Anda di halaman 1dari 22

JPPI Vol 6 No 1 (2016) 37 – 58

Jurnal Penelitian Pos dan Informatika


578/AKRED/P2MI-LIPI/07/2014

e-ISSN: 2476-9266
p-ISSN: 2088-9402
DOI: 10.17933/jppi.2016.060103

PENGEMBANGAN MANAJEMEN DATA DAN INFORMASI


MENGGUNAKAN ANALISIS SOFT SYSTEMS METHODOLOGY
PADA PEMERINTAH DAERAH DIY

DEVELOPMENT MODEL OF INFORMATION AND DATA


MANAGEMENT USING SOFT SYSTEMS METHODOLOGY
ANALYSIS AT DIY LOCAL GOVERNMENT
R.M. Agung Harimurti

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta


Jl. Imogiri Barat Km. 5 Yogyakarta
agung.harimurti@gmail.com

Naskah diterima: 23 Agustus 2016; Direvisi: 5 September 2016; Disetujui: 19 September 2016

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pengembangan model Manajemen Data dan Informasi menggunakan Soft Systems Methodology
pada Pemerintah Daerah DIY”. Penelitian ini bertujuan membuat model konseptual manajemen data dan tatakelola
informasi Pemda DIY yang terkoneksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Sistem Lunak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sementara teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara,
FGD, dan observasi lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan manajemen data dan tata kelola informasi di Pemda DIY
menunjukkan ciri-ciri tidak sistemik dan ciri-ciri organisasi yang mengalami ketidak mampuan belajar. Untuk itu
perlu perubahan cara berpikir lama (old mindset) stakeholder ke cara berpikir baru (new mindset) dalam manajemen
data dan tata kelola informasi Pemda DIY.

Kata kunci: Manajemen informasi, Pemodelan Konseptual, Manajemen Data dan Tatakelola Informasi, Methodologi
Sistem Lunak

Abstract

The research is entitled "Development model of Information and data management use Analysis of Soft Systems
Methodology at DIY Local Government". The aim of the research is to create a conceptual model of data management
and information governance at DIY local government. The study used a qualitative approach. While data collection
techniques used were depth interviews, FGD, and observation. The results indicate that the information government and
data management at DIY showed no systemic traits and characteristics of the organization who haven’t learning. It is
necessary to change the stakeholders old way of thinking to the new way of thinking (new mindset) in information
government and data management at DIY local government.

Keywords: Information Management, Conceptual Model, Data Management and Information Governance, Soft System
Methodology

37
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

PENDAHULUAN dari tahun 1998 sampai sekarang. Dalam masa


kepemimpinan beliau Provinsi DIY mempuyai
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa orientasi ideologis terhadap teknologi informasi
Yogyakarta (Pemda DIY) di pilih dalam penelitian dengan mencanangkan Pemerintahan yang
ini karena, Pertama, mencanangkan implementasi menerapkan e-government dan bertujuan citizen
e-Government di Pemda DIY yang selama ini centricity, ini dibuktikan dengan munculnya Konsep
dikenal dengan nama Jogja Cyber Province (JCP). JCP, DGS, TiMPII, dan Bidang yang mengelola
Konsep ini merupakan inisiatif yang dikembangkan Manajemen Informasi. Ketiga, Prestasi Pemda DIY
guna mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam kancah nasional selalu meraih prestasi
dan komunikasi yang seluas-luasnya bagi terbaik dalam kontestasi e-government. Pemda DIY
masyarakat dan Pemda DIY dalam rangka juga mencapai prestasi terbaik di bidang Reformasi
meningkatkan interaksi satu dengan yang lainnya. Birokrasi untuk pengukuran Sistem Akuntabilitas
JCP Blueprint disusun untuk mengatasi kesalahan Kinerja Pemerintah (SAKIP), dan tata pengelolaan
persepsi mengenai penerapan e-Government di pemerintah lainnya. Pemda DIY mendapatkan nilai
Pemda DIY. Cetak biru ini dititik-beratkan pada “A”
dijitalisasi layanan pemerintahan atau Digital Keempat, sekalipun wilayahnya relatif kecil,
Government Services (DGS). Pengembangan DGS Provinsi DIY menyimpan banyak predikat,
adalah langkah awal untuk menuju JCP, dengan diantaranya sebagai kota pelajar, kota perjuangan,
melakukan inisiatif yang dikembangkan guna kota budaya dan kota pariwisata. Oleh sebab itu
mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan tuntutan masyarakat di Provinsi ini sangat beragam
komunikasi seluas-luasnya bagi masyarakat dan karena latar-belakang sosialnya yang kritis. Maka
Pemerintah dalam rangka meningkatkan interaksi sarana yang dapat menjembatani komunikasi antara
satu dengan yang lainnya. Ini diharapkan dapat warga masyarakat dengan pihak Pemda menjadi
mengakselerasi upaya peningkatan taraf hidup dan sangat penting bagi Provinsi ini. Sarana informasi
daya saing dalam rangka mewujudkan Daerah dan komunikasi, baik yang berbasis media
Istimewa Yogyakarta sebagai pusat pertumbuhan elektronik maupun non-elektronik sudah mulai
Jawa bagian Selatan maupun Economic Hub bagi dibuat sejak awal tahun 2000-an, dengan
Pemda lainnya di Indonesia (Renstra DIY; 2008). diluncurkannya website Pemda DIY waktu itu.
Kedua, DIY merupakan 4 daerah khusus yang Sekarang ini, Pemda DIY sudah mempunyai
diatur oleh UU tersendiri dalam Sistem orientasi yang bersifat citizen centricity dalam
Pemerintahan Republik Indonesia. Kekhususan melakukan pelayanan informasi publik. Menurut
DIY, salah satunya terletak pada Kepala Daerahnya (Detlor, 2009) manajemen informasi adalah suatu
yang tidak dipilih, tetapi ditetapkan yaitu Gubernur proses dan sistem yang kaitannya dengan
oleh Sultan Hamengku Buwono (HB) yang menciptakan, memperoleh, mengorganisasi,
menjabat dan Wakil Gubernur oleh Sri Paku Alam menyimpan, mendistribusikan, dan menggunakan
(PA) yang menjabat. Gubernur DIY sekarang informasi. Manajemen Informasi bertujuan untuk
dijabat oleh Sri Sultan HB X, menjabat Gubernur memberikan informasi yang tepat kepada user yang

38
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

tepat di tempat yang tepat dan pada waktu yang akses, keamanan, tata kelola, manajemen
tepat (Robertson, 2005). Manajemen informasi pengetahuan. Manajemen informasi yang dibahas
Pemerintah Daerah Queensland di Australia dalam paper ini adalah kerangka manajemen data
mempunyai 7 kerangka kerja: manajemen data, dan tata kelola informasi.
record keeping,manajemen aset, penggunaan dan
Tabel 1. Indeks e-government Pemda DIY secara Nasional 2014

Sumber : Ditjen APTIKA


Kondisi eksisting manajemen informasi Pemda dokumen, data dan file secara terpadu dan bersama-
DIY setidaknya dipengaruhi oleh pertama, sama, sehingga masih terjadi kesulitan dalam
kebutuhan data dan informasi yang akurat, cepat, pengelolaan dokumen kearsipan, pemborosan
komprehensif, serta reliabel untuk pembuatan sumber daya, terutama koneksi internet dan
keputusan baik oleh pimpinan maupun pelaksana. kapasitas penyimpanan, serta lambatnya penyiapan
Saat ini data dan informasi yang ada masih sangat informasi strategis untuk pembuatan keputusan.
bervariasi, sebagai contoh, data jumlah penduduk Kebutuhan data dan informasi untuk pembuatan
berbeda-beda, sangant tergantung kepentingan keputusan oleh para pengambil kebijakan belum
instansi yang mengelolanya. Data yang disediakan dapat dipenuhi secara terpadu oleh berbagai sistem
oleh Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan informasi dan teknologi yang dimiliki. Kedua,
dan Keluarga Berencana Nasional, serta Dinas faktor lain yang menjadi penghambat manajemen
Kependudukan dan Pencatatan Sipil sangat informasi yang efektif, adalah pihak yang
bervariasi dan berbeda-beda, baik dari segi kualitas melakukan koordinasi data, informasi dan
maupun kuantitas. Jika data ini digunakan untuk teknologi, serta melakukan penyelarasan proses
pengambilan keputusan maka akan menyebabkan bisnis antar satuan kerja dan instansi Pemda DIY
distorsi yang cukup lebar. Variasi data ini juga lainnya. Untuk itu diperlukan sistem penata
bersumber dari data yang bersumber dari berbagai kelolaan infomasi dan seorang pejabat yang
SKPD dan instansi terkait lainnya. Masalah lain berperan sebagai koordinator. Saat ini kelembagaan
dalam yang terjadi adalah belum adanya manajemen penata-kelolaan informasi di Pemda DIY adalah

39
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

Bidang LTMI, Organisasi PPID Pusat dan tiap unit melihat sesuatu sebagai keseluruhan, bukan
kerja, Plasa informasi, selain itu Pemda DIY juga terpisah-pisah. (Peter, 1996:6). Hakikat berpikir
mempunyai TiMPII DGS yang berfungsi sebagai serbasistem adalah (1) menyederhanakan kerumitan
penggerak transformasi dan inovasi dalam dari kompleksitas dunia nyata tanpa kehilangan inti
pelaksanaan e-government. Sayangnya keempat dari sistem itu sendiri; (2) proses belajar,
lembaga tadi belum bisa bersinergi untuk pembelajaran atau proses pembelajaran (learning
mengintegrasikan manajemen informasi. Pada process) diartikan sebagai proses perubahan untuk
awalnya TiMPII telah bergerak pelan-pelan, ini di mengganti cara berpikir lama dengan cara baru
karenakan kekurangan dukungan dana maupun (Harjosoekarto, 1993:23). Pembelajaran sendiri
semangat. Sementara produk yang dihasilkan adalah berjalan melalui tiga proses, yaitu (a) learning
beberapa wacana telah diperjuangkan oleh TiMPII, howtolearn, proses mempelajari, memahami,
antara lain: pemberian insentif berbasis kinerja, menghayati, dan melaksanakan paradigma baru; (b)
kemudian pentingnya manajemen informasi yang learning how to unlearn, proses mengevaluasi,
terlepas dari manajemen TI. mengendapkan, dan meninggalkan paradigma
Bentuk manajemen data dan tata kelola lama yang tidak sesuai dengan tantangan saat ini;
informasi yang demikian harus dimulai dengan dan (c) learning how to relearn, proses menggali,
perumusan ulang Visi pembangunan Pemda DIY menemukan, dan mendayagunakan kearifan lama
yang berbasiskan kepada konsep JCP dan DGS, yang ternyata bisa memberi kontribusi pemecahan
melakukan revitalisasi prinsip-prinsip manajemen masalah saat ini.
informasi, serta internalisasi kepada seluruh stake Melalui analisis sistem akan dapat dideteksi
holder yang terlibat dalam pengelolaan informasi di faktor penyebab tidak berperannya institusi dalam
Pemda DIY. Secara konseptual bentuk manajemen melaksanakan fungsinya atau terjadinya disfungsi
informasi harus mempunyai aktivitas pengelolaan institusi yang bertugas melaksanakan revitalisasi
secara terintegrasi dan terkoneksi dari level top serta mencari alternatif pemecahan masalah secara
manajer sampai produsen informasi dengan holistik dengan menggunakan mekanisme sistem
kerangka manajemen informasi yang jelas, agar mampu menghindari disfungsi institusi melalui
konsisten, dan efektif. Sehubungan dengan itu, penghapusan struktur dan mekanisme kerja lama
penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian yang kaku dan memberdayakan institusi baru,
ini “Bagaimana Analisis Soft Systems Methodology dengan cara kerja holistik melalui penerapan
dalam Manajemen Data dan Information berpikir kesisteman (systems thinking) sebagaimana
Governance di Pemerintah Daerah DIY. Sementara dikemukakan Metcalfe:
Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuat model If government is to learn to solve new
konseptual manajemen data dan tatakelola problems, it must also learn to create the system for
informasi Pemda DIY yang terkoneksi. doing so and discard the structures and
Berpikir Serba Sistem mechanisms grown up around the problems. The
Berpikir serba sistem merupakan cara berpikir need is not merely to cope with a particular set of
baru dalam memandang permasalahan dengan new problems, or even to discard the organizational

40
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

vestiges of a particular form of governmental salah satu contoh pendekatan metodologi “soft
activity which happen at present to be particularly system” terbukti efektif memecahkan persoalan
cumbersome. It is to design and bring into being the berkaitan dengan perilaku manusia yang irasional,
institutional process through which new problems kompleks dan tidak beraturan (messy). Metode SSM
can be continually be confronted and old structures cocok untuk menganalisis sistem informasi dengan
continually discarded. memfokuskan pada kegiatan pengambilan
Perspektif sistem adalah suatu cara untuk keputusan (Jim Underwoord; 1996). Penggunaan
menjelaskan sesuatu, dimana masing-masing analisis sistem lunak terutama sebagai metode
elemen bekerja sesuai fungsinya dan saling penelitian masalah yang ada dalam sebuah sistem
tergantung antara satu dengan yang lain. Dalam dan juga untuk merencanakan dan menerapkan
perspektif sistem dikenal dua tipe sistem yaitu hard perubahan. Di samping itu Sistem lunak juga dapat
systems dan soft systems. Hard system digunakan untuk mendesain sistem-sistem yang
merepresentasikan suatu model yang mempunyai baru, khususnya sistem-sistem yang agak rumit
tujuan jelas dan dapat diekspresikan secara yang melibatkan aktifitas manusia. Di samping
kuantitatif. Tujuan model dapat digunakan untuk bertujuan memahami hubungan kausalitas antara
memprediksi respon sistem terhadap perubahan berbagai variabel berpengaruh dalam pelaksanaan
dalam lingkungan baik secara deterministik maupun manajemen informasi di Pemda DIY, Sistem lunak
stokastik. Soft systems secara khusus digunakan juga dimanfaatkan untuk menelaah upaya yang
dalam hubungan dengan sistem aktivitas manusia perlu dilakukan agar terjadi perubahan yang dapat
(Human Activity Systems) dimana tujuan sistem mendorong kesadaran berpikir holistik, kreatif dan
harus jelas agar terwujud kesepahaman. Masalah antisipatif sehingga mampu menciptakan perubahan
kesepahaman menjadi persoalan utama yang dapat ke arah yang lebih baik di masa mendatang. Ada
diselesaikan oleh metode sistem lunak atau soft tujuh langkah generik dalam metode SSM atau Soft
systems. Systems Methodology (Chekland and Scholes; 1990:
27)
Methodoloy Sistem Lunak
Soft Systems Methodologies (SSM) sebagai

Gambar 1. Tahapan Soft System Methodology (sumber: Checkland and Scholes)

41
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

Inti proses pendekatan metode SSM adalah Untuk mendapatkan gambaran yang detail dan kaya
dengan membandingkan antara kondisi nyata yang tersebut biasanya dilakukan dengan membuat
ada dengan model kondisi yang seharusnya terjadi. diagram, gambar atau model. Gambaran tersebut
Melalui kajian tersebut selanjutnya dapat dapat menjelaskan hubungan struktur dan proses
menghasilkan pemahaman lebih baik atas kondisi organisasi dikaitkan dengan kondisi lingkungan
yang dijadikan objek penelitian tersebut. Implikasi dimana organisasi tersebut beroperasi;
lebih jauh atas situasi tersebut adalah dihasilkannya
beberapa ide untuk menghasilkan perbaikan melalui Langkah 3: Root Definition dari Sistem yang
sejumlah aksi. Langkah 1: Situasi Masalah yang Relevan, pada langkah ketiga ini, posisi peneliti
Tidak Terstruktur, langkah pertama dalam SSM berada dalam dunia tidak nyata atau dunia abstraksi.
dilakukan dengan melaksanakan ekplorasi masalah. Posisi ini berbeda dengan langkah pertama dan
Eksplorasi masalah dapat dilakukan dengan kedua yang berada di dalam dunia sistem nyata.
wawancara maun atas pengalaman peneliti terhadap Langkah ketiga dapat dikatan merupakan langkah
situasi dunia nyata yang sedang terjadi. Di dalam krusial dan sulit, karena kondisi distorsi dapat
langkah ini, peneliti memiliki sejumlah dugaan terjadi dalam proses perpindahan dunia sistem
tentang situasi yang mungkin terjadi. Dalam proses tersebut. Langkah ini bertujuan untuk menghasilkan
ini, peneliti dapat mengumpulkan sejumlah sejumlah pernyataan atas sejumlah definisi
informasi awal yang dibutuhkan, misalnya sejarah mendasar atau root definition atas berbagai hal yang
kebijakan, organisasi yang terlibat, budaya relevan berkaitan dengan sistem, termasuk
organisasi yang melingkupi organisasi tersebut, tipe merumuskan siapa yang dapat mempengaruhi dan
dan jumlah stakeholders yang berperan, sekaligus terpengaruh sistem tersebut. Selanjutnya, dalam
menggali perspektif dan asumsi-asumsi yang ada. proses analisis logik terhadap pemodelan digunakan
Tujuan dari langkah pertama ini adalah bukan untuk teknik pengecekan dengan CATWOE. Root
mendefiniskan masalah yang ada, tetapi bertujuan definition merupakan model generik dalam bentuk
untuk mendapatkan pemahaman dan gagasan yang suatu proses transformasi dari input menjadi output.
dapat dijadikan parameter sekaligus untuk melihat Input adalah sesuatu yang bisa berwujud maupun
struktur masalah yang ada. Dengan demikian, yang abstrak. Sifat input yang konkrit menghasilkan
melalui langkah ini dapat dihasilkan sejumlah output yang juga harus konkrit. Sedangkan jika
pilihan yang sesuai dan mungkinkan masalah input bersifat abstrak, maka sistem menghasilkan
tersebut mendapatkan solusinya; Langkah 2: output yang juga bersifat abstrak. Inputs dan outputs
Menstrukturkan Masalah, di dalam langkah kedua biasanya lebih baik diekspresikan sebagai kata
peneliti membangun deskripsi lebih detail lagi benda dibandingkan kata kerja. Hal ini disebabkan
terhadap situasi masalah yang sedang dihadapi. karena tindakan tidak dapat ditransformasikan,
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran karena hanya benda yang dapat ditransformasikan
yang kaya (rich picture) atau lebih luas terhadap menjadi sesuatu yang lain.
sejumlah situasi dimana masalah tersebut muncul.

42
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

Tabel 2. Analisis Root Definition (sumber: Lopez; 2001)


C (Customer) Who would be the victims/beneficiaries of the purposeful activity?
A (Actors) Who would do the activities?
T (Transformation Process) What is the purposeful activity expressed as Input ------ -----
Transformation-----------Output?
W (Weltanschauung) What view of the world makes this definition meaningful?
O (Owner) Who could stop this activity?
E (Environmental What constraints in its environment does this system take as given?
Constraints)

Inti root definition adalah mendapatkan proses partisipan membangun struktur sistem yang
transformasi yang dapat merubah input menjadi menjelaskan bentuk sistem dan bagaimana
output. Input adalah sesuatu yang bisa berwujud menghubungkan bagian-bagian yang relevan
atau abstrak, bersifat logik atau fisik. Root seharusnya dapat berfungsi secara ideal dalam
definition bukan merupakan hasil ekspresi sistem tersebut. Pembangunan konsep sistem ini
campuran. Dengan demikian input yang bersifat dimaksudkan untuk memahami aktivitas yang
konkrit juga menghasilkan output yang juga harus diperlukan untuk membuat perubahan sekaligus
konkrit. Sedangkan input yang bersifat abstrak untuk mengkonseptualisasikan konstruk sistem
menghasilkan output yang juga bersifat abstrak. yang mewakili perspektif setiap pemangku
Input dan output tersebut lebih baik diekspresikan kepentinan tentang kebutuhan sistem dan kaitannya
sebagai kata benda dibandingkan kata kerja. Hal ini dengan aktivitas manusia;
disebabkan karena aksi tidak dapat Langkah 5: Perbandingan antara Konsep
ditransformasikan. Hanya benda yang dapat Sistem dan Situasi Masalah Dunia Nyata, langkah
ditransformasikan menjadi sesuatu yang lain kelima dilakukan yaitu melakukan perbandingan
(Milton E. Lopes, 2001:2). Ada lima kriteria antara model sistem hasil abstraksi dan sistem
bagaimana proses transformasi ini sebaliknya nyata. Adanya perbedaan yang muncul dapat
dilaksanakan, yaitu: pertama, efficacy (apakah dijadikan dasar untuk melaksanakan diskusi lebih
langkah yang dilaksanakan [means] mendukung jauh, misalnya berkaitan dengan bagaimana sistem
hasil akhir [the ends]?), kedua, efficiency (apakah yang relevan dapat bekerja, bagaimana sistem
sumberdaya yang penting dan minimum tersebut seharusnya bekerja atau apa kemungkinan
diperhatikan?), ketiga, effectiveness (apakah proses implikasi yang muncul. Tahap kelima ini
transformasi dapat membantu memepertahankan merupakan kesempatan bagi partisipan untuk
tujuan untuk jangka panjang dan ada kaitannya mengkaji ulang atas asumsi-asumsi yang sudah
dengan outputs?), keempat, ethicality (apakah dibangun; Langkah 6: Menentukan Perubahan,
proses transformasi berjalan secara etis?), dan hasil langkah kelimah adalah model sistem yang
kelima, elegance (apakah proses transformasi telah sudah disepakati sebagai gambaran ideal dunia
dijalankan dengan memenuhi aspek estetika?); nyata. Langkah berikutnya yaitu langkah enam
Langkah 4: Membangun Model Konseptual, pada adalah identifikasi kemungkinan sejumlah
langkah keempat, peneliti bersama dengan perubahan yang mungkin, yang didasari atas

43
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

kebutuhan dan fisibilitas. Perubahan yang Penelitian mengenai Analisis Soft System
dibutuhkan artinya apakah perubahan tersebut Methodology (SSM) untuk Excellent Service
secara teknik merupakan sebuah kondisi yang Management dengan studi kasus pada Speedy
semakin baik, sedangkan perubahan yang fisibel PT.Telkom Divre III di Jabar dan Banten oleh
adalah apakah secara budaya perubahan tersebut Patria Kurnia Gati, Mahmud Imrona, dan Shaufiah
cocok. Perubahan tersebut mencakup tiga hal, yaitu: dari Fakultas Informatika Institut Teknologi
perubahan struktur, perubahan prosedur dan Telkom, Bandung, pada tahun 2010, menemukan
perubahan sikap; dan Langkah 7: Melakukan tesis bahwa SSM bisa digunakan untuk
Tindakan Solusi Masalah, langkah ketujuh atau mendefinisikan masalah yang tidak terstruktur dari
terakhir dari SSM adalah melakukan tindakan service speedy. Dari masalah yang tidak terstruktur
perbaikan. Perubahan yang dibutuhkan dan itu dapat dibuat sebuah model konseptual yang bisa
memungkinkan yang telah diidentifikasi pada diimplementasikan dengan sistem pembuatan
langkah keenam, selanjutnya diimplementasikan keputusan untuk membantu dalam pengelompokan
pada langkah ketujuh ini. Proses implementasi ini pelanggan berdasarkan kelasnya. Kemudian
mencakup sejumlah langkah, antara lain: i) siapa penelitian mengenai analisis SSM dalam
yang akan bertanggungjawab dalam aksi; ii) dimana pengelolaan daerah aliran sungai, studi pada sungai
dan kapan aksi itu akan dilaksanakan; dan iii) Citarum Jawa Barat oleh Sam’un Jaja Raharja
bagaimana dengan penjadualan kegiatan termasuk (2010) yang berhasil mengidentifikasikan semua
kaitannya dengan alokasi sumberdaya dan area instansi dan organisasi yang terlibat dalam
perbaikan yang penting. pengelolaan sungai citarum menunjukkan komitmen
Penelitian mengenai SSM banyak digunakan dan stamina yang rendah. Komitmen dan stamina
untuk melakukan perancangan sistem, baik untuk yang rendah disebabkan oleh, pertama, belum
sistem elektronik ataupun sistem yang digunakan adanya sense of belonging yang tinggi terhadap
untuk melakukan perubahan pola-pola manajemen pengelolaan sungai, dan kedua, tidak ada satu pun
kerja, penelitian tersebut diantaranya adalah: Kajian dari stakeholder yang terlibat menjalankan peran
Penerapan Aplikasi Open Source di Perguruan mengawal komitmen, sehingga tidak ada jaminan
Tinggi dengan pendekatan Soft System Methodology setiap stakeholder konsisten menjalankan
yang mengambil studi kasus dalam pengembang kesepakatan bersama.
software akademik sisfokampus, yang ditulis oleh
Sofian Lusa dan Mario Iskandar dari laboratorium METODE
e-government Universitas Indonesia pada tahun
Penelitian ini menggunakan metode systems
2010. Fokus dari penulisan ini adalah untuk
thinking atau berfikir serba sistem. Hal ini
mengindentifikasi tantangan dan permasalahan yang
dikarenakan: (1) cara berpikir serba sistem dengan
kongkret terjadi sebagai pembelajaran yang
melihat atau merenungkan sesuatu sebagai
memberikan gambaran holistik mengenai praktek
keseluruhan, bukan hanya bagian terpisah (Senge,
pengembangan dan penerapan software open
1996: 6); (2) perubahan mindset dalam memandang
source, bisnis model, dan solusinya di Indonesia.

44
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

permasalahan secara sistemik dengan tiga prinsip methodology (SSM) adalah proses penelitian
utama, yaitu openness, inter relationship, dan inter sistemik yang dalam pelaksanaannya menggunakan
dependence (Haines, 1988: 2-4). model-model sistem (Chekland, 1990:26).
Tujuan penelitian ini adalah pemecahan Pengembangan model sistem aktivitas manusia
masalah melalui proses pembelajaran (learning tersebut dilakukan dengan tahapan melakukan
process) dalam rangka memecahkan masalah dari penggalian atas permasalahan yang tidak
penggunaan sistem lama ke sistem baru terstruktur, mendiskusikannya secara intensif
(Hardjosoekarto, 2003:43) dengan menggunakan dengan pihak terkait dengan penyelesaian masalah,
pendekatan berpikir serba sistem. Penerapan membandingkan konsep systems thinking dengan
metodologi ini didasarkan atas pemahaman atau real world, dan melakukan penyelesaian masalah
pandangan yang dipengaruhi oleh situasi masalah secara bersama.
yang dipersepsikan dan pandangan partisipan Adapun data penelitian ini dikumpulkan
tentang solusi yang feasibel atau yang dapat dengan wawancara dan diskusi stakeholder (FGD).
dilaksanakan dan yang diinginkan atau desirabel. Dalam diskusi terungkap data tentang relasi yang
Proses SSM sendiri hanya bersifat pembelajaran. terjadi dalam pengelolaan, pemahaman, dan gagasan
Hasil dari proses tersebut diwujudkan dalam bersama stakeholder tentang manajemen data dan
bentuk sejumlah kriteria ”sukses” perbaikan atas informasi di Pemda DIY. Untuk merumuskan
situasi masalah sebagaimana dirasakan orang- definisi dasar permasalahan, digunakan teknik
orang yang terlibat di dalamnya. yang dirumuskan oleh Chekland dalam akronim
Berdasarkan hal itu, penelitian dengan CATWOE (Customers, Actors, Transformation
menggunakan metodologi sistem lunak termasuk process, World View, Owners, Environmental
ke dalam metode penelitian kualitatif. Soft systems Constraints).

Tabel 3. CATWOE Pengelolaan Informasi Pemda DIY


Akronim Deskripsi Rincian
Customer Seluruh pengguna serta pemanfaat manajemen data dan  Pengambil kebijakan
tata kelola informasi di Pemda DIY  Karyawan Pemda DIY
 Masyarakat
Actor Para pihak yang berperan dalam perumusan dan  Kepala Dinas Kominfo DIY selaku PPID
pelaksanaan manajemen data dan tata kelola informasi di  Unit TI Satker
Pemda DIY  Bidang LTMI Dishubkominfo
Transformation Aktivitas atau proses konversi masukan-masukan menjadi  PPID
keluaran dalam bentuk kebijakan manajemen data dan tata  Bagian Manajemen Informasi
kelola informasi di Pemda DIY  Bagian TI Instansi
 OPID Pembantu
World View Persepsi dan pandangan terhadap manajemen data dan tata  PPID
kelola informasi di Pemda DIY  Bagian Manajemen Informasi
 Bagian TI Stker
Owner Pihak yang memegang kendali utama dalam manajemen  Gubernur DIY
data dan tata kelola informasi di Pemda DIY  Kepala Dinas Hubkominfo selaku PPID
Environment Paradigma government centricity dan island information  OPID
 Bagian Teknologi Informasi
 Dinas HubKominfo

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan, merupakan suatu kesatuan simultan (Creswell,


penginterpretasian, dan penganalisisan data 1994: 153). Analisis hasil wawancara dilakukan

45
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

dengan cara mengidentifikasi tema atau isu yang o Strategi manajemen data diterjemahkan oleh
muncul. Berdasarkan data hasil wawancara, setiap unit kerja secara berbeda karena
kemudian disusun secara sistematis permasalahan- berdasarkan persepsi unit kerja yang dibatasi
permasalahan yang muncul. Ringkasan oleh Tupoksinya masing-masing. Sebuah
permasalahan tersebut diajukan kepada para argumentasi yang rasional jika format data dan
stakeholder pada diskusi stakeholder (focus group model data milik Pemda DIY tidak ada.
discussion). Seluruh hasil analisis data yang o Perbedaan persepsi semakin menguat ketika
bersumber dari wawancara dan FGD kemudian setiap unit kerja dipengaruhi oleh kepentingan
dianalisis dengan enam tahapan dalam soft systems tertentu yang bisa bersifat temporal, misalnya
methodology. karena kewenangan kepemilikan data adalah
suatu yang sangat penting, seperti jargon

HASIL DAN PEMBAHASAN “information is power”. Ada semacam kesulitan


mengembangkan budaya berbagi informasi dan
Penerapan SSM dalam Manjemen Data dan Tata
kewenangan dalam menjalankan tugas
Kelola Informasi Pemda DIY
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat
Permasalahan dalam manajemen informasi di
karena setiap informasi dan kewenangan berarti
Pemda DIY di dominasi serta berkaitan dengan
masalah pengelolaan data dan informasi di masing- hegemoni kekuasaan dan sumber penghasilan

masing unit kerja maupun Pemda DIY secara tambahan pegawai (Prasojo: 2015). Kondisi ini

keseluruhan. Secara umum permasalahan tersebut semakin menguatkan perbedaan kepentingan


terbagi dalam permasalahan yang saling terkait, dalam proses manajemen data, sehingga tidak
yaitu: (a). apa dan mengapa terjadi permasalahan; ada pembagian kerja seperti format manajemen
(b). apa yang perlu dilakukan; dan (c). Bagaimana data
permasalahan itu dapat dipecahkan. o Pengambilan data yang tidak terstandar akan
menimbulkan kualitas dan integritas data yang
Pertama, berkaitan dengan masalah duplikasi data,
tidak terjamin sehingga mengakibatkan
ini menjelaskan adanya kondisi bahwa aktivitas
Informasi yang disediakan oleh setiap unit kerja
manajemen data masih menghasilkan data yang
dapat berbeda-beda. sehingga akan
sangat bervariasi dan berbeda walaupun tujuan yang
menyebabkan distorsi yang cukup lebar untuk
sama. Implikasi dari duplikasi data telah
sumber pembuatan keputusan.
menimbulkan beberapa masalah. Paling tidak lima
o Tidak adanya gudang data yang terpadu
masalah umum yang timbul, yaitu:
menjadikan masalah manajemen data menjadi
o Setiap unit kerja yang terlibat dalam
semakin sistemik.
pengumpulan data di Pemda DIY merasakan
Kedua, berkaitan dengan masalah tidak optimalnya
tidak adanya tipe, format data, dan model data
tata kelola informasi ini menjelaskan adanya
yang sama untuk melakukan perencanaan,
kondisi bahwa belum terlihatnya aktivitas tata
pengumpulan, dan pengolahan data
kelola informasi di Pemda DIY untuk peningkatkan
peran setiap satuan kerja dalam pencapaian kualitas

46
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

informasi dan koordinasi dalam manajemen siapa-siapa pihak yang terlibat dalam masalah dan
informasi. Implikasi dari belum optimalnya tata penyelesaiannya.
kelola informasi telah menimbulkan beberapa
Model Konseptual Manajemen Data Pemda DIY
masalah. Paling tidak empat masalah umum yang
Masalah pertama yang manajemen informasi
timbul, yaitu:
Pemda DIY adalah adanya keragaman perspektif
 Arsitektur Informasi yang telah disusun dalam
dan kepentingan dengan kecenderungan ego
konsep Jogja Cyber Province (JCP) tidak
sektoral dalam pengelolaan data di unit-unit kerja
terimplementasikan dengan baik, sehingga
Pemda DIY, sehingga mengakibatkan permasalahan
pembagian peran dan tanggung jawab antar unit
manajemen data, seperti kepemilikan data yang
kerja dalam aktivitas manajemen informasi
menjadi milik unit kerja, duplikasi, tidak valid dan
belum bisa dijalankan sesuai konsep JCP
realibelnya data, serta kualitas data yang kurang
 Setiap unit kerja yang terlibat dalam manajemen
terjaga. Untuk itu, pihak-pihak berkepentingan
informasi di Pemda DIY merasakan tidak
dalam manajemen data di Pemda DIY, harus
adanya koordinasi dalam perolehan,
melakukan perubahan atau transformasi sistemik.
pengelolaan, dan distribusi informasi.
Bentuk transformasinya yaitu membangun suatu
 Belum adanya tata kelola informasi di Pemda
sistem untuk memadukan/ mengintegrasikan
DIY membuat peran setiap satuan kerja yang ada
pengelolaan data digital guna mengatasi tidak
dalam pencapaian kualitas informasi,
terintergrasikannya data dengan baik, format data
peningkatkan kualitas pengelolaan informasi,
yang tidak kompatibel, dan tidak saling mengacu
penjagaan ketersediaan dan keamanan informasi
pada data unit yang lain yang berorintasi pada
tidak efektif.
kolaborasi dan interoperabilitas.
Hasil wawancara telah menghasilkan eksplorasi
Client/Customers pada definisi sistem
masalah-masalah yang ada di lapangan menurut
permasalahan manajemen data pengelolaan
nara sumber. Pada saat melakukan eksplorasi
informasi digital Pemda DIY adalah para pegawai
tersebut, setiap narasumber memberikan
Pemda DIY, masyarakat yang membutuhkan data-
argumentasi atas persepsinya terhadap suatu
data mengenai Pemda DIY, serta Pengambil
masalah. Melalui argumentasi tersebut dapat digali
Keputusan di Pemda DIY. Sebagai klien menurut
cara pandang (worldview atau weltanschaung)
CATWOE wajib menerima semua konsekuensi atas
terhadap masalah manajemen informasi di Pemda
pengelolaan data digital atau manajemen data,
DIY, dan pendapatnya terhadap tindakan-tindakan
seperti model data, integrasi data, duplikasi data,
yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah
maupun kualitas data yang telah ditetapkan.
tersebut. Persepsi narasumber digali melalui teknik
Sementara Integrator Data adalah Bidang Layanan
menstrukturkan masalah yang dikembangkan di
Teknologi dan Manajemen Informasi (LTMI) Dinas
dalam SSM. Teknik tersebut dikenal sebagai
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika, selaku
CATWOE, dimana di dalamnya memuat rumusan
pengelola Apliksi dan pengelola Manajemen
sistem masalah (root definition) yang merumuskan
Informasi unit kerja merupakan unit kerja yang

47
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

terlibat dalam integrasi data digital di Pemda DIY nomenklatur Assekda II bidang Informasi dan
berperan sebagai actor. Actor terbagi dalam dua Umum). Komitmen dan pemahaman atas
lapisan, yaitu Integrator data yang merupakan manajemen data dan peran masing-masing unit
pengelola integrasi data merupakan bagian dari unit kerja dalam pengelolaan data yang cenderung ego
khusus pengelola manajemen informasi yang sektoral, terutama dalam proses perencanaan,
berkedudukan di Kompleks Kepatihan atau pusat pengumpulan, dan kepemilikan data yang menjadi
pengelola data, di bawah mandat Biro manajemen kewenangan Kepala Satuan Kerja masing-masing,
informasi (perluasan dari Biro Umum, Humas, dan sehingga proses Manajemen Data di Pemda DIY
Protokol sekarang) yang merupakan bagian dari tidak terintegrasi dengan baik dan kualitas datanya
Sekretariat Daerah. Sementara pengelola unit kerja tidak terjamin. Faktor inilah barangkali yang
adalah pengintegrasian antara Pejabat Pengelola menjadikannya sebagai salah satu hambatan
Infomasi dan Dokumentasi (PPID) dengan (environmental constraint) dalam manajemen data
pengelola teknologi informasi di masing-masing di Pemda DIY. Tarnsformasi yang diinginkan oleh
unit kerja, kedua pengelola ini dilebur menjadi stake holder dalam manajemen data di Pemda DIY
pengelola manajemen informasi di masing-masing adalah terwujudnya manajemen data yang
unit kerja yang bertugas merencanakan, terintegrasi dan berkualitas dengan menggunakan
mengumpulkan, mengolah, mengintegrasikan aplikasi. Sementara weltanschaung dalam
dengan Integrator data, menyajikan dan melayani CATWOE manajemen data adalah tersusunnya
permintaan informasi, menyimpan, dan prosedur pengelolaan data untuk membuat pola
memusnahkan data dan informasi unit kerja kerja yang melembaga antar unit kerja dan dengan
Berkaitan dengan manajemen data di Pemda DIY, unit khusus manajemen informasi. keterpaduan
owners dari definisi sistem permasalahan antara integrator data, aplikasi, dan prosedur
manajemen data di Pemda DIY adalah Government diharapkan bisa menghasilkan manajemen data
Chief Information Officer/ PPID Pemda DIY yang terintegrasi sesuai keinginan partisipan FGD.
idealnya menurut masukan partisipan adalah Selanjutnya definisi sistem permasalahan dalam
Asisten Sekretaris Daerah (Assekda II dengan Manajemen Data dijabarkkan dalam tabel dibawah:

Tabel 4. Definisi Sistem Permasalahan Manajemen Data


Root Definition: Suatu sistem untuk memadukan/ mengintegrasikan pengelolaan data dijital guna mengatasi
tidak terintergrasikannya data dengan baik, format data yang tidak kompatibel, dan tidak saling
mengacu pada data unit yang lain yang berorintasi pada kolaborasi dan interoperabilitas
Customer Pengambil Keputusan di Pemda DIY
Actor Integrator Data (LTMI selaku pengelola Apliksi), Pengelola TI unit kerja, TiMPII
Transformation Terwujudnya manajemen data yang terintegrasi dan berkualitas dengan menggunkakan
Aplikasi
Weltanschaung Tersusunnya prosedur pengelolaan data untuk membuat pola kerja yang melembaga antar
unit kerja dan dengan Unit Khusus Manajemen Informasi
Owner Government Chief Information Officer/ PPID
Environment Komitmen dan pemahaman atas manajemen data dan peran masing-masing unit kerja
dalam pengelolaan data yang cenderung ego sektoral

48
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

Pembangunan model konseptual ditujukan tersebut.


untuk menggambarkan situasi permasalahan yang Aktivitas penting pertama yang dilakukan
terjadi. Jalan keluar dari permasalahan dalam model adalah “menyegarkan kembali forum pengelola
konseptual merupakan transformasi dari root informasi digital/ pengelola DGS, yang terdiri dari
definition model konseptual Manajemen data di para pengguna dan pelaku dari sistem permasalahan
Pemda DIY. Dengan pendekatan kerangka berpikir Manajemen Data, yaitu: Bidang LTMI, PPID,
serbasistem solusi masalah manajemen data dapat Bappeda, BKPM, Dinas Pariwisata, DPPKA.
dilakukan dengan pembuatan model konseptual. Konsteks forum yang terfokus dalam artian sebagai
Model konseptual manajemen data ini menjelaskan kesatuan kelompok-kelompok organisasional yang
suatu sistem transformasi, dimana tujuannya adalah terikat dengan kesatuan kepentingan jangka pendek
untuk memadukan visi dan kepentingan bersama maupun panjang di dalam manajemen data Pemda
dalam suatu grand strategy untuk melakukan DIY. Arti kelompok ini menjadi penekanan untuk
pengelolaan data digital di Pemda DIY yang mengangkat konsteks hubungan multi organisasi
mampu mewujudkan Connected Government. Ada yang melibatkan baik instansi eksekutor, suport,
tujuh aktivitas utama dan empat aktivitas maupun regulasi di Pemda DIY
monitoring yang diperlukan untuk mencapai tujuan

Gagasan/ keinginan
untuk membuat
Manajemen Data
terkoneksi Mengumpulkan
kembali
pengelola data
digital di Pemda
DIY
Mengeloborasi fungsi
Identifikasi peran dan Membangun LTMI dan Seksi
kepentingan pengelola mengembangkan Informasi dan Teknologi
data dan teknologi perspektif sistem di setiap unit kerja
informasi di Pemda DIY connected
governmen

Menilai hambatan Membangun kesamaan


dan tantangan dan kepaduan Visi
tentang integrasi data
dinamika
Manajemen Data

Membuat roadmap
integrasi data dan
perangkat Gudang data
Pemda DIY

Mengembangkan
Frame Work
Kontroling

Monitor Aktivitas

Kerjasama
Pengendalian

Gambar 2. Model Konseptual Manajemen Data Pemda DIY

49
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

Aktivitas penting pertama yang dilakukan Discussion yang berkenaan dengan pengembangan
adalah “menyegarkan kembali forum pengelola cara berpikir sistem.
informasi digital/ pengelola DGS, yang terdiri dari Aktivitas keempat adalah ”mengelaborasi
para pengguna dan pelaku dari sistem permasalahan peran dan fungsi Bidang LTMI sebagai integrator
Manajemen Data, yaitu: Bidang LTMI, PPID, data dan Seksi Informasi dan Teknologi (Di setiap
Bappeda, BKPM, Dinas Pariwisata, DPPKA. instansi Pemda DIY mempuyai unit pengelolaan
Konsteks forum yang terfokus dalam artian sebagai informasi dan Teknologi), sebagai produsen dan
kesatuan kelompok-kelompok organisasional yang penatalaksana data digital”. Elaborasi peran ini
terikat dengan kesatuan kepentingan jangka pendek dimaksudkan bahwa setelah identifikasi peran dan
maupun panjang di dalam manajemen data Pemda kepentingan, aktivitas pertama, maka diperlukan
DIY. Arti kelompok ini menjadi penekanan untuk semacam penyesuaian peran dengan
mengangkat konsteks hubungan multi organisasi menginterpretasi ulang tupoksi dari unit kerja
yang melibatkan baik instansi eksekutor, suport, tersebut. Interpretasi ulang ini didasarkan pada
maupun regulasi di Pemda DIY pemahaman bahwa setiap pihak produsen dan
Aktivitas kedua adalah ”mengidentifikasi peran penata laksana data berada dalam satu sistem
dan kepentingan pemangku kepentingan pengelola manajemen data yang terintegrasi di Pemda DIY.
data digital dan teknologi informasi di Pemda DIY”. Langkah kelima adalah ”membangun kesepahaman
Identifikasi ini penting untuk memetakan baik peran dan kepaduan visi mengenai manajemen informasi
yang bisa diambil oleh masing-masing pihak yang terintegrasi”. Aktivitas ini penting dilakukan
maupun kepentingan riil dari setiap pihak. Dengan mengingat hasil elaborasi dan pengembangan
berangkat dari kepentingan dan peran yang jelas, perspektif sistem masih perlu dikerangka-kan dalam
maka upaya untuk memadukan langkah kerja hubungan relasional yaitu membangun
menuju manajemen informasi yang terintegrasi kesepahaman dan kepaduan visi. Aktivitas ini lebih
akan lebih terarah. Aktivitas ketiga adalah menyerupai sebagai aktivitas membuat kesepakatan
”membangun dan mengembangkan persperpektif untuk terikat pada kesatuan visi bersama.
sistemik dalam kerangka manajemen informasi Langkah keeam adalah ”menilai hambatan dan
yang terintegrasi”. Aktivitas ini dilakukan guna tantangan dinamika mengintegrasikan semua data
memadukan berbagai kepentingan dan peran unit-unit kerja menjadi terkoneksi.” Penilaian ini
tersebut. Kata kunci dari aktivitas ini adalah merupakan prasyarat untuk menyiapkan
membangun kesadaran bahwa setiap pihak pengembangan grand stragey revitalisasi
merupakan bagian integral dari suatu visi besar manajemen data di Pemda DIY. Penilaian dilakukan
untuk mewujudkan Jogja Cyber Province serta dengan mempertimbangkan berbagai faktor pokok
mencapai tujuan manajemen informasi yang berkenaan dengan kekuatan, kelemahan, hambatan
terintegrasi di Pemda DIY. Kesadaran dibangun atau ancaman, dan peluang. Aktivitas keenam dan
melalui aktivitas sharing atau dialog yang kelima yang telah usai dilakukan menjadi dasar
terstruktur maupun melalui Focus Group untuk aktivitas ”membangun grand strategy
integrasi data menuju konsep connected

50
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

government.” Aktivitas ini menjadi keluaran dari informasi di Pemda DIY, hal ini mengakibatkan
model konseptual yang dibangun atas dasar permasalahan mengenai belum jalannya konsep
kepaduan pandangan dan kepentingan semua unit Digital Government Service (DGS) dengan baik
kerja dan instansi dalam cara berpikir holistik atau serta manajemen informasi Pemda DIY yang masih
sistemik. lemah. Untuk itu, pihak-pihak berkepentingan
Ada empat aktivitas pendukung untuk dalam tata kelola informasi di Pemda DIY, harus
memastikan model ini berjalan sebagaimana yang melakukan perubahan atau transformasi sistemik.
menjadi tujuannya. Aktivitas tersebut adalah Bentuk transformasinya yaitu membangun suatu
”memonitor aktivitas.” Kegiatan monitoring ini sistem untuk menghasilkan leading sektor
harus menjadi bagian aktivitas yang tidak boleh (government chief information office Pemda DIY)
tidak harus ada. Namun untuk menjamin aktivitas yang melakukan penatalaksanaan, pengendalian dan
monitoring ini berjalan tanpa mengganggu sistem pengarahkan kebijakan, arsitektur informasi, dan
yang ada, maka diperlukan kegiatan yaitu membuat manajemen informasi dengan orientasi menuju
”persetujuan kerja sama dalam pengendalian”. connected government.
Persetujuan ini diperlukan untuk mengurangi Client/Customers pada definisi sistem
perbedaan mendasar dari masing-masing fungsi dan permasalahan tata kelola informasi Pemda DIY
tugas dalam melakukan implementasi integrasi adalah produsen Informasi, pengelola OPID unit
maupun fungsi utamanya, sehingga tidak kerja, pengelola TI unit kerja, dan pengambil
menimbulkan tumpang tindih maupun perbedaan keputusan di Pemda DIY. Sebagai klien menurut
visi. Guna menukung aktivitas monitoring juga CATWOE wajib menerima semua konsekuensi atas
perlu dibuat ”pengembangan kriteria kepaduan tata kelola informasi yang telah ditetapkan.
visi/kerangka kerja”. Kriteria ini menjadi landasan Sementara Unit Khusus Manajemen Informasi yang
evaluasi kinerja terhadap sistem yang dibangun. akan melekat pada Biro Umum Humas dan Protokol
Kriteria yang dibuat harus didasarkan pada (UHP), GCIO, TiMPII berperan sebagai actor.
karakteristik sistemik. Selanjutnya, melalui kriteria TiMPII adalah sebuah kelompok manajemen
dan persetujuan kerja sama dalam pengendalian, perubahan yang akan menuntuk proses perubahan
aktivitas melakukan pengendalian dilakukan secara dengan mengadopsi proses transformasi teknologi
terstruktur dan terorganisir. informasi pada sistem kerja di Pemda DIY.
Ownersnya adalah Gubernur DIY. Pemahaman
Model Konseptual Tata Kelola Informasi penafsiran yang sempit mengenai Connected
dalam Manajemen Informasi Pemerintah Government, UU KIP & tuntutan masyarakat
DIY mengenai keterbukaan informasi publik adalah
faktor yang menjadi penghambat (environmental
Masalah kedua manajemen informasi Pemda
constraint) dalam keamanan informasi di Pemda
DIY adalah tata kelola informasi yang lemah
DIY. Tarnsformasi yang diinginkan oleh stake
dikarenakan belum adanya prosedur, strategi,
holder dalam tata kelola informasi di Pemda DIY
perencanaan, dan proses dalam pengelolaan
adalah terwujudnya kelembagaan manajemen

51
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

informasi Pemda DIY yang mengikat semua pihak. dengan Unit Khusus Manajemen Informasi dalam
Sementara weltanschaung dalam CATWOE tata hal ini adalah Biro UHP sebagai leading sector.
kelola informasi adalah tersusunnya prosedur Selanjutnya definisi sistem permasalahan dalam
pengelolaan manajemen informasi untuk membuat penggunaan dan akses informasi dijabarkan dalam
pola kerja yang melembaga antar unit kerja dan tabel dibawah:

Tabel 5. Definisi Sistem Permasalahan Tata Kelola Informasi


Root Definition: Suatu sistem untuk menghasilkan leading sector (government chief information office Pemda
DIY) yang melakukan penatalaksanaan, pengendalian dan pengarahkan kebijakan, arsitektur
informasi, dan manajemen informasi dengan orientasi menuju connected government
Customer Produsen Informasi, Pengelola PPID unit kerja, Pengelola TI unit kerja, Masyarakat,
Pengambil Keputusan
Actor Unit Khusus Manajemen Informasi, GCIO, TiMPII
Transformation Terwujudnya kelembagaan manajemen informasi Pemda DIY yang mengikat semua pihak
Weltanschaung Tersusunnya prosedur pengelolaan manajemen informasi untuk membuat pola kerja yang
melembaga antar unit kerja dan dengan Unit Khusus Manajemen Informasi
Owner Gubernur
Environment Pemahaman penafsiran yang sempit mengenai UU KIP & Tuntutan Masyarakat mengenai
keterbukaan informasi publik

Pembangunan model konseptual ditujukan Aktivitas penting pertama yang dilakukan


untuk menggunakan pendekatan kerangka berpikir adalah “Mengidentifikasi Isu pengelolaan informasi
serba sistem solusi masalah tata kelola informasi yang tersentral pada CIO”, yang terdiri dari para
sehingga dapat dilakukan dengan pembuatan model pengguna dan pelaku dari sistem permasalahan
konseptual. Model konseptual tata kelola informasi Manajemen Data, yaitu: Bidang LTMI, TiMPII-
ini menjelaskan suatu sistem transformasi, dimana DGS, OPID, OPID Pembantu, dan pengelola DGS,
tujuannya adalah untuk memadukan visi dan serta Pengelola teknologi informasi instansi.
kepentingan bersama dalam suatu grand strategy Aktivitas ini harus memperjelas pengaturan,
untuk melakukan manajemen informasi di Pemda pengelolaan, dan pelaksanaan kegiatan manajemen
DIY yang mampu mewujudkan manajemen informasi Pemda DIY yang dimulai dari tingkat
informasi yang terintegrasi. Ada tujuh aktivitas organisasi sampai dengan tingkat individu, aktivitas
utama dan tiga aktivitas monitoring yang diperlukan ini akan membicarakan tentang peran dan tanggung
untuk mencapai tujuan tersebut. jawab pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
pengelolaan informasi yang terpusat.

52
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

Gagasan/ keinginan
untuk membuat
Government Chief
Information Officer di
Pemda DIY
Mengidentifikasi Isu
pengelolaan informasi yang
tersentral pada CIO

Menggali komitmen
Melakukan Membangun dan stake holder untuk
Revitalisasi fungsi dan mengembangkan sentralisasi
peran PPID dan Unit perspektif sistem penatalaksanaan
TI di masing-masing connected manajemen informasi
Unit Kerja governmen

Merumuskan Arsitektur dan Merumuskan regulasi


Frame Work Informasi dan prosedur
dengan perspektif yang mengenai Information
baru Governance di Pemda
DIY

Membuat roadmap penatalaksanaan


informasi, transisi dari kondisi
eksisting dan merekomindasi Asekda
Bidang Informasi/ GCIO dan membuat
UKMI

Melakukan
Kontrol

Monitor Aktivitas

Membangun Kriteria: efektif,


terbuka, dan terhubung

Gambar 3. Model Konseptual Tata Kelola Informasi Pemda DIY

Aktivitas kedua adalah ” Melakukan Unit Manajemen Informasi instansi yang akan
Revitalisasi fungsi dan peran PPID dan Unit TI di bertugas untuk menjaga ketersediaan informasi,
masing-masing Unit Kerja”. Aktivitas ini menjaga kualitas serta kemanan informasi yang
melakukan revitalisasi terhadap pengelola informasi dihasilkannya. Selain itu, penetapan klasifikasi
yang ada di masing-masing instansi. Ke depan PPID perolehan informasi dan juga pengkinian terhadap
dan unit TI masing-masing instansi akan menjadi

53
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

informasi-informasi yang dihasilkan adalah menjadi pencapaian kualitas informasi, meningkatkan


tugas dari unit ini. kualitas pengelolaan informasi, menjaga
Aktivitas ketiga adalah ”membangun dan ketersediaan dan keamanan informasi, serta
mengembangkan persperpektif sistemik dalam meningkatkan koordinasi dalam perolehan,
kerangka manajemen informasi yang terintegrasi”. pengelolaan, dan distribusi informasi. Information
Aktivitas ini dilakukan guna memadukan berbagai governance pada dasarnya berisi penjelasan tentang
kepentingan dalam penatalayanan informasi yang peran dan tanggung jawab unit kerja dalam aktivitas
merupakan salah satu peran manajemen informasi manajemen informasi, dan hal ini baru bisa berjalan
di Pemda DIY. Kata kunci dari aktivitas ini adalah setelah arsitektur informasinya telah siap dan selesai
membangun kesadaran bahwa setiap pihak disusun. Aktivitas keenam dan kelima yang telah
merupakan bagian integral dari suatu visi besar usai dilakukan menjadi dasar untuk aktivitas
manajemen informasi yang terintegrasi Pemda DIY. ”Membuat roadmap penatalaksanaan informasi,
Forum manajemen informasi harus mewadahi dan transisi dari kondisi eksisting dan merekomindasi
sebagai sarana penyelesaian apabila terjadi masalah Asekda Bidang Informasi/ GCIO dan membuat
dalam teknis pelaksanaan manajemen informasi UKMI.” Aktivitas ini menjadi keluaran dari model
Pemda DIY. Aktivitas keempat adalah ”Menggali konseptual yang dibangun atas dasar kepaduan
komitmen stake holder untuk sentralisasi pandangan dan kepentingan semua unit kerja dan
penatalaksanaan manajemen informasi”. Elaborasi instansi dalam cara berpikir holistik atau sistemik.
peran ini dimaksudkan untuk melakukan koordinasi Ada tiga aktivitas pendukung untuk
yang terpusat dalam manajemen informasi. memastikan model ini berjalan sebagaimana yang
koordinasi adalah bentuk berbagi sumber daya dan menjadi tujuannya. Aktivitas tersebut adalah
memformalkan keterkaitan antar kelompok dengan ”memonitor aktivitas.” Kegiatan monitoring ini
sentralisasi pengambilan keputusan dan harus menjadi bagian aktivitas yang tidak boleh
memfokuskan pada isu-isu yang dibahas. tidak harus ada. Namun untuk menjamin aktivitas
Langkah kelima adalah ”Merumuskan monitoring ini berjalan tanpa mengganggu sistem
Arsitektur dan Frame Work Informasi dengan yang ada, maka diperlukan kegiatan yaitu membuat
perspektif yang baru”. Aktivitas ini penting ”kontrol”. Kontrol ini diperlukan untuk mengurangi
dilakukan mengingat arsitektur informasi perbedaan-perbedaan mendasar dari masing-masing
merupakan kerangka dasar pengelolaan informasi fungsi dan tugas dalam melakukan implementasi
Pemda DIY, hal dibuat sebagai arah atau panduan integrasi maupun fungsi utamanya, sehingga tidak
dalam perencanaan dan pengembangan informasi menimbulkan tumpang tindih maupun perbedaan
untuk memastikan agar seluruh informasi yang ada visi. Guna menukung aktivitas monitoring juga
dalam seluruh instansi dapat terintegrasi. Langkah perlu dibuat ”pengembangan kriteria kepaduan
keenam adalah ”Merumuskan regulasi dan prosedur visi/kerangka kerja”. Kriteria ini menjadi landasan
mengenai information governance di Pemda DIY.” evaluasi kinerja terhadap sistem yang dibangun.
Rumusan dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan Kriteria yang dibuat harus didasarkan pada
peran setiap instansi di Pemda DIY dalam karakteristik sistemik. Selanjutnya, melalui kriteria

54
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

dan persetujuan kerja sama dalam pengendalian, sebagai Provinsi Dijital atau JCP dan dengan
aktivitas melakukan pengendalian dilakukan secara melakukan pelayanan publik berbasis elektronik
terstruktur dan terorganisir. atau DGS, tidak berhenti pada tataran konseptual
Analisis berfikir serba sistem pada saja. Pemda DIY juga melengkapinya dengan
manajemen informasi di Pemda DIY menunjukkan pembuatan kelembagaan seperti TiMPII-DGS dan
ciri-ciri tidak sistemik dan ciri-ciri organisasi Organisasi Pengelola Informasi dan Dokumentasi,
yang mengalami ketidakmampuan belajar (a). baik di tingkat Provinsi maupun pembantu, di
Setiap stakeholder cenderung berposisi pada tingkat masing-masing satuan kerja, serta
sudut pandang atau kepentingan sendiri. Hal ini ditambahkan dengan adanya pusat pelayanan
menunjukkan ciri membelah seekor gajah tidak informasi publik secara terpadu di Plaza informasi.
akan menghasilkan dua gajah kecil yang sama Sayangnya dalam ranah teknis, praktik
besar; (b). Penyelesaian permasalahan dalam manajemen data dan tata kelola informasi di setiap
manajemen informasi Pemda DIY cenderung unit kerja Pemda DIY sering mengedepankan
parsial-teknikal, tidak struktural-kultural, dan tidak kepentingan masing-masing. Walaupun praktik di
sampai merubah mindset. Hal ini menunjukkan ciri setiap unit kerja partisipasinya cukup aktif, akan
shifting the burden; (c). Dalam praktek tetapi masih dilakukan sepanjang menguntungkan
manajemen informasi Pemda DIY pada segi unit kerjanya. Berdasarkan hal tersebut, konsistensi
tertentu misalnya pengendalian sering terjadi dan komitmen setiap unit kerja dalam menjalankan
peralihan sumberdaya untuk kepentingan yang mandat manajemen data dan tata kelola informasi
lain. pengalihan ini menunjukkan bahwa persoalan tidak akan berjalan optimal.
manajemen informasi Pemerintah Provinsi DIY Hal ini menunjukkan bahwa manajemen data dan
bukan prioritas dan bukan sesuatu yang harus penatakelolaan informasi di Pemda DIY saat ini
ditangani segera. Dalam kerangka berfikir seba masih menunjukkan model independen dan
sistem menunjukkan ciri eroding the goals; (d). dikelola secara sektoral masing-masing unit kerja.
Visi bersama mewujudkan Jogja Cyber Province Hal ini terjadi karena, pertama relasi antar
dan Digital Government Service tidak sampai pada organisasi pengelola manajemen data dan unit kerja
tataran implementasi manajemen informasi di yang terlibat dalam koordinasi pengelolaan
Pemda DIY. Dalam bahasa yang lain terjadi informasi Pemda DIY, baik di level Instansi Pemda
ambivalensi ideologis versus teknis. Hal ini DIY maupun di level unit kerja secara keseluruhan
menunjukkan ciri growth to underinvestment. belum terstruktur dengan baik. Ini bisa dilihat
Kesenjangan dan ambivalensi ini dalam analisis dengan belum tertatanya relasi dan struktur
teoritik dalam perspektif manajemen informasi hubungan antara PPID pusat dan pembantu, Bidang
ditunjukkan oleh paradoks antara orientasi LTMI Dinas Hubkominfo, Plaza informasi,
ideologis dan orientasi teknis. Secara ideologis Pengelola teknologi informasi unit kerja, serta
Pemda DIY sebenarnya sudah memiliki Visi pengambil kebijakan. Kedua, belum adanya
mengenai pengembangan e-Government-nya kepemimpinan dan unit khusus yang berfungsi
dengan baik. Ini dibuktikan dengan konsep DIY sebagai koordinator manajemen informasi yang

55
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

berfungsi memadukan aktivitas manajmenen data masing-masing. Berfikir serbasistem harus melihat
dan informasi di seluruh unit kerja yang terlibat di manajemen data dan tatakelola informasi Pemda
Pemda DIY. Kondisi ini berakibat terhadap DIY sebagai suatu yang holistik dalam satu
implementasi peran dan fungsi organisasi pengeloa kesatuan manajemen informasi yang efektif dan
data dan informasi yang tumpang tindih, seperti terkoneksi. Ketiga, perubahan perlu dilakukan
satu unit kerja menyelenggarakan fungsi yang sama pada tataran user, yaitu karyawan Pemda DIY dan
akan tetapi tidak diselenggarakan secara simultan, masyarakat yang memanfaatkan informasi dan data
tepadu, terkoneksi, dan sinkron, dengan bersandar dari Pemda DIY. Perubahan yang diperlukan
pada kewenangan dan kepentingan masing- adalah mindset untuk melihat persoalan
masing. Akibatnya di satu sisi sering manajemen data dan tata kelola informasi sebagai
menimbulkan duplikasi dan redundansi sumber data masalah yang penting. Hal ini sesuai dengan
untu pengambilan kebijakan strategi sementara, di adagium information is power, bahwa siapa yang
sisi lain sering terjadi kekosongan pelaksana memiliki informasi dan pengetahuan maka akan
yang harus bertanggung jawab mengatasi mempunyai nilai lebih dan daya saing.
persoalan manajemen data dan tata-kelola informasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
PENUTUP
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-
Analisis berfikir serba sistem pada manajemen
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
informasi di Pemda DIY menunjukkan ciri-ciri
penelitian ini.
tidak sistemik dan ciri-ciri organisasi yang
mengalami ketidakmampuan belajar. Manajemen DAFTAR PUSTAKA
Informasi di Pemda DIY saat ini menunjukkan
model independen dan dikelola secara sektoral Aminullah, E. (2004). Berfikir Sistemik : Untuk
Pembuatan Kebijakan Publik, Bisnis dan
masing-masing unit kerja. Hal ini terjadi karena, Ekonomi. Penerbit PPM, Jakarta
pertama relasi antar organisasi pengelola data dan Creswell, John W. (1994), Research Design:
Qualitative and Quantitative Approaches,
unit kerja yang terlibat dalam manajemen data California, Sage Publications
Pemda DIY secara keseluruhan belum terstruktur Chekland, Peter. (1993). Systems Thinking, Systems
Practice. John Willey and Sons, New York
dengan baik. Kedua, belum adanya tata kelola _________.(1999). Soft Systems Methodology : a
informasi atau information governence yang 30-year restropective, John Wiley and Sons, New
York
mengelola serta memadukan seluruh unit kerja Chekland, Peter , and Jim Scholes. (1990). Soft
yang terlibat dalam Manajemen Informasi di Pemda System Methodology In Action. John Wiley
and Sons, New York
DIY. Kondisi ini berimbas terhadap implementasi Detlor. B., (2010), “Information Management”,
peran dan fungsi organisasi yang tumpang tindih International Journal of Information Management,
hal.103-108
misalnya satu unit kerja menyelenggarakan fungsi Flood, Robert L. and Michael C. Jackson. (1991).
yang sama serta tidak diselenggarakan secara Creative Problem Solving: Total Systems
Intervention John Willey and Sons, New
simultan, tepadu, terkoneksi, dan sinkron, tetapi York.
bersandar pada kewenangan dan kepentingan

56
Pengembangan Manajemen Data dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System .. (R.M. Agung Harimurti)

Gati, Patria Kurnia, Imrona Mahmud, Shaufiah. Perguruan Tinggi dengan Pendekatan Soft
(2010). Analisis Sosft System Methodology System Methodology, studi kasus
(SSM) untuk Excellent Service Pengembangan software akademeik
Management, Studi Kasus: Speedy PT. Sisfokampus. SENMI-2010, Universitas Budi
Telkom Divre III Jabar dan Luhur
Banten.Konferensi Nasional Sistem dan Maani, Kambiz E and Robert Y Cavana. 2000.
Informatika 2010; Bali, November 13, 2010 System Thinking and Modelling
Haines, Stephen G, (1998(, System Thinking & Understanding Change and Complexity.
Learning, Massachusetts, HRD Pres, Pearson Education, New Zealand
Hardjosoekarto, Sudarsono. (2003). Krisis di Mata Raharja, Sam’un J. (2010). Analisis Soft System
Presiden: Kaidah Berfikir Sistem Para Methodology (SSM) dalam Pengelolaan
Pemimpin Bangsa Penerbit Mata Bangsa, Daerah Aliran Sungai: Studi pada Sungau
Yogyakarta Citarum Jawa Barat. Bandung: Universitas
Hinton, M. (ed.). (2006). Introducing Information Padjadjaran, Bandung.
Management: The Business Approach. Robertson, J. 2005. Ten principles of effective
Elsevier & The Open University, information management. KM Column.
Amsterdam. November.
Lopes, Milton E. (2001). ”Soft Systems http://www.steptwo.com.au/papers/kmc
Methodology: An Application to a effectiveim/index.html
Community Based Association.” Senge, Peter M.(1996). Disiplin Kelima : Seni dan
Proceedings Fielding Graduate Institute
Praktek Organisasi Pembelajar Binarupa Aksara,
Action Research Symposium. July 2001
Lusa, Sofian dan Iskandar, Mario. (2010). Kajian Jakarta
Penerapan Aplikasi Open Source di

57
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.07 No 01 September 2016: hal 37-58

58

Anda mungkin juga menyukai