Anda di halaman 1dari 35

Klasifikasi Bloom Ranah Kognitif Beserta Contoh 

C1-C6
Filed under: Penelitian, Skipsi — 3 Komentar
Maret 17, 2013

Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para ahli psikologi
dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini dikenal dengan taksonomi
Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar dan saling melengkapi
(overlapping).
Bloom mengklasifikasi lebih lanjut kognitif menjadi 6. Keenam klasifikasi ranah kognitif bloom
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintesis
6. Penilaian
berikut contoh keenam klasifikasi yang selanjutnya di singkat C1, C2, C3, C4, C5, C6
Contoh soal Hafalan/Ingatan (Recall) C1 atau pengetahuan
Jenjang ini meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang telah
dipelajari oleh siswa.
Kata “komputer” berasal dari kata “computare” yang artinya…………………
Contoh soal Pemahaman (Comprehension) C2
Pada jenjang ini siswa diharapkan kemampuannya untuk mengerti makna dari informasi yang
diperoleh baik berupa fakta, konsep, dan prinsip.
Berdasarkan kegunaan nya, perangkat keras digolongkan dalam tiga bagian utama yaitu……
Contoh soal Penerapan (Application) C3
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, atau metode
yang telah diketahuinya dalam situasi baru atau situasi kongkrit.
Saat mengakhiri pemakaian windows, prosedur mematikan computer yang benar adalah……
Contoh soal Analisis (Analysis) C4
Yang dimaksud jenjang analisis adalah kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi
menjadi komponen-komponennya, sehingga struktur informasi serta hubungan antar
komponeninformasi tersebut menjadi jelas.
Tuliskan secara singkat langkah-langkah membuat surat dengan Mailings
Contoh soal Sintesis (Synthesis) C5
Yang dimaksud jenjang sintesis adalah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian terpisah
menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan
eksperimen, karya tulis (laporan, artikel), menyusun cara baru untuk mengklarifikasikan obyek,
peristiwa, dan informasi-informasi lainnya.
Ada 2 syarat utama dalam pembuatan mail merge yaitu……
Contoh soal Evaluasi (Evaluation) C6
Yang dimaksud jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu
pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Misalnya memilih
rumusan yang didukung oleh data.
Software yang digunakan untuk keperluan mengetik naskah, dokumen atau yang lebih dikenal
sebagai software pengolah kata adalah……………
Dikembangkan dari: http://blog.tp.ac.id n http://smpn2lem.blogspot.com
Ditahun 2016 ini taksonomi bloom telah mengalami revisi
KATA OPRASIONAL TAKSONOMI BLOOM
ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN
PSIKOMOTOR
 Aina Mulyana  Tuesday, February 04, 2020  Pembelajaran

Daftar Kata-Kata Operasional (Spesifik) Taksonomi Bloom Aspek Kognitif,


Afektif dan Psikomotor. Seperti diketahui setidaknya ada tiga aspek yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam membuat Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM), yakni  Aspek Kompleksitas, Aspek Sumber Daya Pendukung, dan Intake.
Apabila intake siswa dapat dilihat dari nili rapot sebelumnya, nilai tes masuk, nilai
pre tes dan lainnya. Aspek daya dukung dapat dilihat dari ketersediaan sarana
dan prasarana yang dapat membantu keterlaksanaan kegiatan pembelajaran.
Sedangkan aspek kompleksitas dilihat dari tingkat kedalaman materi atau tingkat
kesukaran siswa dalam memahami materi belajar.

Hasil analisis yang penulis lakukan terhadap  Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM) yang dibuat guru, ternyata masih banyak guru yang kurang cermat dalam
menentukakan tingkat kompleksitas materi pembelajaran. Salah satu acuan
dalam menentukan kompleksitas materi pembelajaran adalah dengan
memperhatikan kata kerja yang digunakan sebagai indikator hasil pembelajaran.
Itulah sebabnya guru harus memahami Taksonomi Bloom. Jangan sampai kata
kerja dalam kompetensi dasar atau indikator yang diminta hanya menyebutkan
atau mendeskripsikan masuk katagori kompleksitas sedang atau tinggi.  

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 26-27) mengklasifikasikan prestasi


belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar
dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu : pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
1)   Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Hubungan antara fakta dan konsep mata
pelajaran. Hal ini dideteksi melalui keberhasilan menjawab tes dalam aspek
pemahaman. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian,
kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2)   Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal


yang telah dipelajari

3)   Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk


menghadapi masalah yang nyata dan baru, misalnya menggunakan prinsip

4)   Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian


sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5)   Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya


kemampuan menyusun suatu program kerja

6)   Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal


berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
Keenam jenis perilaku di atas bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan
tergolong rendah, dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi.

Berikut ini adalah daftar kata kerja untuk Ranah Kognitif


 Jenis Kemampuan Internal Kata Kerja
Prilaku Operasional
Pengetahu Mengetahui ................ Mengidentifikasik
an an
misalnya: istilah, fakta, aturan, urutan,
(C1) metode Menyebutkan
Menunjukkan
Memberi nama
pada ...
Menyusun daftar
Menggaris
bawahi
Menjodohkan
Mmemilih
Memberi definisi
Menyatakan

Pemahama Menterjemahkan Menjelaskan


n
Menafsirkan Menguraikan
(C2)
Memperkirakan Merumuskan
Merangkum
Menentukan ................ Mengubah
Memberi contoh
misalnya: metode,                prosedur. Menyadur
Meramalkan
Memahami ................... Menyimpulkan
misalnya: konsep, kaidah, prinsip, kaitan Memperkirakan
antara   fakta isi pokok   
Menerangkan
          
Mengartikan
Menginterpretasikan...
Menggantikan
misalnya: tabel, grafik, bagan
Menarik
                  kesimpulan
Meringkas
Mengembangkan
Membuktikan
dll.

Penerapan Memecahkan masalah Mendemonstrasik


an
(C3)
Membuat bagan/ grafik Menghitung
Menghubungkan

Menggunakan .............. Melakukan

misalnya:  metode, prosedur, konsep, Membuktikan


kaidah, prinsip Menghasilkan
Meragakan
Melengkapi
Menyesuaikan
Menemukan
dll.

Analisis Mengenali kesalahan Memisahkan


(C4) Membedakan ............... Menyeleksi
misalnya: fakta-fakta Memilih
Membandingkan
Menganalisis ................ Mempertentangk
misalnya:  struktur, an

bagian, hubungan Menguraikan


Membagi
Membuat diagran
Menganalisis
Mendistribusikan
Memilah-milah
Menerima
pendapat
dll.

Sintesis Menghasilkan ............... Mengkategorikan


(C5) misalnya:  klasifikasi,                    karangan, Mengkombinasik
teori an
Mengarang
Menyusun .................... Merancang
misalnya:  laporan,                  rencana, Menciptakan
skema, program,  proposal
Mendesain
                  
Menyusun
kembali
Merangkaikan
Menyimpulkan
Membuat pola
dll.

Evaluasi Menilai berdasarkan Memperbandingk


an
(C6) norma internal ..............
Menyimpulkan
misalnya:  hasil karya,  mutu ka                  
(akhir)
rangan, dll.
Mengkritik
Menilai
Mengevaluasi
Memberi saran
Menberi
argumentasi
Menafsirkan
Merekomendasi
Memutuskan
dll.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan atau Receiving adalah kepekaan


seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lainlain. Termasuk dalam
jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus,
mengontrol dan menyeleksi gejalagejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilainilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau
mengidentifikasikan diri dengan nilai itu.

2. Tanggapan (Responding) Tanggapan atau Responding mengandung arti “adanya


partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
tinggi daripada jenjang receiving.
3. Penghargaan (Valuing) Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek. Dalam kaitan
dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima
nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep
atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu
mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti
bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.

4. Pengorganisasian (Organization) Mengatur atau mengorganisasikan artinya


mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal,
yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan
merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk
didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas
nilai yang telah dimilikinya

5. Karakterisasi Berdasarkan Nilainilai (Characterization by a Value or Value


Complex) Ini lebih mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Tujuan
dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan
emosi jiwa. Yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu
telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi
emosinya. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang
mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menjadi lebih konsisten, menetap dan
lebih mudah diperkirakan.
Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga
berisi kemampuan kognitif. Kelima jenis perilaku tersebut bersifat hierarkis.
Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku perilaku terendah dan perilaku
pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi.

Berikut ini adalah daftar kata kerja untuk Ranah Afektif.


Jenis Prilaku Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional

 Pengenalan Menunjukkan ............... Menanyakan


misalnya:  kesadaran, Memilih
kemauan, perhatian
Mengikuti
Menjawab
Mengakui ......................
Melanjutkan
misalnya:  perbedaan,
Memberi
kepentingan
Menyatakan
Menempatkan
dll.

 
 Pemberian Mematuhi ...................... Melaksanakan
 Respon misalnya:  peraturan Membantu
tuntutan, perintah Menawarkan diri
Menyambut
Berperan aktif ............... Menolong
misalnya: Mendatangi
- di laboratorium Melaporkan
- dalam  diskusi Menyumbangkan
- dalam kelompok Menyesuaikan diri
- dalam organisasi Berlatih
- dalam kegiatan Menampilkan
Membawakan
Mendiskusikan
Menyatakan setuju
Mempraktekkan
dll.
Penghargaan Menerima suatu nilai Menunjukkan
Nilai-Nilai Menyukai Melaksanakan
Menyepakati Menyatakan pendapat
Menghargai.................... Mengambil prakarsa
misalnya:  Mengikuti
-  karya seni Memilih
-  sumbangan ilmu Ikut serta
-  pendapat Menggabungkan diri
- gagasan dan saran Mengundang
Mengusulkan
Membela
Menuntun
Membimbing
Membenarkan
Menolak
Mengajak
dll.

 Pengorga- Membentuk sistem nilai. Merumuskan


 ninsasian Berpegang pada
Menangkap relasi an- Mengintegrasikan
tara nilai.
Menghubungkan

Bertanggung jawab.
Mengaitkan
Mengintegrasikan  nilai
Menyusun
Mengubah
Melengkapi
Menyempurnakan
Menyesuaikan
Menyamakan
Mengatur
Memperbandingkan
Mempertahankan
Memodifikasi
Mengorganisasikan
Mengkoordinir
Merangkai
dll.

Pengalaman Menunjukkan ................ Bertindak


(Kebiasaan) misalnya: Menyatakan
-  kepercayaan diri Memperlihatkan
-  disiplin pribadi Melayani
-  kesadaran moral Membuktikan
Menunjukkan
Mempertimbangkan Bertahan
Mempertimbangkan
Melibatkan diri Mempersoalkan
dll.
Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik
manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan
melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan
intelektual, dan keterampilan sosial. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh
Bloom, namun dibuat oleh ahli lain tetapi tetap berdasarkan pada domain yang
dibuat Bloom.

Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 29-30) membagi ranah
psikomotorik menjadi tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan, dan kreativitas.

1)   Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan)


hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
Misalnya pemilahan warna, angka 6 (enam) dan 9 (sembilan).

2)   Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana


akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup
jasmani dan rohani. Misalnya posisi start lomba lari.

3)   Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh,


atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas
pola.

4)   Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan


tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5)   Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.
Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.

6)   Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan


perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang
berlaku. Misalnya ketrampilan bertanding.

7)   Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas


dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru.
Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf ketrampilan yang
berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-fase
dalam proses belajar motorik yang bersifat hierarkikal. Belajar berbagai
kemampuan gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai
dengan kreativitas pola gerak baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
psikomotorik mencakup kemampuan fisik dan mental.

Berikut ini adalah daftar kata kerja untuk Ranah Psikomotor.


Jenis Prilaku Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional
 Peniruan Menafsirkan Memilih
rangsang-an
Membedakan
(stimulus).
Mempersiapkan
Kepekaan terhadap
Menirukan
rangsangan.
Menunjukkan

Penggunaan Menyiapkan diri Memulai


secara
Mengawali
fisik.
Bereaksi
Mempersiapkan
Memprakarsai
Menanggapi
Mempertunjukkan
Menggunakan
Menerapkan
dll.

 Ketepatan Berkosentarsi untuk Mempraktekkan


menghasilkan Memainkan
ketepatan.
Mengerjakan
Membuat
Mencoba
Memposisikan
dll.

Perangkaian Merangkaikan Memasang


berbagai
Membongkar
keterampilan.
Merangkaikan
Bekerja
berdasarkan    pola. Menggabungkan
Mempolakan
dll.

Naturalisasi Menghasilkan karya Membangun


cipta. Membuat
Melakukan sesutau Mencipta
dengan ketepatan
Menghasilkan karya
tinggi.
Mengoperasikan
Melakukan
Melaksanakan
Mengerjakan
Menggunakan
Mengoperasikan
Memainkan
Mengatasi
Menyelesaikan
dll.

Demikian info tentang Kata-Kata Operasional (Spesifik) Taksonomi Bloom


Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Terima kasih, mudah-mudahan opini
ini bermanfaat. 
Kata Kerja Operasional (Baru) Taksonomi Bloom
 admin  2016/06/23  46  Uncategorized
Bulan puasa ini jadwal di sekolah sangat padat. Berbagai kegiatan dari remedial, pengolahan nilai,
input nilai SIP, rapat ini itu, IHT, PPDB, MGMP, sampai jadwal berbuka puasa semuanya ada :).
Oke, kali ini cerita mengenai IHT Revisi Kurikulum yang diadakan pada hari Selasa dan Rabu, 21
dan 22 Juni 2016.

Materi untuk revisi kurtilas diisi dengan Analisis KI, KD dan membuat IPK, Model-model
pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar serta dilanjutkan dengan penyusunan RPP. Hasil dari
pelatihan ini sejatinya adalah para pendidik berhasil menyelesaikan satu contoh format RPP (revisi).

Nah, ada baiknya sebelum masuk ke dalam penyusunan silabus dan RPP mengingat sekilas
tentang taksonomi Bloom. Rekan-rekan yang berprofesi sebagai pendidik pasti sudah akrab dengan
istilah ini. Taksonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah klasifikasi bidang ilmu; kaidah
dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.

Taksonomi untuk tujuan pendidikan adalah kategorisasi tujuan pendidikan yang digunakan untuk
merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Taksonomi Bloom merujuk kepada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Menurut Bloom, tujuan
pendidikan dibagi menjadi beberapa domain dan setiap ranah atau domain tersebut dibagi kembali
ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam 3 domain, yaitu:


1. Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro pun menggambarkan hal yang sama dalam ungkapan
cipta, rasa, dan karsa. Atau ada juga yang menyebutnya dengan: penalaran, penghayatan, dan
pengamalan.

Taksonomi merupakan kriteria yang digunakan oleh Guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas
pembelajarannya. Dalam setiap aspek taksonomi terkandung kata kerja operasional yang
menggambarkan bentuk perilaku yang ingin dicapai melalui suatu pembelajaran. Kata kerja
operasional diperlukan oleh Guru saat menyusun silabus dan RPP.
Berikut ini adalah contoh kata kerja operasional dari masing-masing ranah.
Tabel kata operasional ini hasil dari In House Training Revisi Kurikulum.

Kata Kerja Operasional (Baru), Taksonomi Bloom untuk ranah Kognitif (Pengetahuan)
Kata Kerja Operasional, Taksonomi Bloom untuk ranah Psikomotorik (Keterampilan)

Kata Kerja Operasional, Taksonomi Bloom untuk ranah Afektif (Sikap)

Bagaimana cara aplikasi penggunaan kata operasional di atas untuk penyusunan silabus dilanjut

nanti ya. Yang punya blog mau buka puasa dulu 

https://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom/

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/03/taksonomi-bloom-harus-dijadikan-acuan.html
https://jejakjejakjejak.wordpress.com/2013/03/17/klasifikasi-bloom-ranah-kognitif-beserta-contoh-c1-
c6-revisi/

Level Kognitif dalam Penyusunan Soal


By Abelatif - 27 August 2020

    

Kegiatan penilaian merupakan salah satu tugas utama guru selain melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Pada proses penilaian pembelajaran ini,
guru bisa melakukan penilaian secara formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap
akhir pembahasan satu bab atau topik bahasan. Guru juga bisa melakukan penilaian
secara sumatif yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir waktu yang ditentukan untuk
mengevaluasi lebih dari satu bab atau pokok bahasan, seperti pelaksanaan UTS atau
UAS.

Pada proses penilaian, guru harus menyiapkan instrumen penilaian yang akan
diberikan kepada siswa. Instrumen penilaian yang banyak digunakan oleh guru di
antaranya instrumen berupa soal tes tertulis. Nah dalam penyusunan soal untuk
penilaian ini tidak sembarang lho, ada aturan dan tata cara yang mesti diikuti oleh
guru.

Dalam penyusunan soal, hal yang pertama harus guru siapkan adalah menmbuat kisi-
kisi soal. Pada kisi-kisi soal ini guru harus menentukan indikator soal. Indikator soal
ini harus disusun dengan benar karena akan mencerminkan soal yang akan dibuat.
Pada penentuan dan pembuatan indikator soal ini ada yang perlu diperhatikan oleh
guru yaitu level kognitif sebagai tuntutan kurikulum yang harus dicapai oleh siswa
setelah pembelajaran. Apa itu level kognitif? Bagaimana penerapan dalam soal?
Untuk menjawabnya, mari kita simak pembahasannya.

Bicara tentang level kognitif, secara sederhana level kognitif merupakan


klasifikasi/tingkatan kemampuan siswa dalam menerima sesuatu yang dijelaskan.
Level kognitif sendiri sangat erat kaitannya dengan taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom sebagai penemuan dari Benjamin Bloom memuat hierarki atau
klasifikasi dari tiga ranah domain yang menjadi target dalam pendidikan, yaitu ranah
kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Setiap ranah
memiliki tingkatan dari yang paling rendah sampai paling tinggi. Pada artikel ini akan
lebih fokus membahas tentang level kognitif atau ranah kognitif.
Level kognitif terdiri dari 3 level utama, yaitu level 1 (knowing), level 2 (applying),
dan level 3 (reasoning), Setiap level memiliki level kognitif sesuai dengan taksonomi
Bloom mulai dari C1 sampai C6. Pada setiap level C1 sampai C6 tersebut terdapat
kata kerja operasional (KKO) yang bisa digunakan oleh guru untuk membuat
indikator soal sehingga tergambar level kognitif soal tersebut.

Level 1 (knowing)

sumber:: sabrinaghumman.com

Level 1 terdiri dari level kognitif taksonomi Bloom yang menjadi gambaran
kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu C1 (mengetahui) dan C2
(memahami). Kata kerja operasional yang bisa digunakan dalam indikator soal untuk
C1 di antaranya mengingat kembali, membaca, menyebutkan, menyusun daftar,
menggaris bawahi, menjodohkan, memilih, menyatakan, dan mendefinisikan.

Baca juga: Model Pembelajaran Discovery Learning

Contoh dari indikator soal dan soal yang bisa dibuat oleh guru dari level kognitif C1
ini misalnya : Indikator soal: Siswa dapat menjodohkan nama tarian dan asal
daerahnya. Soal yang bisa disusun dari indikator tersebut, misalnya:
Soal: Perhatikan beberapa nama tarian dan nama daerah berikut ini:
 tari jaipong, tari kecak, tari saronde, tari poco-poco, dan tari lilin

 maluku utara, jawa barat, sumatera barat, bali, sulawesi utara.

Pasangkanlah nama tarian dan asal daerahnya secara tepat!

Contoh bentuk soal lainnya yang bisa dikembangkan dari level kognitif C1 ini sesuai
dengan kata kerja operasional yang sudah ada, di antaranya:

 Sebutkan unsur-unsur yang terdapat pada golongan IA?

 Pilih lah gambar bendera berikut yang termasuk pada negara Asia Tenggara?

 Buatlah daftar barang yang diperlukan ketika akan melakukan kegiatan olah
raga sepak bola!

Level kognitif selanjutnya merupakan tingkat yang lebih dari sekedar mengetahui,
level kognitif ini dikenal dengan istilah C2 (pemahaman). Kata kerja operasional yang
digunakan untuk menggambarkan level kognitif pemahaman di antaranya
memperkirakan, mengkategorikan, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan,
mengklasifikasikan, menerangkan, menggambarkan, menginterpretasikan, dan
lainnya.

Contoh indikator soal dan bentuk soal yang bisa dibuat oleh guru, misalnya,

Indikator soal: siswa dapat mengklasifikasikan larutan berdasarkan kemampuan


menghantarkan listriknya.

Soal: Berikut ini 5 jenis larutan dan hasil pengujian daya hantarnya.
 Larutan A (lampu redup, gelembung gas sedikit)

 Larutan B (lampu tidak menyala, gemebung gas sedikit)

 Larutan C (lampu tidak menyala, gelembung gas tidak ada)


 Lampu D (lampu menyala terang, gelembung gas ada)

 Larutan E (lampu redup, gelembung tidak ada)

Berdasarkan hasil uji coba daya hantar listrik tersebut, klasifikasikan larutan tersebut
ke dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit!

Dua contoh soal pada setiap level kognitif tersebut menunjukkan dalam level kognitif
1 ini terdapat beberapa indikator yang harus dikuasai dan ditunjukkan oleh siswa.
Indikator tersebut yaitu: 1) menggambarkan pemahaman dasar mengenai suatu mata
pelajaran dan pemecahan masalah sederhana. 2) mempertunjukkan bentuk ingatan dan
pengetahuan mengenai materi dasar dan membuat generalisasi yang sederhana. 3)
memperlihatkan kemampuan menginterpretasi bentuk data (tabel, grafik, gambar). 4)
mempertunjukkan kemampuan menghubungkan fakta dasar dengan bahasa yang
sederhana.

Level 2 (applying)
Pada level 2 mencakup satu level kognitif yang harus dikuasai dan tergambar pada
siswa, yaitu menerapkan (C3). Level kognitif ini tentu saja lebih dari sekedar
mengetahui dan memahami, namun tuntutannya siswa harus bisa menerapkan. Oleh
karena itu kata kerja operasionalnya pun menyesuaikan dengan level kognitifnya.

Kata kerja operasional yang bisa digunakan oleh guru ketika menyusun soal dengan
level kognitif C3 di antaranya mengimplementasikan, menggunakan, menentukan,
memproseskan, menghitung, memperagakan, menghubungkan, membuktikan,
menemukan, menyesuaikan dan lain-lain.

Contoh indikator soal dan bentuk soal yang menggambarkan level kognitif C3 sebagai
berikut:

Indikator Soal: Siswa dapat menentukan volume gas yang dihasilkan pada proses
elektrolis larutan.
Bentuk Soal: Elektrolisis larutan AgNO3 0,1 M dengan elektroda C dilakukan selama
5 menit dengan kuat arus listrik yang dialirkan sebesar 0,5 Ampere. Tentukan volume
gas yang terbentuk di Anoda! (Ar Ag=108, N= 14, O= 16)

Untuk menjawab soal tersebut, tentu saja siswa perlu mengetahui dan memahami
konsep reaksi elektrolisis dan cara perhitungannya. Pengetahuan dan pemahaman
tersebut selanjutnya akan diterapkan pada penentuan volume gas di anoda. Jadi pada
pengerjaannya, siswa tidak sekadar tahu dan paham konsep, tetapi akan menerapkan
konsep tersebut untuk menjawab soal hitungan yang berkaitan dengan konsepnya.

Berdasarkan contoh tersebut, maka pada level 2 ini terdapat beberapa kemampuan
yang akan tergambar pada siswa, di antaranya: 1) mampu menghubungkan fakta yang
tersusun dan membangun penjelasan dengan istilah atau suatu analogi, 2) memiliki
kemampuan dalam pengetahuan dan pemahaman mengenai mata pelajaran yang dapat
diterapkan pada kondisi berbeda, 3) mampu memecahkan peramasalahan yang ringan
dan sulit dalam mata pelajaran dengan menggunakan konsep yang sudah dipahami
dan diketahui.

Oke gimana sampai sini bisa kan mengikuti paparan level kognitif dalam penyusunan
soal? Nah sebagai informasi jika kita menyusun soal menggunakan level kognitif C1
sampai C3, maka soal yang kita buat itu masih masuk kategori LOTS (low order
thinking skills), jadi masi mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Lalu seperti
apa jenis soal yang masuk kategori HOTS (high order thinking skills)? Mari kita
lanjut pembahasan ke level selanjutnya.

Baca juga: Mengenal Pendekatan Saintifik

Level 3 (reasoning)
Level 3 menggambarkan kemampuan dalam penalaran dan logika, level ini terdiri dari
3 level kognitif dalam taksonomi Bloom, yaitu C4 (analisis), C5 (evaluasi), dan C6
(sintesis). Level kognitif pada level 3 ini sudah masuk pada kategori HOTS, di mana
dalam penyelesaian soal-soalnya memerlukan beberapa tahapan berpikir.

Kata kerja operasional untuk level kognitif C4 di antaranya mengorganisasikan,


merinci, menelaah, meneteksi, mengaitkan, membandingkan, menyeleksi, memilih,
membagi, menguraikan, dan lainnya. Contoh indikator soal dan bentuk soal yang bisa
dibuat oleh guru sebagai berikut:

Indikator soal: Siswa dapat membandingkan titik didih dua buah larutan sesuai
dengan informasi data.

Bentuk soal: Larutan A merupakan larutan yang tidak dapat mengalami ionisasi,
sementara larutan B dapat mengalami ionisasi sebagian. Jika larutan A dan B
memiliki jumlah mol yang sama dan dilarutkan pada air sehingga volume kedua
larutan tersebut sama juga. Bandingkan titik didih larutan A dan B apakah titik didih
A = titik didih B, titik didih A < titik didih B, titik didih A > titik didih B? Jelaskan!

Level kognitif lainnya pada level 3 ini adalah C5 (evaluasi), kata kerja operasional
yang bisa digunakan dalam penyusunan soal level C5 ini di antaranya, membuktikan,
mempertahankan, memvalidasi, menilai, memberi saran, mengevaluasi, mengkritik,
memberi argumentasi, menafsirkan, merekomendasikan, dan lainnya.

Contoh indikator soal dan bentuk soal untuk level kognitif C5 sebagai berikut:

Indikator Soal: Siswa mampu menilai beberapa susunan sel volta yang disediakan
dalam bentuk gambar.

Bentuk soal: Berikut beberapa gambar mengenai susunan sel volta:


sumber:
www.masdayat.net

Periksa lah dengan teliti 5 gambar tersebut dan berikan penilaian untuk setiap susunan
sel volta mengenai kebenaran konsepnya! (kebenaran dan kesesuaian konsep yang
dinilai di antaranya penentuan anoda dan katoda, arah pergerakan elektron, dan
susunan sel voltanya).

Level kognitif terakhir pada level 3 ini adalah C6 (sintesis), kata kerja operasional
yang bisa digunakan untuk menyusun indikator soal pada level kognitif C6 di
antaranya merencanakan, memproduksi, membangun, merancang, membuat,
menciptakan, mendesain, mengabstraksikan, mengkombinasikan, dan lainnya. Contoh
indikator soal dan bentuk soal untuk level kognitif C6 sebagai berikut:

Indikator Soal: Siswa dapat membuat tabel penyajian data mengenai faktor yang
memengaruhi laju reaksi berdasarkan informasi yang diberikan.

Bentuk Soal: Pada suhu yang sama dilakukan pelarutan Mg ke dalam HCl. Pelarutan
ini dilakukan pada 3 gelas kimia yang berbeda. Pada gelas kimia pertama, 5 gram
serbuk Mg dilarutkan ke dalam larutan HCl 1 M. Pada gelas kimia kedua, dilarutkan 5
gram butiran Mg ke dalam larutan HCl 1 M. Sementara pada gelas kimia ketiga, 5
gram serbuk Mg dilarutkan dalam larutan HCl 2 M. Berdasarkan data tersebut, 1)
buatlah tabel penyajian data mengenai faktor yang memengaruhi laju reaksi!, 2)
Buatlah generalisasi mengenai faktor yang memengaruhi laju reaksi berdasarkan tabel
yang dibuat!

Berdasarkan tiga contoh indikator dan soal pada level 3, secara umum level 3 ini
memiliki penjabaran beberapa kemampuan, yaitu 1) menunjukkan penguasaan dan
pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, 2) memiliki kemampuan
menjabarkan hubungan antara informasi dan konsep sesuai dengan kebutuhan, 3)
memiliki kemampuan melakukan sintesis, evaluasi, dan analisis sesuai dengan
kebutuhan, 4) mampu memberi penjelasan dan memberi ide gagasan yang mudah
dimengerti, dan 5) mampu menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan
dalam mata pelajaran.

Penjabaran mengenai level kognitif tersebut menunjukkan bahwa dalam penyusunan


soal guru tidak bisa sembarangan, agar bisa mengukur yang seharusnya diukur, maka
guru perlu mengenal, memahami dan menerapkan level kognitif ini.

Pada pelaksanaanya pun diharapkan level kognitif mulai C1-C6 ini bisa dihadirkan
dalam soal-soal yang diberikan kepada siswa. Jangan sampai guru hanya berkutat
pada soal-soal dengan tipe LOTS, dan tidak pernah memberikan soal-soal HOTS.

Baca juga: Metode Pembelajaran

Padahal soal-soal HOTS ini bisa menjadi salah satu cara untuk mengembangkan
berbagai keterampilan berpikir pada siswa yang dibutuhkan untuk menghadapi era
saat ini. Oleh karena itu, bagi para guru pastikan selalu memperhatikan level kognitif
ini dalam setiap menyusun dan membuat soal untuk keperluan penilaian
pembelajaran!
https://tambahpinter.com/level-kognitif-dalam-penyusunan-soal/

Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS


Posted on Author dhelilik 0

Bertema.com – Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS


Berpikir merupakan aktifitas atau kegiatan mencurahkan daya pikir untuk tujuan tertentu
yang termasuk pada ranah kognitif.

Di dunia pendidikan berpikir merupakan bagian dari ranah kognitif, dimana dalam hirarki
Bloom terdiri dari tingkatan-tingkatan.

Bloom mengkalisifikan ranah kognitif ke dalam enam tingkatan yang dikenal dengan
istilah taksonomi Bloom.

Keenam tingkatan tersebut terdiri atas:

1. pengetahuan (knowledge)
2. pemahaman (comprehension)
3. penerapan (application)
4. mengalisis (analysis)
5. mensintesakan (synthesis)
6. menilai (evaluation)
Ranah kognitif di atas merupakan kemampuan peserta didik dalam menyatakan kembali
konsep/prinsip yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran.

Proses tersebut berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir, mengembangkan


pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

Tujuan pembelajaran pada ranah kognitif menurut Bloom, merupakan segala aktivitas
pembelajaran yang dikemas menjadi 6 tingkatan.

Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOT


Oleh karena itu Bloom membagi keterampilan menjadi dua bagian dalam proses kognitif.

Pertama adalah keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS) dalam proses pembelajaran,
yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying).

Kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta
(creating).
Oleh Anderson dan Krathwoll taksonomi Bloom direvisi, sehingga merupakan rangkaian
proses-proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif.

Baca Juga:

3 Level Kognitif yang Wajib Dipahami Guru

Langkah-Langkah Merumuskan Indikator

Cara Menyusun Soal USBN dengan Higher Order Thinking Skills

Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Penguatan Pendidikan Karakter

Rangkaian proses-proses tersebut menunjukkan kompleksitas kognitif dengan


menambahkan dimensi pengetahuan.

Pertama, Pengetahuan faktual

Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui para peserta didik
jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin ilmu.

Elemen-elemen tersebut berupa simbol – simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi
konkret, untuk menyampaikan informasi penting. Oleh karena itu sebagian besar
pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah.

Terdapat dua jenis pengetahuan faktual yaitu:


1. Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non-
verbal tertentu (misalnya kata-kata, angka, tanda, dan gambar).
2. Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu pada
pengetahuan peristiwa, tempat, orang, tanggal, dan sumber informasi.
Kedua, Pengetahuan konseptual

Pengetahuan konseptual tediri atas skema, model mental, atau teori eksplisit dan implisit
dalam model -model psikologi kognitif yang berbeda.

Dalam hal ini pengetahuan konseptual terdiri atas tiga jenis:

1. Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan


penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda.
2. Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu akademis
dan digunakan untuk mempelajari fenomena atau memecahkan masalah.
3. Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip-
prinsip dan generalisasi-generalisasi. Serta hubungan-hubungan yang
menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat mengenai suatu fenomena,
masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.

Ketiga, Pengetahuan Prosedural


Pengetahuan mengenai bagaimana melakukan sesuatu mulai dari latihan-latihan sampai
dengan memecahkan masalah-masalah baru.

Oleh karena itu pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian
langkah-langkah yang akan diikuti.

Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan keahlian dan algoritma, serta tehnik, dan
metode yang disebut dengan prosedur.

1. Pengetahuan keahlian dan algoritma spesifik suatu subjek

Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah- langkah,


yang secara kolektif yang harus dilakukan. Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS.

Kadangkala langkah-langkah tersebut dibarengi dengan perintah yang pasti, namun


adapula keputusan harus dibuat mengenai langkah mana yang dilakukan.

Terkadang dengan cara yang sama hasil akhirnya bias pasti, namun dalam kasus lain
hasilnya tidak pasti. Meskipun proses tersebut bisa pasti tetapi secara umum hasil akhir
dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.

2. Pengetahuan tehnik dan metode spesifik suatu subjek


Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan bagaimana berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan
masalah tersebut.

3. Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur- prosedur yang


tepat.

Keempat, Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum sama


halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang.

Yang termasuk ke dalam pengetahuan metakognitif antara lain:

1. Pengetahuan strategi

Pengetahuan strategis adalah pengetahuan mengenai strategi-strategi umum untuk


pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah.

2. Pengetahuan mengenai tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan


kondisional

Para peserta didik mengembangkan pengetahuan mengenai strategi-trategi pembelajaran


dan berpikir.

Pengetahuan ini mencerminkan baik strategi-strategi umum apa yang digunakan dan
bagaimana menggunakan mereka.

3. Pengetahuan diri

Kewaspadaan diri mengenai kaluasan dan kelebaran dari dasar pengetahuan dirinya
merupakan aspek penting pengetahuan diri.

Peserta didik perlu memperhatikan jenis strategi yang berbeda yang lebih tepat untuk tugas
tertentu. Tentunta hal ini dapat mendorong ke arah suatu perubahan dalam penggunaan
strategi. Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS.

Gambar berikut menunjukkan kombinasi dari dimensi pengetahuan dan proses berpikir.
Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dikenal dengan Higher Order Thinking Skill
(HOTS) dipicu oleh empat kondisi.

a. Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik
dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.

b. Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah,
melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut
terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar.

c. Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral
menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.

d. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuan
analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Demikianlah uraian terkait Konsep Berpikir Tingkat Tinggi HOTS. Seoga bermanfaat.

Sumber: Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan Berpikir Tingkat


Tinggi. Dirjen GTK Kemdikbud, 2018.

https://bertema.com/konsep-berpikir-tingkat-tinggi-hots\

Anda mungkin juga menyukai