Anda di halaman 1dari 36

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

َ ُ‫ﺻﻠُّﻮﺍ َﻛ َﻤﺎ َﺭﺃَﻳﺘُ ُﻤﻨِﻲ ﺃ‬


‫ﺻﻠِّﻲ‬ َ

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan
Muslim no. 1533)

Ini adalah perintah beliau kepada umatnya agar meneladani tata cara shalat sesuai dengan apa
yang beliau tuntunkan. Lalu bagaimana kaifiyah shalat yang beliau ajarkan? Berikut adalah
tuntunan shalat sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk anda sekalian.
Catatan: Kami sengaja tidak menghapus gambar supaya anda lebih bisa memahami gambaran tata
cara shalat yang dijelaskan di sini, karena terkadang teks saja tidak mencukupi. Dan untuk anda
yang mengakses halaman ini dengan perangkat mobile kami tuliskan teks dalam gambar agar lebih
membantu.

1. RAKAAT PERTAMA
• Berwudhu terlebih dahulu. [1]
• Berniat di dalam hati dan tidak dilafazhkan. [2]
• Menghadap kiblat, yaitu Ka’bah. [3]
Perhatian: Menghadap Ka’bah bukan berarti menyembah Ka’bah, tetapi tetap menyembah Allah
‘Azza wa Jalla. Kita menghadap Ka’bah karena kita diperintahkan Allah untuk itu dan kita pun
tunduk pada perintah-Nya.
• Menempatkan sutrah di hadapanmu (sutrah yaitu pembatas, seperti: tembok, tiang dan lain-
lain). Tinggi sutrah yaitu setinggi satu hasta (dari ujung jari tengah sampai siku). [4] Sedangkan
jarak antara sutrah dan tempat sujud adalah kira-kira bisa dilalui seekor kambing. [5]
• Lakukanlah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu, maka boleh duduk. Bila tidak mampu
duduk, maka dengan berbaring, dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh
dengan isyarat. Bila tidak mampu dengan isyarat, maka dengan hati. [6]
Footnote:
[1] HR. Muslim
[2] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[3] QS. Al-Baqarah: 144
[4] HR. Muslim
[5] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[6] HR. Al-Bukhari

2. Bertakbiratul ihram, dengan mengucapkan: “Allaahu Akbar” sambil mengangkat kedua


tangan sejajar dengan bahu [7] atau telinga, [8] serta melihat ke tempat sujud, tidak menoleh
ke kiri atau ke kanan. [9]

Mengangkat tangan ketika takbir bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga keadaan:
1. Sebelum ucapan takbir. [10]
2. Bersamaan dengan ucapan takbir. [11]
3. Sesudah ucapan takbir. [12]

Jari-jemari tangan saat takbir dirapatkan, namun tidak digenggam, dan jari-jemarinya menghadap
ke atas. [*]

Footnote:
[7] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[8] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[9] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[10] HR. Muslim
[11] HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud
[12] HR. Al-Bukhari dan Muslim
3. Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, atau di lengan
bawah tangan kiri, atau tangan kanan menggenggam tangan kiri, [13] dan posisi kedua tangan
di dada. [14]
• Membaca doa Istiftah, di antaranya:

SUBHAANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, WA TABAARAKASMUKA WA TA’AALA JADDUKA, WA LAA


ILAAHA GHAIRUK.

“Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, Mahaberkah nama-Mu, Mahatinggi
kekayaan-Mu, dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau.” [15]

Footnote:
[13] HSR. An-Nasa-i
[14] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[15] HSR. Abu Dawud

4. • Membaca Ta’awudz:

A’UUDZUBILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM, MINASY SYAITHAANIRRAJIIM, MIN HAMZIHI, WA NAFKHIHI, WA


NAFTSIH.

“Aku berlindung kepada Allah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui, dari (godaan) syaithan
yang terkutuk serta dari kegilaannya, kesombongannya dan dari sya’irnya yang tercela. [17]
• Membaca surat al-Faatihah, namun, bacaan “Bismillaahirrahmaanirrahiim” dipelankan (tidak
dikeraskan). [17]
Footnote:
[16] HSR. Abu Dawud dan selainnya
[17] HSR. An-Nasa-i

5. • Membaca: “Aamiiin” setelah selesai membaca “Waladhdhaalliin”. [18]


• Setelah membaca al-Faatihah, bacalah salah satu surat atau ayat-ayat al-Qur’an yang engkau
hafal. [19] Bacaan surat atau ayat-ayat ini dibaca pada rakaat pertama dan kedua saja.
• Setelah selesai membaca surat, maka berdiam sejenak (thuma’niinah). [20]
Footnote:
[18] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[19] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[20] HSR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi

6. • Melakukan ruku’ sambil bertakbir (mengucapkan: “Allaahu Akbar”) dan mengangkat


kedua tangan sejajar dengan pundak atau telinga. [21]
Posisi ruku’: Punggung rata, dan kepala sejajar dengan punggung. [22] Kedua telapak tangan
diletakkan [23] atau menggenggam [24] kedua lutut dan jari-jemari direnggangkan. [25]
Lakukanlah ruku’ dengan thuma’niinah, yaitu diam sejenak, hingga tulang-tulang menempati
posisinya. [26]
Kemudian membaca:
SUBHAANA RABBIYAL ‘ADZIIM

“Mahasuci Allah Yang Mahaagung.” (sebanyak 3x) [27]

Footnote:
[21] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[22] HSR. Abu Dawud
[23] HR. Al-Bukhari
[24] HSR. Abu Dawud
[25] HR. Al-Bukhari
[26] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[27] HR. Muslim

7. • Bangkit dari ruku’ (I’tidaal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau
kedua telinga sambil mengucapkan:

SAMI’-ALLAAHU LIMAN HAMIDAH

“Allah Mahamendengar orang yang memuji-Nya.” [28]

Setelah tegak berdiri lalu mengucapkan:

RABBANA WA LAKALHAMDU, HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN, MUBAARAKAN FIIH.

“Ya Rabb kami, segala puji hanya milik-Mu dengan pujian yang baik lagi banyak serta penuh
berkah.” [29]

Ketika berdiri ini pun harus tenang, tidak terburu-buru. [30]

Footnote:
[28] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[29] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[30] HR. Al-Bukhari dan Muslim
8. • Melakukan sujud sambil bertakbir, kemudian meletakkan kedua lutut terlebih dahulu
daripada kedua tangan (atau boleh pula sebaliknya). [31]
– Posisi sujud: Kedua telapak tangan dibuka, tidak mengepal, dan diletakkan sejajar dengan bahu
atau telinga, kedua sikut diangkat, dijauhkan dari lantai dan direnggangkan/dijauhkan dari
lambung kiri dan kanan, sehingga ketiak kelihatan, kecuali ketika shalat berjamaah, maka kedua
sikut dirapatkan ke sisi lambung. [32]
– Posisi jari-jemari ketika sujud: Jari-jemari tangan dirapatkan [33] dan menghadap kiblat. [34]
Footnote:
[31] HSR. Abu Dawud
[32] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[33] HSR. Ibnu Khuzaimah
[34] HR. Al-Bukhari

9. – Posisi ketika sujud: Kedua paha dibuka, [35] lalu ujung jari-jemari kaki menghadap kiblat dan
kedua telapak kaki ditegakkan serta kedua tumit dirapatkan. [36] Jarak antara paha dan lambung
dijauhkan. [*]
– Sujudlah dengan thuma’niinah dan lakukanlah dengan menempelkan tujuh anggota badan: dahi
dan hidung, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung jari-jemari kedua kaki. [37]
Bacaan ketika sujud:
SUBHAANA RABBIYAL A’LAA.

“Mahasuci Allah Yang Mahatinggi.” (sebanyak 3x) [38]

Footnote:
[35] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[36] HSR. Ibnu Khuzaimah
[*] Kitab Al-Qaulul Mubin Fil Akhtaail Mushalliin
[37] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[38] HR. Muslim

10. • Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk Iftirasy (untuk duduk di antara dua sujud),
yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan ditegakkan. [39]
Cara duduk Iftirasy yang salah: Duduk bertumpu di atas kedua telapak kaki.
Footnote:
[39] HR. Muslim

11. – Posisi tangan ketika duduk iftirasy: telapak tangan kanan diletakkan di atas paha kanan,
demikian pula dengan tangan kiri. [40] Atau telapak tangan kanan diletakkan di lutut kanan
seolah-olah menggenggamnya, demikian pula telapak tangan kiri. [41]
Membaca doa:

RABBIGHFIRLII RABBIGHFIRLII.
“Ya Rabbku ampunilah aku, Ya Rabbku ampunilah aku.” [42]

Footnote:
[40] HR. Muslim
[41] HSR. An-Nasa-i
[42] HSR. Abu Dawud

12. • Lalu sujud kembali, kemudian bangkit dari sujud sambil bertakbir, dan duduk sejenak
sebagai duduk istirahat. [43] Kemudian bangkit dengan mengepalkan tangan [47] atau dengan
membukanya. [45]
• RAKAAT KEDUA:
Melakukan rakaat kedua dengan bersedekap, lalu membaca surat al-Faatihah. [46]
– Rakaat kedua lebih singkat dari rakaat pertama. [47] Sehingga membaca surat yang lebih pendek
dari surat di rakaat pertama. Kemudian ruku’, i’tidaal, sujud dan duduk di antara dua sujud
sebagaimana pada rakaat pertama.
Footnote:
[43] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[44] HSR. Al-Baihaqi
[45] HR. Al-Bukhari
[46] HR. Muslim
[47] HR. Muslim

13. – Setelah sujud kedua, maka lakukanlah tasyahhud Awal dengan posisi duduk yaitu duduk
Iftirasy.
Posisi tangan ketika tasyahhud awal:
– Tangan kanan menggenggam jari kelingking dan jari manis, adapun ibu jari dan jari tengah
membentuk lingkaran, atau boleh juga digenggam seluruhnya. Kemudian jari telunjuk ditegakkan
sambil digerak-gerakkan. [48]
– Pandangan mata harus tertuju pada telunjuk. [49]
Footnote:
[48] HSR. Ibnu Majah
[49] HR. Muslim

14. Lalu membaca doa Tasyahhud Awal:

ATTAHIYYATULILLAH WASH SHALAWAATU WATH THAYYIBATS, ASSALAAMU’ALAIKA


AYYUHANNABIYYU WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH, ASSALAAMU’ALAINA WA ‘ALAA ‘IBAADIL-
LAHISH SHAALIHIIN. ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN
‘ABDUHU WA RASUULUH.

“Seluruh penghormatan hanyalah milik Allah dan juga seluruh pengagungan serta kebaikan.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian pula
rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurahkan kepada kita dan kepada hamba-
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah
dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan Rasul-
Nya.” [50]

Footnote:
[50] HR. Al-Bukhari dan Muslim
15. Lalu membaca shalawat:

ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHALLAITA ‘ALAA
IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAHUMMA BAARIK ‘ALAA
MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA BAARAKTA ‘ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
IBRAAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID.

“Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan
keluarganya, sebagaimana Engkau memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan
keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung. Ya Allah berkahilah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya, sebagaimana Engkau berkahi Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung.” [51]

Footnote:
[51] HR. Al-Bukhari dan Muslim

16. • Bila shalat Shubuh, Jum’at atau shalat dua rakaat lainnya, maka tidak ada Tasyahhud Awal,
namun langsung melakukan Tasyahhud Akhir, dengan posisi duduk, yaitu duduk Iftirasy, [52] dan
membaca seperti bacaan di atas lalu ditambah dengan doa:

ALLAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAM, WA MIN ‘ADZAABIL QABRI, WA MIN
FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI, WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Neraka jahannam, adzab kubur,
fitnah dalam kehidupan dan kematian dan dari keburukan fitnah al-Masih Dajjal.” [53]

Lalu berdoa lagi sesuai yang diinginkan.

Footnote:
[52] HR. Al-Bukhari
[53] HR. Al-Bukhari dan Muslim

17. • Bila engkau telah melakukan Tasyahhud Awal, maka bangkitlah, lalu kerjakan rakaat ketiga
dengan tangan bersedekap dan membaca al-Faatihah dan tidak membaca surat lain setelahnya.
Kemudian ruku’, i’tidaal, sujud dan duduk di antara dua sujud lalu sujud kedua seperti biasa.
– Bila shalat Maghrib, maka di rakaat ketiga ini lakukanlah Tasyahhud Akhir setelah melakukan
sujud kedua. Posisi duduknya yaitu, duduk Tawarruk (dengan posisi: Telapak kaki kanan
ditegakkan, kaki kiri diletakkan di bawah kaki kanan, dan pantat duduk di lantai). Bacaannya sama
dengan yang sebelumnya. [54]
– Bila tidak mampu duduk tawarruk seperti gambar no. 24, maka boleh melakukannya seperti pada
gambar no. 25.

Footnote:
[54] HR. Al-Bukhari
18. • Bila engkau telah melakukan sujud kedua, maka bangkitlah lalu kerjakanlah rakaat
keempat. Lalu ruku’, i’tidaal, sujud, duduk di antara dua sujud dan sujud kedua seperti biasa.
Maka lakukanlah Tasyahhud Akhir dengan posisi duduk Tawarruk.
• Setelah itu salam, dimulai dengan menolehkan wajah ke kanan sambil mengucapkan:

ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAAH.

“Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian.” [55]

Lalu menolehkan wajah ke kiri dengan mengucapkan ucapan yang sama.


Footnote:
[55] HR. Muslim

Demikianlah pembaca tuntunan shalat secara ringkas berdasarkan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Untuk penjelasan lebih lengkap dan detail silakan membaca buku Sifat Shalat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karya Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah.
Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bish-shawab.


Tata Cara Shalat Nabi adalah sebagai berikut:
1. Berniat untuk shalat (rukun shalat)

Garut News – Tata Cara Shalat Nabi, Niat adalah maksud hati untuk
melakukan sesuatu. Shalat tidaklah sah tanpa niat, dan shalat tidaklah diterima
jika niat shalat bukan karena Allah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Setiap amal tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari-Muslim). Para ulama
sepakat niat adalah amalan hati, sehingga niat tidak perlu diucapkan. Ketika
hati sudah beritikad untuk melakukan shalat, itu sudah niat yang sah. Nabi
shallallahu’alaihi wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal tertentu untuk
niat shalat.

2. Berdiri tegak menghadap kiblat (rukun shalat)


Berdiri ketika shalat wajib, termasuk rukun shalat. Diantara dalilnya adalah
sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam : “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak
mampu maka duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring” (HR. Bukhari).
Hadits ini juga menunjukkan boleh shalat dalam keadaan duduk jika tidak
mampu berdiri, atau berbaring jika tidak mampu duduk. Wajib menghadap ke
arah kiblat ketika berdiri, kecuali shalat di atas kendaraan. Bagi penduduk
Makkah, wajib menghadap ke arah ka’bah. Adapun bagi penduduk luar Makkah,
cukup mengarah ke arah kota Makkah tidak harus pas ke ka’bah. Pandangan
mata ketika berdiri, lebih utama memandang ke arah tempat sujud. Boleh
memandang ke depan atau ke bawah, dan terlarang keras memandang ke atas
atau ke samping tanpa ada kebutuhan.

3. Melakukan takbiratul ihram (rukun shalat)

Caranya dengan mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan “Allahu akbar”


dengan suara yang minimal dapat didengar diri sendiri. Tidak sah shalat tanpa
Takbiratul ihram. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika engkau
hendak shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan bertakbirlah” (HR.
Bukhari-Muslim). Tangan diangkat sampai setinggi pundak (sebagaimana hadits
riwayat Ahmad (shahih)) atau pangkal telinga (sebagaimana hadits riwayat
Muslim.

4. Bersedekap

Setelah takbiratul ihram, tangan bersedekap. Hukumnya sunnah. Caranya yaitu


dengan meletakkan tangan kanan berada di atas tangan kiri. Sahl bin Sa’ad
berkata: “Dahulu orang-orang diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di
atas lengan kirinya ketika shalat” (HR. Al Bukhari). Ada dua bentuk bersedekap
yang boleh dipilih :

1. al wadh’u (meletakkan kanan di atas kiri tanpa melingkari atau


menggenggam). Letak tangan kanan ada di tiga tempat: di punggung tangan
kiri, di pergelangan tangan kiri dan di lengan bawah dari tangan kiri. Dalilnya,
hadits dari Wa’il bin Hujr tentang sifat shalat Nabi, “..setelah itu beliau
meletakkan tangan kanannya di atas punggung tangan kiri, atau di atas
pergelangan tangan atau di atas lengan” (HR. Abu Daud, shahih).

2. al qabdhu (jari-jari tangan kanan melingkari atau menggenggam tangan


kiri). Dalilnya, hadits dari Wa’il bin Hujr: “Aku Melihat Nabi shallallahu’alaihi
wasallam berdiri dalam shalat beliau melingkari tangan kirinya dengan tangan
kanannya” (HR. An Nasa-i, shahih). Adapun mengenai letak sedekap, tidak
terdapat hadits yang shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengenai hal
ini. Sehingga perkaranya longgar, boleh di dada, boleh di perut atau juga di
bawah perut, semua ini ada contohnya dari salafus shalih.

5. Membaca doa istiftah

Hukum membacanya adalah sunnah. Ada beberapa macam jenis doa istiftah
yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan sahabatnya,
berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih. Diantaranya adalah doa: “Allahumma
baa’id bayni wa bayna khothooyaaya, kamaa ba’adta bayna masyriqi wal
maghrib. Allahumma naqqinii khothooyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu
minad danas, Allahummaghsil khothooyaaya bil maa-i wats tsalji wal barod”
(HR.Bukhari-Muslim).

6. Membaca ta’awudz lalu basmalah

Setelah membaca istiftah, lalu membaca ta’awudz. Hukumnya sunnah. Ada


beberapa bacaan ta’awudz yang shahih, diantaranya: “a’uudzubillaahi minas
syaithaanir rajiim” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf) atau
“a’uudzubillaahis samii’il ‘aliimi minas syaithaanir rajiim” (HR. Abdurrazaq dalam
Al Mushannaf). Ta’awudz dibaca secara sirr (lirih). Para ulama berbeda
pendapat apakah basmalah dibaca secara jahr (keras) atau sirr (lirih). Yang
rajih, lebih afdhal membacanya secara sirr (lirih), namun boleh sesekali
membaca secara jahr karena riwayat dari Abu Hurairah yang menyatakan
bahwa beliau mengeraskan basmalah.
7. Membaca Al Fatihah (rukun shalat)

Setelah membaca ta’awudz, lalu membaca surat Al Fatihah. Tidak sah shalat
tanpa membaca Al Fatihah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “tidak
ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Bukhari-
Muslim). Namun berbeda lagi bagi makmum, para ulama berbeda pendapat
apakah makmum ikut membaca Al Fatihah ataukah diam mendengarkan bacaan
imam. Yang rajih, jika makmum mendengar imam sedang membaca (secara
jahr), maka ia wajib mendengarkan dan diam. Makmum tidak membaca Al
Fatihah ataupun bacaan lain. Jika makmum tidak mendengarkan imam
membaca (karena dibaca secara sirr), maka ia wajib membaca Al Fatihah. Inilah
pendapat jumhur ulama. Setelah membaca Al Fatihah, disunnahkan
mengucapkan “aamiin” dengan jahr (keras). “aamiin” artinya “ya Allah
kabulkanlah”.
8. Membaca surat dari Al Qur’an

Kemudian disunnahkan membaca surat dari Al Qur’an (selain Al Fatihah) yang


dihafal, dengan jahr (keras) di shalat jahriyyah (maghrib, isya’, dan subuh).
9. Rukuk

Dengan mengucapkan “Allahu Akbar” sambil mengangkat kedua tangan, sama


seperti cara takbiratul ihram, kemudian membungkukkan badan sehingga
punggung dan kepala dalam keadaan lurus, telapak tangan menggenggam lutut
dengan jari-jari direnggangkan. Dari Abu Humaid As Sa’idi mengatakan: “Nabi
shallallahu’alaihi wasallam jika rukuk, beliau meletakkan kedua tangannya pada
lututnya, dan meluruskan punggungnya” (HR. Al Bukhari). Ketika rukuk
membaca doa: “subhaana rabbiyal ‘azhiim” (HR. Al Bukhari) sebanyak 3x atau
lebih.
10. I’tidal (bangun dari rukuk)

Bangun dari rukuk hingga berdiri tegak sambil mengucapkan: “sami’allahu


liman hamidah”, bagi imam atau orang yang shalat sendiri. Bagi makmum
membaca: “rabbanaa walakal hamdu”. Sambil mengangkat kedua tangan
seperti cara mengangkat tangan ketika takbir.
11. Melakukan sujud pertama

Dari kondisi berdiri setelah i’tidal, turun untuk bersujud sambil mengucapkan
“Allahu Akbar”. Para ulama berbeda pendapat apakah lebih dahulu tangan
ataukah lutut ketika turun. Yang rajih, wallahu a’lam, sebagaimana riwayat dari
Ibnu Umar: “bahwasanya ia turun sujud dengan kedua tangannya sebelum
lututnya” (HR. Al Bukhari secara mu’allaq, Abu Daud). Cara sujud adalah
dengan menempelkan 7 anggota badan. Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu’alaihi wasallam : “aku diperintahkan untuk sujud dengan 7 anggota
badan: jidat (sambil menunjukkan kepada hidungnya), 2 tangan, 2 lutut, dan
jari-jari kedua kaki” (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa
hidung juga termasuk yang wajib ditempelkan. Kemudian kedua tangan sejajar
dengan pundaknya atau pangkal telinganya, dengan jari-jari dalam keadaan
rapat dan menghadap kiblat. Lengan dibuka dan tidak menempel dengan
badan. “Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika shalat (sujud) beliau
merenggangkan kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau” (HR.
Bukhari-Muslim). Namun ini dilakukan semampunya tanpa mengganggu orang
yang shalat di sebelahnya. Ketika sujud membaca doa: “subhaana rabbiyal
a’laa” sebanyak 3 kali atau lebih. Dianjurkan memperbanyak doa ketika sujud,
karena seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika sujud.

12. Duduk di antara 2 sujud

Bangun dari sujud sambil mengucapkan “Allahu akbar” tanpa mengangkat


tangan, kemudian duduk iftirasy. Duduk iftirasy adalah duduk dengan cara
menegakkan telapak kaki kanan dan posisi jari-jarinya menghadap kiblat.
Sedangkan kaki kiri dalam keadaan tidur dan diduduki oleh pantat. Kedua
tangan diletakkan di atas paha, jari-jari menghadap ke kiblat. Ketika duduk,
mengucapkan doa: “rabbighfirlii” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, An Nasa-i.
shahih).
13. Melakukan sujud kedua

Dari posisi duduk, turun untuk sujud sambil mengucapkan “Allahu Akbar”,
kemudian sujud dengan tata cara sujud yang sama seperti sujud pertama.
14. Melakukan duduk istirahat dan bangun menuju rakaat kedua

Dari posisi sujud, bangkit tanpa bertakbir, untuk duduk sejenak dengan posisi
duduk iftirasy. Lalu bangun untuk berdiri menuju rakaat yang kedua sambil
mengucapkan “Allahu Akbar” dan mengangkat kedua tangan seperti cara
mengangkat tangan pada takbiratul ihram. Takbir ini dinamakan takbir intiqal.
Intiqal artinya berpindah, karena takbir ini dilakukan ketika berpindah dari satu
rukun menuju rukun berikutnya.

15. Melakukan tata cara yang sama seperti rakaat pertama

Setelah melakukan takbir intiqal, berdiri secara sempurna dan bersedekap


sebagaimana pada rakaat pertama. Kemudian seterusnya melakukan hal yang
sama seperti pada rakaat pertama. Perbedaan hanya terletak pada beberapa
hal:
Pada rakaat kedua dan seterusnya, tidak disyariatkan membaca doa istiftah.
Sebagaimana namanya, istiftah artinya ‘membuka’, hanya disyariatkan pada
rakaat pertama. Maka, setelah takbir intiqal, langsung membaca basmalah dan
seterusnya.
Pada shalat yang jumlah rakaatnya lebih dari dua, maka rakaat ketiga atau
rakaat keempat, bacaan Al Fatihah dan bacaan surat tidak dikeraskan
Pada rakaat kedua, pada shalat yang rakaatnya lebih dari dua, setelah bangun
dari sujud yang kedua, tidak melakukan duduk istirahat melainkan duduk
tasyahud awal dan melakukan tasyahud awal.
Pada rakaat terakhir, berapapun jumlah rakaatnya, setelah bangun dari sujud
yang kedua, tidak melakukan duduk istirahat melainkan duduk tasyahud akhir
dan melakukan tasyahud akhir.

16. Cara duduk tasyahud awal

Duduk dengan posisi duduk iftirasy, kemudian mengangkat jari telunjuk kanan
hingga lurus ke arah kiblat. Sambil membaca doa: “at taahiyaatu lillah was
sholawaatu wat thoyyibaatu, as salaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu
warohmatulloohi wabarokaatuh, assalaamu ‘alaina wa’alaa ibaadillaahis
shoolihiin, asyhadu allaa ilaaha illallooh wa asyhadu anna
muhammadarrosuulullooh” (HR. Bukhari-Muslim). Dan ada beberapa bacaan
doa tasyahud lainnya yang shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Dianjurkan untuk membaca shalawat saat tasyahud awal. Setelah tasyahud
awal, berdiri menuju rakaat ketiga sebagaimana telah dijelaskan.

17. Cara duduk tasyahud akhir

Para ulama berbeda pendapat mengenai posisi duduk tasyahud akhir, sebagian
ulama menyatakan bahwa posisinya tawarruk, yaitu duduk dengan cara
menegakkan telapak kaki kanan dan posisi jari-jarinya menghadap kiblat.
Sedangkan telapak kaki kiri berada di depan kaki kanan dan bokong menyentuh
lantai. Sebagian ulama menyatakan, untuk shalat yang dua rakaat, maka duduk
tasyahud akhir dengan posisi iftirasy. Namun dalam masalah ini, perkaranya
longgar. Kemudian mengangkat jari telunjuk kanan hingga lurus ke arah kiblat.
Sambil membaca doa tasyahud sebagaimana pada tasyahud awal, lalu
diwajibkan untuk membaca shalawat: “Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad wa
‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibroohiim, wa ‘alaa aali Ibroohiim,
innaka hamiidummajiid” (HR. Bukhori-Muslim). Terdapat juga lafadz lain yang
shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam .

18. Berdoa sebelum salam

Dianjurkan membaca doa sebelum salam. Yaitu doa: “Allohumma inni


a’udzubika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qobri, wa min fitnatil
mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnati masiihid dajjaal” (HR. Muslim).
Kemudian dianjurkan membaca doa apa saja yang diinginkan.
19. Salam

Dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum warahmatullah” sambil menoleh ke


kanan hingga pipi kanan terlihat dari belakang. Dan mengucapkan
“Assalamu’alaikum warahmatullah” sambil menoleh ke kiri hingga pipi kiri
terlihat dari belakang. Dan tidak terdapat hadits shahih mengenai mengusap
wajah setelah salam, sehingga hal ini tidak perlu dilakukan.

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita semua dan menerima amal
ibadah yang kita lakukan. Wabillahi at taufiq was sadaad.

Tata Cara Shalat Nabi Muhammad SAW

Kisah Nabi  Tata Cara Shalat Nabi Rasulullah SAW apabila berdiri hendak
mengerjakan shalat beliau menghadap Ka’bah berdiri dekat sutrah (sutrah ialah
sesuatu yang dijadikan sebagai pembatas yang berada di depan orang yang
sedang shalat, seperti dinding masjid, tiang dan seterusnya) dan beliau pernah
bersabda, “Sesungguhnya segala amal hanya bergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya bagi setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang
diniatkannya.”

Kemudian Rasulullah memulai shalatnya dengan ucapan “ALLAHU AKBAR”


sambil mengangkat kedua tangannya, kemudian meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya dan diletakkannya pada dadanya, kemudian
mengarahkan pandangan matanya ke lantai. Kemudian memulai bacaannya
dengan do’a iftitah (do’a iftitah banyak macamnya). Dalam do’a ini beliau
memuji, mengagungkan dan menyanjung Allah.
Kemudian membaca ta’awudz
Tata Cara Shalat Nabi Berlindung kepada Allah dan godaan syaitan yang
terkutuk. Kemudian membaca BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM dengan lirih
(tidak mengeraskan), lalu membaca surah al Fatihah, ayat demi ayat.
Kemudian apabila selesai membaca al-Fatihah Rasulullah mengucapkan
AAAMIIN dengan suara lantang dan panjang. Setelah itu membaca surah yang
lain, kadang-kadang Rasulullah membaca surat yang panjang dan kadang-
kadang surah yang pendek.

Rasulullah SAW mengeraskan bacaan ayat pada waktu shalat shubuh, dua
rakaat pertama shalat maghrib dan isya’; dan beliau membaca ayat al-Qur’an
dengan lirih (tidak mengeraskan suaranya) waktu shalat zhuhur, ashar, raka’at
tiga dan shalat maghrib dan dua raka’at terakhir dan shalat isya.

Beliau juga mengeraskan bacaan ayat al-Qur’an pada shalat Jumah, Idul Fitri,
Idhul Adha, istisqa (shalat minta hujan), dan shalat gerhana.

Nabi menjadikan dua raka’at terakhir lebih pendek daripada dua raka’at
pertama, kira-kira separuhnya, atau kira-kira membaca lima belas ayat, atau
kadang-kadang pada dua raka’at terakhir tersebut hanya membaca surat Al-
Fatihah saja.
Kemudian apabila selesai membaca surah selain al-Fatihah

Tata Cara Shalat Nabi Rasulullah SAW melakukan saktah (diam sejenak) lalu
mengangkat kedua tangannya, bertakbir dan kemudian ruku’. Ketika ruku’
Rasulullah meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya dengan
merenggangkan jari-jari dan menekankan kedua tangannya pada kedua
lututnya seakan-akan beliau menggenggam kedua lututnya.

Rasulullah merenggangkan kedua sikunya dan kedua lambungnya, dan


meluruskan tulang punggungnya dan meratakannya hingga andaikata
dituangkan air di atasnya, niscaya air tersebut tidak jatuh dan punggungnya.

Beliau ruku’ dengan tuma’ninah sambil membaca “SUBHAANA RABBIYAL


AZHIIMI,” 3x. dan kadang-kadang beliau membaca dzikir yang lain. Pada waktu
ruku’ dan sujud dilarang oleh beliau membaca ayat al Qur’an.
Kemudian Nabi mengangkat tulang shulbinya (punggungnya) dan ruku’ sambil
mengucapkan “SAMI ALLAAHU LIMAN HAMIDAH” (artinya semoga Allah
mendengar bagi orang yang memujinya) beliau mengangkat kedua tangannya
ketika berdiri i’tidal dan mengucapkan RABBANAA WALAKAL HAMDU,” (artinya :
Ya Rabb kami, segala puji hanya milik-Mu) dan terkadang Beliau membaca lebih
sempurna daripada bacaan ini.

Setelah itu, beliau bertakbir sambil turun untuk sujud, dan meletakkan kedua
tangannya sebelum kedua lututnya. Rasulullah bertumpu pada kedua telapak
tangannya yang terbuka dan merapatkan jari-jarinya serta diarahkan ke arah
Kiblat. Beliau menempatkan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya
dan kadang-kadang sejajar dengan kedua telinganya. Beliau menekankan
hidung dan dahinya pada lantai dan Rasulullah saw. bersabda, “Aku diperintah
sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi dan beliau menunjuk dengan tangannya
pada hidungnya, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki.”

Dalam haditsnya yang lain. Nabi SAW bersabda, “Sama sekali tiada shalat bagi
orang (yang shalatnya) tidak menempelkan hidungnya pada lantai sebagaimana
ia menempelkan keningnya.”

Beliau sujud dengan tuma’ninah sambil mengucapkan “SUBHAANA RABBIYAL


A’LAA’ 3x. Dan kadang-kadang beliau membaca do’a dan dzikir yang lain. Nabi
menyuruh kita bersungguh-sungguh dan serius memperbanyak do’a dalam
sujud (setelah selesai membaca do’a dan dzikir sujud, pent.)

Kemudian Nabi SAW mengangkat kepalanya sambil bertakbir, lalu duduk


iftirasy, yaitu duduk di atas kaki kiri dengan tuma’ninah, sedangkan (telapak)
kakinya yang kanan ditegakkan dan jari-jemarinya dihadapkan ke arah Kiblat.
Dalam duduk di antara dua sujud ini beliau mengucapkan,
“ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII, WAJBURNII WARFA’NII, WAHDINII,
WA’AAFINII WARZUQNII (Ya Allah ampunilah (dosa dosaku) dan rahmatilah
aku, cukupilah aku dan tinggikanlah (derajat)ku, tunjukilah aku, berilah aku
kesehatan, dan berilah aku rizki.” Setelah itu, Beliau bertakbir dan sujud kedua
seperti pertama.

Selesai sujud kedua, Rasulullah SAW mengangkat kepalanya untuk duduk


dengan sempurna di atas kaki kirinya (duduk istirahat) hingga masing-masing
kembali ke tempatnya masing-masing, kemudian bangkit dengan bertekan pada
lantai untuk masuk kepada raka’at kedua.

Pada raka’at kedua ini, Nabi mengerjakan seperti yang dikerjakan pada raka’at
pertama, namun raka’at kedua ini dijadikan lebih pendek dan raka’at pertama.

Kemudian Rasulullah setelah selesai dan raka’at kedua, duduk untuk tasyahhud.
Manakala shalat yang beliau kerjakan shalat yang dua raka’at, maka beliau
duduk iftirasy, seperti duduk di antara dua sujud. Demikian pula cara duduk
beliau pada tasyahhud awal pada shalat yang tiga raka’at dan yang empat
raka’at. Apabila duduk tasyahhud beliau meletakkan telapak tangan yang kanan
di atas pahanya yang kanan dan telapak tangan yang kiri di atas pahanya yang
kiri. Beliau menghamparkan tangannya yang kiri dan menggenggam yang
kanan, lalu berisyarat dengan jari telunjuk yang kanan dan mengarahkan
pandangan matanya kepadanya dan menggerak gerakkan jari telunjuknya
sambil berdo’a. Dan Beliau pemah bersabda, “Ia, jari telunjuk benar-benar lebih
keras bagi syaitan dan pada besi.”

Kemudian Rasulullah pada setiap dua raka’at mengucapkan tahhiyat, kemudian


membaca shalawat atas dirinya sendiri, baik pada tasyahhud awal maupun
tasyahhud akhir. Shalawat ini disyari’atkannya juga kepada umatnya. Setelah
itu, beliau membaca doa-doa yang bermacam-macam.

Kemudian, usai memanjatkan doa-doa, Rasulullah mengucapkan


ASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAAHI” sambil menoleh sebelah kanannya
dan begitu juga ke sebelah kirinya. Dan terkadang pada ucapan salam pertama
ditambah dengan WA BARAKAATUH.

Anda mungkin juga menyukai