Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
SERLI DIANI 1914301059
GUSTIA MEGA NANDA 1914301060
PUTRA ZULPIJAR F 1914301078
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah
KEPERAWATAN HIV AIDS. Tugas makalah ini berjudul “ Infeksi opurtinistik dan kanker”
Kami berharap, tugas ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................7
2.2 Kanker.........................................................................................................15
2.2.1 Pengertian Kanker........................................................................15
2.2.2 Penyebab Kanker akibat HIV......................................................16
2.2.3 Jenis-jenis Penyakit Kanker akibat HIV......................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Rumusan Masalah
1. ApaPengertian Infeksi Oportunistik?
2. ApaJenis-jenis Infeksi Oportunistik pada penderita HIV?
3. Bagaimana Terapi Antiretroviral pada Infeksi Opurtinistik?
4. Apa Pengertian Kanker?
5. ApaPenyebab Kanker Akibat HIV?
6. Apa Jenis-jenis Penyakit Kanker Akibat HIV?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.1.2 Jenis-jenis Infeksi Oportunistik pada penderita HIV
1. Kandidiasis(Thrush)
Pengobatan Kandidiasis:
Sistem kekebalantubuh yang sehat
dapatmenjagasupayakandidatetapseimbang.Bakteriyang biasaada
ditubuh jugadapatmembantumengendalikankandida.Beberapa
antibiotik membunuh bakteri pengendaliinidan dapat menyebabkan
kandidiasis.Mengobatikandidiasistidak dapatmemberantas
raginya.Pengobatan akanmengendalikan jamuragar tidakberlebihan.
Pengobatan dapatlokalatau sistemik. Pengobatan lokal diberikan
pada tempatinfeksi. Pengobatan sistemikmempengaruhi seluruh
tubuh.Banyakdokterlebihsenang memakaipengobatanlokalterlebih
8
dahulu.Inimenimbulkanlebihsedikitefeksamping dibanding pengobatan
sistemik.Selainiturisikokandida menjadiresistan terhadap obat lebih
rendah.
Obat-obatanyangdipakaiuntukmemerangikandida adalahobat
antijamur. Hampir semuanamanyadiakhiri dengan '-azol'.
Pengobatan lokal termasuk:
Olesan
supositoriayangdipakaiuntuk mengobativaginitis
cairan lozengeyangdilarutkan dalam mulut
Mengurangi penggunaangula.
Minum tehPau d'Arco. Ini dibuatdari kulit pohon AmerikaSelatan.
Mengkonsumsibawangputihmentahatausuplemenbawangputih.
Bawang putihdiketahui mempunyai efek anti-jamur dan
antibakteri.Namunbawang putihdapatmenggangguobatprotease
9
inhibitor.
Kumurdenganminyakpohonteh(teatreeoil)yangdilarutkan dengan
air.
Mengkonsumsi kapsul laktobasilus (asidofilus), atau makan
yoghurtdenganbakteriini.Mungkinada manfaatnya setelah
mengkonsumsi antibiotik.
Mengkonsumsisuplemengamma-linoleicacid(GLA)danbiotin.
Dua suplemenini tampaknya membantu memperlambat
penyebarankandida. GLA ditemukan pada beberapa minyakyang
dipres dingin.Biotin adalah jenis vitamin B.
2. PCP(Pneumonia Pneumocystis)
Sistimkekebalanyangsehatdapatmengendalikanjamur
ini.Namun,PCP menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang
dewasa dengan sistim kekebalanyang
lemah.JamurPneumocystishampirselalumempengaruhiparu,
menyebabkanbentukpneumonia(radangparu).OrangdenganjumlahCD
4dibawah200
10
Tanda pertama PCPadalahsesaknapas,demam,danbatuktanpa
dahak.Siapa pundengangejala inisebaiknya segera periksake
dokter.Namun,semua Odha denganjumlah CD4
dibawah300sebaiknya membahaspencegahan PCPdengan dokter,
sebelum mengalami gejala apapun.
Pencegahan PCP:
Pengobatan PCP :
Sayang,PCPmasihumumpadaorangyangterlambatmencaripengobatan
ataubelummengetahuidirinyaterinfeksi.Sebenarnya,30-
40persenOdhaakanmengembangkanPCPbilamerekamenunggusampaij
umlahCD4-nyakurang lebih 50.
Obat yang
dipakaiuntukmengobatiPCPmencakupkotrimoksazol,dapson,
pentamidin, dan atovakuon.
11
Kotrimoksazol(TMP/SMX)adalahobatanti-
PCPyangpalingefektif.Ini adalah kombinasi dua antibiotik:
trimetoprim (TMP) dan sulfametoksazol (SMX).
Dapson serupadengan kotrimoksazol. Dapson kelihatanhampir
seefektif kotrimoksazol melawan PCP.
Pentamidinadalahobathirupyangberbentukaerosoluntukmenceg
ahPCP.Pentamidin juga dipakaisecaraintravena(IV) untuk
mengobati PCPaktif.
Atovakuon adalah obat yang dipakai orang pada kasus PCP
ringan atau sedangyangtidak dapatmemakai kotrimoksazol atau
pentamidin.
Kotrimoksazoladalahobatyang
palingefektifmelawanPCP.Obatinijuga
murah,dandipakaidalambentukpil,
tidaklebihdarisatupilsehari.Namun, bagian SMX dari
kotrimoksazolmerupakanobatsulfa danhampir separoorang
yang
memakainyamengalamireaksialergi,biasanyaruamkulit,kadang
-kadang demam.Seringkali, bilapenggunaan kotrimoksazol
dihentikansampai gejala alergihilang, lalu penggunaan
dimulai kembali,masalah alergitidak muncullagi.
Reaksialergiyang
beratdapatdiatasidengancaradesensitisasi.Pasienmulai
dengandosisobatyangsangatrendahdankemudianmeningkatkan
dosisnya hingga
dosispenuhdapatditahan.Mengurangidosisdarisatupilseharime
njadi tiga
pilseminggumengurangimasalahalergikotrimoksazol,dantamp
aksama berhasilnya.Karenamasalahalergiyang
disebabkanolehkotrimoksazolserupa denganefeksamping
daribeberapaobatantiretroviral,sebaiknyapenggunaan
kotrimoksazoldimulaisemingguataulebih
sebelummulaiART.Dengancara ini, bila alergi muncul,
penyebabnyadapat lebih mudah diketahui.
12
Dapsonmenyebabkanlebihsedikitreaksialergi dibanding
kotrimoksazol,dan harganyajuga agak murah.Biasanyadapson
dipakai dalambentuk pil tidak lebih dari satu pil sehari.Namun
dapson kadangkala lebih sulit diperoleh diIndonesia.
3. DiareKriptosporidial
Diare merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada
ODHA,yaitu didapatkan pada 30-60% kasus di negara maju dan
mencapai 90% di negara berkembang. Parasit protozoa
Kriptosporidium menjadi patogen utama dari diare kronispada
kelompok tersebut,dengan penyebab terbanyak adalah
Cryptosporidium parvum(71.4%).Kriptosporidiosis termasuk dalam
penyakit terkait AIDS sesuai panduan CDC yang umumnya terjadi
PencegahanDiareKriptosporidial :
Kriptosporidiosis ditularkan dari tertelannya ookista melalui
penyebaran fekal- oraldari manusia ke manusia atau hewanke
manusia.Penyebaran ini terjadi melalui kontak langsung atau melalui
air yang terkontaminasi.Anak- anak dipusat penitipan merupakan
salah satu reservoir, begitu pula dengan kucing dan anjing yang
masih kecil.Didapatkan pula wabah kriptosporidiosis terkait air
minum publik dan kolam renang,yang diperkirakan karena parasit
sangat resisten terhadap klorinasi.Kontak seksual,terutama kontak
yang melibatkan hubungan rektal, juga merupakan cara penyebaran
organisme ini.
Pasien HIV dapat mengurangi kemungkinan terkena kriptosporidia
dengan menghindari paparan terhadap sumber penularan
tersebut.Pasien harus waspada bahwa banyak dari sumber air yang
dapat terkontaminasi sehingga direkomendasikan untuk merebus air
sebelum diminum.
Pengobatan DiareKriptosporidial:
13
Tidak ada obat yang diketahui efektif untuk mencegah penyakit
atau rekurensi.Gejala kriptosporidiosis didapatkan menghilang seiring
dengan membaiknya statusimun setelah pemberian ART sehingga
ART perlu terus dilanjutkan untuk mencegah relaps.Beberapa data
menyatakan bahwa rifabutinatauklaritromisin saat digunakan untuk
mencegah penyakit M.aviumjuga akan mengurangi insiden
kriptosporidiosis,namun data tersebut belum cukup meyakinkan untuk
merekomendasikan obat untuk tujuan ini.Pasien dengan diare yang
sangat berat perlu ditambahkan agen anti-kriptosporidia untuk
memastikan ART dapat diabsorpsi dengan cukup.Dapat digunakan
paromomisin 4x500 mg/hari PO atau 2x1 g/hari PO selama 12
minggu, dipadukan dengana zitromisin 500 mg/hari PO maupun
digunakan sendiri.Alternatif terapi lain yang dapat dipakai adalah
nitazoksanid 2x500 mg/hari PO selama 3 hari hingga 12
minggu.Terapi suportif yang penting dilakukan meliputi
hidrasi,koreksielektrolit,antimotilitasdan suplementasi nutris.
14
..Terapi antiretroviral harus dimulai sesegera mungkin pada kasus IO
kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, CMV, PML dan sarkoma Kaposi;
sedangkan kasus TB, kompleks Mycobacterium avium, PCP dan
meningitis kriptokokal harus menunggu respon terapi IO setidaknya 2
minggu sebelum inisiasi ART.
Belum ada data penelitian yang menyatakan bahwa inisiasi ART akan
dapat meningkatkan hasil akhir pada pasien yang telah diterapi spesifik
untuk IO, sebaliknya ART yang dimulai pada keadaan IO akut juga tidak
didapatkan memperburuk prognosis IO tersebut. Timbulnya IO dalam
waktu 12 minggu setelah inisiasi ART, harus segera mendapat terapi
untuk IO dengan tetap melanjutkan ART dan mempertimbangkan
modifikasi rejimen ART apabila respon kenaikan jumlah sel T CD4+
tidak optimal.
Inisiasi ART bagaimanapun wajib diberikan pada infeksi HIV stadium
klinis 3 dan 4 atau tanpa memandang stadium klinis jika jumlah CD4 ≤
350 sel/mm3 . Inisiasi ART dilakukan tanpa melihat stadium klinis WHO
dan jumlah CD4 pada koinfeksi TB, koinfeksi Hepatitis B, ibu hamil dan
menyusui yang terinfeksi HIV, orang terinfeksi HIV yang pasangannya
HIV negatif, kelompok populasi kunci (laki-laki yang berhubungan
seksual dengan laki-laki (LSL), pekerja seks, 10 pengguna narkoba suntik
(penasun) dan waria), serta penderita HIV pada populasi umum yang
tinggal di daerah epidemi HIV meluas.
2.2 Kanker
2.2.1 Pengertian Kanker
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal
yang tidak terkendali di dalam tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini dapat
merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.
......Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh
dunia.Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya penyakit ini
tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya, sehingga baru
terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut.
Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan penyakit yang ditandai
pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat
15
yang jauh (metastasis) (Sunaryati, 2011: 12).
16
2.2.2 Penyebab Kanker Akibat HIV
Jenis kanker akibat HIV berbeda-beda, sehingga memiliki faktor
risiko yang beragam.Namun, penyebab utama dan umum dari kanker ini
adalah sistem imun pasien HIV/AIDS yang melemah. Sistem imun yang
melemah tidak akan mampu melawan perubahan dan pertumbuhan
abnormal dari sel. Sehingga, sel tersebut akan bertambah secara signifikan
sampai membentuk massa atau tumor. Tumor atau massa yang bersifat
ganas dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan infeksi
serius.
2. Kanker Serviks
Jenis kanker ini terjadi di serviks, yaitu organ wanita yang terletak di
bagian bawah rahim.Serviks, yang menghubungkan rahim ke vagina,
merupakan saluran kelahiran yang dilewati janin saat persalinan.Kanker
serviks dikaitkan dengan infeksi HPV atau human papillomavirus, yang
dapat menyebabkan tumbuhnya sel pra-kanker.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Clinical Infectious Diseases
mengungkapkan bahwa imunodefisiensi terkait infeksi HIV diyakini
18
berdampak buruk pada kesehatan perempuan yang memiliki HPV.
Perempuan dengan HIV yang dianggap berisiko lebih tinggi terinfeksi
HPV.Selain itu mereka juga berpotensi terkena neoplasia intraepitel
serviks atau displasia (prekursor kanker serviks).
Namun mengutip Cervical Cancer News, para peneliti belum bisa
memastikan HPV dari strain mana yang menyebabkan risiko lebih tinggi.
Sampai saat ini juga belum ada rekomendasi pengobatan khusus untuk
perempuan HIV yang juga memiliki genotipe HPV tertentu.
Peneliti juga melakukan serangkaian studi yang mengalisis 19.883
perempuan HIV positif terkait penyebaran jenis HPV.Tujuannya untuk
mengetahui hubungan genotipe HPV dengan perempuan positif HIV yang
terinfeksi HPV.
Hasilnya, HPV strain 16, 18, dan 45 adalah strain paling berbahaya
untuk perempuan HIV.Artinya, perempuan HIV positif yang juga
terinfeksi HPV strain ini memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
serviks.
Terkait hal tersebut, WHO merekomendasikan langkah pengobatan
pada perempuan terinfeksi dua virus tersebut tanpa memperhatikan status
HIVnya.
Sementara itu, kanker serviks ditandai oleh gejala berikut:
Mual
Muntah
Nyeri perut
Penyumbatan perut
Pendarahan dalam
Pembengkakan wajah yang parah
Radang berat pada lengan, kaki, atau skrotum
Sesak napas
Batuk parah
Kesulitan menelan
19
Kanker ini paling banyak diderita oleh pria keturunan Afrika, Yahudi, atau
Mediterania, serta pria homokseksual yang terinfeksi HIV atau AIDS.
Orang yang telah menjalani transplantasi organ juga lebih berisiko terkena
penyakit ini.
Seseorang yang terinfeksi virus HIV yang menyerang sel Limfosit T-
Helper, merupakan sistem kekebalan tubuh, sehingga imunitasnya turun
sehingga terjadi berbagai penyakit (AIDS). Orang dengan HIV-AIDS
memiliki risiko tertinggi sarkoma Kaposi.Ketidakmampuan sistem
kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh dari infeksi memungkinkan virus
herpes terkait Sarkoma Kaposi bereplikasi.Melalui mekanisme yang tidak
diketahui, lesi karakteristik terbentuk.
Gejala Sarkoma Kaposi
Lesi kulit pada Sarkoma Kaposi ditandai dengan:
Lesi kulit dapat terjadi di lokasi manapun tetapi biasanya lebih
sering pada kaki, daerah kepala dan leher
Lesi dapat datar (makula), benjolan kurang dari 1 cm (papular) atau
benjolan yang lebih besar (nodular) atau mirip seperti plak
Ukuran diameter lesi mulai dari beberapa milimeter hingga
beberapa sentimeter
Warna lesi dapat cokelat, merah muda, merah, atau ungu. Pada
orang dengan kulit gelap, lesi biasanya tersamar atau sulit
dibedakan.
Lesi kulit tidak terasa sakit atau nyeri
Sarkoma Kaposi yang berkembang pada sistem pencernaan sering
tidak menimbulkan gejala, tetapi tanda dan gejala dapat berupa:
20
Sarkoma Kaposi pada organ paru dapat ditemukan melalui
pemeriksaan rontgen secara tidak sengaja dan tanpa gejala, tetapi tanda
dan gejala dapat meliputi:
Batuk
Sesak nafas
Batuk darah
Nyeri dada
Penyebab Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi disebabkan oleh infeksi virus yang disebut herpes
virus terkait sarkoma Kaposi (Kaposi Sarcoma associated Herpes Virus—
KSHV), juga dikenal sebagai human herpesvirus 8 (HHV8). Virus ini
dapat ditularkan melalui hubungan intim atau dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui plasenta, karena virus ini dapat ditemukan di darah, air liur atau
saliva, cairan vagina, dan cairan semen. Seseorang setelah terinfeksi virus
ini tidak menimbulkan gejala apapun dan replikasi dari virus ini dapat
ditekan dengan sistem kekebalan tubuh yang normal.
21
Kaposi. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus KSHV yang berkembang
menjadi lesi Sarkoma Kaposi memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Beberapa faktor yang dapat melemahkan sistem tubuh, meliputi:
Infeksi HIV
Transplantasi organ
Usia tua
Penyakit kronis
Sarkoma Kaposi terkait AIDS lebih serius daripada tipe klasik atau yang
berhubungan dengan transplantasi. Untuk sarkoma Kaposi terkait AIDS,
langkah pertama dalam pengobatan adalah memulai kombinasi obat
antivirus yang dapat mengurangi jumlah virus HIV dan meningkatkan
jumlah sel Limfosit T-Helper sehingga replikasi dari virus KSHV dapat
ditekan. Dengan begitu lesi Sarkoma Kaposi dapat berkurang atau
hilang.Pengobatan lainnya untuk Sarkoma Kaposi dapat berupa:
Operasi bedah kecil (eksisi), yaitu mengambil lesi kulit dan sedikit
jaringan sehat disekitarnya.
Cryotherapy, yaitu dengan mematikan sel-sel kanker dengan cara
membekukan sel-sel kanker pada kulit dan jaringan sekitarnya.
Terapi radiasi, digunakan untuk lesi kulit yang luas atau lesi mulut
yang kecil dan lokasi terjangkau oleh sinar radiasi.
Kemoterapi. Pemberian obat-obatan kemoterapi dapat membuat
perkembangan sel-sel kanker terhenti. Pada Sarkoma kaposi organ
dalam, atau terdapat lebih dari 25 lesi kulit, obat kemoterapi dapat
diberikan melalui infusan. Suntikan obat kemoterapi, misalnya
vinblastine, langsung pada lesi kulit juga dapat dilakukan.Lesi yang
telah sembuh dapat kambuh kembali dalam beberapa tahun dan
pengobatan dapat diulang kembali.
22
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi oportunistik adalah infeksi oleh patogen yang biasanya tidak bersifat
invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh menurun, seperti pada
orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Infeksi ini dapat ditimbulkan oleh patogen yang
berasal dari luar tubuh (seperti bakteri, jamur, virus atau protozoa), maupun oleh
mikrobiota sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali
oleh sistem imun (seperti flora normal usus). Penurunan sistem imun berperan
sebagai “oportuniti” atau kesempatan bagi patogen tersebut untuk menimbulkan
manifestasi penyakit.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang
tidak terkendali di dalam tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel
normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.
3.2 Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan , maka dari itu kami dari penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari pembaca dan
dosen pembimbing agar makalah ini jadi lebih sempurna.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/2201/2170
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/50dfe6557b9dd498968e0
2634cbaf235.pdf
https://idoc.pub/documents/makalah-infeksi-oportunistik-6nq80d1xy2nw
https://www.docdoc.com/id/info/condition/kanker-terkait-hiv
24
25
26
27