Anda di halaman 1dari 4

Makalah Sejarah Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Di susun oleh :
1. Atika Nur R 19.0.P.231
2. Beny Farhan P 19.0.P.232
3. Dian Syerlina 19.0.P.233
4. Dina Sholekah 19.0.P 234
5. Dita Sucianatasya 19.0.P.235
6. Elsa Rahayu 19.0.P.236
7. Fatihah Afif M 19.0.P.237

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA
KARANGANYAR
2021
SEJARAH PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

a. Sejarah pemberantasan tindak pidana korupsi


b. . Latar belakang lahirnya berbagai delik dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tindak pidana korupsi
c. . Berbagai delik Korupsi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
• Subjek hukum yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tindak pidana korupsi.
• Bentuk dan unsur-unsur tindak pidana korupsi.
• Pidana yang dapat diterapkan terhadap subjek hukum yang melakukan tindak
pidana korupsi.

Beberapa aturan yang terbit di masa orde baru berkaitan dengan pemberantasan korupsi:
 GBHN Tahun 1973 tentang Pembinaan Aparatur yang Berwibawa dan Bersih dalam
Pengelolaan Negara;
 GBHN Tahun 1978 tentang Kebijakan dan Langkah-Langkah dalam rangka
Penertiban Aparatur Negara dari Masalah Korupsi, Penyalahgunaan Wewenang,
Kebocoran dan Pemborosan Kekayaan dan Keuangan Negara, Pungutan-Pungutan
Liar serta Berbagai Bentuk Penyelewengan Lainnya yang Menghambat Pelaksanaan
Pembangunan;
 Undang-undang No.3 Tahun 1971 tentang Tindak Pidana Korupsi;
 Keppres No. 52 Tahun 1971 tentang Pelaporan Pajak Para Pejabat dan PNS;
 Inpres Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi Penertiban;
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.

Sejarah perundang-undangan korupsi di Indonesia

1. Delik korupsi dalam KUHP


2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/Peperpu/013/1950
3. Undang-undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi
4. Undang-undang No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. 5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme
6. Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
7. Undang-undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Undang-undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No.311 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
9. Undang-undang No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
10. Undang-undang N0.7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003
11. Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2000 tentang Peran serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
12. Instruksi Presiden No.5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
Lahirnya Delik Korupsi ?
Kata “delik” berasal dari bahasa Latin, yakni delictum. Dalam bahasa Jerman disebut delict,
dalam bahasa Prancis disebut delict, dan dalam bahasa Belanda disebut delict. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana.
DELIK KORUPSI MENURUT UU N0.3 TAHUN 1999
Delik dibuat atau dirumuskan hanya meliputi 4 pasal saja di antaranya yaitu Pasal 2, Pasal 3,
Pasal 13, dan Pasal 15 undang-undang nomor 31 tahun 1999 juncto undang-undang nomor 20
tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam sejarah pemberantasan tindak pidana korupsi
di Indonesia, beberapa kasus dapat dikategorikan sebagai simbol pemberantasan korupsi, baik
sebagai kegagalan maupun sebagai keberhasilan.

Delik korupsi yang diambil dari KUHP dibagi:


1. Delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari KUHP
Maksud dari delik korupsi yang ditarik secara mutlak adalah delit-
delit yang diambil dari KUHP dan kemudian diadopsi menjadi delit
korupsi sehingga delit tersebut tidak berlaku lagi dalam KUHP. 
2. Delit korupsi yang di tarik secara tidak mutlak dalam KUHP
Maksud dari delit korupsi yang ditarik secara tidak mutlak dari
KUHP adalah delit yang diambil dengan keadaan tertentu yakni
berkaitan dengan pemeriksaan tindak pidana korupsi. Jadi berbeda
dengan penarikan secara mutlak, dimana ketentuan delik ini di dalam
KUHP tetap berlaku dan dapat diancamkan kepada seorang pelaku
yang perbuatannya memenuhi unsur. 
Berdasarkan Undang – undang no. 31 Tahun 1999 Uu no. 20 Tahun 2001, Terdapat Beberapa
Pasal Yang Mengatur Perbuatan korupsi, antara lain :
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak
pidana korupsi. Ketiga puluh bentuk tersebut kemudian dapat disederhanakan ke dalam tujuh
kelompok besar, yaitu kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
Kelompok besar tindak pidana korupsi:
1. Kerugian Keuangan Negara2. Suap-menyuap3. Penggelapan dalam Jabatan4. Pemerasan5.
Perbuatan Curang6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan7. Gratifikasi

Anda mungkin juga menyukai