OLEH :
Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Demam Tifoid”, Tepat pada waktu yang di tentukan. Semoga
KaryaTulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini dapat di selesaikan. Penulis banyak menucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Rufina
Hurai, M. Kep selaku koordinator mata kuliah metodologi penelitian dan selaku
pembimbing mata kuliah ini. Dan juga penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Penelitian dan dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan Karya
Ilmiah ini. Penulis juga menngucapkan terima kasih kepada teman-teman yang berkontribusi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan KTI ini masih banyak
tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Atas bantuan yang diberikan penulis mengucapkan
terima kasih. . Penulis juga berharap semoga Karya tulis Ilmiah ini mampu membantu dan
Penulis
DAFTRA ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang di sebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella enterica khususnya turunannya Salmonella typhi (Alba, et.al , 2016) dapat pula
disebabkan oleh Salmonella typhi B, dan Salmonella paratyphi C. kasus demam tifoid di
indonesia di laporkan dalam surveinlans tifoid dan paratifoid nasional. Perilaku masyarakat
yang kurang benar, seperti kebiasaan-kebiasaan yang tidak mencuci tangan sebelum makan,
kebiasaan mengonsumsi makanan produk daging dan sayur yang tidak matang, serta
menggunakan alat makanan yang tidak bersih bersiko terinfeksi bakteri salmonella tyhpi.
(Fauszan, 2019).
Berdasarkan WHO terbaru, penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan jumlah antara 11 dan 21 juta kasus dan 128.000 hingga
161.000 kematian terkait tipus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Penyakit serupa tetapi
sering kurang parah, demam paratipoid, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A dan B (atau
Paratyphi C yang tidak biasa). Dapat diperkirakan 70% kematian akibat typhoid abdominalis
terjadi di Asia. Jika tidak segera diobati, 10-20% penderita tersebut dapat berakibat fatal.
demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000. Demam tifoid ini meningkat dari
tahun kemarin, sehingga masyarakat diberikan terapi non farmakologis maupun farmakologis
(V Rahmasari, 2018)
Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis tersebut adalah demam tifoid,
maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang
kurang, hygiene pribadi serta perilaku masyarakat. (Mutiarasari dan Handayani, 2017).
Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi. Faktor pencentus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi. Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang
biasa ditemukan yaitu, demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
kepadatan penduduk 17 juta/km2 dan mayoritas penduduk bertempat tinggal di daerah urban
(62.08%) serta masih kurangnya sanitasi yang memenuhi standar layak (Rumah tangga
57.8% dan tempat umum 59.63%). Pada kota samarinda faktor resiko ini lebih meningkat
karena kota Samarinda merupakan terpadat di Kalimantan Timur (20.47%) serta persentase
rumah tangga ber – PHBS nya yang masih terhitung rendah dibandingkan dengan kota
lainnya (Samarinda 56%, Balikpapan 73%, Mahulu 81%) (DINKES KALTIM, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas maka menurut peneliti kasus ini dapat dijadikan
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus di atas ini dibatasi pada asuhan keperawatan
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisa
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a) Memahami konsep teori pada demam tifoid
3. Manfaat Penulis
1.Teoritis
Dirgahayu Samarinda .
c). Papat menjadi dasar atau data yang mendukung untuk bahan
2. Praktis
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan terutama pada rumah sakit untuk lebih
LANDASAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Anatomi fisiologi Pencernaan
1) Oris (mulut)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Bagian yang sempit atau vestibula ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan
pipi.
b) Bagian rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
(1) Geligi terdiri dari: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring
mengunyah makanan.
(2) Lidah
(3) Saliva
zat-zat makanan yang terlarut dalam air. Saliva ini terdiri dari enzim
2) Faring (Tekak)
a) Bagian Superior yang disebut nasofaring: bagian yang sama tinggi dengan
b) Bagian Media disebut orofaring, bagian sama tinggi dengan mulut, bagian
dengan laring.
3) Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang terletak antara tekak dan lambung, Panjang kurang
lebih 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac di bawah lambung.
Lapisan dinding dari dalam keluar :lapisan selaput lendir (mukosa), sub
mukosa dan lapisan otot melingkar, sirkuler dan lapisan otot memanjang
lambung.
4) Ventrikuli (lambung)
Merupakan bagian dari saluran cerna yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus, uteri
a) Fundus Ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum kardium dan
b) Korpus Ventrikel
Setinggi osteum kardium, atau suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura
minor.
c) Antrum Pylorus
Spinter Pylorus.
d) Kurfatura Minor
Terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari Osteum cardiac sampai
Pylorus.
e) Kurvatura Mayor
Lebih Panjang dari kurvatura minor terbentang dari atas kurvatura mayor
sampail impa.
(2) Sekresi yaitu :kelenjar dalam mukosa lambung menghasilkan 1500 –3000
(3) Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali proton
(6) Mengontrol aliran chime (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)
kedalam duodenum akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus kepilorik.
Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya ± 6meter dan diameter 2,5
cm. Merupakan saluran paling Panjang tempat proses pencernaan, dan absorbs
(1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, dimulai dari katub pilorik, lambung dengan
(2) Jejenum
ke ileum.
(3) Ileum
Panjangnya 3,6 meter, merupakan bagian akhir dari usus halus, bergabung
dengan kolon pada katub ileusekal. Katub ini mengontrol aliran ke kolom
dan mencegah reflekske usus halus, Gerakan jejenum dan ileum menekan
dalam seikun.
(5) Absorbsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus
melalui dua saluran yaitu: pembuluh darah dan saluran limfe, di sebelah
dalam permukaan vili usus. Vili usus berisi lacteal, pembuluh darah
epithelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid. Vili
keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan
kedalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena aorta dibawa kehati
(a) Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
a) Selaput lendir
a) Sekum
b) Kolon
pelindung imunulogis.
c) Rektum
dan osteumkoksigis. Fungsi usus besar terdiri dari menyerap air dari
(7) Anus
2. Pengertian
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit
akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air
atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan
tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang
terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan
urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases
penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang
sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter, Demam tifoid
termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi
banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan
3. Etiologi
aerob dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen
bersifat spesifik group, antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein
dalam flagella dan bersifat spesifik spesies, antigen virulen (Vi) merupakan
polisakarida dan berada dikapsul yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen
adalah Outer Membrane Protein (OMP). Antigen OMP merupakan bagian dari
dinding sel terluar yang terletak di luar membrane sitoplasma dan lapisan
urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan.
4. Patofisiologi
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka
waktu yang bervariasi (Ardiaria, 2019). Infeksi Salmonella enterica serotype typhi
pada orang sehat berkisar antara 1.000 dan 1 juta organisme tetapi tergantung
elektrolit dan air ke lumen intestinal. Bakteri Salmonella typhi bersama makanan
atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung
dengan suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan
menembus dinding usus tepatnya di ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang
Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak
pada mukosa usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.
(RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella typhi keluar
hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patch dari ileum
terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau
secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik
makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita
atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi
transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan
5. Manifestasi Klinis
serotype Salmonella Typhi. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas
dan sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih
dari 5 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya
berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.[
Gejala dapat muncul setelah masa inkubasi 7 – 14 hari. Gejala klinis bervariasi
mulai dari ringan sampai berat. Pada minggu pertama gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut lain seperti demam, nyeri kepala, pusing, mialgia, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, rasa tidak nyaman di perut, batuk, dan
terutama sore hingga malam.3,5 Gejala pada minggu kedua lebih jelas berupa
bradikardia relatif, lidah berselaput (kotor di bagian tengah dan tepi, kemerahan
pada ujung dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, hingga
perubahan status mental (somnolen, sopor, koma, delirium, psikosis). Rose spot
bagian dada pada akhir minggu pertama dan hilang setelah 2 – 5 hari.[ CITATION
Har21 \l 1033 ]
Manifestasi klinis demam tifoid yang timbul dapat bervariasi dari gejala
ringan hingga berat. Gejala klinis yang klasik dari demam tifoid diantaranya
menegakkan diagnosis demam tifoid. Namun harganya yang mahal dan waktu
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang perlu
menurun.
vaksin.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] penatalaksanaan medis pada pasien demam tifoid
meliputi :
1) Obat-obat
cairan infus
(4) Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv dibafi dalam 3
atau 4 dosis
(5) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam
hari
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] penatalaksanaan keperawatan pada pasien demam
tifoid meliputi :
b) Diit lunak rendah serat atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan
menit,dengan metode ceramah dan alat bantu leaflet,dengan metode ini pasien
dan keluarga mampu bertanya dan berinteraksi secara bebas dan terbuka
yang telah didapatkan oleh pasien dan keluarga sebelumnya terkait dngan
demam tifoid,serta nilai-nilai budaya yag dianut oleh pasien dan keluarga,dan
9. Komplikasi
a) Pendarahan intestinal
b) Perforasi intestinal
c) Ileus paralitik
d) Renjatan septik
e) Pielonefritis
f) Kolesistisis
g) Pneumonia
h) Miokarditis
i) Peritonitis
j) Meningitis
k) Ensefalopati
l) Bronkitis
B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
penyakit yang sama atau penyakit yang lain yang berhunbungan dengan
Abdominalis
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit
gastrointestinal lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, [ CITATION Fad16 \l 1033 ]
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan
sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan
pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan
dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal.
Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015,
a) Diagnosis Aktual
pada klien
b) Diagnosis Risiko
tanda/gejala mayor dan minor pada klien, namun klien memiliki faktor
optimal
a) Masalah (Problem)
Fokus Diagnostik.
Gambar 2.4 contoh deskriftor dan fokus diagnosis
pada diagnosis keperawatan
sumber: Buku SDKI
b) Indikator Diagnostik
(d) Maturasional.
diagnosis
optimal.
merupakan suatau proses yang sistematis yang terdiri dari atas tiga tahap, yaitu
(significiant cues)
sesuai kategorinya.
berikut :
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan
Tanda/Gejala
Atau
tifoid adalah :
3. Intervensi
(1) Fisiologis
cairan/elektrolit
istirahat/tidur
2) Psikologis
3) Perilaku
4) Relasional
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung hubungan
5) Lingkungan
Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga komponen yaitu
beberapa kala yang diawali dengan kata benda (nomina), bukan kata kerja
keperawatan.
(b) Definisi
karja (verba) berupa perlaku yang dilakukan oleh perawat, bukan perlaku
pasien.
(c) Tindakan
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Berman et al. 2015 Potter & Perry,
penggunaan kata kaji karena serupa dengan tahap awal pada proses
tahap prediagnosis
beberapa faktor sebagai berikut (Delaune & Ladner, 2011, Gordon, 1994.
Intervensi keperawatan yang dipilih harus dapat diterima oleh pasien dan
pada pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka perawal dapat
4. Tindakan Keperawatan/Implementasi
pelaksanaan rencana tindakan perawatan yang dapat dilakukan dan yang tidak
dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing – masing diagnosa.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan yang telah
dibuat , apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai
dengan meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan [ CITATION
DOH11 \l 1033 ]
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Bila hasil evaluasi menunjukan tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi
perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesedian keluarga[ CITATION Sua19 \l 1033 ]
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
untuk memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan
penelitian dan memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan.
(mulyadi , 2012).
Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi suatu masalah
keperawatan dengan gangguan kebutuhan dasar pada demam tifoid. Pada studi kasus
ini, yang menjadi reponden adalah pasien dengan memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif. Selama 2 hari perawatan pasien akan diobservasi, tujuan utama
Gabriel 3 selama 4 hari, yaitu pada tanggal 09 desember 2021 sampai dengan 12
desember 2021.
C. Subjek penelitian
pada sub bab ini menganalisis tentang karakteristik subjek peneliti atau kasus yang
diteliti. Subjek yang digunakanan adalah pasien dengan diagnosa demam tifoid.
D. Pengumpulan data
Disini peneliti bertemu langsung degan pasien dan keluarga dengan mengajukan
mengalami demam tifoid dengan gangguan kebutuhan dasar dilakukan IIPA yaitu
3) Studi dokumentasi
Dokumentasi berupa hasil dari pemeriksaan diagnosis data lain yang relavan
E. Analisa data
Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sampai semua data terkumpul.
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta yang ada, selanjutnya
dengan membandingkan teori yang ada dengan opini pembahasan. Teknik analisis
digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut.
F. Etika penelitian
Pelaksanaan studi kasus ini mendpat peretujuan dari stikes dirgahayu samarinda.
pada prinsip etika penelitian yaitu menghormat (respect for person), berbuat baik
dan bertanggung jawab penuh dalam keputusannya sendiri. Dalam etika ini
responden.
Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain, dilakukan
tindakan.
3) Keadilan ( justice)
Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap
orang sama dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya.
Dalam prinsik etik keadilan, peneliti tidak boleh memperlakukan responden secara
berbeda karna atas dasar hal apapun baik itu ras, agama, social maupun perbedaan
BAB IV
A. HASIL
Pasien 1
1. Lokasi penelitan
Dalam bab ini penulis akan menyajikan suatu kasus dengan menggunakan
yang disajikan adalah pasien dengan Thypoid, Tn. S yang dirawat di ruangan
Gabriel III RS Dirgahayu Samarinda sejak tanggal 19 Mei 2019 dan dirawat oleh
penulis dengan tiga hari perawatan yaitu dari tanggal 20 sampai 22 mei 2019.
pasien dan keluarganya, informasi dari perawat serta catatan keperawatan dan
rekam medis.
Pengkajian
1. Data Demografi a.
Biodata Pasien
berstatus kawin, istri masih hidup, agama Islam, suku Jawa warga
Alimudin.
Penanggung Jawab
Nama istri Ny. S alamat Jl. Sultan Alimudin hubungan penanggung
2. Keluhan Utama
Nyeri kepala kurang lebih empat hari yang lalu, lalu ia datang
Nyeri kepala
3. Riwayat Kesehatan
bagian kanan, nyeri skala 6, nyeri muncul kurang lebih 3-5 menit, nyeri
hilang dengan sendiri. Klien mengatakan 1 tahun yang lalu pernah dirawat
dirumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu tipes, pasien mengatakan
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit makan dua kali dalam sehari,
Berat badan sebelum sakit 57 kg, tidak ada perubahan berat badan
saat sakit.
ayam, ikan, tahu goreng, klien makan tiga kali dalam sehari.
Intake cairan oral 600 cc/hari dan IWL 57x15 = 855 cc/hari. Tabel
Berat badan 57 kg tinggi badan 155 cm IMT 23,7 berat badan lebih.
sebanyak 600 cc/hari. Mulut pasien tampak bersih dan warna mukosa
Klien belum ada BAB selama di rumah sakit. Dari hasil pengkajian
eliminasi, BAB satu kali dalam sehari dan BAK empat kali dalam
eliminasi, belum ada BAB sejak masuk rumah sakit dan BAK
lima kali dalam sehari, tidak ada nyeri tekan regio hipogastrik. BAK
bau amoniak, warna jernih kekuning. Dari hasil pengkajian pada pola
saat beraktivitas.
mandiri dan tidak ada masalah keperawatan pada kajian pola dan
aktivitas.
dari pukul 24:00 sampai dengan 06:00 pagi. Tidur siang biasa satu jam
atau hanya setengah jam saja. Tidak ada masalah dalam istirahat tidur
dirumah.
Klien mengatakan susah tidur karena nyeri di kepala. Jumlah jam tidur
klien hanya setengah jam. Mulai tidur malam pukul 03:30 dan bangun
yaitu Insomnia.
bisa berbicara dengan lancar. Dari hasil pengkajian pada pola persepsi
Bagian tubuh yang disukai klien adalah semua bagian tubuhnya, tidak ada
bagian tubuh yang tidak disukai. Klien merasa terganggu karena nyeri
sebagai kepala rumah tangga dan sebagai pencari nafkah bagi keluarga.
nasi goreng. Dari hasil pengkajian pada pola konsep diri – persepsi diri
Klien mengatakan bahwa masih aktif dan mempunyai satu orang anak,
tidak ada pembesaran prostat. Dari hasil pengkajian pada pola reproduksi-
istrinya untuk mengatasi masalahnya, saat sakit klien banyak berdoa dan
setelah di rumah sakit tidak pernah sholat namun setiap makan dan tidur
selalu berdoa. Dari hasil pengkajian pada pola eliminasi tidak ditemukan
masalah keperawatan
nadi : 80 kali/menit (irama nadi kuat, nadi terababa cepat dan kuat,
Bentuk kepala bulat tidak ada lesi dan benjolan, lidah berwarna putih
Wajah tampak simetris, tidak terdapat edema pada kelopak mata dan
wajah. Hidung bersih terdapat sedikit sekret, tidak ada lesi, simetris,
tidak ada polip. Telinga bersih terdapat sedikit serumen, mulut dan
gigi tampak ada karies sedikit, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
positif/positif.
b. Thoraks
vesikuler kanan dan kiri. Tidak sesak napas, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan, ada batuk sekitar 4 hari yang lalu, pergerakan
bantu nafas. Irama jantung reguler, CRT <2 detik tidak terdapat
ada nyeri tekan di regio iliaka kiri, bising usus 5x/menit tidak ada
d. Ekstermitas
Tidak ada fraktur dan tidak ada dekubitus, Tidak ada luka. Kulit
normal akral terasa hangat dan turgor kulit sedang tidak ada edema.
No Resiko Skor
1 Mempunyai riwayat jatuh, baru atau dalam waktu 3 0
bulan terakhir :
Tidak √
2 Diagnosa Sekunder (medis/penyakit)>1 : 0
Tidak √
3 Ambulasi berjalan : 0
Bedrest/dibantu perawat √
4 Terpasang IV line / pemberian antikoagulan 20
(Heparin) obat lain yang mempunyai efek samping
yang menyebabkan jatuh :
Ya √
5 Cara berjalan / berpindah :
Normal/ bedrest/imobilisasi√
6 Status mental : 0
Normal / sesuai kemampuan diri √
TOTAL SKOR 20
Catatan :
e. Aspek medis
laktat 20 tetes per menit, diet klien dirumah sakit adalah TKTP, obat
g. Analisa Data
B. Diagnosis Keperawatan
skala 6, nyeri bagian kanan, nyeri muncul kurang lebih 3-5 menit,
kepala, skala 6, nyeri bagian kanan, nyeri muncul kurang lebih 3-5
jam. Klien mengatakan susah tidur sejak 4 hari yang lalu. Terdapat
tentang penyakitnya.
C. Rencana Keperawatan
Tabel 3.7 Rencana Keperawatan
Senin, Defisiensi 20-05- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 Pendidikan kesehatan
pengetahuan menit diharapkan pasien Pengetahuan:proses 1 Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
2019 berhubungan penyakit hidup perilaku saat ini pada individu, dan
dengan kurang Indikator 1 2 3 4 5 keluarga
sumber
pengetahuan Karakter spesifik penyakit √ 2 Identifikasi karakteristik populasi target yang
Faktor penyebab √ mempengaruhi pemilihan strategi belajar
Tanda dan gejala penyakit √
Proses perjalanan penyakit √ 3 Kembangkan materi pendidikan tertulis Cindy yang
biasanya tersedia dan sesuai dengan audien
Keterangan skala :
1 : tidak ada pengetahuan
4 Gunakan berbagai strategi dan intervansi
2 : pengetahuan terbatas
utama program pendidikan
3 : pengetahuan sedang
4 : pengetahuan banyak
Pengajaran : proses penyakit
5 : pengetahuan sangat banyak
2.1 Jelaskan tanda dan gejala yang umum
dari penyakit
12:00 Cindy
Mengenali kapan nyeri terjadi √
Menggambarkan faktor √
penyebab
Menggunakan tindakan √
pencegahan
Menggunakan tindakan √
pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Melaporkan nyeri terkontrol √
A: Tujuan tercapai
P: Intervensi dihentikan
Insomnia 22-05- S:klien mengatakan sudah bisa tidur karena
2019 nyeri kepala sudah berkurang.
O:
Indikator 1 2 3 4 5
Jam tidur √
12:00
Pola tidur √
Kualitas tidur √
Perasaan segar setelah tidur √
Suhu ruangan yang nyaman √
Cindy
Indikator 1 2 3 4 5
P : Intervensi dihentikan
Defisiensi 22-05- S : klien mengatakan memahami tentang
pengetahuan 2019 penyakitnya, dan bisa melakukan penanganan
tentang dan pencegahan penyakit thypoid
thypoid
O:
Indikator 1 2 3 4 5 Cindy
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
-