Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Demam dengue

Laporan kasus di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU. Haji Medan

Pembimbing :
dr. Tity Wulandari, M.ked (Ped), Sp.A

Disusun Oleh :
Robi Aziz (20360012)

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan kasus ini
untuk memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian stase ilmu kesehatan anak
di Rumah Sakit Haji Medan dengan judul ‘’ Sindrome Dyspepsia” Shalawat dan salam tetap
terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa
menjadi contoh suri tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing KKS dibagian Ilmu kesehatan anak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
Paper masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian
materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga bermanfaat dalam penulisan paper selanjutnya.Semoga paper ini
bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, 3 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

LAPORAN KASUS................................................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Lutsyah Pranayuda
 TTL : Bantul, 20 Oktober 2004
 Umur : 17 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Taduan Gg Molo No. 04 , Medan
Tembung, Sidorejo, Sumatera Utara 20222
 Nama orang tua pasien : suprayanto
 Tgl masuk : 25 Oktober 2021
 Ruangan : H. Ismail
 No. Rm : 322278

II. ANAMNESIS
 Anamnesis dilakukan secara allo anamnesis. Anamnesis dilakukan pada
hari Rabu, tanggal 27 oktober 2021

Keluhan Utama
Demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan Tambahan
-
Riwayat Penyakit Sekarang
pasien datang ke IGD rumah sakit haji medan Bersama orang tuanya dengan
keluahan demam sejak 1 minggu yang lalu, demam menggigil, paling sering demam pada
saat siang hari, pasien juga mengeluhkan nyeri perut,nyeri perut menjalar ke uluh hati, mual
(+) frekuensi 2x , muntah frekuensi 2x (+), pasien juga mengeluhkan tidak ada selera makan,
mencret (+), lemas (+),

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada

Riwayat Pengobatan
Tidak ada

Riwayat Kelahiran :Normal Vacum Forceps Sectio Caesaria


a. Ditolong oleh : √ Dokter Bidan Lainnya :
b. Keadaan Saat Lahir: √ Segera Menangis Tidak Segera Menangis
c. BBL : 3500 gram PBL:50 cm LK : lupa
Riwayat Imunisasi √ : BCG 1 kali √ Polio 2 kali √ Hepatitis B 1 kali
√ DPT 1 kali √ Campak 1kali √ HiB 1kali
√ Meningitiskali √ Rotavirus1kali Lainnya

Riwayat Perkembangan: √ Menegakkan kepala 3 bulan √ Duduk6 bulan


√ Membalikkan Badan 3 bulan √ Berdiri8 bulan
√ Berbicara 8bulan
√ Merangkak 7bulan
√ Berjalan 14bulan lainnya
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran : Komposmentis E4V5M6
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 163 x/mnt
Frekuensi Nafas : 34 x /mnt
Suhu : 37,1oC
BB : 67 kg
TB : 175 cm
BB/Umur : BB/U = 67/65 x 100 % = 103 % ( BB baik )
TB/Umur : 175/175 x 100% = 100% (Normal)
BB/TB : 67/65 x 100% = 103% (Normal)

B. STATUS GENERALIS
Kepala

 Bentuk : Simetris,
 Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
 mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
:mata cekung (-), reflex cahaya (+/+), pupil isokor.
 telinga :DBN, tidak ada secret
 hidung : DBN, secret (-), dan perdarahan (-)
 Mulut : bibir kering (+), sianosis (-)
 Lidah : putih , kotor, pinggir hiperemis
Leher
 Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
 Massa : Tidak ada
 Pembesaran Tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
 Paru
Inspeksi : Semetris Fusiformis, retraksi (-) kanan=kiri
Palpasi : Fremitus kanan=kiri, massa (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-), gallop (-)

 Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen datar, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi :Soepel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba membes
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
- atas : Akral hangat (+/+), oedem (-/-)
- bawah : Akral hangat (+/+), oedem (-/-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah lengkap
Pemeriksaan Darah Hasil Nilai Rujukan Satuan
lengkap
Hemoglobin 13.1 11,7-15.5 g/dL
Hematokrit 40,5 37-45 %
Leukosit 4,50 4-11 ribu/mm3
Trombosit 161 150-440 Ribu/mm3
Eritrosit 5.26 4.00-440 Juta/uL
PDW 16.0 9.0-13,0 fL

Pemeriksaan Foto Abdomen 2 sisi


 Preperitoneal fat line,psoas line dan kontur ginjal tampak baik
 Distribusi udara usus kesan sampai ke distal dengan gambaran massa fekal
proyeksi kolon desendens
 Pada posisi erecet tak tampak gambaran air fluid multipel
Pemeriksaan Foto Thorax
 Kondisi foto cukup posisi relative simetris. Inspirasi cukup
 CTR< 50%, jantung ukuran tidak membesar. Aorta baik
 Mediastinum superior tidak melebar. Trake di tengah. Hilus tidak menebal
 Tidak tampak infiltrate di kedua paru
 Sinus kostofrenikus dan diafragma baik
Kesan = Cor/pulmo dalam batas normal
C. STATUS NEUROLOGIS
1) Kesadaran : Komposmentis
2) GCS : E 4 V5 M 6
3) Tanda Rangsang meningeal :
 Kaku kuduk : -/-
 Brudzinsky 1 : -/-
 Brudzinsky 2 : -/-
 Laseque : -/-
 Kernig : -/-
4) Reflek Patologis
 Babinski : -/-
 Gordon : -/-
 Chadock : -/-
 Openheim : -/-
 Schuffer : -/-

5) Reflek Fisiologi
 Biceps : ++
 Tricep : ++
 KPR : ++
 APR : ++

IV. RESUME
pasien datang ke IGD rumah sakit haji medan Bersama orang tuanya dengan
keluahan demam sejak 1 minggu yang lalu, demam menggigil, paling sering demam pada
saat siang hari, pasien juga mengeluhkan nyeri perut,nyeri perut menjalar ke uluh hati, mual
(+) frekuensi 2x , muntah frekuensi 2x (+), pasien juga mengeluhkan tidak ada selera makan,
mencret (+), lemas

Pada Pemeriksaan Fisik ditemukan :


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital :
 Tekanan darah : - mmHg
 Denyut nadi : 100x/mnt
 Frekuensi Nafas : 20x /mnt
 Suhu : 39oC
Status generalis : Dalam batas normal
Status Neurologis : GCS E4V5M6, Dalam batas normal
Pemeriksaan lab : Ditemukan kenaikan pada Eritrosit dan PDW
V. DIAGNOSA BANDING
1. DHF
2. Typoid fever
3. Konstipasi
4. Gea

VI. DIAGNOSIS KERJA


 Demam dengue + Dyspepsia

VII. PENATALAKSANAAN.
• IVFD RL 2000 cc / hari
• Ranitidin 1 amp / 12 jam
• Novalgin 1 amp / 8 jam
• Ondansetron 1 amp 1x
• Oral zink 1x 20 mg
• Diet MBL
• Duhcolek syrup 10 mg 1x
• Laxadine syrup 3x 10 m
Hari/Tgl S O A P
Kamis Oa mengatakan T ; 39º hypertermia -IVFD RL 2000cc / 24 jam
demam ± 1 minggu
25/08/21 HR 100x/I -Novalgin 1 amp / 8 jam
yang lalu
RR : 20x/i
Jumat Os mengatakan bab HR : 80x/i Demam dengue IVFD RL 2000 cc / 24 jam
26/08/21 tidak puas (sedikit). RR : 20X/i + Dyspepdia Ranitidin 1 amp / 12 jam
Sakit peurt (+). T : 37º Novalgin 1 amp / 8 jam
Nyeri uluh hati ( Ondansetron 1 amp 1x
Oral zink 1x 20 mg

Hari/Tgl S O A P
jumat os mengatakan BAB T ; 37º Demam dengue Ranitidin 1 amp / 12 jam
sedikit tidak lancer
27/08/21 HR 92x/I + Dyspepdia Novalgin 1 amp / 8 jam
Sakit perut (+), batuk
(+), RR : 24x/i Ondansetron 1 amp 1x
Oral zink 1x 20 mg
Ambroxol 3x1 dd

Jumat Os mrngatakan BAB HR : 92x/i Demam dengue Oral zink 1x 20 mg


28/08/21 sedikit tidak lancer RR : 20X/i + Dyspepdia Ambroxol 3x1 dd
Sedikit perut (-) T : 37º Laxadine 3x10
Batuk (+)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic
fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,limfadenopati,
trombositopenia dan diastasis hemoragik
Demam dengue sering ditemukan pada anak besar, remaja, dan dewasa. Setelah
melalui masa inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul 24 gejala berupa
demam, myalgia, sakit punggung, dan gejala konstitusional lain yang tidak spesifik seperti
rasa lemah (malaise), anoreksia, dan gangguan rasa kecap. Demam pada umumnya timbul
mendadak, tinggi (39oC- 40oC), terus – menerus (pola demam kurva kontinu), bifasik,
biasanya berlangsung antara 2-7 hari. Pada hari ketiga sakit pada umumnya suhu tubuh turun,
namun masih di atas normal, kemudian suhu naik tinggi kembali, pola ini disebut sebagai
pola demam bifasik. Demam disertai dengan myalgia, sakit punggung (karena gejala ini,
demam dengue pada masa lalu disebut sebagai breakbone fever), arthralgia, muntah,
fotofobia (mata seperti silau walau terkena cahaya dengan intensitas rendah) dan nyeri
retroorbital pada saat mata digerakkan atau ditekan. Gejala lain dapat ditemukan berupa
gangguan pencernaan (diare atau konstipasi), nyeri perut, sakit tenggorok, dan depresi.
2.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
oleh nyamuk. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae yang
terdapat 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN -3, dan DEN-4. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106. Keempat serotype virus tersebut semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau
demam bedarah dengue. DEN-3 merupakan serotipe terbanyak yang ditemukan di Indonesia
2.2 Cara Penularan
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui gigitan.
Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ targetnya seperti
makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi
2.3 Epidemiologi
Setiap tahun di seluruh dunia dilaporkan sekitar 30 hingga 100 juta penduduk terjangkit
Demam Dengue dan sekitar 500.000 orang terjangkit Demam Berdarah Dengue dengan
22.000 kematian terutama pada anak-anak. Di Indonesia sejak Virus Dengue pertama kali
ditemukan tahun 1968 di Surabaya insiden DBD selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Indonesia sendiri adalah daerah endemis Demam Berdarah Dengue dan mengalami
epidemic tiap 4-5 tahun. Faktor –faktor yang menyumbang Indonesia sebagai daerah
endemiki DD atau DBD antara lain faktor lingkungan sekitar dengan banyak genangan air
bersih yang menjadi tempat perindukan atau penetasan telur nyamuk, mobilitas penduduk
yang tinggi, dan cepatnya transportasi antar daerah. Sejauh ini insiden dengue antara
perempuan dan laki laki cenderung sama, dengue juga dapat menginfeksi semua kelompok
umur.
Cenderung sama, dengue juga dapat menginfeksi semua kelompok umur. 11 Umumnya
anak kecil di bawah 15 tahun menderita infeksi dengan demam yang tidak spesifik dan
sembuh dengan sendirinya.Untuk kawasan Asia tenggara tempat dimana Dengue adalah
Hiperendemik Dengue biasanya di derita oleh anak berusia di bawah 15 tahun
(Soedarto,2012).
2.4 patogenesis dan patofisiologi infeksi virus dengue
eManifestasi klinis DD timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang
berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Sebelum timbul gejala
akan terjadi viremia yang berlangsung selama 2 hari dan berakhir setelah lima hari timbul
gejala panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktifasi sel T-
Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang bertugas untulk melisiskan makrofag yang sudah
memfagosit virus serta mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Proses tersebut akan
menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik
seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya
Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-7 hari.
Infeksi tersebut akan menyebabkan munculnya respon tubuh berupa humoral maupun selular,
yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinin dan antibodi komplemen. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM), pada
infeksi primer antibodi tersebut mulai terbentuk sedangkan pada infeksi sekunder antibodi
yang telah ada akan meningkat
2.5 Manifestasi klinis Demam dengue
Manifestasi klinis Demam Dengue menurut kriteria diagnosis WHO tahun 2011,
infeksi dengue dapat terjadi secara simtomatik (dengan gejala) dan asimtomatik (tanpa gejala
nyata), untuk infeksi dengue simtomatik terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom
infeksi virus) dengan Demam Dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan dan expanded
dengue syndrome atau isolated organophaty dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
sebagai infeksi dengue berat. Perembesan plasma merupakan tanda khas dari DBD
sedangkan kelainan organ lain dikelompokkan kedalam expanded dengue syndrome atau
isolated organophaty Secara klinis pada penderita Demam Dengue dapat disertai pendarahan
atau tidak sedangkan pada penderita Demam Berdarah Dengue dapat disertai syok atau
tidak . Berikut merupakan Skema diagnosis Dengue (Karyanti, 2011).

Gambar 1. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011


Sumber:World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive
Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever

2.6 Diagnosis
1. Diagnosis klinis demam dengue
 Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus, bifasik.
 Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena, maupun berupa uji tourniquet positif.
 Nyeri kepala, myalgia, artralfia, nyeri retroorbital.
 Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau disekitar rumah.
 Leukopenia
Trombositopenia

2.7 Faktor Resiko


Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus
dengue. Semua umur dapat diserang, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir.
Pengalaman pertama pada epidemik di Bangkok, anak- anak berumur muda terbukti paling
peka
Jenis Kelamin
Pada umumnya laki-laki dan perempuan mempunyai perbandingan yang sama.
Perbandingan jenis kelamin di Filipina sekitar 1:1 (Chan, 1987). Epidemi dengue di meksiko,
tidak ada perbedaan antara dua jenis kelamin tersebut. Hal tersebut juga terjadi di Thailand
walaupun kasus berat lebih banyak pada perempuan, tetapi hal itu secara statistik tidak
banyak berbeda (Nimmannitya, 1987). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah
kasus laki-laki dan perempuan di Indonesia. Singapura melaporkan jumlah kasus laki-laki
lebih tinggi dari pada perempuan yaitu 1,9 : 1 (Gosh, et al., 1987). Hal ini menimbulkan
pertanyaan seberapa banyak bias dari laporan tersebut. Sumarmo (1990) melaporkan tidak
ada kejadian yang bermakna pada kejadian shock pada anak lakilaki dan perempuan
Lingkungan
Kepadatan penduduk disertai dengan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan
kejadian demam dengue.31 Kondisi perumahan yang padat lebih memudahkan vektor
nyamuk untuk menularkan virus dengue ke manusia lain oleh karena jarak terbangnya hanya
mampu sejauh 50-100m. 32 Curah hujan, perubahan suhu serta kelembapan akan
meningkatkan kasus demam dengue disebabkan nyamuk akan lebih sering bertelur sehingga
vektor nyamuk akan meningkat
Status gizi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan berhubungan dengan
teori imunologi bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi sehingga
reaksi antigen-antibodi terbentuk cukup baik sehingga terjadi infeksi dengue yang lebih .

2.8 Pemeruksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah
trombosit,dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai
gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke3).
Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam.
Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai hari ke 3 demam.
Kelainan laboratorium yang ditemukan adalah leukopenia dan trombositopenia. Bila
terjadi renjatan maka dapat terjadi peningkatan hemoglobin maupun hematokrit. Penderita
yang diduga demam dengue atau DBD biasanya dianjurkan melakukan pemeriksaan
hematologi secara serial untuk mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya renjatan atau
perdarahan yang lebih lanju
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan terhadap sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit. Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan untuk menapis pasien
tersangka demam berdarah dengue adalah melalui pemeriksaan jumlah trombosit, nilai
hematokrit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin dan hapusan darah tepi untukmelihat adanya
limfositosis relative disertai gambaran plasma biru.
2.9 Pencegahan
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah. Sebagai contoh :
- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang – kurangnya sekali
seminggu.
- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali.
- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng – kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah
dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik
(ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat – tempat penampungan
air seperti, genting air, vas bunga, kolam dan lain – lain.
Cara paling efektif dalam mencegah penyakit DHF adalah dengan
mengkombinasikan cara – cara di atas, yang disebut 3M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada
waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent,memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan
dengan kondisi setempat.

2.9 Tatalaksana
Berdasarkan rekomendasi WHO 2011, prinsip terapi dengue ialah sebagai
berikut (Suprapto dan Karyanti, 2014):
1. Pemberian cairan
kristaloid isotonik selama periode kritis. Kecuali pada bayi usia <6 bulan
yang disarankan menggunakan NaCl 0,45%.
2. Penggunaan cairan koloid
hipertonik, misalnya dekstran 40, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
kebocoran plasma yang berat, dan tidak ada perbaikan yang adekuat setelah
pemberian kristaloid.
3. Jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan maintenance ditambah 5% untuk
dehidrasi. Jumlah tersebut hanya untuk menjaga agar volume intravaskular
dan sirkulasi tetap adekuat.
4. Durasi pemberian cairan
tidak boleh melebihi 24 – 48 jam pada kasus syok. Pada kasus tanpa syok,
durasi terapi tidak lebih dari 60 -72 jam.
Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien
DAFTAR PUSTAKA

Buchy P, Yoksan S, Peeling RW, Hunsperger E. Laboratory Tests for The Diagnosis
of Dengue Virus Infection. J Clin Microbiol 2006;40:376-81.
Guzman MG, Kouri G. Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J Infect Dis
2007;8:69-80
Depkes RI. 2011. Informasi Umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan PL.
Jakarta. Kemeterian Kesehatan RI.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta
Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta
Suhendro, dkk, 2009 Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Medula,
Volume2 .
Suprapto N dan Karyanti MR. 2014. Demam Berdarah Dengue. Dalam : Kapita
selekta kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta : Media Aesculapius
. World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition 2009.

Anda mungkin juga menyukai