Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ABORTUS

DISUSUN OLEH :
NAMA : ALMA DINIARTI
NIM : 191440101001

KEPALA RUANGAN PERINATAL :

HJ.NAYLAH,AM.KEB

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES ‘AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan
dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada
umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika
tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu
yang disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok (Sujiyatini, 2009).

Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja. Abortus yang berlangsung
tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang dilakukan dengan sengaja
disebut abortus provokatus dan abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut
disebut habitualis (Prawirohadjo, 2010).

Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan abortus(BBC,
2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-50 juta, sama halnya
dengan 125.000 abortus per hari. Hasil studi Abortion Incidence and Service Avaibility in
United States pada tahun 2016 menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan
sejak tahun 1990 di negara maju tapi tidak di negara berkembang (Sedgh G et al, 2016). Di
Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut,
kematian akibat abortus tercatat mencapai 30 persen.Angka ini telah mengalami penurunan
namun belum mencapai target MDGs.

Angka kematian ibu di Indonesia ini masih sangat tinggi mengingat target SDGs
(SustainableDevelopmentGoals) pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di
bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah) 2015-2019, target angka kematian ibu pada tahun 2019 yaitu 306 per 100.000
kelahiran hidup (BAPPENAS, 2014).

Penelitian yang dilakukan olehAustralia Concortium For In Country Indonesia Studies


(2013) menunjukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia terjadi 4 persen aborsi per 100
kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar 78% dan
perempuan di pedesaan sebesar 40% (CNN, 2014). Pada tahun 2015 didapatkan jumlah abortus
berdasarkan data profil kesehatan Sumatera Barat sebanyak 3.359 orang, jumlah ini meningkat
tajam dari tahun 2009 yaitu sebanyak 2.123 orang.

Tercatat untuk kota padang ada 339 kasus abortus pada tahun 2015 (Dinkes Sumbar,
2015). Menurut profil kesehatan kota Padang tahun 2014 salah satu indikator yang digunakan
untuk menentukan derajat kesehatan adalah angka kematian bayi. Pada tahun 2016 tercatat 60
orang bayi lahir mati, diketahui kematian bayi 0-12 bulan sebanyak 108 orang per 17.033
kelahiran hidup (Dinkes Padang, 2015).

Abortus ini merupakan salah satu faktor penyumbang angka kematian ibu, namun lebih
sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan bukan dalam bentuk abortus. Bila abortus ini terjadi,
maka haru segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena perdarahan yang banyak dapat
menyebabkan kematian ibu (Halim, 2012).

Abortus bisa disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor maternal, faktor paternal dan faktor
fetus (Mochtar, 2011). Faktor maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu intrinsik meliputi umur
ibu, tingkat pendidikan, paritas, jarak kehamilan, penyakit dan kelainan uterus dan faktor
ekstrinsik meliputi status pekerjaan (Sinaga, 2012). Faktor usia merupakan salah satu faktor yang
paling berpengaruh terhadap terjadinya abortus. Penelitian yang dilakukan Maconochie dkk
(2007) di London pada ibu hamil menunjukkan kejadian abortus pada < 20 tahun dan terdapat
35% penderita abortus usia ≥ 20 tahun.

Abortus ini merupakan salah satu faktor penyumbang angka kematian ibu, namun lebih
sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan bukan dalam bentuk abortus. Bila abortus ini terjadi,
maka harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena perdarahan yang banyak dapat
menyebabkan kematian ibu (Halim, 2012). Abortus bisa disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor
maternal, faktor paternal dan faktor fetus (Mochtar, 2011). Faktor maternal dapat dibagi menjadi
dua yaitu intrinsik meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, paritas, jarak kehamilan, penyakit dan
kelainan uterus dan faktor ekstrinsik meliputi status pekerjaan (Sinaga, 2012).

Faktor usia merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya
abortus. Penelitian yang dilakukan Maconochie dkk (2007) di London pada ibu hamil
menunjukkan kejadian abortus pada < 20 tahun dan terdapat 35% penderita abortus usia ≥ 20
tahun. penddikan tinggi. Sugiharti (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dari 178 ibu
hamil yang mengalami abortus 37, 6% diantaranya adalah ibu yang bekerja. Maconochie dkk
(2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu yang mengalami abortus, selama bekerja
duduk > 6 jam sehari sebesar 35%, berdiri > 6 jam sehari sebesar 20% dan mengangkat beban
berat sebesar 22%.

B. Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian abortus ?
2.Apa Jenis abortus?
3.Bagaimana Patofisiloginya abortus?
4.Apa Penyebababortus?
5.Bagaimana Uji diagnostic abortus?
6.Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
7.Bagaimana Asuhan keperawatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian abortus
2. Mengetahui Jenis abortus
3. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
4. Mengetahui Penyebab abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus
7. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400
gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-
obatan atau bedah, (Morgan, 2011).

Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut


abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500
– 999 gram disebut juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan
(oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu
keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia
kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019).

B. ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma


Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk
abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.


Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
c) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena


hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya
pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan
anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus


abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus. Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus,
berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga
hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang
nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan
yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus,
retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat
keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal


1) Penyebab secara umum:
1) Infeksi
1 Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2 Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
3 Parasit, misalnya malaria

2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,
penyakit jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.

3)Penyebab yang bersifat lokal:

a. Fibroid, inkompetensia serviks.


b. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversikronis.
c. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
d. hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
d. Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
e. 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi
f. pada tubuh janin.
g. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
h. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
i. implantasi dengan adekuat

C. KLASIFIKASI

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang
luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan
yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran
secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat
bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya
sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek
klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:

a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)


Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia
kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya
adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung
bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa
tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan) Yaitu Abortus


tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang
nyata disertai pembukaan serviks.

c. .Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap) Pada abortus yang


terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini
keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta
tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplet.

d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal inutero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal,
mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus
tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-
perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.

e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)


Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan
urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus
spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih

2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :


Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup
di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim
dokter ahli.

b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi
oleh tenaga tradisional.
D. PENATALAKSAAN

Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :

1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :


a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau
memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :


a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan
servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah,
atau bagian – bagian janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta
kondisi ketuban

3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi


untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk
menenangkan wanita

4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal

5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal Terapi yang diberikan
menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti phenobarbital 3 x 30 mg dan
menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu progesteron, misalnya
premaston hingga perdarahan berhenti.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.Biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Klafikasi abortus menurrut
(Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :

1.Abortus Spontan :

Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage).

2.Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :

Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.

Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila

kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa
hidup di luar tubuh

SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis

mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini

bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna

evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA

(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media

Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai