TESIS
NUR ARAFAH
147041086 / IKA
TESIS
NUR ARAFAH
147041086 / IKA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Nur Arafah
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
Sumatera Utara.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
Sumatera Utara
4. dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped), Sp.A (K) selaku ketua program studi Ilmu
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) sebagai pembimbing pertama dan dr.
dan DR. dr. Hj.Bugis Mardina Lubis M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku penguji
yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki tesis ini
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
tesis ini.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya H.
Abdullah Hanafiah dan Hj. Irawati atas pengertian serta dukungan baik moril
maupun materil yang sangat besar, terima kasih karena selalu mendoakan
saya, doa dan restu selalu mengiringi tiap langkah saya. Kakak dan adik
saya yang selalu mendoakan dan menberikan bantuan dan dorongan selama
Ahmad,SE dan M. Daris Rhadhibillah, selaku suami dan anak tercinta, yang
Nur Arafah
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL i
PERNYATAAN iii
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR SINGKATAN xi
ABSTRAK xii
ABSTRACT xiii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Hipotesis 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.4.1. Tujuan Umum 4
1.4.2. Tujuan Khusus 4
1.5. Manfaat Penelitian 5
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.7. Hubungan Anemia dengan Kemampuan Kognitif 28
2.8. Kerangka Teoritis 31
2.9. Kerangka Konseptual 32
BAB 5. PEMBAHASAN 47
BAB 7. RINGKASAN 55
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN PENELITIAN 63
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Halaman
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Results Fifty four percents of student following the study suffered stunting,
most students did not suffer anemia (55.2%) and 49.4% have impaired
cognitive ability. Bivariat analysis showed that there was a statistically
significant relationship between stunting and cognitive ability in children (p
value = 0,023 and OR = 2,992), while there was no statistically significant
relationship between anemia and cognitive ability in children (p value = 0,598
and OR=1,379).
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Nutrisi yang adekuat penting diberikan pada awal masa kanak- kanak untuk
(MDG4).1
Baru- baru ini, selama tahun 2012 World Health Assembly (WHA) telah
Tujuan rencana ini adalah untuk mengurangi beban malnutrisi pada anak-
anak. Salah satu target nutrisi rencana tersebut adalah stunting, wasting, dan
Group (2016), lebih dari separuh dari semua anak-anak berusia di bawah 5
tahun tinggal di Asia pada tahun 2015. Prevalensi stunting di Asia Tenggara
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis
memori dan keahlian lokomotorik. Otak memerlukan energi utama saat awal
masa kanak- kanak dan kebanyakan pertumbuhan serebri terjadi pada dua
yang bermakna antara stunting dengan skor IQ anak usia sekolah dasar.7
Chang et al (2010) meneliti bahwa stunting pada awal masa kanak- kanak
tangan dan tangan yang cepat, dan anak- anak tersebut berisiko lebih besar
demikian pula oksigen yang dibawa ke jaringan otak.9 Carter et al (2010) dan
1.3. Hipotesis
Sikapas.
Sikapas.
Sikapas.
Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
pasca natal ditandai oleh 3 fase, yaitu fase bayi (infant), kanak-kanak
(childhood), dan pubertas (puberty). Pertumbuhan pasca natal pada fase bayi
panjang anak berturut-turut sekitar 25 cm, 12 cm, dan 8 cm per tahun dalam
3 tahun pertama kehidupan. Fase ini diikuti oleh fase anak dengan
pertumbuhan yang relatif stabil, yaitu 4-7 cm per tahun sampai awitan
pubertas dengan disertai pertambahan berat badan per tahun yang relatif
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
- Variasi Normal.
- Variasi patologis
2.3. Stunting
pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis
dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan
nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) <-2SD berdasarkan standar
anak dikatakan Stunting bila tinggi badan menurut usia berdasarkan kurva
tempat tinggal yang tidak kondusif dan pendidikan ibu memiliki hubungan
bermakna dengan status stunting. Namun, usia dan status bekerja ibu
prevalensi stunting pada anak-anak dengan ASI eksklusif dalam 6 bulan lebih
rendah daripada yang tidak ASI ekslusif (6,4% vs 9,1%) meskipun perbedaan
2.3.3. Patogenesis
faktor utama. Berbagai faktor lain antara lain lahir prematur, PJT
hormonal, genetik, dan juga faktor stress psikologis, status sosial ekonomi,
usia 2 tahun paska natal. Fase tersebut dianggap sebagai waktu yang paling
Alur berwarna hijau merupakan fase antara konsepsi dan usia 2 tahun
paska natal (1000 hari pertama). Di fase ini stunting dan kemungkinan semua
respons dan dapat dicegah dengan suatu intervensi. Alur berwarna kuning
merupakan fase antara usia 2 tahun dan usia sekolah dan remaja (saat pacu
tumbuh), yaitu fase kejar tumbuh masih bisa terjadi. Alur pendek berwarna
lahir. Alur berwarna merah merupakan fase saat stunting tidak akan respons
terhadap intervensi. Antara usia 2 tahun dan dewasa, alur terbagi 2: garis
makanan.6,13
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Status nutrisi dan faktor
pertumbuhan tulang panjang yang diatur oleh berbagai hormone dan faktor
parakrin atau autokrin. Growth hormone (GH), insulin like growth factor-1
Pada kondisi dengan asupan nutrisi kurang protein atau kalori, dan
dan menekan pertumbuhan linier. Hal ini terjadi akibat penekanan aksis GH-
IGF1, sehingga kadar IGF-1 rendah (gambar 2.3). Kadar IGF-1 secara klinisi
selain itu juga dapat menggambarkan status nutrisi. Kadar IGF-1 menurun
IGF-1 setara dengan kadar IGF-1 pada kondiis hipopituitari, dengan kadar
GH yang meningkat.13
IGF-II. IGF-II lebih berperan di masa janin awal, sedangkan IGF-1 lebih
berperan pada masa yang lebih penting bagi pertumbuhan janin, yaitu
pada anak dengan peradangan kronis, kadar interleukin-6 dan tumor necrosis
respons tubuh untuk menjaga fungsi organ yang lebih penting terhadap
berbagai faktor stress. Bila faktor stress tersebut teratasi maka gangguan
pertumbuhan tersebut akan menjadi normal kembali. Kejar tumbuh terjadi bila
score tinggi badan menurut usia (TB/U) tinggi badan menurut umur (TB/U)
penurunan kognitif dan imunitas. Dampak jangka panjang sindrom ini adalah
kardiovaskular.4
Disebut anemia bila jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Menurut WHO dan
yaitu untuk usia 12-59 bulan bila dibawah 11,0 g/dL sedangkan 6-12 tahun
morfologik sel darah merah atau menurut etiologi nya. Pada Klasifikasi
morfologik anemia, mikro atau makro menunjukkan ukuran sel darah merah
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal dan mengandung
Sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokromik karena
deoksirubonukleat (DNA) seperti yang ditemukan pada defisiensi vit B12 atau
hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (penurunan MCV dan
pada thalasemia.22
masih sangat tinggi, terutama pada wanita hamil, anak balita, usia sekolah
Zat besi merupakan trace element yang berperan penting dalam kehidupan
Peranan utama zat besi adalah membentuk bagian dari hemoglobin, suatu
protein esensial untuk mengangkut oksigen.24,25 Karena itu, bila kadar besi
turun, organ dan jaringan tidak mendapatkan transpor oksigen yang cukup,
kognitif.24 Selain itu, zat besi menjadi mediator berbagai reaksi kimiawi yang
berperan dalam tubuh, membentuk bagian dari enzim yang berperan dalam
Pada keadaan ini, cadangan besi tubuh habis (penurunan feritin serum <
12μg/L dan besi di sumsum tulang kosong atau positif satu), kadar serum
iron (SI) normal dan kadar Hb normal. Keadaan ini dapat diketahui melalui
Pada keadaan ini, cadangan besi tubuh habis, kadar SI kurang dari
normal, tetapi kadar Hb masih normal dan transferin iron binding capacity
Pada keadaan ini cadangan besi tubuh habis, kadar SI kurang dari normal
dan kadar Hb kurang dari batas bawah normal, red- cell distribution width
hipokrom.25
Gejala klinis anemia defisiensi besi tidak spesifik, sangat bervariasi mulai dari
defisiensi besi, gejala klinisnya hampir sama dengan gejala anemia lainnya.
a. Tahap awal yang sering dikeluhkan orang tua adalah iritabel, lesu,
bermain, cepat lelah bila sedang bermain, sulit konsentrasi dalam belajar,
pusing atau sakit kepala, dada berdebar- debar, sampai gejala yang
c. Perilaku yang aneh berupa pica timbul akibat adanya rasa kurang
Tanda klinis yang timbul juga bervariasi yaitu pucat, lidah licin,
sel T dan fungsi membunuh neutrofil berkurang. Pada bayi atau anak yang
2.4.3. Diagnosis
berupa gejala anemia defisiensi besi, dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan
(MCH), MCHC, dan gambaran darah tepi. Bila telah didapatkan gambaran
menjadi patokan untuk memberikan trial terapi selama 2 bulan. Bila setelah 2
berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2 tahun dapat mengganggu
otak yang berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia di masa yang
akan datang dan bersifat ireversibel. Efek jangka panjang yang dapat terjadi
dan memori.26
visuo-spasial.29,30
Fungsi kognitif berperan penting terhadap sikap setiap hari dan sikap
sosial. misalnya, saat seseorang pergi belanja, dia perlu untuk mengingat
keputusan beli yang tepat, dan bagaimana berbicara dengan penjual toko.
anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut untuk mencari solusi dan
berfikir. Ini berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah
fisik tetapi yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu
populasi.8
oleh Alfred Binet dan Theodore Simon pada awal abad ke-20.32
sosial yang meneliti distribusi skor IQ pada suatu populasi dan hubungan
Analisis matematika dari skor subtes individu pada satu tes IQ atau
skor dari berbagai macam tes IQ, misalnya, Stanford-Binet, WISCR, Raven's
Tes fungsi kognitif Wechsler merupakan yang paling umum digunakan dalam
fungsi intelektual pada PRI (VC), perceptual reasoning (PR), working memory
(WM) dan Processing speed (PS). Masing- masing subskala VC, PR, WM,
pokok untuk WM adalah digit span dan urutan huruf- nomor, dan subset
pokok untuk PR adalah coding dan pencarian simbol. Lima subset sisanya,
yang disebut subset tambahan, adalah informasi dan word reasoning (bagian
dari VC), picture completion (bagian PR), aritmatika (bagian dari WM), dan
Dari WISC-IV, didapatkan skor dari masing- masing sub- test dengan
1) Block design. Sub- tes berikut merupakan aktivitas non- verbal yang
timed perceptual reasoning sub-test. Anak- anak diberi blok dengan dua
sisi berwarna merah, dua berwarna putih, dan dua sisi warna merah/
2) Similarities. Dua kata berbeda disajikan secara verbal, dan murid tersebut
diminta untuk mengatakan bagaimana (dan jika) arti kedua kata tersebut
3) digit forward. Ini untuk mengukur ingatan jangka pendek dan atensi.
4) digit backward. Ini untuk mengukur working memory dan atensi. Anak-
objek yang dicetak pada dua set berbeda dari dua halaman secara tepat
horizontal.32
Pada awal kehidupan, otak, otot, dan tulang rangka bayi berkembang pesat.
kehidupan. Beberapa zat gizi esensial (yang harus diperoleh dari makanan)
misalnya asam amino dan zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan
Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun
memerlukan energi utama saat awal masa kanak- kanak dan kebanyakan
Menurut penelitian Duc (2009), efek stunting pada kognitif verbal dan
motorik halus seperti gerakan jari tangan dan tangan yang cepat, dan anak-
pada anak SD umur 9-12 tahun menunjukkan bahwa anak yang stunting
memiliki risiko 9,2 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ di bawah rata-
Peranan utama zat besi adalah membentuk bagian dari hemoglobin, suatu
protein esensial untuk mengangkut oksigen.24,25 Karena itu, bila kadar besi
turun, organ dan jaringan tidak mendapatkan transpor oksigen yang cukup,
kognitif.24 Selain itu, zat besi menjadi mediator berbagai reaksi kimiawi yang
berperan dalam tubuh, membentuk bagian dari enzim yang berperan dalam
pula oksigen yang dibawa ke jaringan otak.9 Carter et al (2010) dan Jauregui-
dilakukan di kepulauan Nusa Tenggara pada balita usia 24-59 bulan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan seng (p=0.004), asupan zat
besi (p=0.007) dan kejadian stunting. Tetapi tidak ada hubungan yang
signfikan antara asupan vitamin A (p=0.982) dan kejadian stunting. Seng dan
stunting. 39
mempunyai berat badan, tinggi badan, dan Z-Score BB/U yang lebih rendah
Penyakit kronik
dan infalamasi, Mengganggu
peningkatan perkembangan kognitif
cytokines
Depresi GH
↓IGF-I,
Kemampuan
kognitif terganggu
Anemia defisiensi
besi
Stunting
Fungsi Kognitif
Anemia
ANEMIA
dan anemia sebagai variabel dependent atau faktor penyebab dan fungsi
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain
sampling.
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
dimana:
fungsi kognitif
3.6. Persetujuan
Cara kerja yang akan dilakukan pada penelitian ini sesuai dengan tahapan
berikut:
3. Menjelaskan tujuan penelitian kepada orang tua dan anak dari sampel
merk Camry yang telah ditera sebelumnya dengan kapasitas 150 kg.
Semua sampel penelitian ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki, hanya
Pengukuran Antropometri,
Hemoglobin & Tes fungsi kognitif
ANALISA DATA
Stunting Nominal
Anemia Nominal
Skala
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
ukur
Panjang atau tinggi badan
menurut usia berada
dibawah -2 SD berdasarkan
Microtoise
kurva standard pertumbuhan Pengukuran
dan Kurva 1. Tidak stunting
1 Stunting WHO 2006 atau menurut tinggi/panjang Nominal
pertumbuhan 2. Stunting
Waterlow ≤ 95% atau badan
CDC
dibawah -3 SD berdasarkan
kurva standard pertumbuhan
anak CDC 2000.
Suatu kondisi tubuh yang
terjadi ketika sel-sel darah
merah (eritrosit) atau Hb 1. Anemia (kadar
yang sehat dalam darah Hb < 12 g/dL)
Pemeriksaan
2 Anemia berada dibawah nilai normal. Hb test strip 2. Tidak Anemia Nominal
HB
Hemogloblobin adalah (kadar Hb
bagian utama dari sel darah >12g/dl)
merah yang berfungsi
mengikat oksigen
Aktifitas mental secara sadar WISCLER IV 1. Genius
Fungsi seperti berpikir, mengingat, Tools test 2. Very Superior
3 WISC-IV Ordinal
kognitif belajar, dan menggunakan Berupa 3. Superior
bahasa subtes verbal, 4. High Average
perfomance 5. Average
dan tes-tes 6. Low Average
dengan 7. Borderline
menggunakan 8. Mentally
alat khusus Defective
yang sesuai
dengan
kriteria WISC-
IV
Pertama data diolah untuk melihat distribusi dan frekuensi dari setiap
variabel. Tahap kedua data diujikan kelayakan untuk dilanjutkan untuk uji
HASIL PENELITIAN
Sekolah Dasar Negeri 384 yaitu 323 anak. Pada saat pembagian lampiran
Keesokan harinya, sebanyak 200 anak bersedia ikut serta dalam penelitian
karena 54 anak tidak bersedia dan 26 anak tidak hadir. Dari 200 anak,
kognitif oleh psikolog, diperiksa status nutrisi dan diukur kadar Hbnya.
Berdasarkan tabel 4.1. di bawah ini, jumlah sampel yang diikutsertakan dala
penelitian sebanyak 87 anak, dengan rerata usia 10,45 tahun, dan sebanyak
Selain itu, terdapat siswa yang berada di kelas 1 sebanyak 12 siswa (13,8%),
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Jumlah sampel
Karakteristik
N= 87
Rerata usia, tahun (SB) 10,45 (1,68)
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-Laki 49 (56,3)
Perempuan 38 (43,7)
Kelas, n (%)
Kelas 1 12 (13,8)
Kelas 2 8 (9,2)
Kelas 3 15 (17,2)
Kelas 4 26 (29,9)
Kelas 5 17 (19,5)
Kelas 6 9 (10,3)
Jumlah sampel
Variabel
N= 87
Stunting, n (%)
Ya 47 (54,0)
Tidak 40 (46,0)
Anemia, n (%)
Ya 39 (44,8)
Tidak 48 (55,2)
24,1%, dan low average juga sebanyak 24,1%. Kemudian, yang memiliki
mental defective sebanyak 16,1%, high average 1,1%, dan superior 1,1%.
Kemampuan kognitif normal meliputi low average, average, high average dan
kognitif normal sebanyak 50,6% (44 siswa) dan kemampuan kognitif kurang
Dari tabel di bawah, diperoleh bahwa dari 47 siswa yang mengalami stunting,
38,3% tidak memiliki gangguan kemampuan kognitif. Pada siswa yang tidak
Gangguan kemampuan
kognitif Total
Stunting OR (95% CI) P*
Ya Tidak
n % n % N %
Ya 29 61,7 18 38,3 47 54,0 2,992 0,023
Tidak 14 35,0 26 65,0 40 46,0 (1,246 –
7,187)
Total 43 49,4 44 50,6 87 100
*uji chi square
siswa berada pada konsisi normal (tidak stunting) maka fungsi kognitif
semakin baik pula. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR= 2,992 artinya
Dari tabel di bawah, diperoleh bahwa dari 39 siswa dengan anemia, ada
Gangguan kemampuan
kognitif Total
Anemia OR (95% CI) P*
Ya Tidak
N % n % N %
Ya 21 53,8 18 46,2 39 44,8 1,379 0,598
Tidak 22 45,8 26 54,2 48 55,2 (0,591 –
3,219)
Total 43 44 87 100
*uji chi-square
value= 0,598 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna antara
OR= 1,379 artinya anak dengan anemia memiliki risiko 1,379 kali memiliki
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian ini, stunting masih menjadi masalah besar pada anak-
anak. Proporsi anak SD Sikapas yang menderita stunting pada penelitian ini
adalah 54%. Hasil penelitian ini menemukan angka proporsi yang serupa
dengan penelitian Suvarna dan Itagi (2008). Mereka menemukan bahwa 50%
atau sekitar 300 juta anak menderita anemia.10 Penelitian ini melaporkan
bahwa sebanyak 44,8% anak menderita anemia. Namun, hal ini berlawanan
61,7%. Sedangkan, pada siswa yang tidak mengalami stunting, hanya 35,0
dan Itagi (2008) menemukan bahwa anak- anak dengan stunting memiliki IQ
statistik.40 Menurut penelitian Duc (2009), efek stunting pada kognitif verbal
buruknya kinerja motorik halus seperti gerakan jari tangan dan tangan yang
cepat, dan anak- anak tersebut berisiko lebih besar mengalami lebih
stunting memiliki risiko 9,2 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ di bawah
fisik, intelektual, dan sosial semuanya bergantung pada nutrisi yang tepat.
Bila asupan makanan tidak adekuat, tubuh seorang anak akan menyimpan
(anak- anak menjadi apatis dan tidak ingin tahu, mereka tidak mau bermain
tahun pertama kehidupan, saat otak tumbuh sekitar 80% dari ukuran dewasa.
mendekati normal dan bahwa malnutrisi setelah usia 2 tahun dapat bersifat
merusak seperti sebelum usia 2 tahun. Kedua, ada temuan sebuah penelitian
kanak.43
Kemudian, dari hasil uji statistik analisis bivariat didapatkan bahwa nilai p
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang lain. Kordas et
bahasa yang lebih rendah dibandingkan yang tidak anemis. Hal ini
pula oksigen yang dibawa ke jaringan otak.9 Carter et al (2010) dan Jauregui-
suatu protein esensial untuk mengangkut oksigen.24,25 Karena itu, bila kadar
besi turun, organ dan jaringan tidak mendapatkan transpor oksigen yang
kognitif.24 Selain itu, zat besi menjadi mediator berbagai reaksi kimiawi yang
berperan dalam tubuh, membentuk bagian dari enzim yang berperan dalam
Pada awal kehidupan, otak, otot, dan tulang rangka bayi berkembang
pesat. Sembilan puluh lima persen otak berkembang pada 3 tahun pertama
kehidupan. Beberapa zat gizi esensial (yang harus diperoleh dari makanan)
misalnya asam amino dan zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan
Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun
memerlukan energi utama saat awal masa kanak- kanak dan kebanyakan
perkembangan neuro belum dipahami dengan baik.7 Selain itu, anemia juga
Kedua, penelitian ini hanya mengukur kadar hemoglobin dengan Hb test strip
saja. Ketiga, penelitian ini tidak menilai efek status sosio ekonomi, edukasi
6.1. Kesimpulan
1. Proporsi siswa dengan stunting adalah 53,8% dan anemia adalah 44,8%
memiliki gangguan.
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
6.2. Saran
RINGKASAN
malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis maupun
masalah status gizi anak akibat malnutrisi kronis yang terkait keadaan
demikian pula oksigen yang dibawa ke jaringan otak. Karena itu, bila kadar
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
61,7%. Sedangkan, pada siswa yang tidak mengalami stunting, hanya 35,0
didapatkan bahwa nilai p value 0,598 dan OR 1,379 yang bermakna bahwa
beberapa hasil yang berbeda serta penelitian ini tidak menilai efek status
sosio ekonomi, edukasi parental, dan higienis lingkungan pada fungsi kognitif
subjek. Oleh karena itu diharapkan agar klinisi lebih gencar dalam
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
22. Baldy CM. Bab 17 Gangguan Sel Darah Merah. In: Price SA, Wilson LM.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit, Edisi 6 Volume 1.
Jakarta: EGC; 2005. P256-7.
23. Inoue S. Pediatric Acute Anemia, treatment and management,2017
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/954506.
24. Purnamasari R. Optimal Duration Time for Iron Supplementation. In:
Daud D, Rauf S, Salekede SB, Lawang SA, eds. Buku Kumpulan
Makalah Pertumbuhan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak VIII.
Makasar: Penerbit Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2016. P329-33.
25. Purnamasari R. Iron Deficiency Anemia: Diagnostic Approach. In: Daud
D, Rauf S, Salekede SB, Lawang SA, eds. Buku Kumpulan Makalah
Pertumbuhan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak VIII. Makasar:
Penerbit Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin; 2016. P334-8.
26. Andriastuti M, Gatot D, Mirasanti DA. Rekomendasi Pemberian
Suplementasi Besi untuk Anak sebagai Upaya Mencapai Tumbuh
Kembang yang Optimal. In: Daud D, Rauf S, Salekede SB, Lawang SA,
eds. Buku Kumpulan Makalah Pertumbuhan Ilmiah Tahunan Ilmu
Kesehatan Anak VIII. Makasar: Penerbit Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2016. P339-43.
27. Baker RD, Greer FR, Committee on Nutrition. Clinical Report- Diagnosis
and Prevention of Iron Deficiency and Iron- Deficiency Anemia in Infants
and Young Children (0- 3 Years of Age). Pediatrics. 2010; 128 (5): 1040-
50.
28. American College of Sports Medicine. Physical Activity, Fitness, Cognitive
Function, and Academic Achievement in Children: A Systematic Review.
Medicine & Science in Sports & Exercise. 2016: 1197-222.
doi:10.1249/MSS.0000000000000901.
29. Nouchi R, Kawashima R. Improvring Cognitive Function from Children to
Old Age: A Systematic Review of Recent Smart Ageing Intervention
Studies. Advances in Neuroscience. 2014, Article ID 235479, 15 pages.
30. Schofield DW.Cognitive Deficits January 2016 [Cited on October
2016].Availablefrom:http://emedicine.medscape.com/article/917629-
overview.
31. Gamayanti IL. Upaya optimalisasi fungsi kognitif dan psikomotorik anak
stunting di Indonesia. 2010.
32. Koriakin TA, McCurdy MM, Papazoglou A, Pritchard AE, Zabel TA,
Mahone EM. Classification of intelectual disability using the Wechsler
Intellegence Scale for Children: full scale IQ or general ability index? Dev
Med Child Neurol. 2013; 55(9):h840-5.
33. Devena SE, Watkins MW. Diagnostic utility of WISC-IV general abilities
index and cognitive proficiency index difference score among children
with ADHD. Journal of Applied School Psychology. 2012; 28:h133-54.
34. Shea SE. Intellectual Disability (Mental Retardation). Pediatrics in
Review. March 2012; 33 (3): 110- 21.
35. Fernandes VR, et al. Motor Coordination Correlates with Academic
Achievement and Cognitive Function in Children. Front Psycol. 2016;7:
318. doi:10.3389/psyg.2016.00318.
36. Lestari W, Margawati A, Rahfiludin MZ. Faktor Risiko Stunting pada Anak
umur 6-24 bulan di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi
Aceh. Jurnal Gizi Indonesia. 2014; 3 (1): 127-8.
37. Duc LT. The Effect of Early Age Stunting on Cognitive Achievement
Among Children in Vietnam. UK: Young Lives; 2009.
38. Kurniawaty E. Hubungan Status Seng (Zn) dengan Intellingence Quotient
Pada Anak Usia 9- 11 Tahun di Sekolah Dasar Negeri 1 Gondang
Wonogiri . Semarang: Universitas Diponegoro; 2015.
39. Bahmat DO, Bahar H, Jus’at I. Hubungan Asupan Seng, Vitamin A, Zat
Besi dan Kejadian pada Balita (24- 59 bulan) dan Kejadian Stunting di
Kepulauan Nusa Tenggara (Riskesdas 2010) [Internet]. 2010 [Cited on
16thMarch2016]Availablefrom:http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Undergraduate-5792-Jurnal.pdf.
40. Suvarna, Itagi SK. Nutritional Status and Level of Intelligence of School
Children. Karnataka J Agric Sci. 2009; 22 (4): 874-6.
41. Lewit EM, Kerrebrock N. Population- Based Growth Stunting. Children
and Poverty. 1997; 7 (2): 149- 56.
42. Subasinghe SMLP, Wijesinghe DGNG. The Effect of Nutritional Status on
Cognitive and Motor Development of Pre- School Children. Tropical
Agricultural Research Vol18.
43. Kar BR, Rao SL, Chandramouli BA. Cognitive Development in Children
With Chronic Protein Energy Malnutrition. Behavioral and Brain
Functions. 2008; 4:31.doi: 10/1186/1744-9081-4-31.
2. Biaya Penelitian
1. Bahan / Perlengkapan : Rp 4.000.000,00
2. Transportasi / Akomodasi : Rp 2.000.000,00
3. Penyusunan / Penggandaan : Rp 1.000.000,00
4. Wechsler test : Rp 10.000.000,00
5. Seminar hasil penelitian : Rp 3.000.000,00
Jumlah : Rp 20.000.000,00
Jadwal Penelitian
WAKTU
Maret Maret-April Mei
2016 2016 2016
KEGIATAN
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan
laporan
Pengiriman
Laporan
Assalamualaikum Wr.Wb.
Selamat pagi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Yth
Saya dr.Nur Arafah saat ini sedang menjalankan pendidikan Dokter Spesialis
di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
dan
Hubungan Stunting dan Anemia Dengan Kemampuan Kognitif Pada Anak
Sekolah Dasar Di Desa Sikapas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Stunting dan
Anemia Pada anak sekolah dasar di desa Sikap serta mengetahui Tingkat
Kemampuan Kognitif Pada anak sekolah dasar di desa sikapas .
Adapun Mamfaat Penelitian ini di bidang Pelayanan Masyarakat adalah
Sebagai masukan dan saran Kepada pelayan Kesehatan Masyarakat untuk dapat
mengambil kebijakan dan tindakan dalam menanggulangi kejadian Stunting Pada
anak – anak, serta dapat menberikan kontribusi dalam mengembangkan strategi
pencegahan dan penanggulangan Stunting di Indonesia.
Prosedur Penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Anak yang bersekolah di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dilakukan
pemeriksaan Antropometri dengan mengukur tinggi dan berat badan kemudian
setelah di dapatkan hasil pengukuran antropometri di pilih 80 anak melalui metode
purposive sampling yaitu yang stunting sebanyak 40 anak, dan 40 anak yang tidak
stunting , anak anak tersebut adalah anak yang memenuhi kriteria sebagai subjek
penelitian dan bersedia dengan sukarela berpartisipasi pada penelitian ini. Anak
anak tersebut diminta untuk mengikuti test IQ melalui metode Westler yang
dilakukan oleh psikolog profesional dan kemudian diambil darah nya sebanyak 1
atau 2 tetes untuk diperiksakan Hb nya dengan menggunakan alat Hb strip.
Pada lazimnya penelitian ini tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya pada
anak-anak sekalian, efek samping yang mungkin muncul adalah seperti nyeri pada
daerah penusukan , tapi itu sifatnya hanya sebentar dan sembuh sendiri dalam
hitungan menit tanpa perlu perlakuan apapun . Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri
bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu .
Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung atau
ada hal yang kurang jelas yang ingin ditanyakan, Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat
menghubungi saya ke nomor 081269716709 untuk mendapatkan pertolongan.
Terimakasih Saya ucapkan kepada Bapak/Ibu /Sdra/Sdri atas kesedian nya
menberikan izin agar anak /adiknnya bisa ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
,diharapkan Bapak/Ibu /Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan turut serta
dalam penelitian yang telah disiapkan
(dr.Nur Arafah)
Pekerjaan : ..................................................................
Alamat : ..................................................................
. Sikapas, 2016
Saksi
KUISIONER PENELITIAN
Tanggal :
1. Nama Anak : BB : kg; TB : cm; BB/U : %
TB/U : % , BB/TB: %
Short stature : yes/no
Kadar Hb :
2. Tanggal Lahir : Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Urutan Anak dalam Keluarga :
5. Jumlah Saudara : orang
6. Alamat / Telp :
7. Nama Sekolah :
8. Kelas :
9. Orang tua : Ayah Ibu
Nama :
Umur :
Agama :
Berat badan : kg kg
Tinggi badan : cm cm
10. Pendidikan Terakhir :
11. Pekerjaan :
12. Penghasilan / bulan :
Notes
Statistics
Tinggal
Jenis Bersama Kerja Hasil Didik Kat2 (1-2) KatH
Kelamin Agama Ortu Ortu Ortu Ortu Kelas Usia Stunting KatIQ_6 dan (3-6) B
N Valid 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TinggalBersamaOrtu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KerjaOrtu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
DidikOrtu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Stunting
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KatIQ_6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KatHB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Notes
Dimensions Requested 2
Cases
Crosstab
Hb Normal Count 22 26 48
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,28.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,77.
b. Computed only for a 2x2 table