“SEDIAAN-SEDIAAN FARMASI”
DISUSUN OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah subhanahu wa ta'ala karena telah memberikan
kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Sediaan-sediaan
Farmasi" tepat waktu, Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang telah
diberikan dari ibu Ririen Hardani selaku dosen dari mata kuliah "Ilmu Resep 1" di
Universitas Tadulako. Saya berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun saya akan diterima demi
kesempurnaan makalah. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
ibu Ririen Hardani dosen mata kuliah Ilmu resep 1
I. Latar Belakang
Farmasi Menurut Drs. H. Syamsuni, farmasi adalah ilmu yang mempelajari
cara membuat, menyampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi,
mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan, juga
sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman.
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-
obatan dan menimbulkan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. Sediaan cair atau
suspensi adalah sediaan yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yag terdispersi ke dalam fase cair. Inkompatibilitas sediaan cair adalah inkomp
yang terjadi pada sediaan cair seperti larutan. Inkompatibilitas pada sediaan cair,
Inkompatibilitas atau biasa dikenal dengan OTT (obat tak tercampurakan) pada
sediaan cair biasanya terjadi inkomp secara fisika ataupun kimia tergantung pada
larutan tersebut. Perubahan yang terlihat seperti larutan yang terjadi perubahan
warna yang tidak diinginkan, Perubahan warna tak tercampurkannya dengan
sediaan galenika, bahan-bahan tidak dapat bercampur, terbentuk endapan yang
tidak larut, reaksi yang berasal dari pengaruh zat-zat yang bereaksi asam atau basa,
reaksi yg terjadi karena oksidasi atau reduksi, dan tidak stabil dalam larutan.
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut,
dan zat terlarut dengan zat terlaut.
II. Tujuan
A. Mengetahui bentuk sedian padat.
B. Mengetahui bentuk sedian semi padat.
C. Mengetahui bentuk sedian cair.
BAB II
PEMBAHASAN
2. TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa cetak,
berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung
satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. ( Berat tablet
normal antara 300 — 600 mg ). Sifat :
1) Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.
2) Tidak tepat untuk : - obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim
pencernaan - obat yang bersifat iritatif.
3) Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas
bahan aktif.
4) Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang
dapat berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari
5) Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet
Cara mengenal kerusakan :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna,
berbau, tidak kompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau
benyek.
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup, balk ditempat yang sejuk dan terlindung dari
sinar matahari.
Contoh :
- Sediaan paten : Tab. Bactrim, Tab. Pehadoxin
- Sediaan generik : Tablet parasetamol, Tablet amoksisilin
3. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat
dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang
umumnya terbuat dari gelatin. Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari
isinya.
1) Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): berisi bahan obat berupa minyak/larutan obat
dalam minyak.
2) Kapsul keras ( Hard Capsule ): berisi bahan obat yang kering
Cara mengenal kerusakan :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna,
berbau, tidak kompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau
benyek.
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup, baik ditempat yang sejuk dan terlindung
dari sinar matahari.
a) Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): Berisi bahan obat berupa minyak/ larutan
obat dalam minyak.
Sifat :
Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
Absorbsi obat lebih baik daripada kapsul keras karena bentuk ini setelah
cangkangnya larut obat langsung dapat diabsorbsi
Sediaan ini tidak dapat diberikan dalam bentuk sediaan pulveres
Contoh : Natur E
b) Kapsul keras ( Hard Capsule ) : berisi bahan obat yang kering.
Sifat
Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
Tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik, dan mempu-
punyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan.
Kapsul lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet.
Setelah cangkang larut dilambung, bahan aktif terbebas serta terlarut maka
proses absorbsi baru terjadi ( di gastrointestinal ).
Contoh : Ponstan 250 mg
3. CREAM
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga memberikan
perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat berupa
emulsi 0/W atau emulsi W/O.
Sifat :
Absorbsi obat cukup baik dan mudah dibersihkan dari kulit
Kurang stabil dalam penyimpanan karena banyak mengandung air dan mudah
timbul jamur bila sediaan dibuka segelnya.
Dapat berfungsi sebagai pelarut dan pendingin
Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut.
Contoh : Chloramfecort 10 g, Hydrokortison 5g, Scabicid 1 Og
4. PASTA
Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentu
serbuk dalam jumlah besar ( 40 — 60% ), dengan vaselin atau paraffin cair atau
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilage, sabun.
Sifat :
Obat dapat kontak lama dengan kulit
Sediaan ini cocok untuk dermatosa yang agak basah ( Sub akut atau kronik )
Dapat berfungsi sebagai pengering, pembersih, dan pembawaUntuk lesi akut
dapat meninggalkan kerak vesikula
Contoh : Pasta Lassari