Anda di halaman 1dari 12

MINI PROJECT

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM


RUMAH DENGAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOTA UTARA
TAHUN 2019

Disusun Sebagai Bagian dari Persyaratan Menyelesaikan Program Internship Dokter Indonesia

Provinsi Gorontalo di Puskesmas Kota Utara Periode

8 Februari-8 Juni 2019

Disusun Oleh :

dr. Yasser Zein Suweleh

Pendamping :

dr. Yeni Utiarahman

DINAS KESEHATAN KOTA GORONTALO

PUSKESMAS KOTA UTARA

2019
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA
KELUARGA DI DALAM RUMAH DENGAN ISPA PADA
BALITA DI PUSKESMAS KOTA UTARA TAHUN 2019

Yasser Zein Suweleh

Peserta Program Internship Kementrian Kesehatan RI

ABSTRAK

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit paling banyak di derita
oleh masayarakat. Kebiasaan merokok anggota keluarga tanpa memperhatikan lingkungan
sekitar selain dapat menimbulkan masalah bagi perokok itu sendiri juga dapat menimbulkan
masalah bagi orang lain. Termasuk balita yang tinggal bersama. Salah satu masalah yang sering
kali timbul pada balita akibat paparan asap rokok adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
ISPA pada balita menjadi penyebab utama kunjungan balita ke pelayanan kesehatan dan
kematian balita di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga Di dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas
Kota Utara Pada Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
menggunakan rancangan Cross sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 1.108 dengan
sampel 92 orang menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian dengan uji statistic
spearman menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Merokok
Anggota Keluarga Di dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas dengan
nilai p = 0,000. Disarankan kepada orang tua supaya tidak merokok di dalam rumah dan perlu
memperhatikan ventilasi rumah agar udara didalam rumah senantiasa bersirkulasi dan udara
yang tidak sehat seperti asap rokok bisa keluar.

Kata kunci : ISPA, Kebiasaan merokok anggota keluarga

PENDAHULUAN Indonesia adalah infeksi saluran


Salah satu masalah kesehatan pernafasan akut (ISPA). ISPA merupakan
utama di dunia maupun di negara penyakit yang dapat dialami oleh segala
umur terutama orang-orang yang memiliki
daya tahan tubuh kurang seperti balita dan Pada tahun 2017, Angka kematian akibat
lansia. Manifestasi ISPA mulai dari gejala Pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi
yang ringan sampai berat. Setiap tahun yaitu sebesar 0,56% dibandingkan pada
Indonesia menyumbangkan angka kelompok anak umur 1 – 4 tahun sebesar
kematian bayi dan balita (AKABA) yang 0,23%. Angka cakupan penemuan
disebabkan oleh ISPA. Penyakit ini pneumonia balita tidak mengalami
menempati urutan pertama penyakit yang perkembangan berarti yaitu berkisar antara
diderita pada kelompok bayi dan balita di 20%-30%. Peningkatan cakupan pada tahun
Indonesia (Riskesdas, 2015) 2015 – 2017 dikarenakan adanya perubahan
ISPA adalah proses infeksi akut angka perkiraan kasus dari 10% menjadi
yang berlangsung selama 14 hari, yang 3,55%, selain itu ada peningkatan dalam
disebabkan oleh mikroorganisme dan kelengkapan pelaporan dari 91,91% pada
menyerang salah satu bagian atau lebih tahun 2015 menjadi 94,12% pada tahun
dari saluran nafas, mulai dari hidung 2016 dan 97,30% pada tahun 2017..
(saluran atas) hingga alveoli (saluran Sementara perkiraan kasus Pneumonia pada
bawah) beserta organ-organ disekitarnya balita di Gorontalo adalah berkisar 70.00%
seperti sinus, rongga telinga dan pleura. (Profil kesehatan Indonesia, 2017).
Sebagai kelompok penyakit, ISPA dibagi Tingginya angka kejadian ISPA
menjadi dua yaitu infeksi saluran pada balita disebabkan oleh beberapa
pernafasan atas dan infeksi saluran faktor diantaranya adalah faktor instrinsik,
pernafasan bagian bawah. Pneumonia faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi
merupakan infeksi saluran pernafasan umur, jenis kelamin, status gizi, status asi
bawah akut. Hampir semua kematian ISPA ekslusif, status imunisasi. Sedangkan
pada anak – anak umumnya adalah infeksi faktor ekstrinsik meliputi kondisi fisik
saluran pernafasan bagian bawah lingkungan rumah, kepadatan hunian,
(pneumonia) (Maryunani, 2010). polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap
Menurut World Health rokok, penggunaan bahan bakar, serta
Organization (WHO) tahun 2015 faktor perilaku baik pengetahuan dan sikap
penyebab kematian anak usia kurang dari ibu (Suryani, dkk, 2015).
lima tahun di dunia yaitu pneumonia Anak balita rentan terkena
(14%), diare (14%)., infeksi lain (9%), penyakit ISPA karena sistem imunitas
malaria (8%) dan noncomunicable disease anak masih lemah belum sempurna
(4%). Angka kejadian pneumonia sudah sehingga lebih beresiko terkena pajanan
mengalami penurunan namun masih penyakit. Selain itu tingginya resiko ISPA
menjadi penyebab kematian balita tertinggi pada anak yang berusia <36 bulan
Angka kematian balita di kemungkinan disebabkan karena pada usia
Indonesia menjadi peringkat pertama tersebut anak lebih banyak melakukan
dibandingkan dengan negara ASEAN aktivitas di dalam rumah sehingga rentan
lainnya, pada tahun 2011, 2012 dan 2013 terpajan faktor lingkungan, seperti anggota
angka kematian balita sebesar 162.000 keluarga yang merokok, penggunaan obat
balita, 149.000 balita dan 136.000 balita. nyamuk bakar di dalam rumah, dan juga
Pada tahun 2011 sebesar 28,7% kejadian sumber infeksi yang berasal dari keluarga
ISPA penyebab kematian pada balita, pada (Anggia, 2015).
tahun 2012 tidak terjadi perubahan Kebiasaan merokok anggota keluarga
persentase yang signifikan yaitu 29,1% menjadikan anggota keluarga lain sebagai
dan 28.2% pada tahun 2013 (Depkes, perokok pasif yang selalu terpapar asap
2014). rokok dimana perokok pasiflah yang
Berdasarkan Profil Kesehatan tahun mengalami resiko kesakitan lebih besar
2017, Angka kematian akibat pneumonia dari perokok aktif. Rumah yang anggota
pada balita tahun 2016 sebesar 0,22% pada keluarganya mempunyai kebiasaan
tahun 2017 menjadi 0,34%. merokok berpeluang meningkatkan
kejadian ISPA pada balita dibandingkan
dengan rumah yang anggota keluarganya
tidak merokok didalam rumah (Fillacano, Maka dari itu peneliti melakukan
2013). survei awal di Puskesmas Kota Utara pada
Menurut Ribka, dkk 2013, minggu pertama bulan April 2019 dengan
menunjukkan bahwa efek buruk asap mewawancarai 8 orang ibu yang memiliki
rokok lebih besar bagi perokok pasif balita penderita ISPA. Dimana 2 orang ibu
dibandingkan perokok aktif. Ketika mengatakan bahwa mereka tidak
perokok membakar sebatang rokok dan mempunyai anggota keluarga yang
menghisapnya, asap yang dihisap oleh merokok dan tidak mempunyai riwayat
perokok disebut asap utama dan asap yang merokok di keluarganya, dan 6 orang ibu
keluar dari ujung rokok (bagian yang lainnya mengatakan bahwa ada anggota
terbakar) yang disebut sidestream smoke keluarganya yang mempunyai kebiasaan
atau asap samping inilah yang terbukti merokok didalam rumah maupun diluar
mengandung lebih banyak hasil rumah, dikatakan juga oleh ibu tersebut
pembakaran tembakau dibanding asap bahwa anggota keluarga ada yang merokok
utama. pada saat aktivitas bersama keluarga
Pusat Komunikasi Publik seperti menonton TV dan berkumpul
Kesehatan Jenderal Kementrian Kesehatan bersama-sama, anggota keluarga merokok
RI memberitakan sebanyak 62 juta jarang membuka ventilasi seperti jendela
perempuan dan 30 juta laki laki Indonesia hanya membuka pintu itupun hanya
menjadi perokok pasif di Indonesia, dan separuh saja yang terbuka. Dan ibu balita
yang paling menyedihkan anak–anak usia juga mengatakan dia jarang menyuruh
0–4 tahun yang terpapar asap rokok anggota keluarganya untuk menjauhi
berjumlah 11,4 juta anak, rokok balitanya saat merokok.
merupakan masalah yang kian menjerat
anak, remaja dan wanita di Indonesia METODE PENELITIAN
(Wijaya, 2014 ). Jenis penelitian yang dilakukan
Penelitian yang pernah dilakukan dalam penelitian ini adalah bersifat
sebelumnya oleh Stefanus & Gene (2013) deskriptif analitik yang bertujuan untuk
tentang hubungan kebiasaan merokok di mengetahui hubungan kebiasaan merokok
dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anggota keluarga dalam rumah dengan
anak umur 1–4 tahun di Puskesmas kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas
Tumpaan Kabupaten Minahasa dengan Kota Utara Gorontalo. Penelitian ini
hasil penelitian uji statistik menggunakan menggunakan rancangan Cross sectional
uji chisquare pada tingkat kemaknaan 95% dimana variabel independen dan variabel
(α ≤ 0,05) maka didapatkan nilai p= 0,002, dependen diteliti secara langsung dalam
ini berarti nilai p<α (0,05), dengan waktu bersamaan. Lokasi penelitian
kesimpulan dalam penelitian ini ada dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
hubungan kebiasaan merokok dengan Kota Utara karena diwilayah kerja
kejadian ISPA pada anak. puskesmas ini banyak terdapat balita yang
Berdasarkan data Puskesmas Kota mengalami penyakit ISPA. Waktu
Utara,penemuan kasus ISPA pada tahun penelitian dilaksanakan pada bulan April -
2018 yaitu sebesar 1527 kasus. Jumlah Mei 2019. Populasi penelitian ini adalah
kasus ISPA pada tahun 2019 periode keseluruhan ibu yang memiliki balita yang
Januari-Maret sebesar 357. Dan tercatat datang berobat ke Puskesmas Kota Utara
kasus ISPA ini menduduki urutan pertama pada tahun 2019 periode januari-mei yang
dari 10 besar penyakit dalam dua tahun terdiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan
terakhir. sebesar 1.108 orang. Pengambilan sampel
ini menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria inklusi : a. Ibu
yang mempunyai balita yang berusia 1-5
tahun yang datang
berobat ke Puskesmas Kota Utara, b. Balita ini menggunakan rumus yang
yang tinggal satu rumah dengan anggota dikembangkan dari Issac dan Michael ,
keluarga yang merokok. Untuk maka didapat sampel sebesar 92
menentukan besar sampel dalam penelitian responden.

HASIL PENELITIAN
ANALISA UNIVARIAT
Tabel 1 Distribusi Frekuensi pada
Responden Berdasarkan Karakteristik
Di Puskesmas Kota Utara Gorontalo

Karakteristik F %
Pendidikan
SD 7 7,6
SMP 25 27,2
SMA 48 52,2
Perguruan tinggi 12 13,0
Total 92 100
Pekerjaan
PNS 6 6,5
Wiraswasta 32 34,8
IRT 54 58,7
Total 92 100
Usia Anak
1 Tahun 26 28,3
2 Tahun 37 40,2
3 Tahun 16 17,4
4 Tahun 7 7,6
5 Tahun 6 6,5
Total 92 100
Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 55 59.8
Perempuan 37 40,2
Total 92 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa


pendidikan responden mayoritas SMA
sebanyak 48 responden (52,2%),
berdasarkan pekerjaan mayoritas
responden adalah IRT sebanyak 54
responden (58,7), berdasarkan usia anak
responden mayoritas responden memiliki
anak usia 2 tahun sebanyak 37 responden
(40,2%), dan berdasarkan jenis kelamin
anak mayoritas berjenis kelamin anak laki-
laki sebanyak 55 responden (59,8%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
Responden Di Puskesmas Kota Utara Gorontalo

Kebiasaan Merokok F %
Tidak Terpapar 27 29,3
Terpapar 65 70.7
Total 92 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini terpapar asap rokok
mayoritas balita dikeluarga responden sebanyak 65 responden (70,7)

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan Kejadian ISPA Pada


Balita Responden Di Puskesmas Kota Utara Gorontalo

Kejadian ISPA F %
Tidak ISPA 26 28,3
ISPA 66 71.7
Total 92 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini menderita ISPA sebanyak 66
mayoritas balita responden dalam responden (71,7%).

ANALISIS BIVARIAT
Tabel 4 Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Di Dalam Rumah
Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Responden Di Puskesmas Kota
Utara Gorontalo
Kejadian ISPA
Tidak ISPA ISPA Total P Nilai r
Kebiasaan F % F % F % Value
Merokok
Tidak 26 28,3 1 1.1 27 29.3 0.000 0.974
Terpapar
Terpapar 0 0.0 65 70.7 65 70.7
Jumlah 26 28.3 66 71.7 92 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa adalah 0,000. Dengan demikian, secara


proporsi balita yang ISPA lebih banyak statistik terdapat hubungan kebiasaan
ditemukan pada balita yang terpapar asap merokok anggota keluarga di dalam rumah
rokok yaitu sebanyak 66 balita (71.7%). dengan kejadian ISPA pada balita di
dibandingkan yang tidak terpapar asap puskesmas Kota Utara. Berdasarkan hasil
rokok yaitu sebanyak 26 balita (28,3%), penelitian didapatkan nilai r 0,974 dimana
Dan berdasarkan hasil penelitian uji dikatakan pada koefisien korelasi
spearman dengan nilai signifikasinya mempunyai hubungan yang sangat kuat.
Semakin tinggi kebiasaan merokok tidak bekerja karena dengan bekerja
anggota keluarga, semakin tinggi kejadian seseorang akan mempunyai banyak
ISPA pada balita. informasi dan pengalaman. Menurut
Arikunto (2013), yang menyatakan bahwa
kecocokan pekerjaan seseorang akan
PEMBAHASAN menimbulkan kepuasan dan keingintahuan
Kebiasaan Merokok didalam rumah yang lebih dibandingkan wanita yang tidak
anggota keluarga responden di bekerja. Dari pertanyaan pendukung pada
puskesmas Kota Utara Gorontalo kuesioner banyak didapatkan hasil
Hasil penelitian, mayoritas balita lamanya keterpaparan sirkulasi asap rokok
responden 65 (70,7%) terpapar asap rokok, didalam rumah dari 66 balita yang
dan balita responden yang tidak terpapar mengalami ISPA, hasil dari kuesioner
asap rokok 27 responden (29,3%). Rokok sebagian besar dalam rumah terpapar asap
merupakan salah satu zat adiktif, yang bila rokok >30 menit /hari. Menurut Hidayati
digunakan dapat mengakibatkan bahaya (2009) Paparan asap rokok selama 30
kesehatan bagi individu dan masyarakat. menit saja dapat meningkatkan jumlah sel
Berdasarkan dari data diatas yang didapat dinding dalam pembuluh darah, menambah
bahwa sebagian besar masih merokok beban oksidasi, menyebabkan kerusakan
didalam rumah dan merokok didekat sel endotel dan penggumpalkan sel
balita. Menghisap asap rokok walaupun pembeku darah yang menyebabkan
tidak merokok disebut perokok pasif. Hasil penyempitan dan kekakuan pembuluh
penelitian ini di dukung oleh pendapat darah. Dan berdasarkan jumlah rokok yang
Sapphire (2009) yang mengatakan bahwa dihisap didapatkan sebagian besar anggota
perokok pasif adalah orang yang ikut keluarga menghisap rokok <10
menghisap asap rokok yang dikeluarkan batang/hari. Perhitungan jumlah rokok
oleh perokok aktif pada saat merokok. yang dihisap setiap hari dimaksudkan
Menghisap asap rokok orang lain lebih untuk memasukkan kategori perokok.
berbahaya dibandingkan menghisap rokok Terdapat empat kategori perokok yaitu
sendirian. Berdasarkan hasil penelitian, perokok ringan menghabiskan rokok 1-10
didapatkan bahwa kebiasaan merokok batang, perokok sedang menghabiskan
sebagian besar dilakukan oleh responden rokok sebanyak 11-21 batang, perokok
dengan pendidikan SMA yaitu 48 berat merokok sekitar 21-30 batang perhari
responden (52,2). Pendidikan ini nantinya (Wijaya, 2014). Berdasarkan data diatas
akan dapat mempengaruhi tingkat maka sebagian besar anggota keluarga
pengetahuan seseorang dalam bersikap balita masuk dalam kategori perokok
hidup yang bersih dan sehat serta sikap ringan. Dan berdasarkan hasil kuesioner
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan keadaan pintu dan jendela ketika ada yang
yang ada disekitarnya. Tingkat pendidikan merokok didalam rumah, dari 66 balita
yang tinggi akan memudahkan seseorang yang mengalami ISPA hampir semua
untuk menyerap informasi dan keluarga responden mengkondisikan
mengimplementasikan dalam perilaku dan keadaan pintu dan jendela dalam keadaan
gaya hidup sehari-hari, khususnya yang terbuka saat ada anggota keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan merokok didalam rumah. Menurut
(Rahmawati, 2012). Berdasarkan hasil Maryani (2012) ruangan yang tertutup juga
penelitian penulis, didapatkan responden sangat tidak aman apabila ada yang
dengan kebiasaan merokok menunjukkan merokok, sebab sirkulasi udara yang
sebagian besar adalah responden dengan berputar-putar disana dapat mencemari
pekerjaan IRT yaitu 54 responden (58,7). seluruh ruangan. Kebiasaan merokok
Seseorang yang bekerja pengetahuannya didalam rumah dan dikantor justru dapat
akan lebih luas dibandingkan dengan yang
membahayakan orang yang ada 3 lebih banyak mengalami ISPA
disekitarnya. dikarenakan sistem imunitas anak yang
Menurut asumsi peneliti bahwa semakin masih lemah dan organ pernafasan anak
banyak kebiasaan merokok anggota bayi belum mencapai kematangan yang
keluarga didalam rumah semakin besar sempurna, sehingga apabila terpajan
memberikan resiko terhadap kejadian kuman akan lebih beresiko terkena
ISPA pada balita. penyakit Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kejadian ISPA Pada Balita Responden Mifta (2014), yang menyatakan ada
di Puskesmas Kota Utara Gorontalo hubungan antara perilaku merokok orang
Hasil penelitian mayoritas balita responden tua terhadap kejadian ISPA pada anak. Hal
mengalami ISPA sebanyak 66 responden ini menunjukkan bahwa semakin berat
(71,7%), sedangkan yang tidak megalami perilaku merokok orang tua maka semakin
ISPA sebanyak 26 responden (28,3%). besar potensi anak balitanya menderita
Istilah ISPA merupakan singkatan dari ISPA.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh Keluarga di Dalam Rumah Dengan
manusia dan berkembang biak sehingga Kejadian ISPA pada Balita di
menimbulkan penyakit. Asap rokok dari Puskesmas Kota Utara Gorontalo.
penghuni rumah yang satu atap dengan Analsis bivariat dilakukan untuk melihat
balita merupakan bahan pencemaran dalam hubungan kebiasaan merokok anggota
ruang tempat tinggal yang serius serta akan keluarga di dalam rumah dengan kejadian
menambah resiko kesakitan dari bahan ISPA pada balita di Puskesmas Kota Utara.
toksik pada anak-anak. Paparan yang terus Analisis hubungan ini menggunakan uji
menerus akan menimbulkan gangguan spearman. Berdasarkan hasil penelitian, di
pernafasan akut dan gangguan paru-paru peroleh signifikasi sebesar p value = 0,000
pada saat dewasa (Hidayati, 2009) kurang dari α (0,05). Dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa Ha diterima yang berarti ada
balita responden berpenyakit ISPA hubungan antara kebiasaan merokok
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki anggota keluarga di dalam rumah dengan
yaitu sebanyak 55 responden (59,8%). kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Menurut Widarini (2010), laki-laki dan Kota Utara. Asap rokok adalah sebuah
perempuan mempunyai resiko yang sama campuran asap yang dikeluarkan dari hasil
untuk mengalami ISPA, namun menurut pembakaran tembakau yang mengandung
hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, polyclinic hydrocarbons (PAHs) dan
responden laki-laki yang lebih banyak berbahaya bagi kesehatan (Depkes, 2011).
sehingga dapat disimpulkan anak laki-laki Manusia yang menghirup asap rokok bisa
lebih beresiko terkena ISPA dibandingkan disebut perokok pasif dan berisiko lebih
dengan anak perempuan. Dan dari segi besar pada kesehatan hal ini sesuai dengan
aktifitas anak laki-laki lebih dekat dengan penelitian Citra (2012) bahwa perokok
ayah, pada seseorang ayah yang pasif lebih rentan terkena penyakit
mempunyai kebiasaan merokok maka akan gangguan pernafasan dibanding dengan
mudah untuk terpaparnya asap rokok dan perokok aktif. Hal ini didukung oleh
besar kemungkinan akan memicu pendapat Sahroni (2012) yang mengatakan
terjadinya ISPA. Berdasarkan hasil bahwa pada keluarga yang merokok,
penelitian, didapatkan responden dengan secara statistik balita mempunyai
penyakit ISPA sebagian besar adalah usia kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat
2 tahun yaitu 37 responden (40,2). Hasil dibandingkan dengan balita dari keluarga
ini didukung oleh Yuli (2012), anak usia 1- yang tidak merokok. Di samping tu
terjadinya ISPA pada balita selain karena 0,002. Menurut asumsi peneliti bahwa
dipengaruhi adanya keterpaparan asap kejadian ISPA sebagian besar terjadi pada
rokok juga dipengaruhi oleh faktor intrisik balita yang keluarganya mempunyai
seperti usia balita Disamping itu terjadinya kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan
ISPA pada balita selain karena dipengaruhi karena balita-balita merupakan perokok
adanya keterpaparan asap rokok juga pasif yang mudah terkena penyakit saluran
dipengaruhi oleh faktor intrisik seperti usia pernapasan akut atau seringkali kita sebut
balita dan jenis kelamin. Hasil tersebut sebagai ISPA. Paparan asap rokok yang
mendukung penelitian yang dilakukan ditimbulkan oleh anggota keluarga sangat
Syutrika (2014) didapatkan bahwa ada mengganggu sirkulasi udara yang terus
hubungan antara kebiasaan merokok menerus dihirup oleh anggota keluarga
anggota keluarga didalam rumah dengan lainya yang tidak merokok khususnya
kejadian ISPA pada balita dengan p value balita.

KESIMPULAN DAN SARAN Jakarta: Direktorat


KESIMPULAN Jenderal
Ada hubungan kebiasaan merokok
anggota keluarga didalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Kota Utara dengan nilai α = 0,000 <0,05

SARAN
Disarankan kepada ibu dari anak
balita di Puskesmas Kota Utara agar
memperhatikan kesehatan balita dengan
memperhatikan kebiasaan anggota
keluarga yang merokok agar tidak
merokok di dalam rumah dan perlu
memperhatikan ventilasi rumah agar
sirkulasi udara di dalam rumah lebih sehat
dan udara kotor akibat rokok keluar dari
dalam rumah. Dan bagi petugas kesehatan
agar meningkatkan program promotif
dengan cara video edukasi ataupun video
testimoni dari orang tua pasien maupun
pasien yang sudah berhasil berhenti
merokok dan preventif agar angka kejadian
ISPA balita berkurang

DAFTAR PUSTAKA
Anggia, D. (2015). Hubungan Faktor Ibu,
Anak Dan Lingkungan Dengan Kejadian
ISPA Pada Anak Balita Di Puskesmas
Pakis Surabaya. (Diakses pada tanggal 19
Mei 2019)
Citra, (2012). Hubungan Lingkungan
Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja
Depkes RI, (2014), Kualitas Udara dalam
Rumah terhadap ISPA pada Balita.
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
Fillacano, R. (2013). Hubungan Lingkungan
Dalam Rumah Terhadap ISPA Pada Balita
Di Kelurahan Ciputat Kota Tanggerang
Selatan. ( Diakses pada tanggal 06 Mei 2019)
Hidayati N. 2009. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Ispa
Pada Balita Di Kelurahan Pasie Nan Tigo
Kecamatan KotoTangah Kota Padang
Lilis, Z. (2015). Gambaran Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga Dengan
Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Balita Di
Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik.
(Diakses pada tanggal 19 April 2019)
Maryani, R. (2012). Hubungan Kondisi
Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga Dengan
Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan
Bandarharjo Kota Semarang.
(Diakses pada tanggal 05 april 2019)
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak
Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Mifta, R. (2014). Hubungan Merokok Anggota
Keluarga Dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada
Balita Di Wilayah Puskesmas
Paciran Kabupaten Lamongan.
(Diakses pada tanggal 06 april 2019)
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Rahmawati. (2012). Prilaku Hidup Bersih Dan
Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ribka, Nasry, N & Wahihuddin. (2013). Puskesmas Rembang Kabupaten
Faktor Yang Berhubungan Dengan Purbalingga.
Kejadian ISPA Pada Balita Di
Lembang Batu Sura’. (Diakses pada
tanggal 21 Mei 2019)
Riskesdas. (2015). Balai Penelitian Dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Sapphire, 2009. Bahaya Perokok pasif
(http://jfsinstink.com) diakses tanggal 12
mei 2019
Stefanus & Gene, H. (2013). Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Dengan
Kebiasaan Merokok Anggota
Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada
Anak Umur 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tumpaan Kabupaten Minahasa
Selatan.(Diakses pada tanggal 06
mei 2019)
Sahroni, R. (2012). Hubungan Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga Dengan
Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Balita
Di Puskesmas Ajung Kabupaten
Jember. (Diakses pada tanggal 10
Mei 2019) Suryani, Edison, Julizar , N.
( 2015). Hubungan Lingkungan Fisik
Dan Tindakan Penduduk
Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya. (Diakses
pada tanggal 18 April 2019) Suyanto.
(2011). Metodologi Dan Aplikasi
Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Syutrika, K. (2014). Hubungan Antara
Status Merokok Anggota Keluarga
Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ongkaw Kabupaten
Minahasa Selatan.(Diakses
pada tanggal 08 april 2019) Wijaya, I.
(2014). Hubungan Kebiasaan Merokok,
Imunisasi Dengan Kejadian
Penyakit Pneumonia Pada Balita Di
Puskesmas Pabuaran Tumpeng
KotaTangerang.
World Health Organization (WHO). (2015).
Pencegahan & pengendalian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
Yuli , T. (2012). Hubungan Prilaku
Merokok Orang Tua Dengan Kejadian
ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja

Anda mungkin juga menyukai