Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengertahuan kita mengenai “Perkembangan Keterampilan Kognitif”. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang,mengingat tidak ada sesuau yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Tim Penyusun
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Apa yang dimaksud dengan Metakognitif.............................................................................2
2.2 Apa yang dimaksud dengan Strategi Kognitif.......................................................................3
2.3 Implikasi Perkembangan Keterampilan Kognitif Terhadap Pendidikan...............................4
2.4 Gaya Kognitif.........................................................................................................................5
2.5 Apa yang di maksud dengan Pemikiran Kritis......................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencapaian hasil belajar kognitif dan retensi ini erat kaitannya dengan kemandirian siswa
dalam belajar. Kemandirian siswa tersebut berkaitan dengan keterampilan metakognitif siswa.
Keterampilan metakognitif dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang
selanjutnya juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Livingston (1997) menyatakan
bahwa metakognitif memegang salah-satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran
berhasil. Metakognitif mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking) yang
meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran. Aktifitas seperti
merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor pemahaman, dan
mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif yang terjadi dalam sehari-hari.
Keterampilan metakognitif memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan, mengikuti
perkembangan, dan memantau proses belajarnya (Imel, 2002). Coutinho (2007) menyatakan
bahwa ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan matakognisi. Siswa yang memiliki
keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan prestasi belajar yang baik pula
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah. Menghadapi
kenyataan tersebut, diperlukan suatu upaya memberdayakan keterampilan metakognitif siswa
agar nantinya berdampak pada peningkatan hasil belajar maupun retensi siswa sendiri. Oleh
karena itu kami mencoba untuk mengatasi masalah ini melalui makalah yang kami susun,
dengan berbagai rumusan masalah sebagai berikut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Metakognitif ?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Strategi Kognitif ?
3. Agar tahu apa Implikasi Perkembangan Keterampilan Kognitif Terhadap Pendidikan ?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gaya Kognitif ?
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemikiran Kritis ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa yang dimaksud dengan Metakognitif
Beberapa pengertian metakognitif telah dikemukakan oleh para ahli psikologi. Misalnya
seperti John Flavell (1976) yang menjadi pencetus istilah metakognitif secara sederhana
mengartikan metakognitif sebagai “knowing about knowing” yaitu pengetahuan tentang
pengetahuan.
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli psokologis dapat dipahami bahwa
metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau pengetahuan
tentang pikiran dan cara kerjanya. Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin
tahu karena kita menggunakan proses kognitif kirta untuk merenungkan proses kognitif kita
sendiri. Metakognitif merupakan suatu kemampuan di mana individu berdiri di luar kepalanya
dan mencoba untuk memahami cara ia berfikir atau memahami proses kognitif yang
dilakukannya dengan melibatkan komponen - komponen perencanaan, pengontrolan dan
evaluasi.
a. Komponen Metakognitif
Model- model sintesis dari metakognisi mengoordinasikan pengetahuan metakognisi
(metacognitive knowledge) dan aktivitas metakognisi (metacognitive activity).
Pengetahuan metakognitif meliputi usaha monitoring dan refleksi atas pikiran- pikiran saat
ini. Sedangkan aktivitas metakognitif meliputi penggunaan Self-awareness dalam menata dan
menyesuaikan strategi yang digunakan selama berpikir dan memecahkan masalah.
Menurut John Flavell (1976), pengetahuan metakognitif secara umum dibedakan menjadi 3
variabel, yaitu:
1) Variabel individu
2) Variabel tugas
3) Variabel strategi
b. Perkembangan Metakognitif
Secara umum, pengetahuan metakognitif mulai berkembang pada usia 5- 7 tahun, dan terus
berkembang selama usia sekolah, masa remaja bahkan sampai masa dewasa.
Beberapa ahli psikologi yang meneliti tentang metakognitif lebih memfokuskan pada
penelitian anak- anak. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wellman dan Gelman
(1997) yang menunjukkan bahwa pemahaman anak tentang pikiran manusia tumbuh secara
ekstensif sejak tahun- tahun pertama kehidupannya. Kemudian pada usia 3 tahun seorang anak
menunjukkan suatu pemahaman kepercayaan dan keinginan internal seseorang berkaitan dengan
2
tindakan- tindakan orang tersebut. Secara terperinci Wellman menunjukkan kemajuan pikiran
anak usia 3 tahun dalam 4 tipe, yaitu:
a) Memahami bahwa pikiran terpisah dari objek- objek lain.
b) Memahami bahwa pikiran menghasilkan keinginan dan kepercayaan
c) Memahami tentang bagaimana tipe- tipe keadaan mental yang berbeda dan saling
berhubungan.
d) Memahami bahwa pikiran digunakan untuk menggambarkan realitas eksternal.
3
b. Perkembangan Strategi Kognitif
Perkembangan strategi kognitif berdasarkan jenis- jenis strategi yang dikemukakan oleh
sejumlah ahli psikologi yaitu rehearsal, elaboration dan organizational.
Rehearsal (pengulangan) merupakan salah satu strattegi belajar kognitif yang digunakan
peserta didik dengan mengulang berkali- kali pelajaran atau informasi yang pernah disajikan.
Dengan strategi ini dapat membantu peserta didik menguasai dan menyeleksi informasi penting
dari teks serta memelihara informasi ini secara efektif dalam memorinya, namun dengan
demikian strategi ini kurang efektif digunakan untuk tugas- tugas yang lebih kompleks. Strategi
ini banyak da lebih efektif digunakan oleh siswa sekolah dasar
Organizational merupakan strategi yang meliputi tingkah laku seperti menyeleksi ide- ide
pokok dari teks, menyusun garis- garis besar teks atau materi yang ingin dipelajari, dan
menggunakan secara bervariasi teknik- teknik tertentu untuk menyeleksi dan mengorganisasi
ide- ide dalam teks atau materi. Strategi ini banyak digunakan peserta didik yang lebih mudah
menghasilkan pemahaman yang mendalam tentang materi yang dipelajari. Strategi ini lebih
efektif digunakan untuk anak- anak yang lebih besar dari anak sekolah dasar.
Elaboration (perluasan atau perincian) adalah penggunaan pengetahuan lama untuk
memperluas atau memperdalam pengetahuan baru sehingga dapat lebih efektif dalam
mempelajarinya. Elaborasi melibatkan proses pemerkayaan (penambahan) makna informasi.
Strategi ini dapat berupa penguraian atau membuat kesimpulan atas materi yang dipelajari,
membuat analogi, mengeneralisasi, memperluas ide- ide dalam materi yang dipelajari, serta
mempertanyakan dan mencari jawaban. Penggunaan strategi ini lebih banyak digunakan pada
siswa sekolah menengah .
4
7) Memberi umpan balik tentang kemajuan belajar mereka.
8) Memberi kesempatan peserta didik untuk mengevaluasi belajarnya mengembangkan
mekanisme belajar yang efektif.
9) Menganjurkan peserta didik untuk belajar mandiri.
5
pembelajaran dengan muatan memfokuskan perhatian pada
sosial materi dengan muatan sosial
Memiliki ingatan lebih baik Mungkin perlu diajarkan
untuk informasi sosial bagaimana menggunakan
konteks untuk memahami
informasi sosial
Memiliki struktur, tujuan dan Cenderung memiliki tujuan diri
penguatan yang didefinisikan yang terdefinisikan dan
secara jelas penguatan
Lebih terpengaruh kritik Tidak terpengaruh kritik
Memiliki kesulitan besar untuk Dapat mengembangkan
mempelajari materi terstruktur strukturnya sendiri pada situasi
tak terstruktur
Mungkin perlu diajarkan Biasanya lebih mampu
bagaimana menggunakan memecahkan masalah tanpa
mnemonik intruksi dan bimbingan eksplisit
Cenderung menerima organisasi
yang diberikan dan tidak
mampu untuk mengorganisasi
kembali
Mungkin memerlukan intruksi
lebih jelas mengenai bagaimana
memecahkan masalah
c. Perkembangan Gaya Kognitif
Gaya kognitif cenderung berkembang melalui interaksi yang ada di lingkungannya.
Sejumlah kajian menunjukkan adanya kecenderungan perkembangan pada gaya kognitif FD.
Ketika anak bertambah besar pada umumnya lebih memperlihatkan gaya kognitif FI, setidaknya
hingga usia sekolah. Tingkat perkembangan berhenti setelah masa dewasa, ketika terdapat
kecenderungan untuk lebih memperlihatkan gaya FD. Dengan perubahan- perubahan ini selama
beberapa tahun orang tetap stabil jika dibandingkan dengan orang lain seusianya. (Woolfolk &
Nicholich, 2004).
7
mereka sesuai pengalaman mereka sendiri baik dalam lingkungan rumah, sekolah maupun
masyarakat. Pola pemikiran anak terkesan masih sempit, dangkal dan belum akurat. Maka dari
itu orang tua dan guru membantu anak- anak untuk melakukan refleksi atas pengalaman agar
anak memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Pemikiran kritis berkembang bersamaan dengan perkembangan aspek kognitif lainnya.
Masa remaja dianggap masa yang paling penting dalam perkembangan keterampilan berpikir
kritis, sebab masa remaja merupakan masa peralihan dalam perkembangan kognitif. Menurut
Moore dan Parker, ada lima kemampuan berpikir baru yang diperoleh pada masa remaja yaitu:
Tahap 1. Menerima dan mendefinisikan masalah
Tahap 2. Mengumpulkan informasi
Tahap 3. Mengambil kesimpulan tentatif
Tahap 4. Menguji kesimpulan tentatif
Tahap 5. Mengevaluasi dan mengambil keputusan
c. Perkembangan Pemikiran Kritis dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Di Negara-negara Barat telah berkembang minat yang besar untuk mengajakan keterampilan
berpikir kritis melalui proses pembelajaran di sekolah dengan merancang program yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas yang dibutuhkan bagi sejumlah pemikiran kritis.
Namun sejumlah ahli meragukan keefektifan program tersebut.
Salah satu ahli psikologi Robert J. Stenberg mengemukakan bahwa kebanyakan program
sekolah yang mengajarkan pemikiran kritis mengandung kelemahan. Sekolah terlalu
memfokuskan perhatian pada tugas penalaran formal dan kurang mementingkan keterampilan
berpikir kritis yang diperlukan remaja dalam kehidupan sehari- hari.
Santrock (2008) mengajukan pedoman bagi guru dalam membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, yaitu:
1) Guru harus berperan sebagai pemandu siswa dalam menyusun pemikiran mereka sendiri
2) Guru memberi pertanyaan berbasis pemikiran
3) Guru membangkitkan rasa ingin tahu intelektual siswa
4) Guru melibatkan siswa dalam perencanaan dan strategi
5) Guru memberi siswa model peran pemikir yang positif dan kritis
6) Guru harus mampu menjadi model peran pemikir yang positif bagi siswa
Dalam memecahkan suatu masalah guru dan murid bekerja sama mencari dan bertanggung
jawab dalam suatu proses pertumbuhan. Guru dan murid juga saling mengajar dan belajar
sehingga terjadi komunikasi horizontal. Metode ini dikenal juga dengan nama Problem Posing
education yaitu pendidikan dengan cara melemparkan masalah dan memecahkannya secara
bersama- sama dalam suatu dialog antara guru dan murid.
8
Dilihat dari perspektif pembebasan, tujuan akhir proses pendidikan adalah memanusiakan
manusia (humanisasi). Sedangkan dalam perspektif kritis, hakikat pendidikan adalah melakukan
refleksi kritis terhadap ideologi yang dominan ke arah transformasi sosial. Tugas utama
pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis terhadap sistem dan struktur
ketidakadilan, serta melakukan dekontruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil.
Visi pendidikan adalah melakukan kritik terhadap sistem dominan sebagai pemihakan terhadap
rakyat kecil dan yang tertindas untuk menciptakan sistem sosial baru dan lebih adil.
Baskoro Poedjinoegroho E (2001) mengatakan reformasi pendidikan yang sedang
diupayakan kini, tidak akan berarti jika sikap kritis diri tidak termuat didalamnya. Tanpa
landasan sikap kritis diri, reformasi pendidikan hanya sebatas retorika.
9
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah Psikologi Perkembangan Peserta Didik tentang “PERKEMBANGAN
KETERAMPILAN KOGNITIF” ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
kurang lebih dalam penulisan atau penyusunan, mohon dimaklumi.
3.1 Kesimpulan
Perkembangan keterampilan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan
yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan keterampilan kognitif pada
anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan keterampilan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan keterampilan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan
keterampilan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman
pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas
apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing,
sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan
kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan keterampilan kognitif anak, setidaknya
kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
11