Anda di halaman 1dari 3

Maraknya Pornografi di Media Sosial dan Stigma Tabu Terhadap Sex Education

PENDAHULUAN

Abstrak

Media sosial memiliki manfaat yang cukup besar bagi penggunanya, akan tetapi dibalik
manfaatnya yang besar itu, ternyata media sosial juga memiliki dampak negatif yang
ditimbulkan, salah satunya adalah marak nya akun porno di media sosial yang dijabarkan
dengan gambar maupun video melalui media sosial berupa Twitter, Instagram, Facebook,
Youtube dan media lainnya. Banyak sekali kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga
dewasa terjerumus kedalam hal negatif ini, hal ini terjadi karena kurangnya Seks Education
atau Pendidikan Seksual, yaitu suatu pembelajaran dan pemahaman mengenai reproduksi dan
aktivitas seksual, karena pada saat ini masih banyak orang tua yang menganggap tabu
terhadap pendidikan seksual. Mereka juga menganggap bahwa topik mengenai masalah
seksualitas merupakan hal yang tidak pantas dan tidak sopan untuk dibicarakan kepada anak.
Selain itu tidak sedikit orang tua dan masyarakat menganggap bahwa seks education
merupakan pembelajaran untuk mengajari anak melakukan hubungan seks, sehingga remaja
dan anak-anak saat ini sangat kurang terhadap pendidikan seksual yang menyebabkan mereka
terjerumus kedalam ruang negatif seksualitas dan pornografi, yang berakibat korban menjadi
trauma dari dunia luar, bahkan menyebabkan setres dalam jangka waktu yang
berkepanjangan. Seks education tersebut dapat menjadi gerbang utama agar mereka menjauhi
perilaku dan aktivitas yang menyimpang.

Latar Belakang

Di era digital ini akses internet semakin berkembang, terutama media sosial, saat ini
semua orang baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa tidak pernah lepas
dari media sosial setiap harinya. Media sosial adalah sebuah media online dengan segudang
manfaat dan fasilitas yang digunakan oleh pengguna diseluruh dunia. Setiap pengguna media
sosial pasti memiliki tujuan dan kebutuhannya sendiri dalam mengakses media sosial,baik
sekedar untuk berkomunikasi dengan orang lain, sebagai media pemasaran, hiburan, edukasi
maupun kebutuhan lainnya.

Apabila dilihat dari segi positifnya media sosial memang memiliki banyak manfaat bagi
penggunanya, akan tetapi dibalik manfaatnya yang besar itu, ternyata media sosial juga
memiliki dampak negatif yang ditimbulkan, salah satunya adalah marak nya akun porno di
media sosial. Pormografi dapat diartikan sebagai suatu penggambaran aktivitas seksual secara
terbuka untuk memancing gairah seks bagi yang mengkonsuminya, yang dijabarkan dengan
gambar maupun video melalui media sosial berupa Twitter, Instagram, Facebook, Youtube
dan media lainnya.

PEMBAHASAN

Stigma Tabu Sex Education

Dengan perkembangan media sosial yang semakin pesat, miris nya media sosial
digunakan untuk hal-hal negatif oleh penggunanya, terutama oleh kalangan remaja dan anak-
anak, banyak diantara mereka yang menyalahgunakan media sosial untuk mengakses situs-
situs pornografi, hal ini terjadi karena kurangnya Seks Education atau Pendidikan Seksual,
yaitu suatu pembelajaran dan pemahaman mengenai reproduksi dan aktivitas seksual, karena
pada saat ini masih banyak orang tua yang menganggap tabu terhadap pendidikan seksual,
mereka juga menganggap bahwa topik mengenai masalah seksualitas merupakan hal yang
tidak pantas dan tidak sopan untuk dibicarakan kepada anak, selain itu orang tua juga malu
untuk membahas hal tersebut, selain itu tidak sedikit orang tua dan masyarakat menganggap
bahwa seks education merupakan pembelajaran untuk mengajari anak melakukan hubungan
seks, sehingga remaja dan anak-anak saat ini sangat kurang terhadap pendidikan seksual yang
menyebabkan mereka terjerumus kedalam ruang negatif seksualitas dan pornografi.

Dengan kurangnya seks education ini menciptakan permasalahan besar, karena hal
tersebut menjadi awal mula rusak dan hancurnya moral generasi muda di Indonesia, selain itu
hal tersebut juga memunculkan adanya tindak kejahatan yaitu, kekerasan seksual, pelecehan
fisik bahkan pemerkosaan, akibatnya dapat membuat korban menjadi trauma dari dunia luar,
bahkan menyebabkan setres dalam waktu yang berkepanjangan hingga usia dewasa. Hal ini
terjadi karena kurangnya pendidikan seksual terhadap pelaku dari lingkungan keluarganya,
seks education seharusnya diberikan oleh orang tua sejak usia dini, agar anak tau bagaimana
bersikap baik dan berperan sesuai dengan gendernya, mengetahui hal apa yang tidak boleh
dilakukan, memahami perkembangan reproduksi, memahami hubungan antara laki-laki dan
perempuan.

Dengan maraknya masalah ini maka seharusnya orangtua mengubah mindset terhadap
pendiriannya untuk menjaga kesopan santunan untuk tidak membicarakan pemahaman
mengenai sex education, oleh karena itu stigma tabu terhadap sex eduacation ini harus
dihilangkan, karena hal tersebut merupakan salah satu factor para remaja dan anak-anak
melakukan hal yang tidak pantas karena mereka tidak mendapatkan sex education yang bisa
membuat mereka menjaga diri dari hal-hal yang melenceng secara seksual.

Seks education dapat dimulai dari dasar-dasar nya terlebih dahulu, seperti pengenalan
organ tubuh dan fungsinya, kemudian menjelaskan mengapa mereka tidak boleh melakukan
hal ini dan itu, memberikan pemahaman mengenai baik dan buruknya, memberitahu
bagaimana caranya mereka menjaga tubuh mereka. Seks education tersebut dapat menjadi
gerbang utama agar mereka menjauhi perilaku dan aktivitas yang menyimpang. Apabila seks
education tidak ada, maka anak-anak akan kesulitan untuk menjauhi perilaku menyimpang
tersebut, padahal dengan menerapkan seks education sejak dini dapat menjadi benteng untuk
menahan anak agar terjauh dari resiko kekerasan seksual atau pelecehan seksual di kemudian
hari.

Kesimpulan

Oleh karena itu, demi menjaga generasi muda bangsa Indonesia dari ancaman akibat
maraknya pornografi di media sosial, sex education sangat dibutuhkan karena dapat
mengurangi atau meminimalisir penyimpangan-penyimpangan seksual dikalangan anak-anak
dan remaja. Dengan diberinya pembelajaran mengenai sex education sejak dini, anak akan
memiliki pengetahuan dan dapat memahami tanggung jawab atas tubuhnya, demi
menghindari dari segala bentuk kekerasan, pelecehan, dan bahaya terkait kegiatan dan
aktivitas seksual.

Anda mungkin juga menyukai