“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan
Muslim no. 1533)
Ini adalah perintah beliau kepada umatnya agar meneladani tata cara shalat sesuai dengan apa
yang beliau tuntunkan. Lalu bagaimana kaifiyah shalat yang beliau ajarkan? Berikut adalah
tuntunan shalat sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk anda sekalian.
Catatan: Kami sengaja tidak menghapus gambar supaya anda lebih bisa memahami gambaran tata
cara shalat yang dijelaskan di sini, karena terkadang teks saja tidak mencukupi. Dan untuk anda
yang mengakses halaman ini dengan perangkat mobile kami tuliskan teks dalam gambar agar lebih
membantu.
1. RAKAAT PERTAMA
• Berwudhu terlebih dahulu. [1]
• Berniat di dalam hati dan tidak dilafazhkan. [2]
• Menghadap kiblat, yaitu Ka’bah. [3]
Perhatian: Menghadap Ka’bah bukan berarti menyembah Ka’bah, tetapi tetap menyembah Allah
‘Azza wa Jalla. Kita menghadap Ka’bah karena kita diperintahkan Allah untuk itu dan kita pun
tunduk pada perintah-Nya.
• Menempatkan sutrah di hadapanmu (sutrah yaitu pembatas, seperti: tembok, tiang dan lain-
lain). Tinggi sutrah yaitu setinggi satu hasta (dari ujung jari tengah sampai siku). [4] Sedangkan
jarak antara sutrah dan tempat sujud adalah kira-kira bisa dilalui seekor kambing. [5]
• Lakukanlah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu, maka boleh duduk. Bila tidak mampu
duduk, maka dengan berbaring, dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh
dengan isyarat. Bila tidak mampu dengan isyarat, maka dengan hati. [6]
Footnote:
[1] HR. Muslim
[2] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[3] QS. Al-Baqarah: 144
[4] HR. Muslim
[5] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[6] HR. Al-Bukhari
Mengangkat tangan ketika takbir bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga keadaan:
1. Sebelum ucapan takbir. [10]
2. Bersamaan dengan ucapan takbir. [11]
3. Sesudah ucapan takbir. [12]
Jari-jemari tangan saat takbir dirapatkan, namun tidak digenggam, dan jari-jemarinya menghadap
ke atas. [*]
Footnote:
[7] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[8] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[9] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[10] HR. Muslim
[11] HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud
[12] HR. Al-Bukhari dan Muslim
3. Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, atau di lengan
bawah tangan kiri, atau tangan kanan menggenggam tangan kiri, [13] dan posisi kedua tangan
di dada. [14]
• Membaca doa Istiftah, di antaranya:
“Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, Mahaberkah nama-Mu, Mahatinggi
kekayaan-Mu, dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau.” [15]
Footnote:
[13] HSR. An-Nasa-i
[14] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[15] HSR. Abu Dawud
4. • Membaca Ta’awudz:
“Aku berlindung kepada Allah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui, dari (godaan) syaithan
yang terkutuk serta dari kegilaannya, kesombongannya dan dari sya’irnya yang tercela. [17]
• Membaca surat al-Faatihah, namun, bacaan “Bismillaahirrahmaanirrahiim” dipelankan (tidak
dikeraskan). [17]
Footnote:
[16] HSR. Abu Dawud dan selainnya
[17] HSR. An-Nasa-i
Footnote:
[21] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[22] HSR. Abu Dawud
[23] HR. Al-Bukhari
[24] HSR. Abu Dawud
[25] HR. Al-Bukhari
[26] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[27] HR. Muslim
7. • Bangkit dari ruku’ (I’tidaal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau
kedua telinga sambil mengucapkan:
“Ya Rabb kami, segala puji hanya milik-Mu dengan pujian yang baik lagi banyak serta penuh
berkah.” [29]
Footnote:
[28] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[29] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[30] HR. Al-Bukhari dan Muslim
8. • Melakukan sujud sambil bertakbir, kemudian meletakkan kedua lutut terlebih dahulu
daripada kedua tangan (atau boleh pula sebaliknya). [31]
– Posisi sujud: Kedua telapak tangan dibuka, tidak mengepal, dan diletakkan sejajar dengan bahu
atau telinga, kedua sikut diangkat, dijauhkan dari lantai dan direnggangkan/dijauhkan dari
lambung kiri dan kanan, sehingga ketiak kelihatan, kecuali ketika shalat berjamaah, maka kedua
sikut dirapatkan ke sisi lambung. [32]
– Posisi jari-jemari ketika sujud: Jari-jemari tangan dirapatkan [33] dan menghadap kiblat. [34]
Footnote:
[31] HSR. Abu Dawud
[32] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[33] HSR. Ibnu Khuzaimah
[34] HR. Al-Bukhari
9. – Posisi ketika sujud: Kedua paha dibuka, [35] lalu ujung jari-jemari kaki menghadap kiblat dan
kedua telapak kaki ditegakkan serta kedua tumit dirapatkan. [36] Jarak antara paha dan lambung
dijauhkan. [*]
– Sujudlah dengan thuma’niinah dan lakukanlah dengan menempelkan tujuh anggota badan: dahi
dan hidung, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung jari-jemari kedua kaki. [37]
Bacaan ketika sujud:
SUBHAANA RABBIYAL A’LAA.
Footnote:
[35] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[36] HSR. Ibnu Khuzaimah
[*] Kitab Al-Qaulul Mubin Fil Akhtaail Mushalliin
[37] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[38] HR. Muslim
10. • Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk Iftirasy (untuk duduk di antara dua sujud),
yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan ditegakkan. [39]
Cara duduk Iftirasy yang salah: Duduk bertumpu di atas kedua telapak kaki.
Footnote:
[39] HR. Muslim
11. – Posisi tangan ketika duduk iftirasy: telapak tangan kanan diletakkan di atas paha kanan,
demikian pula dengan tangan kiri. [40] Atau telapak tangan kanan diletakkan di lutut kanan
seolah-olah menggenggamnya, demikian pula telapak tangan kiri. [41]
Membaca doa:
RABBIGHFIRLII RABBIGHFIRLII.
“Ya Rabbku ampunilah aku, Ya Rabbku ampunilah aku.” [42]
Footnote:
[40] HR. Muslim
[41] HSR. An-Nasa-i
[42] HSR. Abu Dawud
12. • Lalu sujud kembali, kemudian bangkit dari sujud sambil bertakbir, dan duduk sejenak
sebagai duduk istirahat. [43] Kemudian bangkit dengan mengepalkan tangan [47] atau dengan
membukanya. [45]
• RAKAAT KEDUA:
Melakukan rakaat kedua dengan bersedekap, lalu membaca surat al-Faatihah. [46]
– Rakaat kedua lebih singkat dari rakaat pertama. [47] Sehingga membaca surat yang lebih pendek
dari surat di rakaat pertama. Kemudian ruku’, i’tidaal, sujud dan duduk di antara dua sujud
sebagaimana pada rakaat pertama.
Footnote:
[43] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[44] HSR. Al-Baihaqi
[45] HR. Al-Bukhari
[46] HR. Muslim
[47] HR. Muslim
13. – Setelah sujud kedua, maka lakukanlah tasyahhud Awal dengan posisi duduk yaitu duduk
Iftirasy.
Posisi tangan ketika tasyahhud awal:
– Tangan kanan menggenggam jari kelingking dan jari manis, adapun ibu jari dan jari tengah
membentuk lingkaran, atau boleh juga digenggam seluruhnya. Kemudian jari telunjuk ditegakkan
sambil digerak-gerakkan. [48]
– Pandangan mata harus tertuju pada telunjuk. [49]
Footnote:
[48] HSR. Ibnu Majah
[49] HR. Muslim
“Seluruh penghormatan hanyalah milik Allah dan juga seluruh pengagungan serta kebaikan.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian pula
rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurahkan kepada kita dan kepada hamba-
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah
dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan Rasul-
Nya.” [50]
Footnote:
[50] HR. Al-Bukhari dan Muslim
15. Lalu membaca shalawat:
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHALLAITA ‘ALAA
IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAHUMMA BAARIK ‘ALAA
MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA BAARAKTA ‘ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
IBRAAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
“Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan
keluarganya, sebagaimana Engkau memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan
keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung. Ya Allah berkahilah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya, sebagaimana Engkau berkahi Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung.” [51]
Footnote:
[51] HR. Al-Bukhari dan Muslim
16. • Bila shalat Shubuh, Jum’at atau shalat dua rakaat lainnya, maka tidak ada Tasyahhud Awal,
namun langsung melakukan Tasyahhud Akhir, dengan posisi duduk, yaitu duduk Iftirasy, [52] dan
membaca seperti bacaan di atas lalu ditambah dengan doa:
ALLAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAM, WA MIN ‘ADZAABIL QABRI, WA MIN
FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI, WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Neraka jahannam, adzab kubur,
fitnah dalam kehidupan dan kematian dan dari keburukan fitnah al-Masih Dajjal.” [53]
Footnote:
[52] HR. Al-Bukhari
[53] HR. Al-Bukhari dan Muslim
17. • Bila engkau telah melakukan Tasyahhud Awal, maka bangkitlah, lalu kerjakan rakaat ketiga
dengan tangan bersedekap dan membaca al-Faatihah dan tidak membaca surat lain setelahnya.
Kemudian ruku’, i’tidaal, sujud dan duduk di antara dua sujud lalu sujud kedua seperti biasa.
– Bila shalat Maghrib, maka di rakaat ketiga ini lakukanlah Tasyahhud Akhir setelah melakukan
sujud kedua. Posisi duduknya yaitu, duduk Tawarruk (dengan posisi: Telapak kaki kanan
ditegakkan, kaki kiri diletakkan di bawah kaki kanan, dan pantat duduk di lantai). Bacaannya sama
dengan yang sebelumnya. [54]
– Bila tidak mampu duduk tawarruk seperti gambar no. 24, maka boleh melakukannya seperti pada
gambar no. 25.
Footnote:
[54] HR. Al-Bukhari
18. • Bila engkau telah melakukan sujud kedua, maka bangkitlah lalu kerjakanlah rakaat
keempat. Lalu ruku’, i’tidaal, sujud, duduk di antara dua sujud dan sujud kedua seperti biasa.
Maka lakukanlah Tasyahhud Akhir dengan posisi duduk Tawarruk.
• Setelah itu salam, dimulai dengan menolehkan wajah ke kanan sambil mengucapkan:
Demikianlah pembaca tuntunan shalat secara ringkas berdasarkan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Untuk penjelasan lebih lengkap dan detail silakan membaca buku Sifat Shalat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karya Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah.
Semoga bermanfaat.
Garut News – Tata Cara Shalat Nabi, Niat adalah maksud hati untuk
melakukan sesuatu. Shalat tidaklah sah tanpa niat, dan shalat tidaklah diterima
jika niat shalat bukan karena Allah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Setiap amal tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari-Muslim). Para ulama
sepakat niat adalah amalan hati, sehingga niat tidak perlu diucapkan. Ketika
hati sudah beritikad untuk melakukan shalat, itu sudah niat yang sah. Nabi
shallallahu’alaihi wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal tertentu untuk
niat shalat.
4. Bersedekap
Hukum membacanya adalah sunnah. Ada beberapa macam jenis doa istiftah
yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan sahabatnya,
berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih. Diantaranya adalah doa: “Allahumma
baa’id bayni wa bayna khothooyaaya, kamaa ba’adta bayna masyriqi wal
maghrib. Allahumma naqqinii khothooyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu
minad danas, Allahummaghsil khothooyaaya bil maa-i wats tsalji wal barod”
(HR.Bukhari-Muslim).
Setelah membaca ta’awudz, lalu membaca surat Al Fatihah. Tidak sah shalat
tanpa membaca Al Fatihah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “tidak
ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Bukhari-
Muslim). Namun berbeda lagi bagi makmum, para ulama berbeda pendapat
apakah makmum ikut membaca Al Fatihah ataukah diam mendengarkan bacaan
imam. Yang rajih, jika makmum mendengar imam sedang membaca (secara
jahr), maka ia wajib mendengarkan dan diam. Makmum tidak membaca Al
Fatihah ataupun bacaan lain. Jika makmum tidak mendengarkan imam
membaca (karena dibaca secara sirr), maka ia wajib membaca Al Fatihah. Inilah
pendapat jumhur ulama. Setelah membaca Al Fatihah, disunnahkan
mengucapkan “aamiin” dengan jahr (keras). “aamiin” artinya “ya Allah
kabulkanlah”.
8. Membaca surat dari Al Qur’an
Dari kondisi berdiri setelah i’tidal, turun untuk bersujud sambil mengucapkan
“Allahu Akbar”. Para ulama berbeda pendapat apakah lebih dahulu tangan
ataukah lutut ketika turun. Yang rajih, wallahu a’lam, sebagaimana riwayat dari
Ibnu Umar: “bahwasanya ia turun sujud dengan kedua tangannya sebelum
lututnya” (HR. Al Bukhari secara mu’allaq, Abu Daud). Cara sujud adalah
dengan menempelkan 7 anggota badan. Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu’alaihi wasallam : “aku diperintahkan untuk sujud dengan 7 anggota
badan: jidat (sambil menunjukkan kepada hidungnya), 2 tangan, 2 lutut, dan
jari-jari kedua kaki” (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa
hidung juga termasuk yang wajib ditempelkan. Kemudian kedua tangan sejajar
dengan pundaknya atau pangkal telinganya, dengan jari-jari dalam keadaan
rapat dan menghadap kiblat. Lengan dibuka dan tidak menempel dengan
badan. “Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika shalat (sujud) beliau
merenggangkan kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau” (HR.
Bukhari-Muslim). Namun ini dilakukan semampunya tanpa mengganggu orang
yang shalat di sebelahnya. Ketika sujud membaca doa: “subhaana rabbiyal
a’laa” sebanyak 3 kali atau lebih. Dianjurkan memperbanyak doa ketika sujud,
karena seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika sujud.
Dari posisi duduk, turun untuk sujud sambil mengucapkan “Allahu Akbar”,
kemudian sujud dengan tata cara sujud yang sama seperti sujud pertama.
14. Melakukan duduk istirahat dan bangun menuju rakaat kedua
Dari posisi sujud, bangkit tanpa bertakbir, untuk duduk sejenak dengan posisi
duduk iftirasy. Lalu bangun untuk berdiri menuju rakaat yang kedua sambil
mengucapkan “Allahu Akbar” dan mengangkat kedua tangan seperti cara
mengangkat tangan pada takbiratul ihram. Takbir ini dinamakan takbir intiqal.
Intiqal artinya berpindah, karena takbir ini dilakukan ketika berpindah dari satu
rukun menuju rukun berikutnya.
Duduk dengan posisi duduk iftirasy, kemudian mengangkat jari telunjuk kanan
hingga lurus ke arah kiblat. Sambil membaca doa: “at taahiyaatu lillah was
sholawaatu wat thoyyibaatu, as salaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu
warohmatulloohi wabarokaatuh, assalaamu ‘alaina wa’alaa ibaadillaahis
shoolihiin, asyhadu allaa ilaaha illallooh wa asyhadu anna
muhammadarrosuulullooh” (HR. Bukhari-Muslim). Dan ada beberapa bacaan
doa tasyahud lainnya yang shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Dianjurkan untuk membaca shalawat saat tasyahud awal. Setelah tasyahud
awal, berdiri menuju rakaat ketiga sebagaimana telah dijelaskan.
Para ulama berbeda pendapat mengenai posisi duduk tasyahud akhir, sebagian
ulama menyatakan bahwa posisinya tawarruk, yaitu duduk dengan cara
menegakkan telapak kaki kanan dan posisi jari-jarinya menghadap kiblat.
Sedangkan telapak kaki kiri berada di depan kaki kanan dan bokong menyentuh
lantai. Sebagian ulama menyatakan, untuk shalat yang dua rakaat, maka duduk
tasyahud akhir dengan posisi iftirasy. Namun dalam masalah ini, perkaranya
longgar. Kemudian mengangkat jari telunjuk kanan hingga lurus ke arah kiblat.
Sambil membaca doa tasyahud sebagaimana pada tasyahud awal, lalu
diwajibkan untuk membaca shalawat: “Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad wa
‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibroohiim, wa ‘alaa aali Ibroohiim,
innaka hamiidummajiid” (HR. Bukhori-Muslim). Terdapat juga lafadz lain yang
shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam .
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita semua dan menerima amal
ibadah yang kita lakukan. Wabillahi at taufiq was sadaad.
Kisah Nabi Tata Cara Shalat Nabi Rasulullah SAW apabila berdiri hendak
mengerjakan shalat beliau menghadap Ka’bah berdiri dekat sutrah (sutrah ialah
sesuatu yang dijadikan sebagai pembatas yang berada di depan orang yang
sedang shalat, seperti dinding masjid, tiang dan seterusnya) dan beliau pernah
bersabda, “Sesungguhnya segala amal hanya bergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya bagi setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang
diniatkannya.”
Rasulullah SAW mengeraskan bacaan ayat pada waktu shalat shubuh, dua
rakaat pertama shalat maghrib dan isya’; dan beliau membaca ayat al-Qur’an
dengan lirih (tidak mengeraskan suaranya) waktu shalat zhuhur, ashar, raka’at
tiga dan shalat maghrib dan dua raka’at terakhir dan shalat isya.
Beliau juga mengeraskan bacaan ayat al-Qur’an pada shalat Jumah, Idul Fitri,
Idhul Adha, istisqa (shalat minta hujan), dan shalat gerhana.
Nabi menjadikan dua raka’at terakhir lebih pendek daripada dua raka’at
pertama, kira-kira separuhnya, atau kira-kira membaca lima belas ayat, atau
kadang-kadang pada dua raka’at terakhir tersebut hanya membaca surat Al-
Fatihah saja.
Kemudian apabila selesai membaca surah selain al-Fatihah
Tata Cara Shalat Nabi Rasulullah SAW melakukan saktah (diam sejenak) lalu
mengangkat kedua tangannya, bertakbir dan kemudian ruku’. Ketika ruku’
Rasulullah meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya dengan
merenggangkan jari-jari dan menekankan kedua tangannya pada kedua
lututnya seakan-akan beliau menggenggam kedua lututnya.
Setelah itu, beliau bertakbir sambil turun untuk sujud, dan meletakkan kedua
tangannya sebelum kedua lututnya. Rasulullah bertumpu pada kedua telapak
tangannya yang terbuka dan merapatkan jari-jarinya serta diarahkan ke arah
Kiblat. Beliau menempatkan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya
dan kadang-kadang sejajar dengan kedua telinganya. Beliau menekankan
hidung dan dahinya pada lantai dan Rasulullah saw. bersabda, “Aku diperintah
sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi dan beliau menunjuk dengan tangannya
pada hidungnya, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki.”
Dalam haditsnya yang lain. Nabi SAW bersabda, “Sama sekali tiada shalat bagi
orang (yang shalatnya) tidak menempelkan hidungnya pada lantai sebagaimana
ia menempelkan keningnya.”
Pada raka’at kedua ini, Nabi mengerjakan seperti yang dikerjakan pada raka’at
pertama, namun raka’at kedua ini dijadikan lebih pendek dan raka’at pertama.
Kemudian Rasulullah setelah selesai dan raka’at kedua, duduk untuk tasyahhud.
Manakala shalat yang beliau kerjakan shalat yang dua raka’at, maka beliau
duduk iftirasy, seperti duduk di antara dua sujud. Demikian pula cara duduk
beliau pada tasyahhud awal pada shalat yang tiga raka’at dan yang empat
raka’at. Apabila duduk tasyahhud beliau meletakkan telapak tangan yang kanan
di atas pahanya yang kanan dan telapak tangan yang kiri di atas pahanya yang
kiri. Beliau menghamparkan tangannya yang kiri dan menggenggam yang
kanan, lalu berisyarat dengan jari telunjuk yang kanan dan mengarahkan
pandangan matanya kepadanya dan menggerak gerakkan jari telunjuknya
sambil berdo’a. Dan Beliau pemah bersabda, “Ia, jari telunjuk benar-benar lebih
keras bagi syaitan dan pada besi.”