Semester : I
KATA PENGANTAR
Assalmu’alaikum WR.WB
Puji dan syukur saya panjatknan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah OTONOMI DAERAH ini.
Shalawat dan salam saya panjatkan kepada junjunaan alam semesta yaitu Nabi besar
Muhammad SAW, kepada sahabat – sahabatnya dan sampai pada kita sebagai umat-
Nya
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat atas
pembuatannya makalah ini, buat sahabat – sahabat saya, terutama buat kedua orang
tua saya yang selalu memberikan motifasi yang sangat luar biasa yang bisa buat saya
semua lebih giat untuk belajar, buat dosen – dosen terutama buat Yth. Bpk. Supri
Yang telah memberikan begitu banyak pelajaran dalam mata kuliah Otonomi Daerah
ini .
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Otonomi Derah. Yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Dan penuh dengan kesabaran terutama pertolongan dari Allah SWT.
Akhirnya makalah ini dapat saya selesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan saya, karna saya
masih dalam tahap pembelajaran. saya sangat berharap makalah ini bermanfaat bagi
saya pribadi khususnya bagi semua pihak pada umumnya. Apabila ada keritik dan
saran yang bersifat membangun terciptanya makalah ini saya terima dengan lapang
dada.
Wassalamu’alaikum WR.WB
Subang, Desember 2013
Penyusun.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 2
A. Latar Belakang Masalah ...................................... 2
B. Identifikasi Masalah ............................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................... 7
A. Sejarah Perkembangan OTDA di Indonesia ........... 7
B. Definisi Otonomi Daerah ...................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ................................................... 13
A. Tata Kelola Desa .................................................
B. Arah Pemberdayaan ............................................ 13
C. Indikator Keberhasialan ....................................... 14
D. Tahap Pelaksanaan Pembangunan ........................ 15
E. Konsef Penyelenggaraan Pemerintah
yang Efektif ......................................................... 15
BAB IV PENUTUP............................................................. 16
A. Kesimpulan ......................................................... 16
B. Saran .................................................................. 16
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
D. Indikator Keberhasialan
Untuk mencapai pelaksanaan program yang optimal, perlu didorong oleh
beberapa potensi yang kemudian dijadikan indikator keberhasilan, adapun indikator
keberhasilan yang dimaksud adalah :
a) Tersediannya Sumber Daya Manusia (SDM)
Kemungkinan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (DSM) yang
merupakan potensi vital yang ada di suatu desa, keberadaannya tidak diakui oleh
masyarakat desanya bahkan Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut diberi cukup
ruang di beri cukup ruang untuk bisa memberiakn kontribusinya bagi kemajuan
desanya.
b) Potensi sumber daya lokal
Ini merupakan upaya pemberdayaan sgala potensi yang ada di desa dengan demikian
perencanaan program dengan pemetaan potensi yang ada adalah satu kesatuan yang
saling mendukung.
c) Konsistensi pelaksanaan program
Persyaratan terlaksananya program adalah konsistensi, konsistensi yang dimaksudkan
terlaksananya setiap fase program secara baik, karena program yang dibentuk
merupakan hasil perencanaan yang matang.
d) Adanya kesejahteraan dalam program pemerintah
Berupa upaya bagaimana menterjemahkan setiap program pembangunan yang
dilakukan pemerintah kemudian dikawal menjadi program yang benar- benar
mencapai sasarannya.
e) Program kerja yang sistematis
Inplementasi program kerja yang sistematis hal tersebut berdasarkan pada beberapa
pertimbangan, antara lain :
ü Penentuan skala prioritas
ü Langkah – langkah pencapaian program
f) Jaringan kerja kemitraan
Proses pemberdayaan membutuhkan berbagai keahlian dan disiplin ilmu dalam
rangka menujungjung keberhasilannya.
g) Anggaran biaya yang memadai
Ketergantungan kepada ketersediaan anggaran berdampak pada sikap pesimis
masyarakat yang tidak mau mencoba mengelok potensi yang ada menjadi suatu yang
memberikan nilai ekonomis tinggi. Hal ini perlu dalam melakukan suatu
pembangunan untuk kemajuan sebuah desa.
Sebagaimana diuraikan dalam Penjelesan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005
tentang Desa bahwa landasan pemikiran pengaturan (tata kelola) mengenai desa yaitu:
1) Keanekaragaman,
Yang memiliki makna bahwa istilah ’desa’ dapat disesuaikan dengan asal usul dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini berarti pola penyelenggaraan
pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan di desa harus menghormati sistem nilai
yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai
bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa negara
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Partisipasi,
Memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus
mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan
turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai
sesama warga desa.
3) Otonomi asli,
Memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan
mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial
budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam
perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan
jaman.
4) Demokratisasi,
Memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan
diagregasi melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga kemasyarakatan
sebagai mitra pemerintah desa.
5) Pemberdayaan masyarakat,
Memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan di desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan
esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.
E. Pelembagaan Partisipasi Masyarakat
Reformasi dan otonomi daerah telah menjadi harapan baru bagi pemerintah dan
masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah satu peluang
baru yang dapat membuka ruang kreativitas bagi aparatur desa dalam mengelola desa.
Hal itu jelas membuat pemerintah desa menjadi semakin leluasa dalam menentukan
program pembangunan yang akan dilaksanakan, dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat desa tanpa harus didikte oleh kepentingan pemerintah daerah
dan pusat. Sayangnya kondisi ini ternyata belum berjalan cukup mulus. Sebagai
contoh, aspirasi desa yang disampaikan dalam proses musrenbang senantiasa kalah
dengan kepentingan pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) dengan alasan bukan
prioritas, pemerataan dan keterbatasan anggaran.
Dari sisi masyarakat, poin penting yang dirasakan di dalam era otonomi adalah
semakin transparannya pengelolaan pemerintahan desa dan semakin pendeknya rantai
birokrasi yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif terhadap
jalannya pembangunan desa. Dalam proses musrenbang, keberadaan delegasi
masyarakat desa dalam kegiatan musrenbang di tingkat kabupaten/kota gagasannya
adalah membuka kran partisipasi masyarakat desa untuk ikut menentukan dan
mengawasi penentuan kebijakan pembangunan daerah. Namun demikian, lagi-lagi
muncul persoalan bahwa keberadaan delegasi masyarakat ini hanya menjadi
‘kosmetik’ untuk sekedar memenuhi ‘qouta’ adanya partisipasi masyarakat dalam
proses musrenbang sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang.
Merujuk pada kondisi di atas, tampaknya persoalan partisipasi masyarakat desa dalam
proses pembangunan di pedesaan harus diwadahi dalam kelembagaan yang jelas serta
memiliki legitimasi yang cukup kuat di mata masyarakat desa. Dalam UU No. 32
tahun 2004 sebenarnya telah dibuka ruang terkait pelembagaan partisipasi masyarakat
desa tersebut melalui pembentukan Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga
Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas
membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat
desa. Pembentukan lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan peraturan desa.
Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan pemerintahan desa bersifat
kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
Tugas lembaga kemasyarakatan meliputi:
· Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif,
· Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
Mengembangkan pembangunan secara partisipatif,
· Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya
masyarakat,
· Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi:
· Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan,
· Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia,
· Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,
· Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif,
· Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat,
· Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dan
pemberdayaan hak politik masyarakat.
F. Tahap Pelaksanaan Pembangunan
Pelaksanaan program dimulai dari proses perencanaan sampai kepada bagaimana
melakukan upaya tindak lanjut programsetelah program pembinaan dilakukan.
Pembangunan yang akan dilaksanakan di Desa Sindangsari, Dusun Cikembang
sekarang ini membutuhkan dana tunai sebesar Rp.200.000.000,-. Para perangkat desa
sedah mempersiapkan proposal untuk diajukan ke Pemerintah Daerah (Pemda) dan di
ajukan ke Kantor pusat karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(TPJMdes) Jangka 5 Tahun harus terlaksana.
Sedangkan pembangunan jalan di Dusun Cisodong hanya mengandalakn dari hasil
Suadaya masyarakat untuk memperbaiki tanjakan yang sudah rusak parah hal ini tentu
perlu adanya keterlibatan masyarakat untuk proses pembangunan jalan tersebut, dan
partisipasi masyarakat sangat membantu berjalannya suatu pembangunan di desa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa Yang di hadapi salah satu Desa di
Kecamatan Cimerak yang tepatnya di Desa Sindangsari Kabupaten Ciamis ini
mengalami kerusakan jalan yang sangat parah dari sepanjang jalan Kecamatan
Cijulang sampai ke Kecamatan Cimerak, ini mengakibatkan polusi yang di akibatnya
debu dari jalan yang rusak tersebut menyebar luas ke rumah – rumah di sekitar tempat
itu, hal ini mengkibatkan rumah tersebut kusam seperti terkubur debu.
Jalan yang rusak di daerah Sindangsari pun mengalami kerusakan karena banyaknya
mobil – mobil besar melintas, dana yang di butuhkan untuk perbaikan jalan tersebut
untuk sepanjang jalan Dusun Cikembang membutuhkan sekitar Rp. 200.000.000,-.
Sedangkan dana pembangunan jalan poros Desa di Dusun Cisodong RT/RW 05/02
Ciirateun itu hasil dari swadaya Masyarakat sekitar Rp.5.000.000,-
B. Saran
Saran saya untuk kelangsungan pembangunan desa di desa Sindangsari, dalam
Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi:
ü Rencana pembangunan jangka menengah desa disebut (RPJMDes) untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun.
ü Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKP-Desa, merupakan
penjabaran dari RPJMDes untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Di gunakan sebaik-baiknya oleh aparatur desa, seperti mendata bagian mana saja yang
harus ada perbaikan. Masyarakat juga ikut serta dalam pembangunan tersebut karena
semua pembangunan juga untuk masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA