BAB III
A. Demografi Responden
1. Umur Responden
2. Pekerjaan Responden
21
22
yaitu berusia antara 26-35 tahun sebanyak 77 responden (61,6%). Dimasa ini
responden dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu yang memiliki anak balita.
(65,6 %). Ibu rumah tangga lebih banyak mempunyai waktu lebih banyak
RT dan RW, arisan PKK sehingga dapat saling bertukar pengetahuan dan
Tindakan Ibu bila mendapati anak berbadan panas dapat dilihat pada tabel 6.
Tindakan ibu bila mendapati anak berbadan panas atau demam yaitu
menunjukkan bahwa alasan terbanyak Ibu bila mendapati anak demam yaitu
memberinya obat. Kekhawatiran ibu terhadap akibat buruk dari demam yang
Juwiring.
yaitu sebagian besar sumber obat diperoleh dari tetangga. Informasi mengenai
Alasan ibu melakukan pengobatan sendiri pada demam balita dapat dilihat
pada tabel 8.
merasa penyakit demam masih cukup ringan sehingga akan membaik dengan
25
berbeda dengan penelitian Nurulita dan Siswanto (2003) yaitu sebagian besar
masih ringan.
obat demam karena obat tersebut pernah diresepkan atau diberikan dokter atau
kesembuhan dapat dilihat pada tabel 10. Tindakan responden bila pengobatan
dengan penelitian Nurulita dan Siswanto (2003) yaitu sebagian besar yang
dokter.
Lama pengobatan sendiri yang dilakukan responden terlihat pada tabel 11.
melakukan pengobatan sendiri pada balita selama kurang dari 2 hari, sebanyak
4 hari. Jika tidak sembuh maka dianjurkan untuk segera mencari pertolongan
Efek samping yang timbul setelah minum obat demam terlihat pada tabel 12.
Efek samping yang biasa timbul setelah meminum obat demam yaitu
menyatakan tidak ada efek samping dari penggunaan obat demam balita.
Tindakan yang dilakukan bila terjadi efek samping seperti pada tabel 13.
Tabel 13. Tindakan bila Terjadi Efek Samping Obat Demam Balita Di Wilayah
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
(44,8%) dan yang paling sedikit yaitu menggantinya dengan obat lain
Alasan membawa ke dokter bila terjadi efek samping seperti pada tabel 14.
Tabel 14. Alasan Pergi Ke Dokter Bila Terjadi Efek Samping Obat Demam
Balita Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Alasan mengganti obat lain bila terjadi efek samping seperti pada tabel 15.
Tabel 15. Alasan Mengganti Obat Lain Bila Terjadi Efek Samping Obat
Alasan ibu mengganti obat lain bila terjadi efek samping yaitu 63
Makanan atau minuman yang diberikan ibu untuk anak demam seperti
pada tabel 16. Minuman yang banyak diberikan pada balita yang demam yaitu
air putih.
29
Tabel 16. Makanan / Minuman Yang Diberikan Pada Balita Yang Demam Di
wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Makanan/Minuman Frekuensi
Sup panas 44
Air kelapa 9
Air jeruk 1
Air putih 82
Teh hangat 17
Susu 13
Bubur 1
Madu 1
Tabel 17. Jenis Obat Demam Balita Yang Digunakan Di Wilayah Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten
Obat di pasaran merupakan obat buatan pabrik. Jenis obat demam yang
digunakan untuk mengobati demam balita seperti pada tabel 17. Ada obat
Jenis obat demam yang digunakan secara tunggal paling banyak yaitu
kombinasi yaitu Inzana dan Bodrexin. Kandungan yang terdapat pada kedua
obat tersebut asetosal, sehingga pengobatan ini tidak tepat karena ada double
samping dari asetosal (aspirin, asam asetilsalisilat) yaitu pada dosis terapeutik,
diare, kebingungan, sistem saraf pusat (SSP) depresi, sakit kepala dan
(BNF, 2009).
anak demam diperbolehkan karena indikasinya bisa untuk gejala flu seperti
Bersamaan
Tabel 18. Pengalaman Dalam Pemberian Obat Lebih Dari Satu Secara
Bersamaan Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
pernah menggunakan obat demam lebih dari satu secara bersamaan dengan
pernah.
Demam Balita
Ketepatan
Pendidikan Total
Tidak Tepat Tepat
SMA dan PT 0 50 50
Rasio prevalensi ialah jumlah subyek dengan efek positif pada semua
subyek dengan faktor resiko positif dibagi jumlah subyek dengan efek positif
pada semua subyek dengan faktor resiko negatif. Rasio prevalensi, dengan
33
dalam populasi yang berkaitan dengan faktor resiko yang dipelajari atau yang
(Praktiknya, 2009)
= 50/(50+0) : 73/(73+1)
= 1,02.
netral.
sehingga Chi-Square hitung < Chi-Square tabel (1,355 < 3,481). Berdasarkan
Klaten.
Ini berbeda dengan penelitian Susi Ari Kristina, bahwa faktor dominan
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.