Anda di halaman 1dari 15

5 Gerakan Olahraga untuk Penderita Stroke

CNN Indonesia | Senin, 10/12/2018 16:44 WIB


Bagikan :    

Ilustrasi (janeb13/Pixabay)

Jakarta, CNN Indonesia -- Olahraga sebaiknya masuk ke dalam 'menu' kegiatan harian


seseorang tanpa pandang bulu, termasuk mereka pengidap stroke.

Olahraga punya peran untuk mengembalikan fungsi tubuh. Mengutip Saebo, gangguan fungsi
tubuh yang lain bakal mengancam pengidap stroke jika olahraga tak juga dilakukan.

American Heart Association menyebut, olahraga bagi pengidap stroke, bakal meningkatkan
kebugaran kardiovaskular, kemampuan berjalan, kekuatan otot, fleksibilitas, kesehatan mental,
serta kualitas hidup.

Namun, Anda tak perlu melakukan olahraga yang berat. Gerakan-gerakan sederhana pun
disebut cukup ampuh mengembalikan fungsi tubuh.

Lihat juga:
'Segera ke RS', Penanganan Pertama pada Stroke

Berikut beberapa gerakan olahraga sederhana yang bisa Anda lakukan.

1. Peregangan tangan
Peregangan sangat penting untuk mengurangi kelenturan. "Peregangan seharusnya tidak
digunakan sebagai pengobatan alternatif tetapi sebagai dasar," kata Direktur Layanan
Pengobatan New York Presbyterian Hospital, Joel Stein, mengutip WebMD.

Biasanya, terapis bakal mengarahkan pengidap stroke untuk menggerakkan tangan berputar
penuh setidaknya tiga kali dalam sehari. Kemudian, regangkan otot lebih kencang ke titik yang
dirasa kurang nyaman. Tahan tarikan setidaknya selama 60 detik.

2. Jinjit
Stroke merusak otak dan melemahkan sistem saraf termasuk pengiriman pesan dari telinga,
mata, dan otot. Pesan-pesan ini berperan penting untuk menjaga keseimbangan. Oleh
karenanya, pengidap stroke penting untuk melatih keseimbangan.

Salah satu gerakan yang bisa dilakukan untuk melatih keseimbangan adalah berjinjit atau berdiri
dengan tumpuan bagian depan telapak kaki.

Untuk tahap awal, Anda hanya perlu berpegangan pada kursi. Lantas, angkat kaki kanan dan
gerakkan secara menyilang ke kiri dan sebaliknya.

Lihat juga:
Cara Tepat Mengukur Tekanan Darah

3. Berdiri dengan satu kaki


Direktur The Rehab Practice, Inggris, Richard Sealy merekomendasikan serangkaian latihan
untuk membantu menguatkan kaki dan meningkatkan gerakan selama proses pemulihan.

Berdiri dan menjaga keseimbangan merupakan latihan vital yang mampu meningkatkan kualitas
hidup. Sembari berpegangan, coba berdiri dengan salah satu kaki diayunkan. Variasi gerakan
lain bisa dengan mengangkat kaki hingga membentuk sudut 90 derajat serta diayun ke belakang
membentuk sudut 45 derajat. Lakukan gerakan sambil berpegangan untuk menghindari jatuh.

4. Latihan pundak
Terapis Hoang Tran mengatakan bahwa latihan pundak penting dilakukan, apalagi bagi mereka
yang kehilangan kekuatan atau fungsi pada lengan bagian atas.

Pertama, letakkan handuk di atas meja. Lakukan gerakan seperti mengelap meja dengan dua
tangan. Beri tekanan yang cukup pada handuk. Saat handuk digerakkan jauh ke depan, pundak
akan tertarik dan meregang. Semakin jauh maka otot pundak semakin tertarik.

Gerakan berikutnya, Anda bisa berdiri di depan cermin. Angkat salah satu sisi pundak dan putar
ke belakang. Lakukan pada sisi pundak yang lain. Ulangi beberapa kali dalam sehari.

Lihat juga:
Daging Kambing Bukan Satu-satunya Pemicu Hipertensi

5. Latihan kaki sembari duduk


Latihan kaki dengan intensitas tinggi merupakan metode yang baik untuk mengembalikan energi
gerak. Gerakan latihan kaki ini bisa dilakukan sembari duduk.

Gerakan yang bisa dicoba antara lain melipat kaki. Angkat hingga tekan ke bagian perut dan
ulangi sebanyak 10 kali.

Selain itu, Anda juga bisa mengangkat kaki hingga lurus, gerakkan kaki menyilang, dan lipat kaki
namun tak perlu sampai menempel ke bagian perut. Lakukan gerakan tersebut secara
berulang. (els/asr)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181210154650-255-352493/5-gerakan-olahraga-
untuk-penderita-stroke
Tekanan Darah Tinggi, Perusak Organ Tubuh
Manusia
CNN Indonesia | Senin, 24/02/2020 09:06 WIB
Bagikan :    

Ilustrasi: Tekanan darah tinggi kerapkali disebut sebagai dalang di balik kerusakan pelbagai organ tubuh. (Foto:
CNN)

Jakarta, CNN Indonesia -- Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi yang krusial untuk
mendapat perhatian. Tekanan darah tinggi merupakan biang keladi yang menjadi perusak organ
tubuh manusia mulai dari mata, jantung, ginjal, hingga otak.

Hipertensi menyebabkan kerusakan organ secara perlahan tapi pasti. Kondisi ini tak bisa
disembuhkan, tetapi dapat dicegah dan agresivitasnya bisa diperlambat.

"Hipertensi adalah biang keladi, sumber malapetaka yang menyebabkan kerusakan semua
organ yang punya pembuluh darah," ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia Tunggul D Situmorang di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tekanan darah merupakan kekuatan sirkulasi darah pada pembuluh darah. Kondisinya
dipengaruhi oleh resistensi pembuluh darah dan kerja jantung. Semakin banyak darah yang
dipompa jantung dan semakin sempit pembuluh darah, maka tekanan darah akan semakin
tinggi.

Lihat juga:
 7 Makanan Pemicu Serangan Jantung

Tekanan darah tinggi berarti aliran darah memberikan tekanan yang lebih besar pada jantung
dan dinding pembuluh darah. Tekanan tinggi ini lama-kelamaan dapat merusak seluruh
pembuluh darah dan organ yang terhubung langsung dengan pembuluh darah.

"Dampaknya tidak akan terasa cepat, tapi pasti akan menimbulkan kerusakan bahkan hingga
tahap terminal (parah) jika tidak ditangani," kata dokter spesialis saraf Amanda Tiksnadi.

Kondisi hipertensi seringkali asimptomatik atau tanpa gejala, karena bekerja secara perlahan.
"Hipertensi muncul tanpa gejala seperti kebocoran sedikit demi sedikit dan tidak terasa. Saat
kebocoran sudah besar barulah efeknya terasa dan biasanya sudah menimbulkan kerusakan
organ yang parah," lanjut Amanda lagi.

Organ yang umumnya mengalami kerusakan parah adalah jantung, ginjal, mata, dan otak.
Kerusakan pada organ tersebut dapat menyebabkan penyakit kronis.

Lihat juga:
 Pemeriksaan dan Waktu yang Tepat untuk Cek Kesehatan Jantung

Tekanan darah terbilang tinggi jika ada di atas 130/85 mmHg. Diagnosis hipertensi derajat 1
diberikan saat tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Diagnosis dilakukan saat tekanan
darah bersifat menetap setelah tiga kali pemeriksaan.

Data menunjukkan, tekanan darah tinggi adalah penyebab kematian dan kesakitan utama
dengan 9,4 juta kematian per tahun di seluruh dunia. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar penderita hipertensi meningkat menjadi 34,1 persen dari 25,8 persen pada 2013.

Hanya 10 persen hipertensi yang dipicu oleh penyakit lain. Sedangkan 90 persen lainnya tidak
teridentifikasi. Beberapa faktor risiko menyebabkan seseorang lebih rentan terkena hipertensi
yakni keturunan atau riwayat keluarga, pertambahan usia, diabetes, obesitas, merokok,
minuman keras, asupan tinggi garam, dan stres.

Tekanan darah tinggi dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat yakni makanan yang
seimbang dan bernutrisi tinggi, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras,
dan mengelola stres. Setiap orang dianjurkan untuk rutin memeriksa tekanan darah sebagai
bentuk deteksi ini dan tidak merusak organ.

Pemeriksaan dan Waktu yang Tepat untuk Cek


Kesehatan Jantung
CNN Indonesia | Rabu, 19/02/2020 08:58 WIB
Bagikan :    
Ilustrasi: Dokter menyarankan setiap orang untuk memeriksa kesehatan jantung secara berkala. (Foto:
Istockphoto/Tharakorn)

Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar duka meninggalnya suami Bunga Citra Lestari (BCL), Ashraf
Sinclair membuka mata bahwa serangan jantung mengintai setiap orang. Ashraf meninggal dunia
akibat serangan jantung pada Selasa (18/2) dini hari.

Ashraf yang masih berusia 40 tahun itu dikabarkan tak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Dia juga diketahui rutin berolahraga. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaan
jantung dan pembuluh darah sedini mungkin sebagai langkah antisipasi.

Pemeriksaan apa yang mesti dilakukan untuk mengetahui kondisi jantung dan pembuluh darah?
Kapan harus melakukan pemeriksaan?

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Sony Hilal menjelaskan pemeriksaan dan waktu
yang tepat untuk mengecek kesehatan jantung.

Lihat juga:
 Alasan Serangan Jantung Sering Terjadi Pagi Hari

Menurut Sony, pemeriksaan untuk laki-laki dewasa sebaiknya dilakukan sedini mungkin sejak
memasuki usia 30 tahun. Terutama bagi pria yang memiliki faktor risiko berupa riwayat keluarga
mengalami penyakit jantung, memiliki tekanan darah tinggi, dan kelebihan berat badan.

Bagi perempuan, risiko baru meningkat setelah mengalami menopause.

"Kalau mau lebih cepat dan lebih awal bisa periksakan di usia 30 tahun," kata Sony yang juga
merupakan Ketua Departemen Informasi Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat (PP PERKI)
kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/2).

Jika sudah memiliki gejala seperti kerap sesak napas dan sakit di sekitar dada, Sony juga
menyarankan untuk segera melakukan pemeriksaan.

Pada usia 40 tahun, setiap orang disarankan untuk melakukan pemeriksaan dasar kondisi
jantung.

Lihat juga:
 Pertolongan Pertama Serangan Jantung

Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk orang yang tak memiliki gejala klinis meliputi pengecekan kolesterol total,
HDL, dan tekanan darah sistolik. Dokter lalu akan melakukan pengecekan risiko Atherosclerotic
Cardiovascular Disease (ASCVD) dengan memasukkan indikator usia, jenis kelamin, ras, status
merokok, dan riwayat penggunaan obat antihipertensi.

Jika hasil perhitungan di bawah 5, masih masuk kategori aman. Perhitungan berkisar 7,5-20
maka masuk dalam kategori sedang. Di atas itu, tergolong berat.

Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan sendiri di situs American College of Cardiology.

"Pada kategori sedang makan dokter perlu melakukan pemeriksaan CT Scan jantung tanpa
kontras dan kalsium skor untuk melihat kondisi jantung dan pembuluh darah," ujar Sony yang
bertugas di RS Universitas Indonesia tersebut.

Lihat juga:
 Cara Terbaik Hindari Serangan Jantung Sesuai Usia

Dokter juga akan menentukan apakah orang tersebut perlu mengonsumsi obat statin untuk
mencegah terjadinya serangan jantung.

American Heart Association merekomendasikan pemeriksaan tersebut secara rutin setiap tiga
tahun sekali. Pengecekan juga bisa lebih sering jika faktor risiko meningkat.

Sedangkan untuk orang yang sudah memiliki keluhan dan gejala berupa sakit pada bagian dada
dan napas terengah-engah, maka perlu pemeriksaan deteksi dinding jantung melalui CT Scan
dengan kontras.

Lihat juga:
 Cara Mencegah Serangan Jantung di Usia Muda

Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kemungkinan penyempitan pembuluh darah.


Pemeriksaan untuk mengetahui iskemia juga dilakukan dengan tes treadmill dan MRI.

Dokter kemudian akan menentukan langkah penanganan, salah satunya pemasangan stent atau
ring jantung.

Untuk mencegah penyakit dan serangan jantung, Sony menyarankan agar setiap orang
mengurangi asupan lemak jenuh, mengonsumsi kalori seimbang, makanan bernutrisi tinggi, dan
berolahraga minimal 30 menit setiap hari lima kali seminggu. Setiap orang juga disarankan untuk
istirahat dan tidur yang cukup serta tidak merokok.
Pertolongan Pertama Serangan Jantung
CNN Indonesia | Selasa, 18/02/2020 18:57 WIB
Bagikan :    

Serangan jantung bisa terjadi dalam kondisi tak terduga. Karenanya, kenali tahapan pertolongan pertama pada
serangan jantung.(Istockphoto/ Patrickheagney)

Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan jantung dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, sama
seperti yang dialami Ashraf Sinclair. Suami aktris Bunga Citra Lestari (BCL) ini meninggal karena
serangan jantung pada Selasa (18/2).

Ashraf terkena serangan jantung pada dini hari. Kondisi serangan jantung seperti yang dialami
Ashraf mesti mendapatkan pertolongan pertama yang tepat. Serangan jantung mesti ditangani
dengan segera karena merupakan kondisi gawat darurat.

Saat serangan jantung terjadi, tubuh kekurangan darah yang membawa oksigen sehingga dapat
mengakibatkan disfungsi organ dan kematian. Serangan jantung ditandai dengan munculnya
gejala berupa sakit dada, sakit badan bagian atas, sesak napas, berkeringat, pingsan atau tidak
sadarkan diri, pusing, pucat, dan denyut nadi tidak teratur.

Lihat juga:
 Alasan Serangan Jantung Meski Masih Muda dan Rajin Olahraga

Berikut beberapa langkah dan pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika mengalami
serangan jantung atau membantu orang dengan serangan jantung.

1. Telepon darurat
Saat mengalami atau melihat orang dengan gejala serangan jantung, segera hubungi nomor
telepon darurat. Di Indonesia nomor telepon darurat adalah 112. Anda juga dapat menelepon
ambulans di 118 atau 119.
Beri tahu kondisi yang terjadi pada petugas, lengkap beserta alamat atau lokasi Anda berada.
Orang dengan serangan jantung membutuhkan pertolongan medis segera. Ambulans dan
petugas akan segera datang untuk langsung memberi penanganan.

Membawa orang dengan serangan jantung ke rumah sakit dapat menjadi pilihan terakhir.

Lihat juga:
 Cara Mencegah Serangan Jantung di Usia Muda

2. Mendudukan dengan lutut ditekuk


Dikutip dari Palang Merah Inggris, bantulah orang dengan serangan jantung untuk duduk dan
bersandar. Duduk membantu meredakan ketegangan pada jantung. Duduk juga dapat
mencegah cedera yang terjadi jika pingsan.

Posisi terbaik adalah duduk di lantai dengan lutut ditekuk serta posisi badan tegak. Anda bisa
menumpukan punggung orang dengan serangan jantung itu pada sandaran tegak.

3. Menenangkan diri
Bantulah untuk menenangkan orang dengan serangan jantung dan yakinkan ambulans akan
segera datang.

4. Berikan aspirin
Jika tidak memiliki riwayat alergi pada aspirin atau perdarahan, obat ini dapat diberikan pada
orang yang mengalami serangan jantung. Dikutip dari situs kesehatan Webmd, dosis 325 mg
dapat diberikan secara perlahan.

5. Melakukan CPR
CPR adalah resusitasi jantung dan paru-paru yang dilakukan saat seseorang berhenti bernapas.
CPR dapat dilakukan jika orang yang mengalami serangan jantung tidak responsif. CPR mesti
dilakukan oleh orang yang ahli.

Tunggu hingga ambulans dan petugas medis datang serta beritahu informasi mengenai diri
pasien untuk memudahkan dokter mengambil tindakan.

7 Makanan Pemicu Serangan Jantung


CNN Indonesia | Rabu, 19/02/2020 13:24 WIB
Bagikan :    
Ilustrasi: Burger, jadi salah satu makanan pemicu serangan jantung. Lemak jenuh dan bahan pangan hewani
berhubungan dengan kondisi jantung. (Foto: Pixabay/nahandro)

Jakarta, CNN Indonesia -- Ashraf Sinclair, suami Bunga Citra Lestari (BCL) berpulang pada
Selasa (18/2) akibat serangan jantung. Di pemakaman San Diego Hills, Karawang, BCL mengaku
dirinya masih berusaha mencerna situasi.

Kepergian Ashraf ini mengejutkan keluarga dan kerabat. Perwakilan keluarga


mengungkapkan, Ashraf sebelumnya tak memiliki riwayat penyakit serius.

Serangan jantung tak lagi mengenal usia. Karena itu pencegahan jadi jalan yang bisa ditempuh.
Selain memeriksa kondisi jantung, penting pula untuk menjaga kesehatan dengan menghindari
makanan pemicu serangan jantung. Berikut beberapa di antaranya:

Lihat juga:
 7 Gejala Serangan Jantung Pada Pria

1. Burger cepat saji


Makanan cepat saji khususnya burger kerap dihubungkan dengan serangan jantung. Meski tidak
semua, Regina Druz, profesor rekanan kardiologi di Hofstra University menjelaskan lemak jenuh
dari bahan pangan hewani berpengaruh pada jantung.

"Khususnya saat dikombinasikan dengan karbohidrat sehingga punya efek buruk pada
kesehatan jantung," kata Druz dikutip dari Time.

Jika ingin makan burger, disarankan untuk menghindari restoran cepat saji. Restoran seperti ini
cenderung menggunakan bahan berkualitas rendah dan cara memasak yang kurang sehat.

2. Daging olahan
Daging olahan seperti bacon atau sosis cenderung tinggi lemak jenuh. Bahkan untuk daging
olahan dengan label rendah lemak, bisa saja tinggi kandungan garam. Garam berhubungan
dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Daripada fokus pada obat untuk menurunkan tekanan darah, Laxmi Mehta, direktur Woman's
Cardiovascular Health Program, menyarankan sebaiknya Anda fokus pada penyesuaian asupan.

"Kadang pasien saya dengan tekanan darah tinggi bisa membuat perkembangan signifikan
hanya dengan menyesuaikan asupan makanan," kata dia.

Lihat juga:
 Diet Rendah Protein Tekan Risiko Penyakit Kardiovaskular

3. Kentang goreng
Barangkali french fries alias kentang goreng jadi menu wajib yang dipesan di restoran cepat saji.
Namun sebaiknya Anda pertimbangkan lagi pilihan menu ini. Kentang goreng mengandung
lemak jenuh dan tinggi garam.

Sebuah studi yang dijalankan selama 20 tahun di Harvard menemukan orang yang rutin makan
kentang goreng lemak perutnya naik hingga 6,8 kilogram tiap empat tahun.

Kenaikan berat badan hingga obesitas berisiko jadi pemicu serangan jantung juga penyakit
kardiovaskular lain.

4. Blended coffee
Buat mereka yang suka kopi manis, kopi campuran alias blended coffee kerap jadi primadona.
Rasa kopi tidak begitu kuat berkat campuran berupa sirup, gula, krim kocok atau toping menarik
lainnya.

Akan tetapi kopi seperti ini mengandung kalori dan lemak sama banyaknya dengan milkshake.
Kombinasi gula yang menaikkan kadar gula darah dan kafein yang meningkatkan tekanan darah
bukan kombinasi sehat.

Lihat juga:
 Alasan Serangan Jantung Meski Masih Muda dan Rajin Olahraga

5. Saus tomat
Sodium tak selalu memiliki bentuk serbuk dan diletakkan di meja makan Anda. Saus tomat pun
diam-diam mengandung sodium cukup tinggi. Cek lagi label kemasan saus tomat. Melansir
dari Eat This, Not That! untuk menghindari kenaikan tekanan darah, pilih saus tomat dengan
kandungan sodium kurang dari 350 miligram per setengah sajian.

6. Keripik kentang
Lemak perut dikenal berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular termasuk serangan
jantung. Berdasar riset oleh Harvard, keripik adalah satu dari sekian makanan terburuk buat
lemak perut.

Tak hanya karena terbungkus lemak jenuh, makanan satu ini juga tinggi garam. Studi Harvard
menunjukkan konsumsi keripik bertanggung jawab pada penambahan lemak perut hampir
sebanyak satu kilogram tiap empat tahun.

7. Soda
Konsumsi sedikit gula tambahan tak akan berbahaya. Meski hanya sekaleng, soda jelas tidak
akan jauh dari kata 'berbahaya'. Peminum soda cenderung bisa menambah berat badan lebih
banyak dan mengarah pada obesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Jangan Main-Main dengan Stroke Ringan, Ini 4
Cara Mengatasinya
Ditinjau oleh: dr. Rizal Fadli

27 Januari 2020
TIA Transient ischaemic attack
Stroke
Halodoc, Jakarta - Jangan main-main dengan stroke. Penyakit ini dikenal sebagai  the silent
killer, lantaran penyakit ini sangat berbahaya dan bisa membunuh secara diam-diam akibat
kelumpuhan otak. Kalau tak menyebabkan kematian, stroke di usia bisa membawa dampak
kecacatan bagi pengidapnya. Mengerikan, bukan?

Sebagian dari kita mungkin tak asing dengan stroke, tetapi bagaimana dengan transient
ischaemic attack (TIA) atau stroke ringan? Meski menyandang kata “ringan”, TIA tau stroke
ringan tak boleh diabaikan. Sebab, bisa menimbulkan dampak serius di kemudian hari.

Pertanyaannya, bagaimana sih cara mengatasi stroke ringan?

Baca juga: 7 Penyebab Stroke Menyerang Usia Muda

Awasi Gejala yang Menyerang Tiba-Tiba


Sebelum mengetahui cara mengatasi stroke ringan, tak ada ada salahnya untuk berkenalan
dulu dengan gejalanya. Gejala stroke ringan kebanyakan terjadi secara tiba-tiba. Boleh
dibilang gejala stroke ringan atau TIA hampir serupa dengan stroke.

Bedanya gejala stroke ringan hanya berlangsung beberapa menit dan akan hilang dengan
sendirinya dalam hitungan jam. Lalu, seperti apa sih gejala stroke ringan yang umumnya
dialami oleh pengidapnya?

Nah, berikut beberapa gejalanya menurut ahli di National Institutes of Health - MedlinePlus.

1. Perubahan pada indra, seperti pendengaran, penglihatan, rasa, dan sentuhan.

2. Perubahan kewaspadaan (termasuk kantuk atau tidak sadar).

3. Perubahan mental, seperti kebingungan, kehilangan ingatan, kesulitan menulis atau


membaca, kesulitan berbicara, atau memahami orang lain.

4. Masalah otot, contohnya kelemahan otot, kesulitan menelan, atau kesulitan berjalan.

5. Pusing atau kehilangan keseimbangan dan koordinasi.

6. Kurangnya kontrol atas kandung kemih atau usus.

7. Masalah saraf, seperti mati rasa atau kesemutan pada satu sisi

Umumnya sekitar 70 persen gejala stroke ringan bisa hilang kurang dari 10 menit, atau 90
persen akan hilang kurang dari empat jam. Ingat, segeralah temui atau tanyakan pada dokter
bilang mengalami gejala stroke ringan di atas. Kamu bisa kok bertanya langsung
pada dokter melalui aplikasi Halodoc.

Baca juga: Ini Perbedaan TIA (Transient Ischaemic Attack) dan Stroke yang Perlu Dipahami

Kembali ke tajuk utama, bagaimana sih cara mengatasi stroke ringan?

Perubahan Gaya Hidup sampai Operasi


Cara untuk mengatasi stroke ringan beragam. Penanganannya pada pengidapnya berebeda-
beda, bergantun pada usia, penyebab stroke, dan kondisi medis pengidapnya. Penanganan
stroke ringan ini bertujuan untuk mengobati gangguan yang memicu stroke ringan dan
mencegah risiko terjadinya stroke yang lebih parah.

Lalu, seperti apa metode atau cara mengatasi stroke ringan?

1. Perubahan Gaya Hidup

Menurut ahli di National Institutes of Health, pengidap stroke ringan akan didorong untuk
melakukan perubahan gaya hidup. Tujuannya jelas, untuk mengurangi risiko berkembangnya
gejala TIA. Perubahan gaya hidup ini mencakup berhenti merokok, rutin berolahraga,
dan megonsumsi makanan sehat atau bergizi seimbang.

2. Konsumsi Obat-obatan

Konsumsi atau terapi obat-obatan bertujuan untuk mengurangi risiko stroke akibat TIA.
Obat-obatan yang diberikan seperti obat pengencer darah, misalnya aspirin atau Coumadin,
untuk mengurangi pembekuan darah. Di samping itu, ada pula obat antihipertensi, obat statin,
atau obat antikaogulan yang mungkin diberikan oleh dokter.

Baca juga: Apa Saja Penyebab Stroke? Ini 8 Jawabannya

3. Menyingkirkan Infeksi

Menurut ahli di American Stroke Association, beberapa penyebab TIA hanya bisa terlihat
lewat pemeriksaan atau peralatan khusus di rumah sakit. Ketika TIA terjadi pada orang muda
tanpa faktor risiko yang jelas, mereka mungkin dikirim ke ahli saraf untuk menelisik
kondisinya lebih jauh.

Ahli saraf nantinya akan melakukan tindakan ketika penyebabnya sudah diketahui. Misalnya,
menyingkirkan vasculitis (peradangan pada pembuluh darah), diseksi arteri karotis, atau
infeksi lainnya.

4. Operasi

Cara mengatasi stroke ringan juga bisa melalui operasi. Operasi ini biasanya dilakukan pada
mereka yang mengalami penyumbatan arteri leher. Prosedur ini disebut dengan
endarterektomi.

Mau tahu lebih jauh mengenai stroke ringan dan cara mengatasinya? Atau memiliki keluhan
kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Lewat fitur Chat  dan Voice/Video Call, kapan dan di mana saja.
Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
American Stroke Association. Diakses pada 2020. Transient ischemic attack.
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Transient ischemic attack.

Anda mungkin juga menyukai