lebih lanjut.
E. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor gaya belajar siswa diperoleh rata-
rata sebesar 79.78 dan untuk skor hasil belajar siswa diperoleh rata-rata sebesar
67.52, ini menunjukkan bahwa skor gaya belajar siswa terhadap peningkatan hasil
belajar siswa yang tinggi akan membentuk hasil yang positif terhadap hasil belajar
anak dan skor gaya belajar siswa terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang
rendah akan membentuk hasil yang kurang baik terhadap hasil belajar siswa. Dari
hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar yang datang karena
adanya rangsangan dari dalam diri individu (instrinsik) sangat diperlukan, dalam
hal ini gaya belajar siswa. Selain siswa, orangtua dan guru yang merupakan faktor
ekstrinsik juga mempunyai tanggungjawab yang besar dalam mendidik siswa,
62
termasuk dalam hal memperhatikan gaya belajar siswa, baik itu ketika mengawali
pelajaran, menerima pelajaran, menyerap pelajaran, bahkan ketika memecahkan
masalah/mengerjakan soal pelajaran.
Begitu pentingnya gaya belajar siswa dalam belajar, maka dari itu orang
tua sebagai orang yang paling dekat dan bertanggung jawab terhadap anak-
anaknya disamping guru harus senantiasa dapat memperhatikan, mengembangkan
dan meningkatkan gaya belajar anak dalam belajar agar dapat mencapai hasil yang
memuaskan.
Selanjutnya, dari perhitungan rxy diperoleh sebesar 0.590 dan apabila hasil
tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan mencocokkan hasil
perhitungan dengan angka indeks korelasi r product moment, ternyata besarnya
rxy yang diperoleh terletak antara 0,40 – 0,70 yang berarti “ Antara variabel X
dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang/cukup“. Setelah dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi data “r” product moment diperoleh hasil bahwa antara
hasil gaya belajar siswa dengan hasil belajar siswa terdapat korelasi positif yang
sedang/cukup. Hal ini berarti setiap gaya belajar siswa yang besar atau tinggi akan
diikuti pula dengan besarnya peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Kontribusi dari hasil korelasinya ditunjukkan sebesar 34.81 %. Artinya, salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar adalah gaya belajar dalam
lingkungan belajarnya/sekolah. Dalam lingkungan keluarga pihak orangtualah
yang turut mempengaruhi kemajuan hasil belajar anak, bahkan mungkin dapat
dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu
belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti
kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan
mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.3 Dengan demikian betapa pentingnya
penerapan gaya belajar yang diberikan orangtua untuk tercapainya keberhasilan
belajar anak, untuk itu sebagai orangtua haruslah menata gaya belajar anaknya
dengan baik sehingga apa yang diinginkan orangtua dapat tercapai, dalam hal ini
keberhasilan anak dalam belajar.
3
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991). Cet. , h. 243-244
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Antara kedua variabel yaitu variabel gaya belajar siswa (X) dan variabel hasil
belajar IPS siswa (Y) terdapat korelasi positif yang cukup signifikan, baik
pada taraf signifikasi 1 % ataupun pada taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti
Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak.
2. Terdapat korelasi yang sedang/cukup antara gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar
0.590 yang berada antara interval 0,40 – 0,70.
Pengaruh gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa ditentukan dengan
koefisien determinasi sebesar 34.81 % dan 65.19 % ditentukan oleh faktor lain
yang turut menunjang hasil belajar IPS siswa.
64
B. Saran - saran
3. Adanya jalinan kerjasama antara guru, orang tua, dan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar agar dapat tercapai tujuan yang efektif dan efisien.
Kerjasama tersebut akan memudahkan siswa dalam berprestasi.
4. Siswa itu sendiri diharapkan dapat belajar dengan sebaik mungkin dan merasa
perlu dan pentingnya penerapan gaya belajar mereka secara individu guna
untuk menentukan hasil belajar yang baik. Dengan belajar sekaligus berdo’a,
maka prestasi akan mudah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. II,
2003.
Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, Cet. I,
1996.
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta:
Kizi Brother’s, Cet. I, 2006.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, Tahun Ke-13, November 2007.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 040, Tahun Ke-9, Januari 2003.
Kartono, Kartini, Dra. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta:
CV. Rajawali, Cet. I, 1985.
NK, Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, Cet. II,
1986.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I,
1995.
Sapuri, Rafy, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, Ed. I, 2009.
http://istpi.wordpress.com/2008/11/26/memahami-gaya-belajar-siswa/
http://opinimerdeka.blogspot.com/2009/03/gaya-belajar.html
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html
file:///H:/IPS.htm