Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Galung Tropika, 3 (3) September 2014, hlmn.

139-148 ISSN 2302-4178

PENERAPAN BERBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR DAN


KONSENTRASI GARAM PADA PENGASAPAN IKAN LAYANG
The Application of A Variety of Fuel Sources and Concentrations of Salt on Fish Kites

Andi Sukainah1), Patang2), Yunarti3) dan Yuliadi4)


2)
patangdr@yahoo.co.id
3)
yunarti.yusuf@yahoo.com
1,2)
Prodi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
3)
Jurusan Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
4)
Budidaya Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

ABSTRAK

Ikan asap merupakan salah satu metode pengawetan ikan dengan tujuan memberi
rasa dan aroma ikan asap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
berbagai bahan bakar asap dan berbagai dosis garam yang diberikan pada ikan asap
terhadap mutu ikan asap Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi
Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Penelitian
berlangsung Juni-September 2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
dengan mengaplikasikan perlakuan berupa penggunaan bahan bakar ikan asap antara
tempurung kelapa dan kayu bakar, serta pemberian berbagai dosis garam. Selanjutnya, ikan
yang telah diasapi dilakukan uji organoleptik untuk mengetahui mutu ikan asap. Hasil
Penelitian menunjukkan penggunaan sumber bahan bakar tempurung kelapa lebih baik dari
pada kayu bakar. Semakin tinggi dosis garam, semakin baik hasilnya untuk semua sumber
bahan bakar.
Kata Kunci : ikan layang, pengasapan, mutu ikan

ABSTRACT

Smoked fish is one method of preserving the fish with the purpose of giving taste
and aroma of smoked fish. The purpose of this study was to determine the influence of
various bahanbakar smoke and salt dosage range given on the quality of smoked fish
smoked fish. This research was carried out in the laboratory of agricultural Technology
Education courses Faculty of Engineering University of Makassar. The research took
place in June-September 2014. This research is experimental research by applying
preferential treatment in the form of fuel use smoked fish between coconut shell and
firewood, as well as the granting of various doses of salt. Next, the fish that had been
smoked done organoleptic quality smoked fish to find out. The results showed the use of
coconut Shell fuel sources is better than firewood. The higher the dose of salt, the better
the results for all fuel sources.
Keywords: flying fish, fogging, the quality of the fish

PENDAHULUAN baik di Indonesia maupun di


mancanegara karena rasanya yang khas
Ikan asap merupakan salah satu dan aroma yang sedap spesifik. Proses
produk olahan yang digemari konsumen pengasapan ikan di Indonesia pada
140 Sukainah, et al.

mulanya masih dilakukan secara 2013).


tradisional menggunakan peralatan yang Untuk mendapatkan ikan asap
sederhana serta kurang memperhatikan yang berkualitas baik, harus digunakan
aspek sanitasi dan hygienis sehingga kayu keras (non-resinous) atau sabut dan
dapat memberikan dampak bagi tempurung kelapa (Purnomo dan Salasa,
kesehatan dan lingkungan. Kelemahan- 2002). Kayu lunak akan menghasilkan
kelemahan yang ditimbulkan oleh asap yang mengandung senyawa yang
pengasapan tradisional antara lain dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang
kenampakan kurang menarik (hangus tidak diinginkan. Setelah diasapi, ikan
sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan mempunyai cita rasa dan aroma yang
dan mencemari udara (polusi) khas. Cita rasa dan aroma tersebut
(Swastawati et al., 2013). dihasilkan oleh senyawa asam, fenol,
Pada umumnya terdapat dua aldehid dan zat-zat lain sebagai pembantu
metode pengasapan yang telah lama untuk bisa menghasilkan rasa tersebut.
dilakukan yaitu pengasapan panas dan Kualitas ikan asap merupakan gambaran
pengasapan dingin. Namun dewasa ini di karakteristik dari produk tersebut yang
negara-negara maju telah dikembangkan mempengaruhi akseptabilitas konsumen.
dengan menggunakan listrik (electric Di Indonesia, pengasapan ikan sebagian
smoking). Untuk mengefisiensikan waktu besar masih tradisional, belum
dan tenaga, dikembangkan pula mempertimbangkan faktor kesehatan dan
penggunaan asap cair (liquid smoke), keamanan pangan. Disamping itu,
yaitu dengan mencelupkan ikan ke dalam pengasapan tradisional seringkali
larutan bahan bahan asap (smoke memberikan dampak negatif terhadap
concentrate) setelah itu baru dikeringkan. lingkungan, serta timbul kekhawatiran
Asap cair ini diperoleh dari penyulingan kkonsumen terhadap senyawa
kering (dry destilation) asap kayu. karsinogenik dan polusi udara
Percobaan-percobaan masih terus (Swastawati et al., 2013).
dilakukan untuk mencari jenis asap cair Dalam meningkatkan kualitas
yang dapat memberikan hasil yang ikan asap biasanya dilakukan
memuaskan tanpa menimbulkan akibat penambahan garam sebelum ikan diasapi.
yang merugikan bagi konsumen. Selain Itulah sebabnya, dalam penelitian ini
itu, penanganan yang berlebihan selama dilakukan perlakuan penggunaan
pengasapan turut berkontribusi pada berbagai bahan bakar asap dan
kerapuhan ikan asap (Njai, 2000). konsentrasi garam.
Kualitas ikan asap merupakan
gambaran karakteristik dari produk TUJUAN PENELITIAN
tersebut yang mempengaruhi
Tujuan penelitian ini adalah untuk
akseptabilitas konsumen. Di Indonesia,
mengetahui pengaruh berbagai bahan
pengasapan ikan sebagian besar masih
bakar asap dan berbagai dosis garam
bersifat tradisional, belum
yang diberikan pada ikan asap terhadap
mempertimbangkan faktor kesehatan dan
mutu ikan asap.
keamanan pangan (Swastawati et al.,
Penerapan Berbagai Sumber Bahan Bakar dan Konsentrasi Garam pada Pengasapan Ikan Layang 141

METODE PENELITIAN kelapa, bahan (ikan layang), konsentrasi


garam dan penilaian keseluruhan.
Penelitian ini dilaksanakan di Selanjutnya data dianalisis dengan
Laboratorium Program Studi Pendidikan analisis deskriptif kuantitatif.
Teknologi Pertanian Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar pada Juni HASIL DAN PEMBAHASAN
sampai September 2014.
Penelitian ini merupakan Pengasapan Dengan Tempurung
penelitian eksperimental dengan Kelapa
mengaplikasikan perlakuan berupa 1. Pemberian Garam 20%
penggunaan bahan pengasapan antara Pada Gambar 1 menunjukkan
tempurung kelapa dan kayu bakar, serta bahwa pengasapan ikan layang yang
pemberian berbagai dosis garam. menggunakan bahan bakar berupa
Selanjutnya, ikan yang telah diasapi tempurung kelapa dengan pemberian
dilakukan uji organoleptik untuk garam sebanyak 20%, rata-rata panelis
mengetahui mutu ikan asap. memberikan penilaian secara keseluruhan
Bahan yang digunakan dalam 2,75 (1 = kurang baik; 2 = baik ; 3 =
penelitian ini adalah ikan layang yang sangat baik). Dengan demikian dapat
diperoleh dari Tempat pelelangan Ikan dikatakan bahwa kualitas ikan asap yang
(TPI) Rajawali Makassar. Sedangkan menggunakan bahan bakar tempurung
bahan bakar berupa kayu bakar dan kelapa dan sebelumnya diberi garam
tempurung kelapa. Bahan lain yang sebanyak 20% masuk kategori sangat
digunakan adalah garam. Alat yang baik.
digunakan dalam penelitian ini adalah Demikian pula terhadap faktor-
alat pengasapan, timbangan, talenan dan faktor yang diamati berupa warna (X1)
pisau. dengan nilai rata-rata sebesar 7,5, aroma
Ikan layang yang akan diasapi (X2) rata-rata sebesar 7,25, tekstur (X3)
terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran rata-rata sebesar 6,5, dan Rasa (X4) rata-
dan sisiknya kemudian dicuci dengan air rata sebesar 6,75. Hal ini menunjukkan
bersih. Direndam selama 2 sampai 3 jam bahwa rata-rata penilaian panelis untuk
dalam larutan sebesar 20 dan 35 % semua parameter adalah di atas 5 yang
garam. Selanjutnya, ikan ditiriskan di berarti baik, dan penilaian tertinggi pada
tempat yang sejuk sampai atus. parameter warna, menyusul parameter
Menimbang jumlah ikan yang akan aroma, rasa dan tekstur.
diasap (menimbang bobot awal), Menurut Simko (2005), beberapa
mengukur kadar airnya. Menempatkan faktor yang mempengaruhi kualitas
ikan di rak-rak pengasapan. Melakukan produk ikan asap, diantaranya yaitu yang
pengasapan dengan asap tipis 2 - 3 jam berhubungan dengan proses pengasapan,
lamanya dengan suhu ruangan 28 – 32oC seperti jenis kayu/bahan bakar, komposisi
(Komar, 2011). asap, suhu, kelembaban, kecepatan dan
Parameter teknis yang akan kepadatan asap. Adanya perbedaan
diamati dalam penelitian ini adalah : a. tingkat penilaian panelis terhadap produk
Konsumsi kayu bakar dan tempurung ikan asap, juga dapat dipengaruhi oleh
142 Sukainah, et al.

adanya kebiasaan makan dan tradisi tiap akan bereaksi dengan komponen protein
daerah terhadap penerimaan dalam hal pada ikan, hal ini kemudian akan
makanan (Giullén dan Manzanos, 2002). menyebabkan pembentukan warna, rasa
Senyawa fenol dan karbonil dan aroma ikan asap yang spesifik.
berperan untuk memberikan rasa pada Perbedaan sumber bahan bakar
ikan asap (Martinez et al., 2007). yang digunakan akan menghasilkan asap
Senyawa volatil spesifik khususnya yang berbeda. Selanjutnya akan
senyawa fenolik yang dikombinasikan menghasilkan perbedaan sifat sensoris.
dengan teknik pengasapan yang berbeda, Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
secara langsung mempengaruhi reaksi antara senyawa karbonil dan
karakteristik sensoris ikan asap (Cardinal protein, secara umum berperan terhadap
et al., 2006). Beberapa senyawa fenolik pembentukan warna pada permukaan
seperti guaiakol dan siringol merupakan produk asap, sedangkan senyawa fenolik
senyawa yang sangat khas pada ikan asap yang terserap ke dalam produk berperan
(Jónsdóttir et al., 2008). menghasilkan rasa dan aroma produk
asap (Kjällstrand dan Petersson, 2001).
Ikan juga memiliki perbedaan dalam hal
rasa, dikarenakan adanya senyawa volatil
yang beragam (Giullén dan Errecalde,
2002).
Berdasarkan data primer diolah
dengan program SPSS versi 21,0
diperoleh hasil analisis melalui
Gambar 1. Uji Organoleptik Pengasapan persamaan sebagai berikut :
dengan bahan bakar
Y= 1,600 -0,231X1 + 0,693X3 + 0,503X4
Tempurung Kelapa dan
Pemberian Garam 20% Hasil analisis ini menunjukkan
Hasil penelitian ini berbeda bahwa parameter yang X1
dengan penelitian yang dilakukan oleh memperlihatkan angka minus yang
Laksono et al. (2009) yang melakukan berarti tidak memberikan pengaruh nyata
penelitian pengasapan ikan cakalang. sedangkan parameter X3 dan X4
Hasil penelitian tersebut menunjukkan memberikan pengaruh yang nyata.
bahwa mayoritas skor penilaian panelis Selanjutnya, parameter X2 tidak terbaca
terhadap produk rata-rata berada di level dalam analisis ini.
3 (agak tidak menyukai), level 4 Nilai R = 1 yang berarti bahwa
(netral/biasa), dan level dan level 5 (agak hubungan variabel kesukaan panelis (Y)
menyukai). Perbedaan parameter dan variabel bebas X sangat kuat karena
organoleptik ikan cakalang asap antar = 1 dan nilai R2 = 1 berarti bahwa
produsen diduga akibat jenis bahan bakar ketepatan model tersebut baik baik,
dan kepadatan asap yang menempel pada diartikan bahwa (100%) kesukaan panelis
ikan. Senyawa volatil pada asap ditentukan (dijelaskan) secara bersama-
(contohnya karbonil dan fenol) diduga sama oleh seluruh penggunaan faktor-
faktor yang merupakan variabel bebas
Penerapan Berbagai Sumber Bahan Bakar dan Konsentrasi Garam pada Pengasapan Ikan Layang 143

dalam model ini. lebih pemberian garam 35% dari pada


Hasil analisis korelasi antara pemberian garam 20%. Hal ini juga
variabel menunjukkan persamaan sebagai menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
berikut : panelis untuk semua parameter adalah di
Y= 0,577X1 + 0,730X2 + 0,962*X3 + 0,927X4 atas 5 yang berarti baik, dan penilaian
tertinggi pada parameter warna,
Dengan demikian hubungan antar
menyusul parameter aroma, rasa dan
variabel dependen (Y) dengan variabel tekstur.
X1-X4 menunjukkan nilai bahwa semua
Kenampakan, bau, warna, dan
variabel X memberikan pengaruh nyata
tekstur dari ikan asap terbentuk akibat
terhadap kesukaan panelis, kecuali X3
dari reaksi gugus karbonil yang
memberikan pengaruh yang sangat nyata. terkandung dalam asap bereaksi dengan
2. Perendaman Garam (35%) protein dan lemak dalam ikan. Asap
Pada Gambar 2 menunjukkan berperan penting dalam pembentukan
bahwa pengasapan ikan layang yang warna, tekstur, dan rasa. Komponen
menggunakan bahan bakar berupa karbonil utama dalam asap yang berperan
tempurung kelapa dengan pemberian penting adalah phenol. Komponen ini,
garam sebanyak 35%, rata-rata panelis dapat berperan sebagai antioksi dan.
memberikan penilaian secara keseluruhan Warna coklat, dihasilkan dari reaksi
2,8 (1 = kurang baik; 2 = baik ; 3 = phenol dengan oksigen di udara,
sangat baik). Dengan demikian dapat komponen phenol yang berperan dalam
dikatakan bahwa kualitas ikan asap yang bau dan rasa adalah guaiakol, 4--‐metil
menggunakan bahan bakar tempurung guaiakol, 2,6--‐dimetoksi phenol. Peran
kelapa dan sebelumnya diberi garam asap dalam hal ini memberikan pengaruh
sebanyak 35% masuk kategori sangat terhadap nilai organoleptik, disebabkan
baik dan lebih besar dari pemberian oleh reaksi dari asam, phenol, dan
garam 20% dengan nilai 2,75. kandungan lainnya dalam asap dengan
Demikian pula terhadap faktor- lemak, protein dan karbohidrat
faktor yang diamati berupa warna (X1) (Swastawati, 2008).
dengan nilai rata-rata sebesar 7,8 lebih Hasil penelitian yang dilakukan
besar dari pemberian garam 20% dengan oleh Swastawati et al (2013) yang
nilai 7,5, aroma (X2) rata-rata sebesar 7,8 melakukan penelitian terhadap ikan lele
lebih besar dari pemberian garam 20% dan patin dengan menggunakan bahan
dengan nilai 7,25, tekstur (X3) rata-rata bakar tempurung menunjukkan : secara
sebesar 7,2 lebih besar dari pemberian umum, ikan lele dan patin asap yang
garam 20% dengan nilai 6,5, dan Rasa diasapi menggunakan smoking cabinet
(X4) rata-rata sebesar 7,6 juga lebih besar menunjukkan nilai organoleptik yang
dari pemberian garam 20% dengan nilai lebih tinggi dibandingkan menggunakan
6,75. Dengan demikian secara tungku. Ikan lele dan patin asap dengan
keseluruhan parameter dependen (X1- smoking cabinet, menunjukkan nilai yang
X4) untuk pengasapan ikan layang tinggi pada kenampakan, bau, rasa, dan
dengan menggunakan tempurung kelapa tekstur. Perbedaan metode pengasapan
144 Sukainah, et al.

dan jenis ikan memberikan perbedaan berarti tidak memberikan pengaruh nyata
yang sangat nyata terhadap nilai sedangkan parameter X2 (aroma) dan X4
organoleptik. Hal ini menunjukkan (rasa) memberikan pengaruh yang nyata.
bahwa panelis masih dapat menerima Selanjutnya, parameter X1 (warna) tidak
ikan asap menggunakan kedua metode terbaca dalam analisis ini. Nilai R = 1
tersebut. Ikan asap yang diasapi yang berarti bahwa hubungan variabel
menggunakan smoking cabinet memiliki kesukaan panelis (Y) dan variabel bebas
kenampakan yang lebih bersih, warna X sangat kuat karena = 1 dan nilai R2 = 1
coklat keemasan yang menarik, serta berarti bahwa ketepatan model tersebut
tekstur yang lebih padat dan kompak baik baik, diartikan bahwa (100%)
dibandingkan ikan asap menggunakan kesukaan panelis ditentukan (dijelaskan)
tungku. secara bersama-sama oleh seluruh
Demikian pula hasil penelitian penggunaan faktor-faktor yang
yang dilakukan oleh Swastawati (2008) merupakan variabel bebas dalam model
yang melakukan penelitian terhadap ikan ini.
manyung asap, yang diolah menggunakan Hasil analisis korelasi antara
metode pengasapan yang berbeda, tidak variabel menunjukkan persamaan sebagai
memberikan perbedaan yang nyata berikut :
terhadap nilai organoleptik. Ini dapat Y= 0,333X1 + 0,000X2 - 0,333X3 + 0,577X4
diindikasikan bahwa kedua perlakuan
Dengan demikian hubungan antar
tersebut dapat diterima oleh panelis
variabel dependen (Y) dengan variabel
berdasarkan nilai organoleptik dari ikan
X1-X4 menunjukkan nilai X3 (tekstur)
manyung asap.
adalah mines (-) yang berarti bahwa
variabel ini tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kesukaan panelis.
Sedangkan variabel X lainnya
memberikan pengaruh tetapi tidak
memberikan pengaruh yang sangat nyata.

Pengasapan Dengan Kayu Bakar


Gambar 2. Hasil Uji Organoleptik
Pengasapan dengan Bahan 1. Perendaman Garam (20%)
Bakar Tempurung Kelapa dan Pada Gambar 3 menunjukkan
Pemberian Garam 35% bahwa pengasapan ikan layang yang
Berdasarkan data primer diolah menggunakan bahan bakar berupa kayu
dengan program SPSS versi 21,0 bakar dengan pemberian garam sebanyak
diperoleh hasil analisis melalui 20%, rata-rata panelis memberikan
persamaan sebagai berikut : penilaian secara keseluruhan 2,25 (1 =
kurang baik; 2 = baik ; 3 = sangat baik).
Y= 3,000 + 1,002X2 - 1,000X3 + 1,000X4
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Hasil analisis ini menunjukkan kualitas ikan asap yang menggunakan
bahwa parameter yang X3 (tekstur) bahan bakar kayu bakar dan sebelumnya
memperlihatkan angka mines yang diberi garam sebanyak 20% masuk
Penerapan Berbagai Sumber Bahan Bakar dan Konsentrasi Garam pada Pengasapan Ikan Layang 145

kategori kurang baik.


Demikian pula terhadap faktor-
faktor yang diamati berupa warna (X1)
dengan nilai rata-rata sebesar 4,5, aroma
(X2) rata-rata sebesar 6,25, tekstur (X3)
rata-rata sebesar 5,25, dan Rasa (X4) rata-
rata sebesar 5,5. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata penilaian panelis untuk
semua parameter adalah di dibawah atau Gambar 3. Hasil Uji Organoleptik
Pengasapan dengan Bahan
sama dengan 5 yang berarti kurang baik,
Bakar Kayu Bakar dan
kecuali parameter X2 (aroma) dengan Pemberian Garam 20%
nilai 6,25 dan penilaian tertinggi pada
mengendalikan oksidasi otomatis pada
parameter aroma, menyusul parameter
bagian berlemak ini, sehingga mencegah
rasa, tekstur dan warna.
terjadinya perubahan warna kemerahan
Seperti diketahui bahwa tujuan
pada produk akhir. Unsur dalam asap,
pengasapan dalam pengawetan ikan
yang efektif untuk menahan berkembang
adalah untuk mengawetkan dan memberi
biaknya mikroorganisme adalah senyawa
warna serta rasa asap yang khas pada
aldehid, fenol dan asam organik.
ikan. Hal inilah yang menjadi kekurangan
Sveinsdottir (1998) menyatakan bahwa
utama dalam penggunaan bahan bakar
senyawa asap dapat mengurangi pH
berupa kayu bakar dalam penelitian ini
permukaan ikan dengan demikian
dimana warna ikan asap yang dihasilkan
membuat lingkungan ikan asap kurang
berada dibawah nilai 5. Sebenarnya, daya
menguntungkan bagi sebagian besar
awet yang ditimbulkan oleh asap sangat
bakteri. Dikatakan pula bahwa
terbatas, sehingga supaya ikan dapat
pembentukan warna selama pengasapan
tahan lama maka harus diikuti atau
diduga disebabkan oleh reaksi Maillard di
didahului oleh cara pengawetan lain.
mana komponen asap memainkan peran
Pengasapan juga bertujuan untuk
yang dominan. Zat anti bakteri pada
mengeluarkan uap dari unsur-unsur
unsur aldehid sangatlah kuat.
senyawa fenol atau aldehid dari jenis
Karena senyawa-senyawa yang
kayu yang dilekatkan pada tubuh ikan
terdapat di dalam asap yang mengandung
atau untuk memasukkan unsur-unsur
zat antibakteri ini tidak ikut masuk ke
tersebut ke dalam tubuh ikan sehingga
dalam produk ikan, maka efek anti
menghasilkan rasa dan aroma yang khas,
pembusukan terdapat hanya di sekitar
serta mengeringkan ikan sehingga
permukaan kulit ikan saja. Dengan kata
didapat efek pengawetan yang
lain, meningkatnya efek pengawetan pada
diharapkan. Rasa lezat yang menjadi ciri
produk akibat pengasapan dihasilkan dari
khas produk ikan yang diasap, terutama
proses pengeringan dan penggaraman,
dari senyawa fenol dan aldehid.
yang meresap masuk (infiltrate) ke dalam
Unsur fenol meleleh pada lemak
produk ikan. Pada pengasapan dingin,
yang ada pada bagian kulit luar ikan dan
panas yang timbul dari asap tidak
berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga
146 Sukainah, et al.

waktu pengasapan harus lama sebab jarak Hasil analisis korelasi antara
antara sumber asap dan ikan cukup jauh. variabel menunjukkan persamaan sebagai
Karena pengasapannya lama, berikut :
maka kadang-kadang ikan menjadi keras Y= 0,962*X1 + 0,816X2 + 0,522X3 + 0,980*X4
seperti kayu. Pada pengasapan panas, Dengan demikian hubungan antar
jarak antara ikan dan sumber asap variabel dependen (Y) dengan variabel
biasanya dekat. Maka suhunya cukup X1-X4 menunjukkan nilai plus yang
tinggi, sehingga ikan cepat matang. Panas berarti bahwa variabel ini memberikan
yang tinggi dapat menghentikan kegiatan pengaruh yang nyata terhadap kesukaan
enzim yang tidak diinginkan, panelis, kecuali X1 dan X4 memberikan
menggumpalkan protein, dan pengaruh yang sangat nyata.
menguapkan sebagian air dalam badan
2. Perendaman Garam (35%)
ikan, sehingga daya awet ikan dapat
Pada Gambar 4 menunjukkan
ditingkatkan. Terjadinya proses
bahwa pengasapan ikan layang yang
pengeringan selama pengasapan, maka
menggunakan bahan bakar berupa kayu
pengurangan kadar air bersama-sama
bakar dengan pemberian garam sebanyak
dengan daya pengawet dari asap,
35%, rata-rata panelis memberikan
sehingga pengasapan mempunyai daya
penilaian secara keseluruhan 2,22 (1 =
pembunuh bakteri (bactericidal), yang
kurang baik; 2 = baik ; 3 = sangat baik).
kekuatannya tergantung dari banyaknya
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
asap yang terserap.
kualitas ikan asap yang menggunakan
Berdasarkan data primer diolah
bahan bakar kayu bakar dan sebelumnya
dengan program SPSS versi 21,0
diberi garam sebanyak 20% masuk
diperoleh hasil analisis melalui
kategori kurang baik.
persamaan sebagai berikut :
Demikian pula terhadap faktor-
Y= 0,286 + 0,710X2 + 0,143X3 + 0,143X4 faktor yang diamati berupa warna (X1)
Hasil analisis ini menunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 5,4, angka
bahwa semua parameter memperlihatkan ini lebih besar dari pengasapan dengan
angka plus yang berarti variabel pemberian garam 20% dengan nilai
independen (X) memberikan pengaruh sebesar 4,5, aroma (X2) rata-rata sebesar
nyata sedangkan parameter X1 (warna) 5,4, nilai ini lebih kecil dibandingan
tidak terbaca dalam analisis ini. Nilai R = dengan penggunaan garam 20% sebesar
1 yang berarti bahwa hubungan variabel 6,25, tekstur (X3) rata-rata sebesar 7, nilai
kesukaan panelis (Y) dan variabel bebas ini lebih besar dari penggunaan garam
X sangat kuat karena = 1 dan nilai R2 = 1 sebesar 20% dengan nilai sebesar 5,25,
berarti bahwa ketepatan model tersebut dan Rasa (X4) rata-rata sebesar 6,4, nilai
baik baik, diartikan bahwa (100%) ini lebih besar dibandingkan dengan
kesukaan panelis ditentukan (dijelaskan) pemberian garam sebesar 20% dengan
secara bersama-sama oleh seluruh nilai sebesar 5,5. Hal ini menunjukkan
penggunaan faktor-faktor yang bahwa rata-rata penilaian panelis untuk
merupakan variabel bebas dalam model semua parameter adalah di atas atau sama
ini. dengan 5 yang berarti agak baik, kecuali
Penerapan Berbagai Sumber Bahan Bakar dan Konsentrasi Garam pada Pengasapan Ikan Layang 147

parameter X1 (warna) dengan nilai 5,4 Y = -0,375X1 - 0,196X2 + 0,000X3 - 0,375X4


dan penilaian tertinggi pada parameter Dengan demikian hubungan antar
tekstur, menyusul parameter aroma, rasa variabel dependen (Y) dengan variabel
dan warna. X1-X4 menunjukkan nilai minus (-),
kecuali X3 yang berarti bahwa variabel
tidak ini memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kesukaan panelis, kecuali
X3 yang memberikan pengaruh yang
nyata.

KESIMPULAN

Gambar 4. Hasil Uji Organoleptik Semakin tinggi dosis garam


Pengasapan dengan Bahan semakin baik kualitas ikan asap untuk
Bakar Kayu Bakar dan kedua sumber bahan bakar (tempurung
Pemberian Garam 35% kelapa maupun kayu bakar) terhadap
Berdasarkan data primer diolah hasil uji organoleptik yang meliputi
dengan program SPSS versi 21,0 warna, aroma, tekstur, dan rasa ikan asap.
diperoleh hasil analisis melalui
persamaan sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA
Y = 5,000 + 0,750X2 - 0,250X3 - 1,000X4 Cardinal M, Cornet J, Serot T, and Baron
Hasil analisis ini menunjukkan R. 2006. Effects of the smoking
bahwa parameter X3 dan X4 process on odour characteristics
memperlihatkan angka minus (-) yang of smoked Herring (Clupea
berarti variabel independen (X) harengus) and relationships with
memberikan pengaruh tidak nyata phenolic compound content. Food
sedangkan parameter X2 (aroma) Chemistry 96:137-146
memberikan pengaruh yang nyata dan X1 Giullén MD and Errecalde MC. 2002.
tidak terbaca dalam analisis ini. Nilai R = Volatile components of raw and
0,612 yang berarti bahwa hubungan smoked black bream (Brama raii)
variabel kesukaan panelis (Y) dan and rainbow trout (Oncorhynchus
variabel bebas X sangat kuat karena mykiss) studied by means of solid
mendekati 1 dan nilai R2 = 0,375 (37,5%) phase microextraction and gas
berarti bahwa ketepatan model tersebut chromatography/Mass
kurang baik, diartikan bahwa kesukaan Spectrometry. Journal of the
panelis ditentukan hanya sebagian Science of Food and Agriculture
penggunaan faktor-faktor yang 82:945-952
merupakan variabel bebas dalam model Giullén MD and Manzanos MJ. 2002.
ini. Study of the volatile composition
Hasil analisis korelasi antara of an aqueous oak smoke
variabel menunjukkan persamaan sebagai preparation. Food Chemistry
berikut : 79:283-292
148 Sukainah, et al.

Kjällstrand J and Petersson G. 2001. Simko P. 2005. Factors affecting


Phenolic antioxidants in wood elimination of polycyclic aromatic
smoke. The Science of the Total hydrocarbons from smoked meat
Environment 27:69-75 foods and liquid smoke
Martinez O, Salmeron J, Guillen MD, flavourings: a review of molecular
and Casas C. 2007. Sensorial and nutrition. Food Research 49:637-
physicochemical caharacteristics 647
of salmon (Salmo salar) treated Swastawati, F. 2008. Quality and Safety
by different smoking process of Smoked Catfish (Arius
during storage. Food Science and talassinus) Using Paddy Chaff
Technology International and Coconut Shell Liquid Smoke.
13(6):477-484 Journal of Coastal Development
Komar, N. 2011. Penerapan pengasap Vol. 12 No. 1, October 2008: 47-
ikan laut bahan-bakar tempurung 55.
kelapa (applied of sea fish curing ----------------., T. Surti., T. W. Agustini
in sawdust fuel). Jurnal Teknologi dan P. H. Riyadi. 2013.
Pertanian, VOL. 2, NO. 1, APRIL Kerasteristik Kualitas Ikan Asap
2001 : 58-67. yang Diproses Menggunakan
Leksono, T., B. Hasan., dan Sulkarnaini. Metode dan Jenis Ikan Berbeda.
2009. Rancang Bangun Instrumen Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Dehidrator Untuk Pengasapan dan Vo. 2 No. 3.
Pengeringan Hasil-Hasil Sveinsdottir, K. 1998. The process of fish
Perikanan. Jurnal Perikanan dan smoking and quality evaluation.
Kelautan Vol. 14 No. 1, hal 12-25 Unpublished MSc Dessertation.
Njai,S. 2000. Traditional Fish University of Denmark.
Processing and Marketing of the
Gambia. Fisheries Department-
Banjul The Gambia.
Purnomo dan Salasa. 2002. Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
Universitas Terbuka Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai