Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

A. Alasan Pentingnya Status Keilmuan Pendidikan


Suatu disiplin akan dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin tersebut memiliki
status keilmuan yang jelas.Mengapa demikian, karena status keilmuan yang jelas akan
memperkokoh keberadaan atau eksistensi disiplin ilmu tersebut,manakala disiplin tersebut
mendapat pengujian secara ilmiah,Demikian pula pendidikan sebagai suatu disiplin yang
mempelajari gejalagejala pendidikan baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis
perlu mempunyai status keilmuan yang jelas.Kejelasan status keilmuan pendidikan akan
memperkuatekssistensinya manakala diuji menurut kaidah-kaidah ilmu pengetahuan ilmiah
shingga dapat mempertahankan eksistensi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan.Suatu disiplin
ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila disiplin ilmu tersebut memiliki kejelasan
minimal dalam empat hal, yaitu :
1. Memiliki kejelasan dalam obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau jelas mengenai
obyek studinya.
2. Jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik bersifat kuantitatif atau
kualitatif, bahkan mungkin gabungan dari keduanya.
3. Jelas mengenai isi atau substansi dari ilmu tersebut, dan
4. Jelas mengenai fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salah satu aspek masalah yang
dihadapi dalam kehidupan manusia.

B. Konsep Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan


1. Konsep Pengetahuan
Dalam pandangan umum, ilmu pengetahuan sering diartikan sebagai sesuatu yang kita kenal
atau kita ketahui mengenai suatu hal atau obyek. Kita mengetahui suatu hal tersebut diperoleh
dari pengalaman dalam pengalaman kehidupan sehari hari, baik bersumber dari pengalaman kita
sendiri dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, dari informasi atau
cerita orang lain, dari kebiasaan atauadat istiadat.
Pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam nyata
menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali obyek yang diamati menjadi milik kesadaran,
maka ia diketahui, dan adalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian.
Pengertian-pengertian tersebut bias lengkap atau tidak bergantung pada data pengalaman.
Pengetahuan tak lain dari perangkat informasi yang tersusun dan terarah mengenai fenomena
tertentu yang terjadi dalam pengalamn.
Titus (1959) mengungkapkan ada 4 jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat diperoleh atau
dimiliki manusia, yaitu:
1. Pengetahuan biasa atau awam yang sering disebut common sense knowledge atau
pengetahuan akal sehat.
2. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang menyebutnya dengan
sains.
3. Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat saja disebut filsafat.
4. Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang bersumber dari agama, yang
mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku sebagai pengungkapan supernatural melalui
wahyu yang diterima utusannya yang terpilih.

Pengetahuan biasa atau awam (common sense knowledge), yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan hidup sehari-hari. Pengetahuan biasa atau awam
(common sense knowledge) memiliki ciri-ciri:

1. common sense cenderung menjadi biasa dan tetap, atau bersifat peniruan serta pewrisan dari
masa lampau.
2. common sense maknanya sering kabur atau samara dan memiliki pengertian ganda
(ambiguitas).
3. common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji atau tidak
pernah diuji kebenarannya.

Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah terjemahan dari kata science, yaitu
seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis mengenai fenomena, termasuk cara
menyusun dan memperluas dan cara mengujinya menurut kriteriayang obyektif dan diakui
masyarakat ilmuwan, yang sering disebut ilmu pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, secara awam ilmu pengetahuan atau disingkat dengan ilmu, sering
dijelaskan dengan makna atau pengertian yang sama dengan segala yang kita ketahui. Jadi secara
etimologis baik ilmu maupun science berarti pengetahuan. Namun, secara terminologis dalam
pandangan dan konteks akademis, istilah ilmu atau science itu adalah sekumpulan pengetahuan
yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) dan syarat-syarat tertentu, sehingga disebut ilmu
pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari , secara awam ilmu pengetahuan atau disingkat ilmu sering
dijelaskan dengan makna atau pengertian yang sama dengan segala sesuatu yang kita ketahui.
Pengertian ini sebenarnya baru tergolong dalam taraf pengetahuan. Pengertian ini muncul karena
kata ilmu menuru pandangan awam yang secara etimologis merupakan terjemahan dari ilmu
sebagai alih Bahasa dari kata science yang berasal dari kata scio, scire (Bahasa latin) yang berarti
tahu. Demikian pula dari kata ‘alima (Bahasa Arab) yang berarti pengetahuan.
Namun secara terminologis dalam pandangan dan konteks akademis , istilah ilmu atau
science itu adalah sekumpulan pengetahuan yang mempunyai karakteristik dan syarat-syarat
tertentu sebagai ilmu pengetahuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), kata ilmu memiliki dua
pengertian. Pertama ilmu mempunyai arti sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode, metode tertentu, yang dapat dipergunakan untuk
menerangkan gejala gejala tetentu di bidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu
pendidikan, ilmu ekonomi, dsb.Pengertian yang kedua menerangkan bahwa ilmu adalah segala
pengetahuan dan kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya, shingga
ada ilmu akhirat, ilmu akhlaq, ilmu tauhid, ilmu lahir, ilmu batin, ilmu sihir dan lain sebagainya
Pengertian ilmu yang kedua dari kamus tersebut pada umumnya digunakan oleh kalangan
awam, sedangkan pengertian ilmu yang pertama sekalipun masih sederhana, pada umumnya
digunakan dalam konteks akademis. Karena apabila kita menggunakan istilah ilmu secara
generic kebahasaan seperti tercantum dalam pengertian kedua tersebut, maka semua jenis
pengetahuan dapat disebut atau tergolong pada ilmu
Ilmu dalam konteks akademis tidak membahas tentang segala macam pengetahuan yang
dimiliki manusia yang mencakup pengetahuan lahiriah dan batiniah , mencakup pengetahuan
transcendental, mistik dan metafisis, melainkan hanya membahas segala sesuatu yang nyata yang
faktanya terjangkau dan dapat disentuh oleh pengalaman indrawi manusia. Dalam konteks
akademis istilah ilmu mengalami perluasan pengertian yakni berkenaan dengan system
pengetahuan ilmiah yang berkembang dan mengalami kemajuan. Oleh karena itu ilmu tidak
sama dengan pengetahuan awam, pengetahuan filsafat, pengetahuan keagamaan dan atau
kesenian
Menurut Muhammad Hatta (1960), “Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam”. Ashley
Montagu (1961) menjelaskan ilmu sebagai berikut: “Science is a systematized knowledge
derived from observation, study, and experimentation carried on in order to determine the
nature or principles of what is being studied’. Hal ini mengandung arti bawa ilmu pengetahuan
atau ilmu adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secra sistematis, yang berasal dari
observasi studi dan pengalaman untuk menentkan hakekat atau prinsip prinsip tentang hal atau
apa-apa yang sedang dipelajari. Harsoyo dan Sadulloh (2004) mengemukakan beberapa
pengertian tentang sains yaitu: 1) Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan atau
kesatuan pengethuan yang terorganisasikan; 2) Dapat dilihat sebagai sutu pendekatan atau suatu
metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang
dan waktu, dunia yang ada pada prinsipnya dapat diamati pancaindera manusia.
Jadi ilmu pengetahuan merupakan seperangkat atau sejumlah pengetahuan yang disusun
menurut suatu sistem berpikir kritis (karena itu karakternya sistemik), dan teratur (secara
sistematis) yaitu menerapkan pola piker dan pola kerja tertentu, menerapkan suatu
pendekatan/metode penelitian tertentu (metode ilmiah atau penelitian ilmiah), dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman tenteng suatu hal atau masalah agar masalah tersebut dapat dicari
solusinya, terutama alas an mengapa hal itu terjadi, sehingga pada akhirnya manusia dapat
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

2. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan


Sesuai dengan perkembangan masalah dan tantangan yang dihadapi, manusia yang
dianugerahi kemampuan dan hasrat ingin tahu yang mendalam akan berusaha terus menerus
mencari dan menemukan solusi mengenai masalah yang dihadapinya itu. Upaya manusia yang
terus mencari solusi tersebut, memberi dampak positif yakni terjadinya kemajuan dan
perkembangan ilmu yang demikian pesat ; Kemajuan tersebut mengakibatkan jumlah dan jenis
ilmu pengetahuan dewasa ini semakin banyak. Sehubungan dengan itu muncul upaya
pengelompokkan terhadap lmu tersebut yang didasarkan pada kriteria tertentu. Klasifikasi ilu
pengeahuan misalnya dapat kita lihat pandangan The Liang Gie (1987) yang mengemukakan
bahwa pembagian ilmu harus didasarkan pada kriteria yang jelas. Ada yang membaginya
berdasarkan isi pengetahuan, da nada pula yang mengklasifikaasinya berdasarkan sifat
pengetahuan ilmu.

Berdasarkan isi pengetahuannya ilmu diklasifikasi menjadi 3 kelompok, yaitu:


1. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) seperti: fisika, kimia, biologi, dan astronomi.
2. Ilmu-ilmu sosial (social science) seperti: sosiologi, ekonomi, politik, dsb.
3. Ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities) seperti: filsafat, bahasa, dan seni.
Berdasarkan jenisnya ilmu pengetahuan dikelompokkan ke dalam:
1. Matemetika (ilmu murni)
2. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences)
3. Ilmu-ilmu sosial (social science)
4. Ilmu-ilmu tingkah laku (behavioral sciences)
5. Kelompok ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora)

Berdasarkan sifat, (ragam dan atribut) pengetahuan, ditemukan klasifikasi ilmu sebagai
berikut:
1. Karl Pearson, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. abstract sciences, terdiri atas matematika dan filsafat
b. concrete sciences, mencakup fisika, biologi, kimia, dsb
2. William C. Kneale, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. apriori sciences, terdiri atas matematika dan filsafat
b. aposteriori sciences, terdiri atas fisika, sosiologi, ekonomi, dsb
3. Wilson Gee, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. descriptive sciences, terdiri atas psikologi, sosiologi, dsb
b. normative sciences, terdiri atas ilmu pendidikan dan filsafat
4. Rudolf Carnapp, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. formal sciences, terdiri atas matematika
b. factural sciences, terdiri atas fisika
5. Wilhem Windelband, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. nomothetic sciences, terdiri atas fisika dan kimia
b. idiografic sciences, terdiri atas ilmu pendidikan dan sosiologi
6. Hugo Munsterberg, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. theoretical sciences, terdiri atas matematika
b. practical sciences, terdiri atas ilmu pendidikan
Pembagian ilmu yang banyak digunakan terkenal dengan klasifikasi:
1. Pure sciences: matematika, logika
2. Applied sciences: ekonomi, ilmu pendidikan
Ada pula pembagian dengan klasifikasi:
1. Ilmu eksakta: matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi
2. Ilmu non-eksakta: ekonomi, politik, psikologi, ilmu pendidikan dsb

SUMBER
Buku Landasan Pendidikan UPI
http://ithasartika91.blogspot.co.id/2011/02/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni.html

Anda mungkin juga menyukai