Manusia di beri kepercayaan penuh oleh Allah Swt untuk menjadi pemimpin
(chalifah) di muka bumi, hal ini jelas di nyatakan dam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah
Ayat 30 yang berbunyi :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para malaikat : "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata :
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (chalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman : "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Menjadi pemimpin ini di mulai dari memimpin diri sendiri (hawa nafsu), keluarga
dan kemudian berkembang kepada sahabat dekat dan masyarakat luas di
lingkungannya, kepercayaan Allah Swt mendapatkan protes dari kalangan para
malaikat maupun iblis dengan berbagai alasan yang berbeda, para malaikat protes
karena manusia umumnya suka berbuat kerusakan dengan berbagai sifat
tercelanya, sedangkan iblis protes karena merasa derajatnya lebih tinggi dari
manusia yang terbuat dari tanah sementara dia sendiri terbuat dari api.
Malaikat setelah mendapat penjelasan segera mengikuti perintah Allah Swt
dan mengakui akan kekhalifahan manusia di muka bumi sesuai dengan firman Allah
Swt, sementara iblis tetap membangkang untuk menghormati manusia (adam)
seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ Ayat 61 yang berbunyi :
“Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada Para Malaikat : "Sujudlah kamu
semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata : "Apakah
aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
Tujuan hidup manusia semestinya adalah untuk beribadah kepada Allah Swt
dengan arti melaksanakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan segala
sesuatu laranganNya, untuk tujuan manusia ini maka iblis bersumpah guna
menyesatkan manusia dengan berbagai cara dengan segenap kekuatan bala
tentaranya (syetan) sampai hari kiamat.
Ketaqwaan adalam melaksanakan segala perintah Allah Swt dan RasulNya
harus dengan sunguh – sungguh agar dapat mengalahkan bujuk rayuan dari iblis
dan syetan yang masuk pada diri manusia tanpa terasa dan di sadari.
Hati merupakan hal yang paling halus pada manusia, hatilah yang
menggerakkan seluruh anggota badan, hati juga dapat menjadi penghubung antara
manusia dengan tuhannya, Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar
Ayat 17-18 :
“Dan orang - orang yang menjauhi Thaghut (iblis/syetan) tidak
menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab
itu sampaikanlah berita itu kepada hamba – hambaKu.”
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya, mereka itulah orang - orang yang telah di beri Allah petunjuk dan
mereka itulah orang - orang yang mempunyai akal.
Hati ini perannya sangat penting, karena Allah Swt meletakkan nur (cahaya)
keimanan yang bersifat Lathaif (lembut) dan sifat Rabbaniyah (keyuhanan) dan
Rohaniyah (rohani), dengan nur yang terdapat dalam hati makanya manusia dapat
mengenal tuhannya (ma’rifat), nah apabila hati ini senantiasa di didik dengan
dzikrullah, maka dapat memancarkan mata air ilmu laduni kedalam hatinya, ini
adalah karunia Allah Swt yang tak ternilai bagi manusia.
Hati sebagai tempat berkumpulnya ilmu hakikat karena dia adalah salah satu
lathaif untuk mencapai tahap mengerti akan Allah Swt dan dari sinilah yang
mengatur sekalian anggota jasmani (zahir) dan hati juga sebagai penembus hakikat
segala sesuatu, karena begitu pentingnya hati ini, maka syetan menyerang manusia
mengutamakan dari titik strategis ini (hati) dengan bisikan – bisikannya yang
menghanyutkan serta terbuai, padahal sesungguhnya hal ini adalah kesesatan akan
Allah Swt dan mendurhakaiNya.
Hati apabila sudah di huni atau di tutupi oleh syetan, maka hati tersebut tidak
akan mendapatkan nur illahi, jadi jika hati telah di tutupi oleh iblis dan syetan, maka
yang utama baginya adalah hawa nafsu yang membawa kepada durhaka terhadap
Allah Swt dan RasulNya, hati apabila telah buta maka mendatangkan sifat jahil dan
lalai, jahil ini di sebabkan sifat tercela yang di tanamkan oleh syetan tanpa di sadari
karena tingkat keimanan yang lemah dan tidak mau tahu untuk beribadah yang
selalu melalaikannya.
Sifat yang di tanamkan oleh iblis dan syetan berupa syirik, takbur, sombong, iri
hati, dengki, rakus, loba, tamak, kikir, bakhil penzina dan lain sebagainya yang
sifatnya serba buruk dan jelek, oleh karena itulah makanya hati harus selalu kita isi
dengan dzikrullah untuk membentengi hal tersebut dan kita selalu minta
perlindungan kepadaNYa, agar di jauhkan dari terhempasnya kepada lembah
kehinaan dan kenistaan, hati jangan sampai menjadi buta karena memperturutkan
sifat tercela, ini di siratkan oleh Allah Swt dengan firmanNya pada Surah Al-Haj Ayat
46 :
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Hati yang begini berarti sudah berpenyakit dan kotor berdebu yang dapat
menutupi terbukanya akan cahaya keimanan, penyakitnya adalah segala sifat yang
tercela (buruk), maka ini harus segera di obati, obatnya adalah dengan
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan berbagai cara, termasuk
melazimkan dzikir pada hati tersebut, karena sekali lagi penyakit ini sangat
berbahaya dan menjerumuskan manusia ke neraka jahannam, na’uzubillahi min
zalik.
Surah At-Taubah Ayat 125 yang berbunyi :
“Dan adapun orang - orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka
dengan itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah
ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.”
Bersihkanlah hati dari kehendak hawa nafsu yang keji, ini fardhu ‘ain
hukumnya, tetapi pekerjaan ini sangat sulit tanpa di imbangi dengan riyadhah
(perjuangan) yang kuat dan sunguh – sungguh, tasawwuf mengobati penyakit hati
dengan melazimkan dzikrullah setelah ibadah yang fardhu atau wajib dan mereka
senantiasa istiqamah dengan hal ini, karena mereka tahu dengan pasti akan
bahayanya yang dapat menghela kepada kemusyrikan damn kesesatan di sebabkan
oleh kerjanya para iblis dan syetan ini.
Senantiasa bertaubat, taubat akan segala kesalahan dan perbuatan dosa yang
jelas dan nyata utamanya, seterusnya taubat akan segala kelalaian dalam ingat
kepada Allah Swt, latihannya selalu dengan berhadap hati (tawajjuh) kepada Allah
Swt dan senantiasa bertaqarrub kepadaNya, dengan selalu ingat kepada Allah Swt
maka dapat menolak akan bujuk rayu syetan, seperti firmanNya dalam Al-Qur’an
Surah Al-Baqarah Ayat 152 :
“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku.”