Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN HIV AIDS

INFEKSI OPURTINISTIK DAN KANKER

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3
SERLI DIANI 1914301059
GUSTIA MEGA NANDA 1914301060
PUTRA ZULPIJAR F 1914301078

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah
KEPERAWATAN HIV AIDS. Tugas makalah ini berjudul “ Infeksi opurtinistik dan kanker”

Kami berharap, tugas ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 18 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................7

2.1 Infeksi Oportunistik .....................................................................................7


2.1.1 Pengertian Infeksi Oportunistik.......................................................7
2.1.2 Jenis-jenis Infeksi Oportunistik pada penderita HIV.....................8
2.1.3 Terapi Antiretroviral pada Infeksi Opurtinistik.............................14

2.2 Kanker.........................................................................................................15
2.2.1 Pengertian Kanker........................................................................15
2.2.2 Penyebab Kanker akibat HIV......................................................16
2.2.3 Jenis-jenis Penyakit Kanker akibat HIV......................................16

BAB III PENUTUP...................................................................................................22

3.1 Kesimpulan..................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit


menular yang disebabkan virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV).Penyebarannya sangat cepat ke seluruh dunia.Sejak menjadi epidemi
sampai dengan tahun 2011, HIV telah menginfeksi lebih dari 60pendapatan
menengah ke bawah. Daerah subsahara di Afrika merupakan daerah dengan
prevalens HIV terbesar, mencakup 67% dari jumlah keseluruhan orang yang
hidup dengan HIV. Daerah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Asia Selatan,
merupakan daerah nomor dua terbanyak kasus HIV dengan jumlah penderita 3,6 juta
orang, 37% dari jumlah tersebut merupakan wanita. Indonesia merupakan satu
dari lima negara dengan jumlah penderita HIV yang besar selain Thailand,
Myanmar, Nepal, dan India.
Di Indonesia sampai dengan Desember 2012 yang sebanyak 98.390
sedangkan jumlah kumulatif AIDS sebanyak 42.887 orang. Kasus AIDS kumulatif
yang terbanyak sampai dengan 31 Desember 2012 terdapat di Papua (7795
kasus), Jawa Timur (6900 kasus), DKI Jakarta (6299 kasus), Jawa Barat (4098
kasus), Bali (3344 kasus), Jawa Tengah (2815 kasus), Kalimantan Barat (1699
kasus), Sulawesi Selatan (1446 kasus), Banten (851 kasus) dan Riau (827
kasus).Kasus tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (35,2%), umur 30-39 tahun
(28,1%), umur 40-49 tahun (10%) dan umur 15-19 tahun (3,3%). Sedangkan cara
penularan kasus AIDS kumulatif dilaporkan melalui hubungan heteroseksual
(58,7%), Injecting Drug User atau IDU (17,5%), Homoseksual (2,3%), dan dari
ibu ke bayi (2,7%).
Berdasarkan data Dinas kota Bandar Lampung tahun 20144, jumlah
penderita HIV tercatat 251 orang dengan rincian berdasarkan golongan umur ≤4
tahun sebanyak 12 orang, golongan umur 15-14 orang sebanyak 6 orang, golongan
umur 20-24 umur tahun sebanyak 25 orang, golongan 25-49 tahun sebanyak 197
orang, golongan umur ≥ 50 tahun sebanyak 8 orang4, diklinik Konseling tes sukarela
(KTS) pelayanan dukungan pengobatan (PDP), RSUD Abdul Moeloek Bandar
Lampung diketahui 918 orang pasien yang memeriksakan dirinya dan menerima
4
hasil test ada sebanyak 315 yang dinyatakan positif HIV/AIDS. Kejadian
HIV/AIDS cenderung mengalami peningkatan.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan sistem imun progresif akibat jumlah dan
fungsi sel CD4 yang berkurang. Infeksi HIV menyebabkan AIDS yaitu suatu
sindrom yang ditandai penurunan jumlah sel limfosit TCD4 dan ketidakmampuan
mengontrol infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik pada dasarnya disebabkan
oleh organisme dengan kemampuan virulensi rendah, pada individu dengan
sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengatasi infeksi ini secara baik dan
sempurna. Pada penderita HIV yang memilikisistem imun buruk dan tidak
bekerja secara efektif, resiko dan keparahan infeksi oportunistik akan meningkat,
sehingga infeksi oportunistik merupakan penyebab tersering meningkatnya
mortalitas dan morbiditas pada pasien-pasien HIV.
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi mikroorganisme akibat adanya
kesempatan untuk timbul pada kondisi-kondisit ertentu yang memungkinkan.
Pengidap HIV di Indonesia cenderung mudah masuk ke stadium AIDS karena
mengalami IO. Secara klinis digunakan perhitungan jumlah limfosit CD4 sebagai
pertanda munculnya IO pada penderita AIDS. Penurunan CD4 disebabkan oleh
kematian CD4 yang dipengaruhi oleh HIV.Jumlah CD4 yang normal berkisar antara
410-1.590 sel/mL darah. Ketika jumlahnya berada dibawah 350 sel/mL darah,
kondisi tersebut sudah dianggap sebagai AIDS. Infeksi-infeksi oportunistik
umumnya terjadi bila jumlah CD4 < 200 sel/mL atau dengan kadar lebih rendah.
Berbagai infeksi oportunistik yang sering terjadi pada pasien HIV/AIDS
adalah toksoplasmosis, kriptokokal, pneumonia, tuberkulosis paru, infeksi virus
sitomegalo, sepsis, diare kronis, kandidiasis oroesofageal dan manifestasi infeksi
pada kulit. Kondisi Indonesia yang secara geografis beriklim tropis dengan
tingkat kelembaban udara relatif tinggi dan secara sosio demografis termasuk negara
yang sedang berkembang membuat berbagai jenis kuman mudah berkembang biak
sehingga penderita HIV sering mengalami infeksi oportunistik yang bermacam-
macam. Hal ini dikarenakan Orang dengan HIVAIDS (ODHA) cenderung lebih
rentan akan infeksi, yang berhubungan dengan rendahnya jumlah CD4. Jumlah
CD4 dapat menjadi penanda yang baik untuk menilai perkembangan dari HIV dan
kemungkinan infeksi oportunistik.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. ApaPengertian Infeksi Oportunistik?
2. ApaJenis-jenis Infeksi Oportunistik pada penderita HIV?
3. Bagaimana Terapi Antiretroviral pada Infeksi Opurtinistik?
4. Apa Pengertian Kanker?
5. ApaPenyebab Kanker Akibat HIV?
6. Apa Jenis-jenis Penyakit Kanker Akibat HIV?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Infeksi Oportunistik.
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Infeksi Oportunistik pada penderita HIV.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Terapi Antiretroviral pada Infeksi Opurtinistik.
4. Untuk Mengetahui Pengertian Kanker.
5. Untuk Mengetahui Penyebab Kanker Akibat HIV.
6. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Penyakit Kanker Akibat HIV.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Infeksi Oportunistik


2.1.1 Pengertian Infeksi Oportunistik

Infeksi oportunistik adalah infeksi oleh patogen yang biasanya tidak


bersifat invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh menurun,
seperti pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Infeksi ini dapat ditimbulkan
oleh patogen yang berasal dari luar tubuh (seperti bakteri, jamur, virus atau
protozoa), maupun oleh mikrobiota sudah ada dalam tubuh manusia namun
dalam keadaan normal terkendali oleh sistem imun (seperti flora normal
usus).Penurunan sistem imun berperan sebagai “oportuniti” atau kesempatan
bagi patogen tersebut untuk menimbulkan manifestasi penyakit.
Centers for Disease Control (CDC) mendefinisikan IO sebagai infeksi yang
didapatkan lebih sering atau lebih berat akibat keadaan imunosupresi pada
penderita HIV. Infeksi oportunistik yang digolongkan CDC sebagai penyakit
terkait AIDS (AIDS-defining illness) adalah kriptosporidiosis intestinal (diare
kronis >1 bulan); Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP); strongiloidosis selain
pada gastrointestinal (GI); toksoplasmosis dan CMV selain pada hati, limfa dan
kelenjar getah bening (KGB); kandidiasis esofagus, bronkus atau paru;
kriptokokosis sistem saraf pusat (SSP) atau diseminata; Mycobacterium avium
dan M. kansasii selain pada paru dan KGB; virus herpes simpleks
mukokutaneus kronis, paru dan GI; progressive multifocal leucoencephalopathy
(PML); sarkoma Kaposi pada usia <60 tahun; limfoma otak;
histoplasmosis diseminata; isosporiasis intestinal; limfoma nonHodgkin;
pneumonitis interstitial limfoid dan bakteri piogenik multipel pada usia <13
tahun; kokidioidomikosis; ensefalopati HIV; Mycobacterium tuberculosis;
wasting syndrome; bakteremia Salmonella; pneumonia bakteri rekuren; serta
kanker serviks invasif.

7
2.1.2 Jenis-jenis Infeksi Oportunistik pada penderita HIV
1. Kandidiasis(Thrush)

Kandidiasisadalah infeksioportunistikyang sangatumumpada orang


dengan HIV.Infeksiinidisebabkanolehsejenisjamuryang umum,yang
disebut kandida.Jamurini,semacamragi,ditemukandi tubuhkebanyakan
orang.Sistimkekebalantubuhyang sehatdapat
mengendalikanjamurini.Jamurinibiasa menyebabkanpenyakitpada
mulut, tenggorokan danvagina.Infeksioportunistik inidapat terjadi
beberapabulanatautahunsebeluminfeksioportunistiklainyang lebih
berat. Padamulut, penyakitinidisebut thrush.
Bila infeksimenyebar lebih dalam pada tenggorokan, penyakit
yang timbuldisebutesofagitis.Gejalanyaadalahgumpalanputihkecil
sepertibusa,atau bintikmerah.Penyakitinidapatmenyebabkansakit
tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu
makan.Kandidiasisberbedadengansariawan, walaupunorang
awansering menyebutnya sebagaisariawan.Kandidiasispada vagina
disebut vaginitis.Penyakitini sangatumumditemukan.Gejala vaginitis
termasukgatal, rasabakar dan keluarnyacairan kental putih.

Pengobatan Kandidiasis:
Sistem kekebalantubuh yang sehat
dapatmenjagasupayakandidatetapseimbang.Bakteriyang biasaada
ditubuh jugadapatmembantumengendalikankandida.Beberapa
antibiotik membunuh bakteri pengendaliinidan dapat menyebabkan
kandidiasis.Mengobatikandidiasistidak dapatmemberantas
raginya.Pengobatan akanmengendalikan jamuragar tidakberlebihan.
Pengobatan dapatlokalatau sistemik. Pengobatan lokal diberikan
pada tempatinfeksi. Pengobatan sistemikmempengaruhi seluruh
tubuh.Banyakdokterlebihsenang memakaipengobatanlokalterlebih

8
dahulu.Inimenimbulkanlebihsedikitefeksamping dibanding pengobatan
sistemik.Selainiturisikokandida menjadiresistan terhadap obat lebih
rendah.
Obat-obatanyangdipakaiuntukmemerangikandida adalahobat
antijamur. Hampir semuanamanyadiakhiri dengan '-azol'.
Pengobatan lokal termasuk:
 Olesan
 supositoriayangdipakaiuntuk mengobativaginitis
 cairan lozengeyangdilarutkan dalam mulut

Pengobatanlokaldapatmenyebabkan rasa pedasatau gangguan


setempat.Pengobatanyang paling murahuntukkandidiasismulut
adalahgentianviolet;obatinidioleskanditempatada lesi(jamur) tiga
kalisehari selama14 hari.Obatyang sangatmurahinidapatdiperoleh
daripuskesmasatauapotek tanparesep.Pengobatan sistemik diperlukan
jika pengobatan lokaltidakberhasil,atau jika infeksi menyebar pada
tenggorokan(esofagitis).Beberapa obatsistemik tersediadalambentuk
pil.Efeksampingyangpaling umumadalah
mual,muntahdansakitperut.Kurang dari20persenorang mengalami
efeksamping ini.Kandidiasisdapatkambuhan.Beberapadokter
meresepkan obat anti-jamur jangka panjang.Ini dapat menyebabkan
resistansi.Ragidapatbermutasi sehinggaobattersebuttidak lagi
berhasil.Beberapa kasusparahtidakmenanggapiobat-obatan lain.
AmfoterisinBmungkindipakai.Obatini yangsangatmanjurdan
beracun,dandiberisecaraintravena(disuntik).Efeksamping utama
obatiniadalahmasalahginjaldananemia(kurang darahmerah).Reaksi lain
termasuk demam, panas dingin, mual, muntah dan sakit kepala.Reaksi
ini biasamembaik setelah beberapadosis pertama.
TerapiAlamiah:
Beberapa terapinon-obattampaknyamembantu.Terapi tersebut
belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya.

 Mengurangi penggunaangula.
 Minum tehPau d'Arco. Ini dibuatdari kulit pohon AmerikaSelatan.
 Mengkonsumsibawangputihmentahatausuplemenbawangputih.
 Bawang putihdiketahui mempunyai efek anti-jamur dan
antibakteri.Namunbawang putihdapatmenggangguobatprotease
9
inhibitor.
 Kumurdenganminyakpohonteh(teatreeoil)yangdilarutkan dengan
air.
 Mengkonsumsi kapsul laktobasilus (asidofilus), atau makan
yoghurtdenganbakteriini.Mungkinada manfaatnya setelah
mengkonsumsi antibiotik.
 Mengkonsumsisuplemengamma-linoleicacid(GLA)danbiotin.
 Dua suplemenini tampaknya membantu memperlambat
penyebarankandida. GLA ditemukan pada beberapa minyakyang
dipres dingin.Biotin adalah jenis vitamin B.

2. PCP(Pneumonia Pneumocystis)

Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO)


paling umum terjadi pada orang HIV-positif.Tanpa pengobatan,lebih
dari 85 persen orang dengan HIV pada akhirnya akan
mengembangkan penyakit PCP. PCP menjadi salah satu pembunuh
utama Odha.Namun,saat ini hampir semua penyakit PCP dapat
dicegah dan diobati.PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam
tubuh hampir setiap orang.Dahulu jamur tersebut disebut
Pneumocystiscarinii,tetapi para ilmuwan kini menggunakan nama
Pneumocystisjiroveci,namun penyakit masih disingkatkan sebagai
PCP.

Sistimkekebalanyangsehatdapatmengendalikanjamur
ini.Namun,PCP menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang
dewasa dengan sistim kekebalanyang
lemah.JamurPneumocystishampirselalumempengaruhiparu,
menyebabkanbentukpneumonia(radangparu).OrangdenganjumlahCD
4dibawah200

Mempunyairisikopaling tinggimengalami penyakit PCP. Orang


denganjumlahCD4dibawah300yang
telahmengalamiIOlainjugaberisiko. Sebagianbesarorangyang
mengalamipenyakitPCPmenjadi jauhlebih lemah,
kehilanganberatbadan,dankemungkinan
akankembalimengalamipenyakitPCP lagi.

10
Tanda pertama PCPadalahsesaknapas,demam,danbatuktanpa
dahak.Siapa pundengangejala inisebaiknya segera periksake
dokter.Namun,semua Odha denganjumlah CD4
dibawah300sebaiknya membahaspencegahan PCPdengan dokter,
sebelum mengalami gejala apapun.

Pencegahan PCP:

Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan memakai terapi


antiretroviral (ART).Orang dengan jumlah CD4 dibawah 200 dapat
mencegah PCP dengan memakai obat yang juga dipakai untuk
mengobati PCP.ART dapat meningkatkan jumlah CD4 anda.Jika
jumlah ini melebihi 200 dan bertahan begitu selama tiga
bulan,mungkin anda dapat berhenti memakai obat pencegah PCP
tanpa risiko.Namun,karena pengobatan PCP murah dan mempunyai
efek samping yang ringan, beberapa peneliti mengusulkan
pengobatan sebaiknya diteruskan hingga jumlah CD4 diatas
300.Anda harus berbicara dengan dokter anda sebelum anda berhenti
memakai obat apapun yang diresepkan.

Pengobatan PCP :

Selama bertahun-tahun, antibiotik dipakai untuk


mencegahPCPpadapasienkankerdengansistimkekebalanyang
lemah.Tetapi pada 1985sebuahpenelitiankecilmenunjukkanbahwa
antibiotikjuga dapat mencegah PCPpada
Odha.Keberhasilandalampencegahandanpengobatan PCP
sangatdramatis.PersentaseOdhayang
mengalamiPCPsebagaipenyakityang mendefinisikan AIDSdipotong
kurang lebih separoh,sepertijuga PCPsebagai penyebab kematian
Odha.

Sayang,PCPmasihumumpadaorangyangterlambatmencaripengobatan
ataubelummengetahuidirinyaterinfeksi.Sebenarnya,30-
40persenOdhaakanmengembangkanPCPbilamerekamenunggusampaij
umlahCD4-nyakurang lebih 50.

Obat yang
dipakaiuntukmengobatiPCPmencakupkotrimoksazol,dapson,
pentamidin, dan atovakuon.

11
 Kotrimoksazol(TMP/SMX)adalahobatanti-
PCPyangpalingefektif.Ini adalah kombinasi dua antibiotik:
trimetoprim (TMP) dan sulfametoksazol (SMX).
 Dapson serupadengan kotrimoksazol. Dapson kelihatanhampir
seefektif kotrimoksazol melawan PCP.
 Pentamidinadalahobathirupyangberbentukaerosoluntukmenceg
ahPCP.Pentamidin juga dipakaisecaraintravena(IV) untuk
mengobati PCPaktif.
 Atovakuon adalah obat yang dipakai orang pada kasus PCP
ringan atau sedangyangtidak dapatmemakai kotrimoksazol atau
pentamidin.

Kotrimoksazoladalahobatyang
palingefektifmelawanPCP.Obatinijuga
murah,dandipakaidalambentukpil,
tidaklebihdarisatupilsehari.Namun, bagian SMX dari
kotrimoksazolmerupakanobatsulfa danhampir separoorang
yang
memakainyamengalamireaksialergi,biasanyaruamkulit,kadang
-kadang demam.Seringkali, bilapenggunaan kotrimoksazol
dihentikansampai gejala alergihilang, lalu penggunaan
dimulai kembali,masalah alergitidak muncullagi.
Reaksialergiyang
beratdapatdiatasidengancaradesensitisasi.Pasienmulai
dengandosisobatyangsangatrendahdankemudianmeningkatkan
dosisnya hingga
dosispenuhdapatditahan.Mengurangidosisdarisatupilseharime
njadi tiga
pilseminggumengurangimasalahalergikotrimoksazol,dantamp
aksama berhasilnya.Karenamasalahalergiyang
disebabkanolehkotrimoksazolserupa denganefeksamping
daribeberapaobatantiretroviral,sebaiknyapenggunaan
kotrimoksazoldimulaisemingguataulebih
sebelummulaiART.Dengancara ini, bila alergi muncul,
penyebabnyadapat lebih mudah diketahui.

12
Dapsonmenyebabkanlebihsedikitreaksialergi dibanding
kotrimoksazol,dan harganyajuga agak murah.Biasanyadapson
dipakai dalambentuk pil tidak lebih dari satu pil sehari.Namun
dapson kadangkala lebih sulit diperoleh diIndonesia.

3. DiareKriptosporidial
Diare merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada
ODHA,yaitu didapatkan pada 30-60% kasus di negara maju dan
mencapai 90% di negara berkembang. Parasit protozoa
Kriptosporidium menjadi patogen utama dari diare kronispada
kelompok tersebut,dengan penyebab terbanyak adalah
Cryptosporidium parvum(71.4%).Kriptosporidiosis termasuk dalam
penyakit terkait AIDS sesuai panduan CDC yang umumnya terjadi

saat jumlah sel TCD4+ <200cells/μL.Gambaran klinis


kriptosporidiosis adalah diare kronis (>1bulan) dengan kotoran yang
cair, dehidrasi, nyeri perut dan penurunan berat badan.

PencegahanDiareKriptosporidial :
Kriptosporidiosis ditularkan dari tertelannya ookista melalui
penyebaran fekal- oraldari manusia ke manusia atau hewanke
manusia.Penyebaran ini terjadi melalui kontak langsung atau melalui
air yang terkontaminasi.Anak- anak dipusat penitipan merupakan
salah satu reservoir, begitu pula dengan kucing dan anjing yang
masih kecil.Didapatkan pula wabah kriptosporidiosis terkait air
minum publik dan kolam renang,yang diperkirakan karena parasit
sangat resisten terhadap klorinasi.Kontak seksual,terutama kontak
yang melibatkan hubungan rektal, juga merupakan cara penyebaran
organisme ini.
Pasien HIV dapat mengurangi kemungkinan terkena kriptosporidia
dengan menghindari paparan terhadap sumber penularan
tersebut.Pasien harus waspada bahwa banyak dari sumber air yang
dapat terkontaminasi sehingga direkomendasikan untuk merebus air
sebelum diminum.

Pengobatan DiareKriptosporidial:
13
Tidak ada obat yang diketahui efektif untuk mencegah penyakit
atau rekurensi.Gejala kriptosporidiosis didapatkan menghilang seiring
dengan membaiknya statusimun setelah pemberian ART sehingga
ART perlu terus dilanjutkan untuk mencegah relaps.Beberapa data
menyatakan bahwa rifabutinatauklaritromisin saat digunakan untuk
mencegah penyakit M.aviumjuga akan mengurangi insiden
kriptosporidiosis,namun data tersebut belum cukup meyakinkan untuk
merekomendasikan obat untuk tujuan ini.Pasien dengan diare yang
sangat berat perlu ditambahkan agen anti-kriptosporidia untuk
memastikan ART dapat diabsorpsi dengan cukup.Dapat digunakan
paromomisin 4x500 mg/hari PO atau 2x1 g/hari PO selama 12
minggu, dipadukan dengana zitromisin 500 mg/hari PO maupun
digunakan sendiri.Alternatif terapi lain yang dapat dipakai adalah
nitazoksanid 2x500 mg/hari PO selama 3 hari hingga 12
minggu.Terapi suportif yang penting dilakukan meliputi
hidrasi,koreksielektrolit,antimotilitasdan suplementasi nutris.

2.1.3 Terapi Antiretroviral pada Infeksi Opurtinistik

Belum ada panduan spesifik mengenai pemberian ART pada IO karena


keterbatasan data.Terdapat 2 keadaan utama yang perlu diperhatikan
yaitu 9 inisiasi ART pada keadaan IO akut dan pemberian ART saat
timbul IO pada pasien yang sedang mendapat ART.Penatalaksanaan pada
setiap keadaan bervariasi tergantung dari derajat perkembangan virologis
dan imunologis sebelum pemberian ART dan keuntungan yang didapat
dari pemberian ART, durasi infeksi HIV sebelum dan sejak inisiasi ART
serta interaksi obat yang berpotensi terjadi antara rejimen ART dan terapi
IO.
Kelebihan inisiasi ART pada keadaan IO akut meliputi perbaikan fungsi
imun yang dapat mempercepat kesembuhan IO, terutama bila terapi yang
efektif untuk IO tersebut masih terbatas atau belum tersedia.Kelebihan
lainnya adalah mengurangi risiko terjadinya IO berikutnya.Pendapat yang
menentang inisiasi ART segera begitu terdiagnosis IO meliputi jumlah
dan toksisitas obat yang bertambah, sulitnya membedakan toksisitas
disebabkan oleh ART atau akibat terapi IO, interaksi obat yang dapat
terjadi serta kemungkinan terjadi IRIS.

14
..Terapi antiretroviral harus dimulai sesegera mungkin pada kasus IO
kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, CMV, PML dan sarkoma Kaposi;
sedangkan kasus TB, kompleks Mycobacterium avium, PCP dan
meningitis kriptokokal harus menunggu respon terapi IO setidaknya 2
minggu sebelum inisiasi ART.
Belum ada data penelitian yang menyatakan bahwa inisiasi ART akan
dapat meningkatkan hasil akhir pada pasien yang telah diterapi spesifik
untuk IO, sebaliknya ART yang dimulai pada keadaan IO akut juga tidak
didapatkan memperburuk prognosis IO tersebut. Timbulnya IO dalam
waktu 12 minggu setelah inisiasi ART, harus segera mendapat terapi
untuk IO dengan tetap melanjutkan ART dan mempertimbangkan
modifikasi rejimen ART apabila respon kenaikan jumlah sel T CD4+
tidak optimal.
Inisiasi ART bagaimanapun wajib diberikan pada infeksi HIV stadium
klinis 3 dan 4 atau tanpa memandang stadium klinis jika jumlah CD4 ≤
350 sel/mm3 . Inisiasi ART dilakukan tanpa melihat stadium klinis WHO
dan jumlah CD4 pada koinfeksi TB, koinfeksi Hepatitis B, ibu hamil dan
menyusui yang terinfeksi HIV, orang terinfeksi HIV yang pasangannya
HIV negatif, kelompok populasi kunci (laki-laki yang berhubungan
seksual dengan laki-laki (LSL), pekerja seks, 10 pengguna narkoba suntik
(penasun) dan waria), serta penderita HIV pada populasi umum yang
tinggal di daerah epidemi HIV meluas.

2.2 Kanker
2.2.1 Pengertian Kanker
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal
yang tidak terkendali di dalam tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini dapat
merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.
......Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh
dunia.Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya penyakit ini
tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya, sehingga baru
terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut.
Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan penyakit yang ditandai
pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat
15
yang jauh (metastasis) (Sunaryati, 2011: 12).

16
2.2.2 Penyebab Kanker Akibat HIV
Jenis kanker akibat HIV berbeda-beda, sehingga memiliki faktor
risiko yang beragam.Namun, penyebab utama dan umum dari kanker ini
adalah sistem imun pasien HIV/AIDS yang melemah. Sistem imun yang
melemah tidak akan mampu melawan perubahan dan pertumbuhan
abnormal dari sel. Sehingga, sel tersebut akan bertambah secara signifikan
sampai membentuk massa atau tumor. Tumor atau massa yang bersifat
ganas dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan infeksi
serius.

2.2.3 Jenis-jenis Penyakit Kanker Akibat HIV


1. Limfoma non-Hodgkin
Limfoma non-hodgkin (LNH) merupakan kanker yang berkembang
dalam sistem limfatik.Dalam sistem limfatik sendiri terdapat cairan bening
atau ciran limfe.Cairan ini mengandung limfosit (salah satu jenis sel darah
putih) yang berperan melindungi tubuh untuk melawan infeksi.
Kanker ini masuk ke dalam kelompok keganasan primer limfosit.LNH
tepatnya berasal dari limfosit B, limfosit T, dan terkadang berasal dari sel
natural killer (NK) yang berada dalam sistem limfatik.
Limfoma non-hodgkin ini bisa bisa muncul di bagian manapun, bahkan
bisa menyebar ke organ dalam tubuh.LNH ini sendiri terdiri dari berbagai
jenis, tetapi limfoma sel B merupakan sebaran yang paling umum.

Faktor resiko Limfoma yang disebabkan oleh HIV


1. Infeksi virus HIV
2. Sistem imun yang lemah
3. Penyakit autoimun. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh seperti HIV atau Aids

Limfoma non-Hodgkin (non-Hodgkin lymphoma/NHL) dapat terjadi


pada bagian tubuh tertentu dan menyebabkan berbagai gejala. Dalam
sebagian besar kasus limfoma akibat HIV, kanker akan menjangkiti sistem
saraf pusat utama, terutama cairan tulang belakang dan otak. Namun,
beberapa kasus NHL juga dapat memengaruhi paru-paru atau perut,
17
sehingga menyebabkan penimbunan cairan abnormal di organ tersebut.
NHL dapat terdeteksi saat pasien mengalami gejala berikut:
1. Nodus limfa yang bengkak namun tidak sakit di leher, ketiak, atau
selangkangan
2. Pembengkakan perut
3. Nyeri perut
4. Nyeri dada
5. Batuk
6. Kesulitan bernapas
7. Demam
8. Menggigil
9. Kelelahan
10. Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

Pengobatan limfoma non-hodgkin


1. Tahap awal: Bila LNH masih di tahap awal, biasanya pengobatannya
akan dimulai dengan kemoterapi oral obat tunggal/kombinasi dan
radioterapi paliatif.
2. Tahap lanjut:
 Stadium I-IIA: Radioterapi atau kemoterapi parenteral
kombinasi.
 Stadium IIB-IV: Di stadiun ini akan melibatkan kemoterapi
parenteral kombinasi dan radioterapi paliatif.
 Stadium akhir: Di tahap ini, dokter mungkin akan menggunakan
kemoterapi parenteral kombinasi, dan perawatan paliatif.

2. Kanker Serviks
Jenis kanker ini terjadi di serviks, yaitu organ wanita yang terletak di
bagian bawah rahim.Serviks, yang menghubungkan rahim ke vagina,
merupakan saluran kelahiran yang dilewati janin saat persalinan.Kanker
serviks dikaitkan dengan infeksi HPV atau human papillomavirus, yang
dapat menyebabkan tumbuhnya sel pra-kanker.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Clinical Infectious Diseases
mengungkapkan bahwa imunodefisiensi terkait infeksi HIV diyakini
18
berdampak buruk pada kesehatan perempuan yang memiliki HPV.
Perempuan dengan HIV yang dianggap berisiko lebih tinggi terinfeksi
HPV.Selain itu mereka juga berpotensi terkena neoplasia intraepitel
serviks atau displasia (prekursor kanker serviks).
Namun mengutip Cervical Cancer News, para peneliti belum bisa
memastikan HPV dari strain mana yang menyebabkan risiko lebih tinggi.
Sampai saat ini juga belum ada rekomendasi pengobatan khusus untuk
perempuan HIV yang juga memiliki genotipe HPV tertentu.
Peneliti juga melakukan serangkaian studi yang mengalisis 19.883
perempuan HIV positif terkait penyebaran jenis HPV.Tujuannya untuk
mengetahui hubungan genotipe HPV dengan perempuan positif HIV yang
terinfeksi HPV.
Hasilnya, HPV strain 16, 18, dan 45 adalah strain paling berbahaya
untuk perempuan HIV.Artinya, perempuan HIV positif yang juga
terinfeksi HPV strain ini memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
serviks.
Terkait hal tersebut, WHO merekomendasikan langkah pengobatan
pada perempuan terinfeksi dua virus tersebut tanpa memperhatikan status
HIVnya.
Sementara itu, kanker serviks ditandai oleh gejala berikut:
 Mual
 Muntah
 Nyeri perut
 Penyumbatan perut
 Pendarahan dalam
 Pembengkakan wajah yang parah
 Radang berat pada lengan, kaki, atau skrotum
 Sesak napas
 Batuk parah
 Kesulitan menelan

3. Sarkoma Kaposi Epidemik (terkait AIDS)


jenis kanker kulit yang disebabkan oleh herpesvirus 8 atau HHV-8.

19
Kanker ini paling banyak diderita oleh pria keturunan Afrika, Yahudi, atau
Mediterania, serta pria homokseksual yang terinfeksi HIV atau AIDS.
Orang yang telah menjalani transplantasi organ juga lebih berisiko terkena
penyakit ini.
Seseorang yang terinfeksi virus HIV yang menyerang sel Limfosit T-
Helper, merupakan sistem kekebalan tubuh, sehingga imunitasnya turun
sehingga terjadi berbagai penyakit (AIDS).  Orang dengan HIV-AIDS
memiliki risiko tertinggi sarkoma Kaposi.Ketidakmampuan sistem
kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh dari infeksi memungkinkan virus
herpes terkait Sarkoma Kaposi bereplikasi.Melalui mekanisme yang tidak
diketahui, lesi karakteristik terbentuk.
Gejala Sarkoma Kaposi
Lesi kulit pada Sarkoma Kaposi ditandai dengan:
 Lesi kulit dapat terjadi di lokasi manapun tetapi biasanya lebih
sering pada kaki, daerah kepala dan leher
 Lesi dapat datar (makula), benjolan kurang dari 1 cm (papular) atau
benjolan yang lebih besar (nodular) atau mirip seperti plak
 Ukuran diameter lesi mulai dari beberapa milimeter hingga
beberapa sentimeter
 Warna lesi dapat cokelat, merah muda, merah, atau ungu. Pada
orang dengan kulit gelap, lesi biasanya tersamar atau sulit
dibedakan.
 Lesi kulit tidak terasa sakit atau nyeri
Sarkoma Kaposi yang berkembang pada sistem pencernaan sering
tidak menimbulkan gejala, tetapi tanda dan gejala dapat berupa:

 Nyeri menelan hingga kesulitan menelan


 Mual, muntah, dan nyeri perut
 Muntah darah, BAB berdarah, ataupun BAB hitam
 Sumbatan usus

20
Sarkoma Kaposi pada organ paru dapat ditemukan melalui
pemeriksaan rontgen secara tidak sengaja dan tanpa gejala, tetapi tanda
dan gejala dapat meliputi:

 Batuk
 Sesak nafas
 Batuk darah
 Nyeri dada
Penyebab Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi disebabkan oleh infeksi virus yang disebut herpes
virus terkait sarkoma Kaposi (Kaposi Sarcoma associated Herpes Virus—
KSHV), juga dikenal sebagai human herpesvirus 8 (HHV8). Virus ini
dapat ditularkan melalui hubungan intim atau dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui plasenta, karena virus ini dapat ditemukan di darah, air liur atau
saliva, cairan vagina,  dan cairan semen. Seseorang setelah terinfeksi virus
ini tidak menimbulkan gejala apapun dan replikasi dari virus ini dapat
ditekan dengan sistem kekebalan tubuh yang normal.

Jika kekebalan tubuh melemah atau turun, virus ini dapat


bereplikasi dan menginfeksi sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan
pembuluh limfa (sel endotel), kemudian virus membawa gen ke dalam sel
endotel tersebut menyebabkan sel membelah terlalu banyak, tidak
terkendali, dan sel dapat bertahan hidup lebih lama dari normalnya. Gen
yang sama ini dapat menyebabkan sel endotel membentuk pembuluh darah
baru dan juga dapat meningkatkan produksi bahan kimia tertentu yang
menyebabkan peradangan. Perubahan ini pada akhirnya membentuk lesi
kanker.

Faktor Risiko Sarkoma Kaposi


Faktor risiko terinfeksi virus KSHV adalah melakukan hubungan
intim tidak aman, termasuk homoseksual yang melakukan hubungan intim
melalui anus.

Infeksi KSHV dapat menyebabkan Sarkoma Kaposi, tetapi tidak


semua orang yang terinfeksi dengan KSHV berkembang menjadi Sarkoma

21
Kaposi. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus KSHV yang berkembang
menjadi lesi Sarkoma Kaposi memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Beberapa faktor yang dapat melemahkan sistem tubuh, meliputi:

 Infeksi HIV 
 Transplantasi organ 
 Usia tua
 Penyakit kronis

Pengobatan Sarkoma Kaposi


Kanker ini tidak dapat disembuhkan, tetapi perkembanganya dapat
diperlambat dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Sarkoma Kaposi terkait AIDS lebih serius daripada tipe klasik atau yang
berhubungan dengan transplantasi. Untuk sarkoma Kaposi terkait AIDS,
langkah pertama dalam pengobatan adalah memulai kombinasi obat
antivirus yang dapat mengurangi jumlah virus HIV dan meningkatkan
jumlah sel Limfosit T-Helper sehingga replikasi dari virus KSHV dapat
ditekan. Dengan begitu lesi Sarkoma Kaposi dapat berkurang atau
hilang.Pengobatan lainnya untuk Sarkoma Kaposi dapat berupa:

 Operasi bedah kecil (eksisi), yaitu mengambil lesi kulit dan sedikit
jaringan sehat disekitarnya.
 Cryotherapy, yaitu dengan mematikan sel-sel kanker dengan cara
membekukan sel-sel kanker pada kulit dan jaringan sekitarnya.
 Terapi radiasi, digunakan untuk lesi kulit yang luas atau lesi mulut
yang kecil dan lokasi terjangkau oleh sinar radiasi.
 Kemoterapi. Pemberian obat-obatan kemoterapi dapat membuat
perkembangan sel-sel kanker terhenti. Pada Sarkoma kaposi organ
dalam, atau terdapat lebih dari 25 lesi kulit, obat kemoterapi dapat
diberikan melalui infusan. Suntikan obat kemoterapi, misalnya
vinblastine, langsung pada lesi kulit juga dapat dilakukan.Lesi yang
telah sembuh dapat kambuh kembali dalam beberapa tahun dan
pengobatan dapat diulang kembali.

22
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi oportunistik adalah infeksi oleh patogen yang biasanya tidak bersifat
invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh menurun, seperti pada
orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Infeksi ini dapat ditimbulkan oleh patogen yang
berasal dari luar tubuh (seperti bakteri, jamur, virus atau protozoa), maupun oleh
mikrobiota sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali
oleh sistem imun (seperti flora normal usus). Penurunan sistem imun berperan
sebagai “oportuniti” atau kesempatan bagi patogen tersebut untuk menimbulkan
manifestasi penyakit.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang
tidak terkendali di dalam tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel
normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.

3.2 Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan , maka dari itu kami dari penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari pembaca dan
dosen pembimbing agar makalah ini jadi lebih sempurna.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/2201/2170

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/50dfe6557b9dd498968e0
2634cbaf235.pdf

https://idoc.pub/documents/makalah-infeksi-oportunistik-6nq80d1xy2nw

https://www.docdoc.com/id/info/condition/kanker-terkait-hiv

24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai