Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maulana Tombak A.

Kelas : B
NIM :112170030
TUGAS KULIAH ON-LINE SEMESTER GENAP TA 2019/2020
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

MATA KULIAH : PERENCANAAN TAMBANG 1


DOSEN : 1. Dr. Ir. Bargawa, W.S., M.T.
2. Ir. Suyono MS
3. Dr. Edy Nursanto, ST,MT
SOAL:
1. Kegiatan pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah
akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 dan
Kepmen ESDM 1827/2018). Rencana pascatambang (RPT) meliputi Pengelolaan Pit
Lake (lubang bekas tambang), Pengelolaan Waste Dump, Pengelolaan Back filling.
Tugas: (a) Carilah min.3 Jurnal Internasional atau Text Book, atau Proceeding
Internasional masing-masing yang membahas topic Pengelolaan Pit Lake (lubang
bekas penambangan), Pengelolaan Waste Dump, dan Pengelolaan Back Filling!
Dibaca, dimengerti, lalu: (b) Buatlah ringkasan jurnal tersebut terkait Pengelolaan Pit
Lake (lubang bekas penambangan), Pengelolaan Waste Dump, Pengelolaan Back
Filling paling banyak masing-masing topic dalam 10 halaman (termasuk Gambar,
Grafik atau Tabel), (c) Tulisan saudara max 10 hal. untuk tiap topic tsb harus
menyertakan atau mengacu pada jurnal internasional tsb. Referensi juga ditulis pada
bagian akhir ringkasan saudara dan diacu dalam text! Referensi ditulis dengan urutan
(sesuai format peneulisan referensi yang baku): Nama Penulis, Judul Paper, Nama
Jurnal (ditulis miring), Volume, Tahun, Halaman.

2. Baca dan pahami Bab XII dan Bab XIII buku Perencanaan Tambang. Buatlah dalam
satu Tabel kegiatan sekaligus ditulis biayanya (Bab XII) dan dgn cara yg sama
buatlah satu Tabulasi tentang biaya RPT (Bab XIII).

Jawaban:
1. A. Pit Lake :
 McCullough CD, Schultze M. 2015. Riverine flow-through of mine pit lakes:
improving both mine pit lake and river water quality values? Proceedings of
the joint International Conference on Acid Rock Drainage
ICARD/International Mine Water Association IMWA Congress. Santiago,
Chile. 1903-1912pp
 A. K. Soni1, B. Mishra, dan S. Singh3. 2014. Pit lakes as an end use of
mining: A review. Journal of Mining & Environment, Vol.5, No.2, 2014, 99-
111
 Krzysztof Labu and Sylwia Luty?ska. 2017. Kinetic models of AMD in the
area of post- mining lakes in the eastern part of Muskau Arch. Procedia
Earth and Planetary Science Vol 17 Hal 948.
Waste Dump:
 Maheshi D, Steven V. P, Karel V. A, Environmental and economic
assessment of ‘open waste dump’ minin in Sri Lanka, Resources
Conservation and Recycling, Vol. 102, 2015, Page 67-79.
 Raymond E. Glos (1976). Business: Its Nature and Environment:
An Introduction. Cicinnati: South‐Western Publishing Co.
 Dey Shobhana, Sahu L, Chaurasia B, Nayak B, Prospect of utilization
of waste dumped low-grade limestione for iron making: A case study,
International Journal of Mining Science and Technology, 2020, Page
1-6.
Back Filling:
 Sengupta M. 1993. Environmental Impacts of Mining: Monitoring,
Restoration dan Control. CRC Press LLC. Florida.
 Lone, M.I., He, Z., Stoffella, P.J., Yang, X., 2008., Phytoremediation of
Heavy Metal Polluted Soils and Water: Progress and Perspective., Journal
of Zhejiang University SCIENCE B. 9(3):210-220
 Zipper, C. and C, Jage. 2002. Passive treatment of acid mine drainage with
vertical flow systems. Reclamation Guidelines. Powel River Project
 Gilbert, O., de Pablo, J., Cortina, J.L., Ayora, C. 2003. Evaluation of
municipal compost/limestone/iron mixtures as filling material for permeable
reactive barriers for in situ acid mine drainage treatment. J. Chem. Technol.
Biotechnol. 78, 489-496
B. Pit Lake dikutip dari:
“McCullough CD, Schultze M. 2015. Riverine flow-through of mine pit lakes:
improving both mine pit lake and river water quality values? Proceedings of the
joint International Conference on Acid Rock Drainage ICARD/International
Mine Water Association IMWA Congress. Santiago, Chile. 1903-1912pp”
Pit lake terbentuk dari kegiatan tambang terbuka. Pit lake merupakan fitur
pascatambang di mana lubang terbuka diisi dengan air tanah dan air limpasan .
seperti danau alami, pit lake juga menampilkan keberagaman yang sangat besar.
Pit lake biasanya dimanfaatkan pada saat pascatambang. mempertimbangkan
berbagai aspek terkait seperti perencanaan pascatambang, efek penurunan
permukaan tambang dan kualitas air. Pada tahap operasi penambangan selesai,
diperlukan studi teknis terperinci tentang berbagai aspek badan air yang dibuat
dengan mempertimbangkan morfometri, geologi, hidrologi, kualitas air (geo-
kimia), laju pengisian, dan biologi [1]. Pit lake dapat dimanfaatkan keberadaan
nya diantara sebagai tempat wisata air, perikanan, persediaan air, pembangkit
listrik tenaga air,dan lain sebagainya. Potensi penggunaan air pit lake tetap
sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas air pit lake [2]. Karena oksidasi
mineral sulfida yang terpapar pada dinding lubang, dan pembilasan logam yang
larut selama pengisian lubang, banyak pit lake ditandai oleh kualitas air yang
buruk. Secara global asam tambang adalah masalah umum untuk kualitas air
pada industri pertambangan [3]. Penting untuk diperhatikan pit lake memiliki
manfaat jangka panjang sebagai sumber daya air untuk kegiatan industri atau
lainnya. Karenanya, kualitas air pada pit lake sangat penting dan kegiatan
reklamasi lingkungan biasanya diperlukan. Hal ini untuk mengantisipasi bahwa
penambangan batubara dan pit lake yang terbentuk pada pascatambang dapat
membuat masalah lingkungan. Parameter kualitas air harus sesuai dengan baku
mutu lingkungan yang diizinkan. Hal ini dapat dicapai dengan langkah-langkah
manajemen yang direncanakan.
Waste Dump dikutip dari:
“Maheshi D, Steven V. P, Karel V. A, Environmental and economic
assessment of ‘open waste dump’ minin in Sri Lanka, Resources
Conservation and Recycling, Vol. 102, 2015, Page 67-79.”
Waste Dump terutama limbah penambangan Limestone (batukapur) dapat
dimanfaatkan menjadi pengisi dalam campuran beton aspal. Industri batu kapur
dimensional menghasilkan sejumlah besar lumpur limbah batu kapur selama
pemolesan lempengan batu. Penyimpanan dan pembuangan lumpur non-
biodegradable ini menimbulkan masalah terkait pencemaran lingkungan,
kekurangan lahan pembuangan, peningkatan biaya transportasi, dan beberapa
masalah terkait lainnya. Penelitian ini menyelidiki kegunaan lumpur kapur kering
(limestone) daripada debu batu konvensional (SD) sebagai pengisi dalam
campuran beton aspal. Kinerja campuran SD dan limestone yang tergabung
dalam beberapa aspek dibandingkan, dan jumlah limestone yang dibutuhkan
untuk memastikan perilaku campuran bitumen yang optimal ditentukan. Sifat
fisik dan kimia kedua pengisi awalnya dieksplorasi. Kemudian campuran beton
bitumen yang kedua pengisi ditambahkan pada empat proporsi yang berbeda (4,
5,5, 7,0, dan 8,5% berat agregat) disiapkan menggunakan metode desain
campuran Marshall dan kadar aspal optimum (OBC) ditentukan. Kinerja kedua
campuran dipelajari. Campuran limestone menunjukkan ketahanan rutting
terpenting, ketahanan lelah, kekuatan tarik tidak langsung, ravelling, dan
modulus ulet dibandingkan campuran konvensional. Ini sebagian besar
disebabkan oleh sifat baik limestone, yang memastikan distribusi yang lebih
baik. Campuran limestone juga memiliki kadar aspal optimum yang lebih rendah
daripada campuran SD karena porositas yang lebih rendah dan aksi ekstender
bitumen dari limestone. Limestone menunjukkan afinitas yang baik terhadap
bitumen karena komposit dalam komposisinya, yang menyebabkan adhesi yang
sangat baik dan ketahanan kelembaban dalam campurannya. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pemanfaatan limestone yang dipilih sebagai pengisi pada
persentase pengisi optimal 6,45% dapat menghasilkan pembentukan campuran
bitumen dengan sifat teknik yang memuaskan, kadar bitumen yang lebih rendah
serta emisi gas rumah kaca yang lebih rendah.
Diagram alur penelitian

Back Filling dikutip dari:


“Sengupta M. 1993. Environmental Impacts of Mining: Monitoring, Restoration
dan Control. CRC Press LLC. Florida.”
Pertambangan terbuka dengan metode gali-isi kembali (back filling )
terbentuknya lahan-lahan kritis karena hilangnya vegetasi penutup tanah, adanya
tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan langsung cahaya matahari
dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat berat.
Metode pengelupasan dan penggalian tanah juga menyisakan permasalahan pada
terbentuknya lubang-lubang bekas galian pertambangan. Dampak lingkungan ini
bisa dirasakan di lokasi pertambangan dan juga di lokasi yang jauh dari
pertambangan. Contohnya adalah dari terbentuknya air asam tambang (AAT)
yang bisa mencemari sungai dan perairan. Air asam tambang mengakibatkan air
yang terdapat di sekitar lokasi pertambangan tidak bisa dikonsumsi dan
mendukung kehidupan masyarakat di sekitar lokasi. pertambangan. Bahkan AAT
bisa menimbulkan dampak serius bagi ekosistem sungai dan perairan apabila
tidak ditangani secara serius.
Cara yang utama bagi tumbuhan air untuk menyerap logam yang terdapat di
dalam air asam tambang (AAT) adalah melalui akar. Mekanisme tanaman yang
dapat tumbuh pada media yang tercemar logam dibedakan menjadi adaptif atau
toleran (Marchner, 1995), tergantung apakah tumbuhan tersebut menahan supaya
logam tidak terserap atau bahkan aktif mengumpulkan konsentrasi logam di
dalam jaringan (Ross dan Kaye, 1994). Tanaman dikategorikan toleran apabila
mampu tumbuh pada media yang mempunyai kandungan logam tinggi tanpa
terganggu pertumbuhannya, sedangkan tanaman yang adaptif adalah yang
mampu beradaptasi dengan media yang mempunyai kandungan logam tinggi.
Laju pengurangan logam oleh tumbuhan sangat bervariasi tergantung pada laju
pertumbuhan tanaman dan konsentrasi logam berat yang terdapat dalam jaringan
tumbuhan tersebut. Henny et al., (2010) menyatakan bahwa system rawa buatan
dengan tanaman air Eichornia sp. dan Lepironia sp. (constructed wetlands) secara
aerobik dan anaerobik yang dikombinasikan dengan system kapur anoksik (ALD;
anoxic limestone drains) mampu menaikkan pH AAT dari 2,8 menjadi 7,
menurunkan turbiditas dan konduktivitas, penyisihan sulfat mencapai 67-90%,
sedangkan penyisihan logam Fe mencapai 100% dan penyisihan Al 93-97%.
Kharathanasis dan Thompson (1995) mengungkapkan hasil bahwa Al dan Fe
tertahan terutama pada akar tanaman sedangkan Mn lebih bebas terakumulasi di
seluruh bagian tanaman pada pengolahan AAT dengan system rawa buatan
dengan jenis tanaman Typha latifolia, Scirpus validus dan Bidens aristosa.
Menurut hasil penelitian Dos Santos dan Lenzi (2000), enceng gondok
(Eichornia crassipes) mampu mengurangi konsentrasi logam berat pada AAT
tanpa banyak menunjukkan gejala keracunan. Enceng gondok ini mempunyai
sistem perakaran serabut dan mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi
sehingga akumulasi biomassanya juga semakin besar. Meskipun sering dianggap
sebagai gulma, enceng gondok dinilai berhasil untuk pengelolaan limbah air
dengan menurunkan kandungan bahan organik dan inorganik. Enceng gondok ini
juga mampu mengakumulasi unsur-unsur seperti Ag, Pb, Cd serta efisien untuk
fitoremediasi air yang terkontaminasi oleh Cd, Cr, Cu dan Se (Zhu et al., 1999).
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pengolahan AAT dengan sistem
wetlands mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama (Hedin et al., 1994;
Sheoran and Sheoran, 2006).
2. Tabulasi rencana kegiatan dan reklamasi
Tahun
No Kegiatan Satuan Total
1 2 3 4
1 Lahan yang ditambang
PIT LAKE (Danau bekas tambang) LCM
2,83 4,22 3,25 1,84 12,14
(.000.000)
Luas Lahan Ha 12 12,3 14,3 10,5 49,1
2 Penataan Waste Dump LCM
2,83 4,22 7,05
(.000.000)
3 Penataan Back Filling
Volume Top Soil dan Overburden LCM
3,25 1,84 5,1
(.000.000)
Luas Lahan Ha 14,3 10,5 24,8
4 Revegetasi
a. Penyediaan Bibit Ha 14,3 14,3
b. Pembuatan Lubang dan Penanaman Tanaman Ha 14,3 14,3
c. Pemupukan Tahun Ke-1 Ha 14,3 14,3
d. Pemeliharaan Ha 14,3 14,3
Jumlah Buruh Orang 3 3
5 Pencegahan Penanggulangan Air Asam Tambang
a. Pembuatan Paritan Hari 2 2 2 2 8
b. Pemantauan (Analisis pH air) Semester 2 2 2 2 8
c. Penanggulangan AAT (memakai batugamping) Ton 49,3 99,6 99,6 99,6 348,36
d. Pemberian batugamping Orang 3 3 3 3 12
6 Pekerjaan Sipil
a. Pembuatan Gorong-gorong Meter 100 100
b. Pembuatan Pos Pemantauan Unit 1 1

Tabulasi biaya Rancangan Pasca Tambang

Anda mungkin juga menyukai