Anda di halaman 1dari 6

(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang

Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-3427


DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

PENGARUH TERAPI BERMAIN TEBAK GAMBAR UNTUK MENURUNKAN


KECEMASAN PADA PASIEN ANAK USIA TODDLER AKIBAT HOSPITALISASI
DI RUMAH SAKIT

THE EFFECT OF IMAGE PLAYING THERAPY TO REDUCE HOSPITALIZATION


ANXIETY IN TODDLER AGE PATIENTS AT HOSPITAL

Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas1, I Ketut Andika Priastana


1
Universitas Triatma Mulya, Bali
2
Universitas Triatma Mulya, Bali
(email penulis korespondensi:hanis.kusumaningtiyas@triatmamulya.ac.id)
Info Artikel: Diterima: 19 Oktober 2020 Revisi: 30 November 2020 Disetujui: 25 Desember 2020

ABSTRAK
Latar Belakang: Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan
stres pada semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun
keluarga yang mendampingi selama perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kecemasan
pada pasien anak usia toddler akibat hospitaslisasi.
Metode: Penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan desain one group pretest postest.
Pengambilan sampel ini mempertimbangkan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi yang ada
dengan jumlah sampel 38 responden. Analisis bivariat yang digunakan yaitu menggunakan uji statistic
dengan tingkat kebermaknaan 0,05 dengan menggunakan Wilcoxon Test. Hasil: Hasil uji statistik
Wilcoxon diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart
signifikan dari 0,05 atau (p < α ), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh terapi
bermain tebak gambar untuk penurunan kecemasan hospitalisasi pada pasien anak usia Toddler di
Rumah Sakit Umum Negara. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi bermain tebak gambar untuk
penurunan kecemasan hospitalisasi pada pasien anak usia Toddler di Rumah Sakit Umum Negara.
Kata kunci : Terapi bermain tebak gambar, Hospitalisasi, Kecemasan, Toddler

ABSTRACT
Background: Hospitalization (hospitalization) in pediatric patients can cause anxiety and stress at all
age levels. The cause of anxiety is influenced by many factors, including factors from the staff (nurses,
doctors, and other health workers), the new environment, and the family that accompanies them
during treatment. Separation anxiety, also known as analytical depression, is a major stressor in
middle to preschool babies. The objective of this study was to decrease hospitalisai anxiety in toddler
age hospital.
Methods: The study design was a pre-experiment with one group pretest postest. This sampling takes
into account the existing inclusion criteria and exclusion criteria with a sample size of 38
respondents. The bivariate analysis used was a statistical test with a significance level of 0.05 using
the Wilcoxon Test.
Results: The results of the Wilcoxon statistical test obtained a significant number or probability value
(0.000) which is much lower than the standard significance of 0.05 or (p <α), then H0 is rejected and
H1 is accepted, which means that there is an effect of playing guess pictures therapy to reduce
hospitalization anxiety in Toddler age patients at the State General Hospital. Conclusion: There is an
effect of playing guess the picture therapy to reduce hospitalization anxiety in toddler patients at the
Rumah Sakit Umum Negara.
Keywords : Guess the picture play therapy, Hospitalisasi, Anxiety, Toddler

| 113
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-3427
DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

PENDAHULUAN
Hospitalisasi adalah suatu keadaan memberikan tindakan keperawatan, anak tidak
dimana anak dirawat di Rumah Sakit dalam mau ditinggal sendiri oleh orang tuanya, anak
situasi terencana maupun darurat untuk marah atau meronta ketika perawat memberikan
mendapatkan terapi dan perawatan sampai tindakan keperawatan. Kecemasan yang dialami
kodisinya membaik hingga pemulangannya oleh anak jika dibiarkan terus menerus dapat
kerumah. Selama menjalani proses perawatan menimbulkan stres. Stres pada anak dapat
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami menyebabkan penurunan respon imun sehingga
kondisi yang menurut beberapa penelitian dapat berpengaruh terhadap proses
ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat penyembuhannya, lama perawatannya
traumatik dan penuh dengan kecemasan. 14 bertambah, dan mempercepat terjadinya
Masa toddler yang berada pada umur 12 komplikasi penyakit yang tidak diinginkan.11
sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi Perawatan pada anak yang berkualitas
lingkungan yang intensif, karena anak berusaha dengan memperhatikan tahapan pertumbuhan
mencari tahu bagaimana semua terjadi. dan perkembangan anak akan dapat mengurangi
Meskipun bisa menjadi saat yang sangat kecemasan dan ketakutan yang terjadi karena
menantang bagi orang tua dan anak karena bila kecemasan dan ketakutan tidak ditangani
masing-masing belajar untuk mengetahui satu akan membuat anak menolak tindakan
sama lain dengan lebih baik, pada masa ini perawatan dan pengobatan yang diberikan.
merupakan periode sangat penting untuk Penolakan perawatan maupun terapi oleh anak
mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi lamanya perawatan,
yang optimal. Hospitalisasi yang terjadi pada memperberat kondisi anak bahkan
anakini dapat memunculkan kecemasan dan menyebabkan kematian pada anak. Dampak
stres pada anak di semua tingkatan. 6 dari anak sakit yang tidak ditangani ini akan
Kecemasan akibat perpisahan dengan menyebabkan kesulitan dan kemampuan
orang terdekat atau yang biasa disebut membaca yang buruk, memiliki gangguan
depresi analitik, merupakan stres utama pada bahasa, menurunnya kemampuan intelektual
bayi usia pertengahan sampai usia dan social serta fungsi imun.12
prasekolah. Pada rentang bayi usia Masa anak-anak merupakan dasar dari
pertengahan sampai usia prasekolah tersebut seluruh kehidupan seseorang. Pengalaman
kecemasan dimanifestasikan dalam tiga fase, kurang menyenangkan yang dialami oleh anak
yaitu fase protes, putus asa, dan pelepasan. akan memudahkan timbulnya gangguan dalam
Selama fase protes, anak-anak bereaksi secara penyesuaian diri. Anak perlu dilakukan
agresif, menolak perhatian dari orang lain, dan intervensi untuk meminimalisir akibat dari
kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan. pengalaman traumatik yang dialami oleh anak
Selama fase putus asa, anak-anak cenderung ketika menjalani proses hospitalisasi.8 Anak
tidak aktif, tidak tertarik, dan menarik diri membutuhkan media untuk dapat
dari orang lain. Sedangkan fase pelepasan, mengekspresikan perasaan yang timbul akibat
anak akan tampak menyesuaikan diri terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan ,
lingkungan barunya, akan tetapi hal ini sehingga anak mampu bekerja sama dengan
merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan petugas kesehatan selama dalam pengobatan.
merupakan tanda-tanda kesenangan.4 Media yang paling efektif adalah melalui
Penyebab dari kecemasan dipengaruhi kegiatan permainan. Bermain merupakan
oleh berbagai faktor, baik faktor dari petugas aktifitas pada masa kanak-kanak yang dapat
(perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), mengalihkan perasaan yang tidak
lingkungan baru, maupun keluarga yang menyenengkan dengan kegiatan yang disukai
mendampingi selama perawatan. 16 Pengamatan anak.
peneliti kepada beberapa anak di Ruang Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
Cempaka Rumah Sakit Umum Negara untuk meneliti tentang pengaruh terapi bermain
menunjukkan bahwa seorang anak yang tebak gambar untuk menurunkan kecemasan
mengalami kecemasan menunjukkan tanda anak hospitalisasi pada pasien anak usia toddler di
menangis ketika perawat datang untuk Ruang Anggrek di Rumah Sakit Umum Negara.
| 114
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-3427
DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

Hasil yang diperoleh nanti diharapkan dapat perawatan pada anak.


dijadikan sebagai acuan dalam melakukan

METODE
Penelitian merupakan adalah Quasy Penelitian ini dilaksankaan di Ruang
Experiment dengan desain one group pretest Cempaka Rumah Sakit Umum Negara Jalan
postest yaitu rancangan ini mengungkapkan Wijaya Kusuma No. 17, Desa Baler Bale
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten
satu kelompok subjek. Kelompok subjek di Jembrana. Penelitian ini dilakukan pada bulan
observasi sebelum dilakukan intervensi, Agustus 2020. Instrumen yang digunakan dalam
kemudian di observasi lagi setelah intervensi. 11 penelitian ini adalah kuesioner DASS 42 untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia mengukur tingkat kecemasan. Analisis data
toddler yang dirawat di Ruang Cempaka Rumah dilakukan secara univariat dan bivariat
Sakit Umum Negara selama tiga bulan terakhir menggunakan Wilcoxon Test.
(Mei, Juni, Juli) sebanyak 43 orang. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 38 orang.

HASIL
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden dan Tingkat Kecemasan (n=38)
Variabel n %
Umur
1 tahun 6 15,8
2 tahun 13 34,2
3 tahun 19 50,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 17 44,7
Perempuan 21 55,3

Pengalaman Rawat
Ya 23 60,5
Tidak 15 39,5

Kecemasan Sebelum Terapi Bermain


Tebak Gambar
Sedang 10 26,3
Berat 18 47,4
Sangat berat 10 26,3

Sesudah Terapi Bermain Tebak Gambar


Normal
Ringan 3 7,9
Sedang 31 81,6
4 10,5

Berdasarkan Tabel 1 bahwa mayoritas kelamin perempuan 21 orang (55.3%), (3)


karakteristik responden adalah terdapat : (1) Memilih “Iya” memiliki pengalaman rawat
responden berusia 3 tahun berjumlah 19 sebanyak 23 orang (60.5%), (4) 18 responden
responden (50%), (2) responden berjenis (47,4%) mengalami kecemasan berat sebelum
| 115
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-3427
DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

terapi bermain tebak gambar, (5) 31 responden terapi bermain tebak gambar.
(81,6%) mengalami kecemasan ringan sesudah

Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Terapi Bermain Tebak Gambar untuk Menurunkan
Kecemasan Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Toddler di Rumah Sakit Umum Negara

Uji Statistika Kecemasan Pre – Post Test


Z -5,477b
Nilai p ,0005
Wilcoxon Test

Hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh yang berarti ada pengaruh terapi bermain tebak
angka signifikan atau nilai probabilitas (0,0005) gambar untuk penurunan kecemasan
jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 hospitalisasi pada pasien anak usia Toddler di
atau (p < α ), maka H0 ditolak dan H1 diterima Rumah Sakit Umum Negara.

PEMBAHASAN
Responden anak usia toddler di Rumah menganggu akan menimbulkan kecemasan.
Sakit Umum Negara sebagian besar berumur 3 Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan
tahun berjumlah 19 orang (50,0%). Tingkat bayi, dan pengalaman sebelumnya yang pernah
kecemasan dapat dipengaruhi oleh faktor usia, dialami dapat mempengaruhinya dengan baik.
karena usia sangat berkaitan dengan tingkat Toddler juga dapat merasakan kesedihan jika
perkembangan kognitif anak. Semakin muda mereka hanya merasa akan mengalami nyeri. 2
usia anak makan semakin tinggi kecemasan Lingkungan baru dikenal oleh anak akan
yang dialaminya akibat hospitalisasi. Anak usia mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa
infant, toddler dan prasekolah lebih beresiko cemas pada anak usia toddler.16
untuk mengalami stress hospitlisasi karena Menurut peneliti jenis kelamin dapat
dilihat dari usia anak yang masih terbatas mempengaruhi tingkat kecemasan dikarenakan
kemampuan kognitif dalam memahami anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkat
hospitalisasi. Sakit dan dirawat dirumah sakit keaktifan yang berbeda, anak laki-laki
merupakan krisis yang utama tampak pada anak cenderung lebih aktif dalam hal bermain
dan pengalaman yang tidak menyenangkan. sehingga mereka lebih mudah beradaptasi
Anak yang dirawat di rumah sakit mudah dengan lingkungan baru seperti lingkungan
mengalami krisis sebab: anak mengalami rumah sakit, maka kecemasan akibat
perubahan, baik terhadap status kesehatan hospitalisasi lebih minimal. Tngkat kecemasan
maupun lingkungannya barunya. yang muncul pada anak yang mengalami
Perubahan aktifitas sehari-hari dan anak hospitalisasi dengan jenis kelamin anak. 17 Hal
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan
mekanisme koping untuk mengatasi masalah bahwa Anak perempuan lebih cemas daripada
yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam anak laki-laki karena anak perempuan lebih
mengatasi krisis yang menimbulkan kecemasan sensitif dan mendapat stressor lebih intensif dari
tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan pada anak laki-laki yang lebih eksploratif. 1 Hal
usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit tersebut dikarenakan secara fisik anak
dan dirawat di pelayanan kesehatan, sistem perempuan lebih lemah dibandingkan anak laki-
pendukung yang tersedia untuk anak, serta laki, sifat tersebut membuat anak perempuan
ketrampilan koping dalam menangani stres yang memberikan respon lebih terhadap sesuatu hal
timbul akibat perawat.16 Respon terhadap yang dianggap berbahaya.
penyakit pada usia toddler yaitu, toddler kurang Peneliti berpendapat bahwa pengalaman
mampu mendefinisikan konsep tentang citra hospitalisasi sebelumnya dapat mempengaruhi
tubuh terutama batasan tubuh. Hal tersebut tingkat kecemasan pada anak. Anak memiliki
berdapampak pada prosedur yang sangat tingkat kecemasan yang berbeda yaitu ringan,

| 116
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-3427
DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

sedang dan berat. Tidak semua anak yang kekhawatiran luar biasa yang tidak bisa
belum pernah di rawat di Rumah sakit akan dijelaskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
mengalami kecemasan berat karena semua itu tingkat kecemasan pada anak yang mengalami
tergantung dari penyesuaian meraka terhadap hospitalisasi antara lain umur, jenis kelamin,
lingkungan baru. Anak yang dulunya pernah pengalaman di rawat di Rumah Sakit.
mengalami hospitalisasi belum tentu juga tidak Kecemasan yang terjadi pada anak tidak dapat
mengalami kecemasan dikarenakan bisa jadi dibiarkan berlarut-larut, karena hal ini dapat
rentang waktu hospitalisasi yang lama berdampak buruk pada proses pemulihaan
contohnya ketika bayi. Anak yang pernah kesehatan anak. Cara mengatasi kecemasan
mengalami hospitalisasi akan memiliki pada anak yang dapat dilakukan ialah melalui
kecemasan yang lebih rendah dibandingkan terapi bermain sesuai dengan tumbuh kembang
dengan anak yang tidak pernah mengalami anak. Terapi bermain diyakini mampu
hospitalisasi. Pengalaman tidak menyenangkan menghilangkan batasan, hambatan dalam diri,
yang didapatkan anak selama menjalani kecemasan, frustasi serta mempunyai masalah
perawatan di Rumah Sakit akan membuat anak emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku
merasa trauma dan takut. Sebaliknya apabila anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku
anak mendapatkan pengalaman yang baik dan yang diharapkan dan anak sering diajak bermain
menyenangkan maka anak akan lebih akan lebih kooperatif dan mudah diajak
kooperatif.12 kerjasama ketika menjalani pengobatan.5 Pada
Tingkat kecemasan yang disebabkan anak usia toddler dapat berkurang atau menurun
hospitalisasi anak sebelum diberi terapi bermain setelah dilakukan terapi bermain tebak gambar
tebak gambar di Rumah Sakit Umum Negara selama 15 menit, karena anak berusaha
menunjukan bahwa sebagian besar responden mendapatkan autonomi dan tujuan ini sudah
yang mengalami kecemasan berat berjumlah 18 terlihat dalam sebagian besar perilaku mereka
anak (47,4%). Mernurut peneliti anak usia (ketrampilan motorik, bermain, hubungan
Toddler mengalami kecemasan ketika interpersonal, aktivitas harian dan komunikasi).
hospitalisasi karena anak usia Toddler takut Dalam keadaan sakit, anak mungkin tidak
dengan tindakan keperawatan yang diterima menceritakan keadaan mereka karena takut,
anak selama berada di Rumah Sakit. Hal tetapi dengan bermain anak memiliki kebebasan
tersebut akan menimbulkan trauma pada anak untuk beraktivitas. Saat bermain, anak-anak
usia Toddler sehingga menghambat proses akan lebih terasah empatinya, mereka juga bisa
dalam penyembuhannya. Trauma yang terjadi mengatasi penolakan dan dominasi, serta bisa
pada anak berada di lingkungan baru sehingga mengelola emosi.2 Terapi bermain mewarnai
merasa takut dan ketidaknyamanan. dan origami terhadap tingkat kecemasan sebagai
Pengalaman kurang menyenangkan yang efek hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di
dialami oleh anak dapat menyebabkan RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata
gangguan dalam penyesuaian diri. Kecemasan Purbalingga.15 Tingkat kecemasan anak antara
merupakan perasaan tidak nyaman atau sebelum dilakukan terapi bermain dengan
kekhawatiran yang samar disertai respon sesudah terapi bermain di Puskesmas Peukan
otonom (sumber tidak diketahui oleh individu) Baro Kabupaten Pidie, dengan nilai rata rata
sehingga individu akan meningkatkan sebelum dilakukan terapi bermain dengan mean
kewaspadaan untuk mengantisipasinya.9 18,65 dan standar deviasi 3,359, sedangkan
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas pengukuran kedua didapatkan nilai rata rata
dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak sesudah dilakukan terapi bermain.10
berdaya dan respons emosional terhadap Efektivitas dari terapi bermain terhadap
penilaian sesuatu. Gangguan ansietas adalah kecemasan pada anak yang mengalami
masalah psikiatri yang paling sering terjadi di hospitalisasi di beberapa rumah sakit di
Amerika Serikat. 13 Vadodara, India terbukti efektif dengan
Gangguan kecemasan menunjukkan penggunaan terapi bermain terhadap anak yang
perilaku yang tidak biasanya seperti panik tanpa mengalami hospitalisasi.7 Terapi bermain
alasan, takut pada objek tanpa alasan, tindakan terhadap kecemasan anak yang menjalani
tanpa bisa dikontrol sering terulang, atau hospitalisasi mengalami penurunan.3

| 117
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 15, No. 2, Desember 2020, eISSN 2654-3427
DOI: 10.36086/jpp.v15i1.564

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Adapun saran agar dilakukan penelitian
informasi bahwa terdapat pengaruh pemberian selanjutnya pengembangan jenis-jenis terapi
terapi bermain tebak gambar dengan penurunan bermain yang memiliki nilai efektif dalam
kecemasan pada anak usia toddler yang menurunkan kecemasan serta dampak negatif
mengalami kecemasan akibat hospitalisasi di pada anak yang menjalani hospitalisasi.
Rumah Sakit Umum Negara.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sartika A, Zulhaini dkk,. (2017). 10. editor T Heather Herdman, Shigemi
Hospitalisasi Mempengaruhi Tingkat Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Kecemasan Anak Todler. Jurnal Kesehatan 11. Noverita, dkk. (2017). Terapi Bermain
Manarang: Vol 3, No.2. Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak
2. Andriana D., 2011. Tumbuh Kembang dan Usia 3–5 Tahun Yang Berobat Di
Terapi Bermain Anak. Puskesmas. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jakarta:SalembaMedika. (2017) 5:2 ISSN: 2338-6371, e-ISSN
3. Hale, M.A (2014). Pengaruh Terapi 2550-018X.
Bermain Terhadap Kecemasan Anak yang 12. Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian
Mengalami Hospitalisasi di Ruang Mirah Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Delima Rumah Sakit William Booth Medika.
Surabaya. Jurnal Stikes William Booth, 7- 13. Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak
10 Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit :
4. Hockenberry , J.M. & Wilson, D. (2013). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit,
Essentials of pediatric nursing. St.Louis: Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya. (E.
Mosby An Affilite of Elsevier inc. A. Yalestyarini, Ed.). Ponorogo: Forum
5. Fradianto, I. (2014). Pengaruh Terapi Ilmiah Kesehatan (FORIKES). (Diakses
Bermain Lilin terhadap Penurunan Tingkat pada 25 Juli 2019).
Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah 14. Stuart, G. W. (2013). Buku Saku
yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
DR. Soedarso Pontianak. 15. Supartini. (2014). Buku ajar konsep dasar
6. Pamungkas, W. T., Hartini, S., & Astuti, R. keperawatan anak. Jakarta. EGC
(2016). Pengaruh Terapi Bermain Origami 16. Suryanti, dkk (2011), Pengaruh terapi
Dan Bercerita Terhadap Tingkat bermain mewarnai dan origami terhadap
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah tingkat kecemasan sebagai efek
Yang Mengalami Hospitalisasi Di RSUD hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di
Ambarawa. (Diakses pada 20 Juli 2020). RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata
7. Patel, K. (2014). A study to assess the Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samadro
effevtiveness of play therapy on anxiety Ilmu, Edisi IV, 3(2).
among hospitalized children. IOSR Journal 17. Susilaningrum R. N. S. (2013). Asuhan
of Nursing and Health Science, 20-23 Keperawatan Bayi dan Anak: Untuk
8. Pravitasari, A. (2012). Perbedaan tingkat Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta:
kecemasan pasien anak usia prasekolah Salemba Medika
sebelum dan sesudah program mewarnai. 18. Vellyana, Diny. Dkk. (2017). Faktor-
Skripsi. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
9. Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Kecemasan pada Pasien Preoperative di RS
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Mitra Husada Pringsewu.8 (1)

| 113

Anda mungkin juga menyukai