Anda di halaman 1dari 3

DZIKIR NAPI ISTBAT( DZIKIR TAUHID)

Dzikir napi istbat adalah dzikir tauhid, dzikir ini adalah dzikir yang paling
penting dalam ajaran thariqat naqsyabandi, karena melalui hasil dzikir inilah
seseorang hamba dapat mengerti sejauh mana pemahamannya secara hakikat akan
ke-ESA-an Allah Swt yang maha meliputi dan merajai seluruh alam semesta ini
secara keseluruhan.
Dzikir ini di laksanakan setelah proses pembersihan bathin dari sifat – sifat
madzmumah (buruk) dalam jiwa manusia yang selalu di hembuskan oleh iblis dan
syaithan kepada manusia dari dalam secara ghaib dan bathin, mereka senantiasa
menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan dosa serta pendurhakaan terhadap
khaliknya.
Dengan hasil dzikir ini juga seseorang hamba dapat mengerti secara hakikat
akan makna sesungguhnya ikhlas dan tawadduk serta syukur kepada Allah Swt
secara hakiki, sebelum seseorang hamba sampai lahir ruh tauhidnya melalui dzikir
ini secara nyata di rasakannya, maka mereka yang mengakui akan kebesaran dan
kebenaran serta ke-ESA-an Allah Swt masih hanya sebatas lahiriah saja, sementara
secara pengakuan bathin belum di buktikannya secara nyata akan ke-ESA-an
tersebut, setelah dapat di buktikannya melalui hasil dzikir ini barulah seseorang
hamba dapat memahami sejauh mana dia ikhlas dan mengerti akan arti ikhlas
tersebut dalam beribadah kepada Allah Swt, setelah betul – betul melaksanakan
dzikir pada 7 (tujuh) lathaif dan ada merasakan hasil yang nyata akan limpahan
karunia dan hidayah dari Allah Swt, maka mesti pula ada hasil yang nyata dari
maqam wukuf qalbiy, karena pada tahap dzikir maqamat pada 7 (tujuh) lathaif
seseorang hamba belumlah secara nyata dapat mengenal akan arti ke-ESA-an Allah
Swt.
Tingkat ketauhidan seseorang hamba akan di pertanyakan pada tahap ini,
dengan arti kata seseorang hamba tersebut sudah dapat di perkirakan sedang
dalam keadaan kebingungan (tahayyur), entah iya atau tidak akan kebenaran dari
pada hasil dzikir lathaif yang di laksanakannya dengan melalui perjuangannya yang
sangat berat tersebut, sebab hasil dzikir lathaif sebelumnya sangat sarat dan banyak
terpengaruh pada penglihatan, pendengaran dan perasaan yang selalu di susupkan
oleh jin dan syaithan pada pandangan bathin seseorang hamba dan banyak juga
dari hasil khayalan dan angan – angannya sendiri dan belum tentu kebenarannya
dan dia sendiri tidak akan bisa menjawabnya, nah, pada tahap inilah maka
seseorang hamba harus dengan secara mantap dan meyakinkan akan ke-ESA-an
Allah Swt melalui cara dzikir napi istbat, sebab menurut ajaran naqsyabandi,
sebelum seseorang merasakan hasil dzikir ini secara nyata maka hamba tersebut
belum mengetahui akan ke-ESA-an (tauhid) Allah Swt yang maha satu dan tiada
duanya dengan lain.
Pengakuan seseorang hamba akan ke-ESA-an Allah Swt hanya terkesan di
bibir saja dan hanya secara syari’at zahir dan lahiriah saja, sementara secara
hakikat hamba tersebut belum mengetahui akan bukti ke-ESA-an Allah Swt (tauhid)
tersebut, dalam arti kata menurut ajaran naqsyabandi jika seseorang hamba belum
merasakan hasil yang nyata dari pada dzikir napi istbat ini, maka hamba tersebut
belum mengetahui akan ke-ESA-an Allah Swt secara hakikat dan yang sebenarnya,
melainkan hanya pengakuan di luar saja dan penuh dengan kemunafikan dan malah
akan cenderung jatuh kepada ibadah dengan kesyirikan atas tipu daya iblis, jin dan
syaithan.
Dalam menanamkan paham tauhid kepada Allah Swt, maka ajaran
naqsyabandi membuat suatu tata cara atau kaifiyat berupa teknik dzikir untuk
menyelami ilmu tauhid ini dengan cara dzikir napi istbat, yang artinya adalah
meniadakan yang selainNya dan menetapkan akan diaNya yang maha satu atau
tunggal, tiada lagi tuhan yang lain selain Allah Swt, ini adalah pelajaran untuk
mengajarkan seseorang hamba agar mengerti untuk meng-ESA-kan Allah Swt dan
supaya jangan terjun kepada syirik syiir atau khafi (tersembunyi) yang sangat
membahayakan dan membuat seseorang hamba terlempar ke neraka jahannam.
Secara umum, ummat islam memang sudah tidak lagi menyembah berhala,
karena ini adalah kesesatan syirik yang menduakan Allah Swt secara jelas dan
nyata, akan tetapi di dalam ajaran islam di kenal pula syirik syiir atau khafi
(tersembunyi) yang sama saja bahayanya dan ancamannya adalah neraka
jahannam yang bertemankan dengan iblis dan syaithan.
Untuk melebur sifat kesyirikan secara samar ini maka laksanakan dzikir napi
istbat untuk sebagai obatnya, agar tidak tergolong kepada umat yang syirik secara
halus tanpa di sadarinya, contohnya yang mudah dan banyak di temui dalam
kehidupan sehari – hari adalah “Kapan anda bisa selesaikan pekerjaan ini?” maka
jawaban yang di dengar atau di temui adalah umpamanya “Pagi pekerjaan tersebut
sudah saya selesaikan”, nah jawaban yang demikian adalah termasuk syirik syiir
atau khafi yang sangat samar dan halus sekali, sebab dia sendiri yang menentukan
langkah atau takdir, karena dia merasa yakin bahwa dia bisa hidup sampai besok
pagi dan menyelesaikan pekerjaannya walaupun memang benar di temui bahwa
umurnya memang sampai keesokan harinya, jadi dalam arti kata sama saja dia
dengan tuhan yang maha menentukan, seharusnya dia jangan melupakan kata –
kata Insya Allah, maka inilah bagian dari syirik syiir atau khafi yang harus di
upayakan terkikis habis dari hati seseorang hamba, jika ingin selamat dari dunia
sampai akhirat.
Seseorang hamba yang secara bathin sudah melekat dalam hati sanubarinya
akan ketauhidan terhadap Allah Swt, dia senantiasa menjaga lidahnya dari hal – hal
yang dapat merusakkan iman dan kedekatannya kepada Allah Swt, dia tidak akan
ceroboh dalam mengeluarkan perkataan dan tidak akan ceroboh pula dalam
melaksanakan syari’at menegakkan agama yang di sandarkan kepada ketaatan
beribadah kepada Allah Swt, masya allah, jika saya saya perturutkan kata – kata
saya melalui tulisan ini maka akan menjadi sangat panjang dalam menguraikan arti,
makna dan faedah dari pada dzikir napi istbat ini, maka inilah pelajaran ilmu tauhid
secara bathiniah yang di laksanakan dengan ibadah dzikir napi istbat menurut ajaran
thariqat naqsyabandi.

Kaifiyat Dzikir Napi Istbat ada 7 (tujuh) perkara, yaitu :

1. Menguatkan wuquf qalbiy, maksudnya semua hasil dari dzikir lathaif atau
pengisian maqam sebelumnya, maka himpunkan menjadi satu dan hadapkan
kepada Allah Swt dengan penekanan ingat yang tiada putus dan mengakui
akan keberadaan Aallah Swt yang tiada serupa dan seumpama dengan
apapun juga, apapun juga perasaan yang di timbulkan oleh dzikir maqam
sebelumnya harus nyata dan bukan dari khayal atau angan – angan, jika tidak
demikian maka jangan lakukan dzikir napi istbat ini dulu, tetapi tetap fokus
pada dzikir maqam yang tujuh banyaknya.
2. Menahan nafas di bawah pusat, maksudnya nafas jasmani di tahan
penekanannya pada daerah kira – kira di bawah pusar untuk kegunaan
menarik huruf awal La ilahaa illallah. Sedangkan pada rongga badan atau
dada sebelah atas biarkan kosong seakan – akan hampa udara, sementara
udara sudah berkumpul pada penekanan dan tahan nafas di bawah pusar
tadi.
3. Membaca La ilahaa illallah dalam hati sambil menjalankannya di atas
lathaif / maqamat, ini setelah pada point 2 di atas, maka mulailah membaca
dzikir La ilahaa illallah menurut maqamat atau tata letaknya pada tubuh
jasmani, selama menjalankan ucapan dzikir ini di larang keras bernafas, jika
sudah tak sanggup maka hentikan.
4. Ingat akan maknanya, yaitu tiada tuhan selain Allah Swt, maksudnya
sambil membaca dzikir La ilahaa illallah pada maqamatnya maka ingatlah arti
atau makna La ilahaa illallah ini, jangan sampai terlepas ingatan tersebut.
5. Memukulkannya pada hati sanubari dengan pukulan yang sangat keras,
inilah yang di maksud point 1 di atas, jika tidak ada hasil atau perasaan
apapun dari dzikir maqamat dan wukuf qalbiy yang sudah di bulatkan, maka
timbul pertanyaan apa yang akan di pukulkan dengan sangat keras pada
maqam terakhir dzikir napi istbat ini? Jadi sebelum ada hasil nyata dari dzikir
maqam dan wukuf qalbiy, maka jangan kerjakan dzikir ini, jika memang ada
hasil atau perasaan dzikir maqamat dan wukuf qalbiy tadi, maka jatuhkanlah
ia dan pukulkanlah dengan sekeras mungkin pada maqamat dzikir napi istbat
yang terakhir.
6. Berhenti di tempat yang ganjil, artinya jika mau berhenti dari dzikir ini, maka
berhentilah pada hitungan yang ganjil, seperti ; 5, 7, 9, 11 dan seterusnya
asalkan bilangan ganjil.
7. Di sudahi dengan kalimah Laa ilahaa illallah muhammadur rasulullah,
kemudian lepaskan nafas secara perlahan – lahan, maksudnya jika betul –
betul mau mengakhiri dzikir napi istbat ini dan tidak akan di lanjutkan lagi
maka ucapan akhirnya seperti yang di atas dan baru lepaskan nafas secara
perlahan - lahan, tetapi jika hanya ingin istirahat sebentar karena nafas sudah
sesak misalnya, maka jangan ucapkan kalimat di atas, sebab jika di ucapkan
kalimat di atas maka ulangi lagi kaifiyatnya dari awal, karena modal dzikir ini
sudah habis sama sekali dan menurut aturan sudah di anggap selesai
dzikirnya, jika ingin hanya istirahat maka diam saja dan pertahankan ingatan
hanya kepada Allah Swt.

Demikianlah uraian singkat mengenai dzikir tauhid atau napi istbat ini,
harapan saya jika memang belum mengerti maka jangan di coba dengan sendiri
saja sebelum di pahami betul caranya, di sarankan carilah guru atau mursyid yang
mengerti akan ajaran ini, jika tidak maka kesesatanlah yang timbul karenanya.

Anda mungkin juga menyukai