Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

TUGAS KELOMPOK
PENILAIAN RISIKO PERUSAHAAN DI SALAH SATU DEPARTEMEN
SAFETY, HEALTY AND ENVIRONMENT

Dosen : Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M

Disusun Oleh:
Adi Sopyan (0518104013)
Heru Rachman (0518104002)
Nur Aditio Pribadi (0518104019)
Febri Hariadi (0518104020)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2021
1. Latar Belakang

Kegiatan penilaian risiko yang dilakukan pada pengerjaan instalasi listrik perlu
dilakukan karena listrik sendiri merupakan sesuatu yang berbahaya dengan bentuk
yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan jika terkena oleh pekerja atau pengguna.
Perlunya seorang atau teknisi yang handal dalam menangani instalasi listrik
merupakan faktor yang sangat penting karena jika tidak dilakukan dengan hati-hati
maka akan membahayakan diri sendiri dan pihak lainnya. Tenaga kerja merupakan
sumber daya manusia sebagai aset perusahaan yang sangat penting keberadaannya
serta merupakan unsur yang tak dapat terpisahkan dalam proses produksi selain
unsur-unsur penunjang lainnya (Mudjimu, 2019). Namun, persaingan industri yang
sangat kompetitif pada era globalisasi khususnya dalam era Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) membuat sumber daya manusia menjadi aspek terpenting sehingga
aset perusahaan atau humaninvesment harus lebih diperhatikan mengingat adanya
ancaman bahaya (hazard) potensial yang berhubungan dengan kerja.

Program K3 sesuai dengan pasal 87 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 yang


menyebutkan “Setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 karyawan
atau yang sifat proses dan bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat
menyebabkan kecelakaan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3”.
Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat
pada tahun 2017 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 123.041 kasus dan
meningkat pada tahun 2018 sebanyak 173.105 kasus (BPJS Ketenagakerjaan,
2019). Menurut Anizar (2012) kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja
antara lain kerugian ekonomi, kerusakan alat/mesin, bahan dan bangunan, serta
biaya pengobatan dan perawatan.

2. Manajemen Risiko

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak diinginkan
karena dapat mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan bagi yang
mengalaminya (Rejeki, 2015). Sistem dan proses untuk manajemen keselamatan
dan kesehatan, potensi bahaya di tempat kerja harus dibangun ke dalam suatu sistem
yang terintegrasi dengan manajemen lainnya (Tarwaka, 2014). Sesuai dengan PP
No 50 Tahun 2012 bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaan, dimana dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pengusaha harus
melakukan tinjauan awal, salah satunya adalah suatu proses yang disebut
manajemen risiko, berupa identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan
pengendaliannya. Sehingga diperlukan suatu manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja untuk menekan potensi bahaya seminimal mungkin atau disebut
juga sebagai manajemen risiko. Guna mencapai Visi dan Misi, PT PLN (Persero)
memahami bahwa dinamika ketidakpastian di masa mendatang penuh dengan
peluang dan risiko yang harus direspon secara cermat, tepat, dan prudent
berlandaskan praktik Governance, Risk Management, and Compliance (GRC) yang
andal. Sebagai arah dan sikap bersama yang mencerminkan cara menilai risiko pada
setiap aktivitas organisasi yang akan berpengaruh pada penerapan komponen
manajemen risiko, maka ditetapkan Tata Nilai Manajemen Risiko di dalam
Statement of Corporate Intent Nomor 0070.P/DIR/2021 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi PT PLN (Persero).

3. Penilaian Risiko

Mengidentifikasi berbagai permasalahan yang mengganggu jalannya proses dan


risiko yang terdapat pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risiko
merugikan bagi manusia atau fasilitas pada sistem. Pengumpulan data primer
diperoleh berupa gambaran bahaya dan risiko dengan cara melakukan observasi
terhadap peralatan yang digunakan, kondisi tempat kerja dan tahapan proses yang
dilakukan terkait dengan proses pemeliharaan. Observasi dilakukan dengan melihat
kondisi lokasi pekerjaan dan peralatan yang digunakan serta mencatat tahapan
proses yang dilakukan di lapangan. Sedangkan pengumpulan data sekunder
diperoleh dari data perusahaan yaitu layout perusahaan, data kecelakaan kerja, dan
SOP. Langkah-langkah dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data
sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi hazard Sebelum dilakukan identifikasi hazard,


identifikasi penyimpangan proses produksi dibutuhkan untuk mengidentifikasi
penyimpangan yang ada selama proses produksi berlangsung. Identifikasi
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan lokasi yang akan di observasi. Dalam ini dilakukan observasi
pada Lokasi Kerja Lapangan dan Kantor PT. PLN (Persero) Cimahi.
b. Untuk setiap lokasi, dilakukan observasi terhadap pekerja yang melakukan
Unsafe Action dan juga kondisi gedung kerja.
c. Menentukan penyimpangan yang ada dilihat dari proses produksi dan
instruksi kerja berupa SOP, data kecelakaan kerja, dan unsafe action
2. Penilaian Risiko
Dilakukan berdasarkan tabel identifikasi risiko. Penilaian risiko ini
digunakan untuk mengetahui potensi hazard pada setiap area kerja di unit
Lokasi Kerja Lapangan dan Kantor PT. PLN (Persero) Cimahi. Berikut ini
merupakan penilaian level risiko.

3. Klasifikasi Hazard berdasarkan sumbernya diamana sumber hazard


diklasifikasikan berdasarkan sikap kerja, prosedur kerja, tempat kerja, dan
lingkungan kerja.

Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dilakukan:

No. Lokasi Foto Potensi Bahaya Risiko Sumber Bahaya

1. Lapangan ( Arus Pendek Terseng Kabel berantakan


Cimahi) hingga arus at Listrik, dan akibat Pencurian
panjang kebakaran jika Listrik
adanya
percikan api
2. Lapangan (By Arus pendek Kuli Tersengat Pembangunan
Pass) Listrik dekat JTM

3. Lapangan (Desa Arus Pendek Pekerja Pohon dekat JTM


Cileuya) Tersengat
Listrik

4. Lapangan (Desa Arus pendek Tersengat LVTC Lepas dari


Mulyajaya) hingga panjang dan listrik bagi strain clamp
juga menimbulkan masyarakat dan
percikan api pekerja yang
berkeliaran di
lokasi

5. Lapangan (Jln. Arus Pendek Luka Bakar Kabel JTR


KH. Usman hingga Arus karena Terkena Terkelupas
Dhamiri) Panjang percikan api,
pekerja
tersengat listrik
6. Lapangan Konslet Tersengat Andongan JTM
(Gunungsari) Listrik bagi kendor / rendah
masyarakat
yang
berkeliaran di
sekitar area.

7. Lapangan Tersengat Listrik Tangan Pekerja APD kurang


(Cimulya) mengalami luka lengkap (tidak
bakar baik memakai sarung
ringan maupun tangan)
berat yang
berpotensi di
amfutasi

8. Lapangan Tertabrak Patah Tulang, Tidak ada rambu


(Mekarjaya) kendaraan luka-luka, peringatan
hingga perabasan pohon
kematian
4. Analisis Manajemen Resiko
Berikut ini merupakan penilaian risiko kecelakaan kerja di PT. PLN (Persero)
Cimahi:

No. Lokasi Foto Potensi Risiko Sumber L C S Risk


Bahaya Bahaya Level

1. Lapangan ( Arus Pendek Terseng Kabel C 4 C4 Extreme


Cimahi) hingga arus at Listrik, berantakan Risk
panjang dan akibat
kebakaran Pencurian
jika Listrik
adanya
percikan
api
2. Lapangan Arus pendek Kuli Pembangunan A 3 A3 Extreme
(By Pass) Tersengat dekat JTM Risk
Listrik

3. Lapangan Arus Pendek Pekerja Pohon dekat C 3 C3 Moderate


(Desa Tersengat JTM
Cileuya) Listrik

4. Lapangan Arus pendek Tersengat LVTC Lepas B 3 B3 High


(Desa hingga listrik bagi dari strain Risk
Mulyajaya) panjang dan masyarakat clamp
juga dan
menimbulkan pekerja
percikan api yang
berkeliaran
di lokasi
5. Lapangan Arus Pendek Luka Kabel JTR A 3 A3 Extreme
(Jln. KH. hingga Arus Bakar Terkelupas Risk
Usman Panjang karena
Dhamiri) Terkena
percikan
api,
pekerja
tersengat
listrik

6. Lapangan Konslet Tersengat Andongan D 2 D2 Low


(Gunungsari) Listrik JTM kendor / Risk
bagi rendah
masyarakat
yang
berkeliaran
di sekitar
area.

7. Lapangan Tersengat Tangan APD kurang A 3 A3 Extreme


(Cimulya) Listrik Pekerja lengkap Risk
mengalami (tidak
luka bakar memakai
baik ringan sarung
maupun tangan)
berat yang
berpotensi
di amfutasi
8. Lapangan Tertabrak Patah Tidak ada A 3 A3 Extreme
(Mekarjaya) kendaraan Tulang, rambu Risk
luka-luka, peringatan
hingga perabasan
kematian pohon

Setelah dilakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko, kemudian potensi


hazard tersebut diklasifikasikan berdasarkan sumber bahaya ditujukkan sebagai
berikut:
No. Klasifikasi Bahaya Jumlah Potensi Bahaya

1. Sikap Kerja ( 1 ) 1
2. Prosedur Kerja ( 4, 6, 7, 8 ) 4
3. Tempat Kerja ( 2 ) 1
4. Kondisi Lingkungan Kerja ( 3, 5 ) 2

5. Analisis Klasifikasi Prosedur Kerja

Klasifikasi prosedur kerja merupakan pengelompokkan potensi bahaya berdasarkan


yang disebabkan oleh prosedur atau aktivitas kerja yang memiliki risiko dapat
mencederai pekerja. Potensi bahaya yang temasuk kedalam klasisikasi bahaya
prosedur kerja sebagai berikut:

a. Potensi bahaya tersengat listrik


Bahaya ini dapat terjadi akibat kurangnya kewaspadaan dan minimnya
pengetahuan pekerja saat melakukan prosedur kerja sehingga menyebabkan
prosedur kerja yang belum aman (safe work procedure) saat melakukan
pemeliharaan baik Jaringan tegangan rendah, menengah, maupun tinggi, serta
pada saat melakukan instalasi. Perbaikan yang diusulkan terhadap potensi
bahaya tersengat listrik yaitu menghimbau kepada pekerja untuk lebih teliti
dalam bekerja sesuai SOP, dan kepada manager untuk selalu memantau serta
breafing rutin dan juga sosialisasi akan bahaya potensi tersengat listrik ini. Selain
itu rambu-rambu pada jaringan juga diperlukan agar dapat diketahui apakah
memiliki tegangan baik tinggi ataupun rendah. Contoh rambu dapat dilihat
sebagai berikut:

b. Alat Pelindung Diri Tidak Lengkap


APD yang dimaksud disini yaitu sarung tangan sebagaimana pada tabel
potensi Hazard diatas. Kurang lengkapnya APD dapat menjadi salah satu
penyebab kecelakaan kerja. Jika melakukan kegiatan seperti instalasi dan
pemeliharaan jaringan maka diutamakan APD harus lengkap. Usulan
perbaikan disini yaitu pengawas lapangan harus lebih memperhatikan para
pekerja baik sebelum atau sesudah bekerja terutama kelengkapan APD
khususnya sarung tangan. Adapun sarung tangan yang sesuai standar yaitu
terdapat material karet pada bagian telapak tangan supaya meningkatkan
kenyaman pemakaian.

c. Jarang Memasang Rambu-Rambu Saat Bekerja


Ini menjadi perhatian penting bagi para pekerja baik pekerja lapangan,
pengawas kerja, maupun manager. Terkadang para pekerja menyepelekan
hal tersebut yang bisa menjadi potensi bahaya higga kecelakaan kerja.
Usulan perbaikan disini yaitu kepada manager sebelum melakukan prosedur
kerja lebih baik memberikan pengarahan atau sosilaisasi kepada pekerja dan
juga breafing rutin mengenai rambu-rambu pada khusunya baik itu
pemeliharaan jaringan dan juga perabasan pohon.

6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh sebelumnya, maka
disimpulkan bahwa terdapat 8 potensi bahaya di PT. PLN (Persero) Cimahi yang di
klasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu lingkungan kerja, yakni jarak antara
pohon dengan jaringan yang terlalu dekat dan jaringan yang terkelupas. Prosedur
kerja, yakni prosedur kerja yang kurang tepat, tidak disiplin menggunakan APD
dan rambu-rambu saaat bekerja. Tempat kerja, yakni kurangnya pengawasan baik
dari pekerja maupun perusahaan tentang pencurian listrik. Terakhir sikap kerja,
yakni kurangnya sosialisasi mengenai bahaya pembangunan dekat jaringan listrik
PLN.
Rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan meliputi menggunting ranting pohon
secara berkala, selalu menggunakan APD, mematuhi rambu-rambu peringatan saat
bekerja, dan melakukan sosialisasi akan bahaya kecelakaan kerja secara berkala,
baik kepada pekerja maupun masyarakat umum, serta pengamanan dan pengecekan
dari pihak perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai