BAB IV
(General Cargo) yang berada di bawa kendali divisi usaha Terminal cabang Pelabuhan
Tanjung emas. Setelah selesainya pembangunan tahap II tahun 1997, penanganan
Petikemas memasuki tahap pelayanan terminal sendiri yang dikendalikan divisi Terminal
petikemas cabang tanjung Emas (divisi TPK).
Visi dari TPKS adalah menjadi Pemimpin Bisnis di Pelabuhan. Adapun dalam mencapai
visi tersebut, TPKS menetapkan beberpa misi. Misi dari TPKS yaitu sebagai berikut :
Struktur organisasi dari TPKS ialah seperti yang terlihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:
34
Deskripsi dari Gambar 4.1 secara umum bagian pada struktur organisasi Terminal
Petikemas Semarang adalah sebagai berikut:
Pengolahan data secara khusus yang diperlukan yaitu data proses bisnis di TPKS yang
meliputi data aktivitas proses bongkar muat, waktu siklus setiap aktivitas, data kuisioner
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk 10 pemborosan dengan pengolahan
menggunakan metode logika fuzzy dimana data diolah menggunakan Microsoft Excel dan
service value stream mapping menggunakan software Microsoft Visio.
37
Berikut dibawah ini Gambar 4.2 merupakan proses bisnis bongkar kapal petikemas ole`h
TPKS ialah sebagai berikut :
Dibawah ini Gambar 4.3 yang menunjukkan proses bisnis muat kapal petikemas
oleh TPKS:
proses bongkar muat yang dilakukan pada 1 shift kerja yaitu pukul 08.00-16.00 di bulan
Maret 2018.
A. Waktu Siklus
Pengumpulan data proses bongkar muat ialah berdasarkan pada waktu siklus pada setiap
aktivitas proses. Waktu siklus untuk masing-masing proses yang terjadi dalam kegiatan
bongkar muat oleh TPKS didapat dari observasi langsung dilapangan penumpukan (CY)
yang berada di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang serta hasil diskusi bersama salah
seorang operator yang juga berperan sebagai expert dalam penelitian ini. Adapun waktu
siklus untuk masing-masing proses tersebut ialah seperti yang terlihat pada tabel 4.1
dibawah ini:
40
B. Waktu Available
Berikut dibawah ini merupakan jumlah operator untuk proses bongkar muat di TPKS:
Adapun demi menunjang kegiatan bongkar muat kapal petikemas yang dilakukan maka
pihak TPKS menggunakan beberapa alat seperti Container Crane (CC), Head Truck
(HT), dan Rubber Tyred Gantry (RTG) dalam proses bongkar muat nya. Container Crane
(CC) sendiri didukung dengan energi listrik dalam penggunaannya, sedangkan untuk
Head Truck (HT) dan Rubber Tyred Gantry (RTG) didukung dengan energi bahan bakar
minyak yaitu diesel. Adapun Tabel 4.4 hingga Tabel 4.6 dibawah ini merupakan jumlah
44
energi yang dikonsumsi oleh ketiga alat yang digunakan pada proses bongkar muat pada
bulan Maret 2018.
Tabel 4.4 Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk Rubber Tyred Gantry (RTG)
Pemakaian / Bulan
No Nama Alat
Periode 1 Periode 2
Rubber Tyred Gantry (RTG)
1 RTG.01 4033 4628
2 RTG.02 3387 5502
3 RTG.03 3700 4633
4 RTG.04 1195 1868
5 RTG.05 1364 2416
6 RTG.06 4065 4734
7 RTG.07 2556 3764
8 RTG.08 3466 3423
9 RTG.16 3372 3467
10 RTG.17 3130 4496
11 RTG.18 4395 3716
12 RTG.19 2260 4025
Jumlah 83595
Tabel 4.5 Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk Head Truck (HT)
Pemakaian / Bulan
No Nama Alat
Periode 1 Periode 2
Head Truck (HT)
1 HN.118 684 869
2 HN.119 684 801
3 HN.120 0 0
4 HN.121 338 375
5 HN.122 0 0
6 HN.123 503 835
7 HN.124 625 871
8 HN.125 542 720
9 HN.126 572 742
10 HN.127 0 0
11 HT.136 764 1064
12 HT.137 833 1057
13 HT.138 750 805
14 HT.139 783 943
15 HT.140 825 1063
45
Pemakaian / Bulan
No Nama Alat
Periode 1 Periode 2
16 HT.141 0 740
17 HT.142 0 0
18 HT.143 806 632
19 HT.144 842 987
20 HT.145 713 1082
21 HT.153 831 1074
22 HT.154 645 923
23 HT.155 488 1033
24 HT.156 771 1077
25 HT.157 601 805
26 HT.158 774 962
27 HT.159 830 1019
28 HT.160 714 881
29 HT.161 571 865
30 HT.162 797 1007
31 HT.163 886 1105
32 HT.164 439 803
33 HT.165 813 900
34 HT.166 886 1156
35 HT.167 839 945
36 HT.168 881 876
37 HT.169 771 1149
38 HT.170 734 1016
39 HT.171 764 935
40 HT.172 698 973
41 HT.173 792 950
42 HT.174 540 701
43 HT.175 610 1050
Jumlah 62730
Pemakaian / Bulan
No Nama Alat
(Mwh) (Kwh)
Container Crane (CC)
1 CC.03 24.38 24380
2 CC.04 25.13 25130
3 CC.05 57.11 57110
4 CC.06 27.95 27950
5 CC.07 28.46 28460
Jumlah 163030
46
Dalam kegiatan operasional proses bongkar muat kapal peti kemas tentunya terdapat
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang keberhasilan kegiatan bongkar muat
tersebut. Pada proses bongkar muat oleh TPKS digunakan tiga alat utama sebagai alat
penunjang untuk keberlangsungan proses bongkar muat yaitu terdiri dari alat Container
Crane (CC), Head Truck (HT), dan Rubber Tyred Gantry (RTG). Adapun biaya yang
dikeluarkan untuk masing-masing alat tersebut ialah:
47
Tabel 4.7 Biaya Penggunaan Alat Rubber Tyred Grant (RTG) Crane
Biaya BBM- Biaya BBM- Biaya Periode Biaya Periode Total Biaya /
Pemakaian / Bulan
Nama Periode 1 Periode 2 1 2 bulan
No
Alat Periode Periode
(Rp/liter) (Rp/liter) (Rp) (Rp) (Rp)
1 2
1 RTG.01 4,033 4,628 9,900.00 10,150.00 39,926,700.00 46,974,200.00 86,900,900.00
2 RTG.02 3,387 5,502 9,900.00 10,150.00 33,531,300.00 55,845,300.00 89,376,600.00
3 RTG.03 3,700 4,633 9,900.00 10,150.00 36,630,000.00 47,024,950.00 83,654,950.00
4 RTG.04 1,195 1,868 9,900.00 10,150.00 11,830,500.00 18,960,200.00 30,790,700.00
5 RTG.05 1,364 2,416 9,900.00 10,150.00 13,503,600.00 24,522,400.00 38,026,000.00
6 RTG.06 4,065 4,734 9,900.00 10,150.00 40,243,500.00 48,050,100.00 88,293,600.00
7 RTG.07 2,556 3,764 9,900.00 10,150.00 25,304,400.00 38,204,600.00 63,509,000.00
8 RTG.08 3,466 3,423 9,900.00 10,150.00 34,313,400.00 34,743,450.00 69,056,850.00
9 RTG.16 3,372 3,467 9,900.00 10,150.00 33,382,800.00 35,190,050.00 68,572,850.00
10 RTG.17 3,130 4,496 9,900.00 10,150.00 30,987,000.00 45,634,400.00 76,621,400.00
11 RTG.18 4,395 3,716 9,900.00 10,150.00 43,510,500.00 37,717,400.00 81,227,900.00
12 RTG.19 2,260 4,025 9,900.00 10,150.00 22,374,000.00 40,853,750.00 63,227,750.00
Dalam memetakan keseluruhan proses bongkar muat oleh TPKS maka dilakukan
pembuatan service value stream mapping (SVSM) untuk melihat keseluruhan proses serta
melihat total lead time untuk keseluruhan proses bongkar muat yang meliputi waktu
siklus, VA (Value Added) time, dan NVA (Non Value Added) time. Selain itu pembuatan
SVSM juga diharapkan dapat merepresentasikan pemborosan terbesar yang terjadi di
TPKS berdasarkan hasil pembobotan dengan menggunakan logika fuzzy-AHP pada Tabel
4.39 diatas dan juga dapat mengidentifikasi pemborosan lainnya yang terdapat pada
proses bongkar muat oleh TPKS tersebut. Berikut dibawah ini merupakan current service
value stream mapping dari proses bongkar muat yang terjadi di TPKS.
52
Gambar 4.4 Current State Service Value Stream Mapping di Terminal Petikemas Semarang (TPKS)
53
Gambar 4.5 Current State Service Value Stream Mapping Proses Bongkar
54
Gambar 4.6 Current State Service Value Stream Mapping Proses Muat
55
Kuisioner diberikan kepada pihak asisten manajer perencanaan TPKS. Hal ini dilakukan
karena asisten manajer perencanaan tersebut merupakan orang yang memahami
serangkaian proses bisnis bongkar muat kapal petikemas yang dilakukan di TPKS. Tetapi
selanjutnya peneliti juga melakukan validasi dari hasil kuisioner dengan melakukan
observasi langsung di lapangan. Pembobotan yang digunakan yaitu menggunakan skala
1 sampai dengan 9 pada perbandingan menggunakan Analitycal Hierarchy Process
(AHP) dengan pembobotan 10 jenis pemborosan. Adapun hasil dari kuisioner tersebut
ialah seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Berdasakan hasil kuisioner pada Tabel 4.7 diatas maka dilakukan rekapitulasi untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan data seperti yang terlihat pada tabel
4.8 dibawah ini.
58
Tabel 4.8 diatas merupakan hasil rekapitulasi dari kuisioner pembobotan AHP yang
berisi pembobotan terhadap sepuluh jenis pemborosan yang terdapat di industri jasa.
Kuisioner tersebut diisi oleh seorang expert atau ahli yang mengetahui dengan jelas
keseluruhan proses bongkar muat yang terjadi di TPKS dimana selanjutnya berdasarkan
hasil kuisioner tersebut dilakukan perhitungan manual dengan menggunakan metode
fuzzy-AHP. Adapun perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan skala likert
berdasarkan logika fuzzy untuk mendapatkan nilai bobot yang nantinya berguna dalam
mengetahui nilai pemborosan yang paling tinggi. Untuk mengetahui pemborosan
tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan transfomasi atau mengubah hasil rekapitulasi
kuisioner dengan menggunakan skala likert yang sudah ditentukan agar memudahkan
peneliti dalam melakukan perhitungan menggunakan F-AHP seperti yang terlihat pada
Tabel 4.9 dibawah ini:
60
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas terkait hasil transformasi pembobotan AHP biasa
menjadi F-AHP maka selanjutnya dapat dilanjutkan dengan melakukan perhitungan
geometric mean seperti yang terlihat pada Tabel 4.10 hingga Tabel 4.19 dibawah ini.
Defects
(1,1 (5,7 (3,5 (1/7,1/ (1/5,1/ (1/7,1/ (1/7,1/ (1/8,1/ (1/7,1/ (1/6,1/
FPC ,3) ,9) ,7) 5,1/3) 3,1/1) 5,1/3) 5,1/3) 6,1/4) 5,1/3) 4,1/2)
Lower
0.347975595
Defect
Medium
0.48874863
Deffect
Upper
0.792093691
Deffect
Duplication
(1/9, (1,
(1/7,1/ (1/5,1/ (1/7,1/ (1/7,1/ (1/8,1/ (1/7,1/ (1/6,1/ (1/7,1/
FPC 1/7, 1,3
5,1/3) 5,1/1) 5,1/3) 5,1/3) 6,1/4) 5,1/3) 4,1/2) 5,1/3)
1/5) )
Lower
0.175390314
Duplication
Medium
0.228079929
Duplication
Upper
0.445600325
Duplication
Incorrect Inventory
(3, (1, (1,
(1/7,1/ (1/7,1/ (1/5,1/ (1/6,1/ (1/7,1/ (1/5,1/ (1/6,1/
FPC 5,1/3)
5,7 1,3
5,1/3)
1,3
3,1/1) 4,1/2) 5,1/3) 3,1/1) 4,1/2)
) ) )
Lower
Incorrect 0.315325042
Inventory
Medium
Incorrect 0.440930103
Inventory
Upper
Incorrect 0.947527186
Inventory
62
Over Production
(1,3 (3,5 (1,1 (3,5 (1,1 (1/5,1/3 (1/5,1/3 (1/6,1/4 (1,1 (1/4,1/2
FPC ,5) ,7) ,3) ,7) ,3) ,1/1) ,1/1) ,1/2) ,3) ,1/1)
Lower Over
0.657066198
Production
Medium Over
1.004090543
Production
Upper Over
2.248795613
Production
Unclear Communication
(3,5 (3,5 (1,3 (1,3 (1,3 (1,1 (1/4,1/ (1/5,1/ (1/4,1/ (1,1
FPC ,7) ,7) ,5) ,5) ,5) ,3) 2,1/1) 3,1/1) 2,1/1) ,3)
Lower Unclear
0.803739389
Communication
Medium Unclear
1.49627787
Communication
Upper Unclear
2.979441483
Communication
Motion/Transportation
(2,4 (1,3 (1,2, (1,1, (1/5,1/3, (1,1, (1,1,
FPC (3,5,7) (4,6,8) (2,4,6)
,6) ,5) 4) 3) 1/1) 3) 3)
Lower
Motion/Trans 1.253796702
portation
Medium
Motion/Trans 1.987133859
portation
63
Motion/Transportation
Upper
Motion/Trans 4.015026617
portation
Underutilized Employees
(4,6, (3,5, (3,5, (2,4, (2,4, (1,3, (1,3, (1,1, (1,3, (1,3,
FPC 8) 7) 7) 6) 6) 5) 5) 3) 5) 5)
Lower Underutilized
1.64375183
Employees
Medium Underutilized
3.379633654
Employees
Upper Underutilized
5.524067593
Employees
Variation
(3,5, (2,4, (1,3, (1,2, (1,1, (1,2, (1,1, (1/5,1/3,1 (1,1, (1,1,
FPC 7) 6) 5) 4) 3) 4) 3) /1) 3) 3)
Lower
1.018399376
Variation
Medium
1.549918988
Variation
Upper
3.495283683
Variation
Waiting/Delay
(2,4, (3,5, (2,4, (1,2, (1,2, (1,1, (1,1, (1/5,1/3, (1,1, (1,1,
FPC 6) 7) 6) 4) 4) 3) 3) 1/1) 3) 3)
Lower
1.091493426
Waiting/Delay
Medium
1.595154937
Waiting/Delay
Upper
3.559594723
Waiting/Delay
Lower 0.01383
Hasil Normalisasi Defects Medium 0.03789
Upper 0.1036
Lower 0.00697
Hasil Normalisasi Duplication Medium 0.01768
Upper 0.05828
Lower 0.01253
Hasil Normalisasi Incorrect Inventory Medium 0.03418
Upper 0.12393
Medium 0.06143
Upper 0.20555
Lower 0.02611
Hasil Normalisasi Over Production Medium 0.07783
Upper 0.29413
Lower 0.03194
Hasil Normalisasi Unclear Communication Medium 0.11598
Upper 0.3897
Lower 0.04983
Hasil Normalisasi Motion/Transportation Medium 0.15403
Upper 0.52515
Lower 0.06532
Hasil Normalisasi Underutilized Employees Medium 0.26197
Upper 0.72252
Lower 0.04047
Hasil Normalisasi Variation Medium 0.12014
Upper 0.45717
Lower 0.04338
Hasil Normalisasi Waiting/Delay Medium 0.12365
Upper 0.46558
Lower 0.0138283
Hasil Normalisasi Defects Medium 0.0378851
Upper 0.103602
Hasil Deffuzifikasi Defects 0.048300157
67
Lower 0.0069699
Hasil Normalisasi Duplication Medium 0.0176795
Upper 0.0582824
Hasil Deffuzifikasi Duplication 0.025152825
Lower 0.0125308
Hasil Normalisasi Incorrect Inventory Medium 0.0341785
Upper 0.123932
Hasil Deffuzifikasi Incorrect Inventory 0.051204949
Lower 0.0186591
Hasil Normalisasi Lack of Customer's Focus Medium 0.0614262
Upper 0.2055471
Hasil Deffuzifikasi Lack of Customer's Focus 0.086764635
Lower 0.0261114
Hasil Normalisasi Over Production Medium 0.0778316
Upper 0.2941316
Hasil Deffuzifikasi Over Production 0.118976565
Lower 0.0319401
Hasil Normalisasi Unclear Communication Medium 0.1159833
Upper 0.3896965
Hasil Deffuzifikasi Unclear Communication 0.163400819
Lower 0.0498251
Hasil Normalisasi Motion/Transportation Medium 0.1540318
Upper 0.525146
Hasil Deffuzifikasi Motion/Transportation 0.220758693
68
Lower 0.0653217
Hasil Normalisasi Underutilized Employees Medium 0.2619709
Upper 0.7225213
Hasil Deffuzifikasi Underutilized Employees 0.32794616
Lower 0.0404706
Hasil Normalisasi Variation Medium 0.1201413
Upper 0.4571662
Hasil Deffuzifikasi Variation 0.184479831
Lower 0.0433753
Hasil Normalisasi Waiting/Delay Medium 0.1236478
Upper 0.4655777
Hasil Deffuzifikasi Waiting/Delay 0.189062125