Anda di halaman 1dari 4

URAIAN DZIKIR LATIFATUL AKHFA (Maqam Tingkat 5)

            Maqam ini adalah maqam kelima dalam kajian Thariqat An-Naqsyabandi jika
seseorang mendalami pelajaran dzikir dalam ajaran tasawwuf atau sufi, maka jika seseorang
telah berdzikir pada maqam sebelumnya, maka pada tempat inilah dzikir kepada Allah Swt
yang kelima di laksanakan, dengan makna dan maksudnya adalah untuk pengobatan
pembersihan penyakit rohani secara bertahap dan berbagai tingkatan pembersihan penyakit
bathin.
            Pembersihan penyakit bathin di sini ialah mengobati seluruh penyakit bathin yang
buruk pada diri manusia secara bertahap, jika seseorang hamba ingin menuju kepada
khalikNya, sudah tentu penyakit bathin harus di obati terlebih dahulu, sebab jika seseorang
hamba yang menuju kepada tuhannya tetapi masih ada penyakit bathinnya maka tiada akan
dapat sampai (ma’rifat) kepada tuhannya, sebab Allah Swt adalah dzat yang Maha Suci.
   Bathin pada manusia umumnya penuh dengan penyakit yang berupa sifat
madzmumah (sifat yang buruk), artinya bathin di penuhi dengan penyakit sifat yang buruk,
nah sifat buruk pada manusia ini harus di obati dulu sebelum dapat menuju kepada tuhannya,
seseorang hamba tiada akan semudah itu akan dapat mengenal khalikNya tanpa bathinnya
bersih dari sifat buruk tersebut.
Sifat buruk pada bathin manusia di wilayah ini adalah takbur, ria, ujub dan suma’ah,
yang mendalanginya yaitu iblis dan syetan, dalam bathin manusia, para iblis dan syetan di
bidang penyakit ini, rumah atau istananya adalah pada empedu jasmani manusia, yang
kerjanya senantiasa membisikkan berbagai tipu daya dan hasut agar manusia selalu dalam
kemaksiatan di bidang takbur, ria, ujub dan suma’ah, untuk menumpas keberadaan syetan ini
maka lazimkanlah dzikrullah pada wilayah ini dengan senjata kalimah Allah…Allah…
Allah…, dengan harapan para iblis dan syetan dapat keluar dari rumah atau istananya
tersebut dari dalam diri manusia, jika sudah demikian maka tentu sifat tersebut sudah jauh
berkurang bahkan hilang sama sekali dari dalam diri bathinnya tersebut, yang tinggal
hanyalah kalimah Allah saja yang menempatinya, hal demikianlah merupakan pintu dasar
ketiga menuju dan mendekatkan diri kepada Allah Swt serta dapat mengenalnya.
Maqam kelima dari cara berdzikirnya seorang hamba untuk mengobati penyakit bathin
ini adalah di sebut dengan LATHIFATUL AKHFA dengan pengertian yang di jabarkan dan
di ajarkan dzikirnya sebagai berikut : 
Berhubungan dengan empedu jasmani dengan letak kira – kira di tengah dada,
dzikirnya sekurang – kurangnya dalam sehari semalam adalah 1000 kali, ini merupakan
wilayahnya Nabi Muhammad Saw dan bercahaya hijau serta berasal dari tanah, tempat sifat :

1. Takbur,
2. Ria,
3. Ujub,
4. Suma’ah.

Sifat buruk ini harus kita hilangkan dengan berdzikir pada maqam ini agar dapat
berganti dengan sifat :

1. Tawadduk,
2. Ikhlas,
3. Sabar,
4. Tawakkal.
Sifat segala keakuan seperti sombong, takbur, ria, loba, ujub dan tamak serta bersikap
akulah yang terpandai, akulah yang terkaya, akulah yang tergagah, tercantik dan lain
sebagainya, maqam ini juga di katakan dengan sifat rububiyah atau rabbaniyah dan hanya
pantas bagi Allah Swt, sebab dialah yang pada hakikatnya yang memiliki, mengatur alam
semesta ini, sifat baik pada maqam ini di dapatkan jika berdzikir dengan ikhlas adalah
khusyu’, tawadduk, tawakkal dan ikhlas sebenar ikhlas, selalu tafakkur akan keagungan Allah
Swt dan ini di katakan dengan sunnahnya dan thariqat dzikirnya Nabi Muhammad Saw, hasil
puncaknya adalah fana fidzzat, almuhallakah.
Puncak hasil daripada maqam ini adalah fanafisifattisubutiah (fana akan sifat yang
baik) dan mati sirri, mati sirri artinya segala sifat keinsanan menjadi lenyap dan berganti
dengan fana, demikian juga dengan alam yang wujud ini menjadi lenyap dan di telan oleh
alam ghaib, alam malakut yang penuh dengan nur illahi, mendapatkan karunia dari Allah Swt
akan perasaan mati sirri ini adalah dengan bergelimangnya akan baqa finurillah, yaitu nur
af’al Allah Swt, nur asma Allah Swt, nur zat Allah Swt dan nurran ‘ala nurrin, cahaya di atas
cahaya Allah Swt, di mana Allah Swt memberikan karunia itu kepada siapa saja yang dia
kehendaki.
            Pendengaran dan penglihatan lahir menjadi hilang lenyap, yang tinggal hanyalah
pendengaran bathin dan penglihatan bathin yang memancarkan nur illahi, yang terbit dari
dalam hati yang dapat memancarkan ilham dari Allah Swt, ini merupakan hasil
mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt jika ikhlas dzikirnya.
Jika seseorang hamba tiada mau berdzikir pada wilayah ini, maka menurut kajian
tasawwuf sangatlah susah untuk membuat seseorang hamba dapat sampai dan mengenal akan
tuhannya, sebab dengan sifat buruk di atas, maka seseorang manusia akan selalu mengikuti
akan petunjuk atau bisikan iblis dan syetan, sifat ini merupakan sifat yang di benci Allah Swt
serta hanya ada pada iblis dan syetan juga pada orang yang tidak beriman.
            Untuk hal yang demikianlah maka oleh para guru tasawwuf sangat menekankan
pengobatan penyakit bathin ini, jika ingin menjadi manusia yang beraqidah akhlak yang baik
serta mendapat keridhaan dariNya, jika seseorang hamba betul – betul ikhlas dan rajin
berdzikir pada wilayah ini dan beristiqamah, maka insya Allah Swt terbukalah rahasia gaib
akan kebenaran dengan izin dan kehendakNya, dia mendapatkan ilham dan karunia
daripadaNya, dan ini di katakan sunnah dan cara dzikirnya Nabi Musa Klh, sebab hanya
dengan akal dan pikiran bathin yang bersihlah yang dapat menerima karunia, taufik, hidayah
dan ilham dari Allah Swt, hal demikianlah yang merupakan nur illahi terbit dari hati orang
yang berdzikir, sehingga hatinya muhadharah (hadir) bersama Allah Swt.
Oleh sebab di terimanya dzikir seorang hamba oleh Allah Swt, dan ini merupakan
hasil dari mujahadahnya (perjuangan) dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt,
juga merupakan fanafillah di mana gerak dan diam tidak ada kecuali dari Allah Swt, tata cara
dzikir ini dalam Thariqat An-Naqsyabandi ini telah di atur secara turun menurun secara
silsilah dan sampai kepada kami adalah sebagai berikut :

1. Menghimpunkan pengenalan kepada hati sanubari, maksudnya menetapkan


konsentrasi secara penuh hanya kepada Allah Swt secara keseluruhan;
2. Mengingat zat Allah dengan hati sanubari, ini lebih menekankan kepada ingat
terhadap Allah Swt pada maqam yang di tuju untuk berdzikir;
3. Mengucapkan Istighfar dengan bilangan yang ganjil, artinya secara syari’ah kita
selalu mohon ampun kepada Allah, sama saja artinya dengan lebih mendekatkan diri
kepadaNya melalui istighfar, dan ucapan istighfar ini bilangannya secara ganjil,
contohnya 3x, 5x, 7x dan seterusnya berapapun mau asal ikhlas;
4. Membaca Surah Al-Fatiha 1 kali dan Surah Al-Ikhlas 3 kali, dengan membaca ayat
Al-Qur’an tentu hati akan lebih mudah menerima hidayah dariNya dan lebih
mendekatkan diri kepadaNya;
5. Menghadirkan Masaikh Thariqat di hadapan kita, ini artinya bertawassul kepada
Allah Swt melalui keutamaan ulama – ulama ajaran ini yang lebih dahulu telah
mendapatkan hidayah dariNya melalui cara dzikir ini, pelaksanaanya perlu kehati –
hatian penuh, jika tidak akan terjatuh kepada kesyirikan;
6. Menghadiahkan pahala Surah Al-Fatiha 1 kali dan Surah Al-Ikhlas 3 kali kepada para
masaikh, maksudnya bacaan yang di baca di atas tadi hadiahkan faedahnya kepada
para ulama silsilah yang telah memakai ajaran dzikir ini yang lebih dahulu dari pada
kita, ini merupakan penguatan terhadap tawassul atau rabithah tadi;
7. Mematikan diri sebelum mati, maksudnya belajarlah mati sebelum di matikan dengan
arti kata senantiasalah selalu ingat (dzikir) kepadaNya;
8. Memandang rabithah atau rupa guru, ini penerapannya sangatlah rumit dan penuh hati
– hati, jika tidak maka akan tergelincir kepada syirik khafi (tersembunyi),
pelaksanaannya adalah tekankan dalam hati akan bersyukur kepada Allah Swt yang
telah mengaruniakan hidayahNya bahwa ajaran ini di sampaikan Allah Swt kepada
kita melalui guru atau mursyid kita, di luar cara ini dalam menerapkannya maka
syiriklah yang akan terjadi, bukannya mendapat keridhaan malah kemurkaan Allah
Swt lah yang di dapat;
9. Munajat kepada Allah Swt, artinya sebelum kita mengucapkan dzikir Allah…Allah…
Allah…terlebih dahulu kita membaca atau berdo’a sebagai berikut : “ILLAHI ANTA
MAKSUDI WA RIDHAKA MATHLUBI”, artinya : “Ya Allah, hanya engkaulah
yang kumaksud dan keridhaan engkaulah tujuanku.”
10. Membaca zikir kepada Allah Swt, setelah keseluruhan cara di atas di laksanakan
maka di mulailah dengan berdzikir atau membaca Allah…Allah…Allah…sebanyak –
banyaknya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan, jika sudah cukup dan selesai
dari berdzikir maka panjatkanlah puja dan puji syukur kepada Allah Swt yang telah
memberi kesempatan dan kekuatan dalam beribadah dzikir ini.

Pelaksanaan dzikir ini menurut yang kami pelajari untuk di terapkan sewaktu
melaksanakannya dan yang bisa di jabarkan oleh tuan guru atau mursyid adalah :

1. Wuquf Qalbiy, artinya kuatkan konsentrasi pikiran hanya kepada Allah Swt yang
tiada berwujud dan berbentuk dari segala sesuatu apapun di dunia ini, tetapi ianya
hanyalah tunggal dan esa, dalam pelaksanaan ini ini sekurang – kurangnya buatlah
pikiran itu memikirkan akan keberadaan kekuatan dan kesempatan kita saat berdzikir
ini hanyalah merupakan kekuatan (hidayah) dari Allah Swt, hal ini termasuk dalam
kategori ingat kepada Allah Swt secara af’al (perbuatan);
2. Setelah dapat membuat pikiran yang sedemikian di atas, maka usahakanlah agar
selalu ucapan dzikir tersebut masuk pada wilayah maqam yang telah di sebut di atas
secara terus menerus laksana tembakan mitraliur yang tiada putusnya seraya
memusatkan pikiran bahwa Allah Swt senantiasa mengawasi kita dalam keadaan
apapun juga;
3. Jika masih terasa susah juga, maka cobalah buat ingatan rajah dari pada tulisan nama
Allah Swt dalam bayangan kita saat dalam berdzikir terus masukkan tulisan Allah
tersebut pada maqam yang telah tersebut di atas, tapi ingat ini ada unsur syiriknya jika
tiada hati – hati dalam menerapkannya dan ini tergolong kepada selemah – lemahnya
seorang hamba dalam berdzikir kepada Allah Swt, tetapi jika hanya mampu demikian
maka memadailah secara tahap awal tetapi harus berusaha dengan keras agar jangan
dengan cara ini, tetapi pakailah cara yang 2 (dua) di atas.
4. Setiap selesai berdzikir harus selalu menyampaikan rasa syukur yang sebesar –
besarnya kepada Allah Swt atas karuniaNya yang telah memberikan kekuatan dan
kesempatan dalam ingat kepadaNya.

Anda mungkin juga menyukai