Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR PADA


DEMAN TIFOID DI RUMAH SAKIT DIRGAHAYU SAMARINDA

OLEH :

Faradila Rosalia : 191114401995


Ferdinandus Pasongka : 191114401996
Fransiska Ermi : 191114401997
Gema Krina Arung : 191114401998
Septiana Rosa : 181114401953
Klaudius Erik Tani : 171114401723

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan

Kebutuhan Dasar Demam Tifoid”, Tepat pada waktu yang di tentukan. Semoga

KaryaTulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman

bagi pembaca dalam pendidikan kesehatan.

penulis banyak mendapat bantuan, pengarahan, bimbingan dari berbagai pihak,

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini dapat di selesaikan. Penulis banyak menucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Rufina

Hurai, M. Kep selaku koordinator mata kuliah metodologi penelitian dan selaku

pembimbing mata kuliah ini. Dan juga penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu

Ns.Imelda feneranda Serevia Tambi,S.kep,M.kep selaku dosen mata kuliah Metodologi

Penelitian dan dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan Karya

Ilmiah ini. Penulis juga menngucapkan terima kasih kepada teman-teman yang berkontribusi

dalam pembuatan Karya Ilmiah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan KTI ini masih banyak

terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan Penulis. Untuk itu Penulis mengharapkan

tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Atas bantuan yang diberikan penulis mengucapkan

terima kasih. . Penulis juga berharap semoga Karya tulis Ilmiah ini mampu membantu dan

menambah pengetahuan teman-teman.


Samarinda,16 Desember 2021

Penulis

DAFTRA ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang di sebabkan oleh infeksi bakteri

Salmonella enterica khususnya turunannya Salmonella typhi (Alba, et.al , 2016) dapat pula

disebabkan oleh Salmonella typhi B, dan Salmonella paratyphi C. kasus demam tifoid di

indonesia di laporkan dalam surveinlans tifoid dan paratifoid nasional. Perilaku masyarakat
yang kurang benar, seperti kebiasaan-kebiasaan yang tidak mencuci tangan sebelum makan,

kebiasaan mengonsumsi makanan produk daging dan sayur yang tidak matang, serta

menggunakan alat makanan yang tidak bersih bersiko terinfeksi bakteri salmonella tyhpi.

(Fauszan, 2019).

Berdasarkan WHO terbaru, penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat dengan jumlah antara 11 dan 21 juta kasus dan 128.000 hingga

161.000 kematian terkait tipus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Penyakit serupa tetapi

sering kurang parah, demam paratipoid, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A dan B (atau

Paratyphi C yang tidak biasa). Dapat diperkirakan 70% kematian akibat typhoid abdominalis

terjadi di Asia. Jika tidak segera diobati, 10-20% penderita tersebut dapat berakibat fatal.

Sekitar 2% dari penderita menjadi carrier/pembawa (Jurnal Kesehatan, 2018). Penderita

demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000. Demam tifoid ini meningkat dari

tahun kemarin, sehingga masyarakat diberikan terapi non farmakologis maupun farmakologis

(V Rahmasari, 2018)

Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis tersebut adalah demam tifoid,

yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Demam tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan

maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang

kurang, hygiene pribadi serta perilaku masyarakat. (Mutiarasari dan Handayani, 2017).

Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri salmonella

typhi. Faktor pencentus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,

makanan/minuman yang terkontaminasi. Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan

daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.

Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu,

nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang

biasa ditemukan yaitu, demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.

Kondisi Kalimantan Timur mendukung penyebaran infeksi Demam typoid. Dengan

kepadatan penduduk 17 juta/km2 dan mayoritas penduduk bertempat tinggal di daerah urban

(62.08%) serta masih kurangnya sanitasi yang memenuhi standar layak (Rumah tangga

57.8% dan tempat umum 59.63%). Pada kota samarinda faktor resiko ini lebih meningkat

karena kota Samarinda merupakan terpadat di Kalimantan Timur (20.47%) serta persentase

rumah tangga ber – PHBS nya yang masih terhitung rendah dibandingkan dengan kota

lainnya (Samarinda 56%, Balikpapan 73%, Mahulu 81%) (DINKES KALTIM, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas maka menurut peneliti kasus ini dapat dijadikan

sebagai metode penelitian tentang “Bagaimanakah penerapan dan penatalaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan penyakit Demam Typoid”.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus di atas ini dibatasi pada asuhan keperawatan

demam typoid di puskemas pasundan

C. Rumusan Masalah

Bagaimana merawat pasien dengan deman typoid di puskemas pasundan

D. Tujuan Penulisa

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mempelajari menganalisa dan menerapkan asuhan

keperawatan pada pasien deman typod dipukesmas pasundan

2. Tujuan Khusus
a) Memahami konsep teori pada demam tifoid

b) Melakukan pengkajian pada demam tifoid

c) Merumuskan diagnsosis keperawatan demam tifoid

d) Menyusun perencanaan keperawatan demam tifoid

e) Melakukan tindakan keperawatan demam tifoid

f) Melakukan evaluasi keperawatan demam tifoid

3. Manfaat Penulis

1.Teoritis

a) Dapat menambah informasi, khususnya mengenai asuhan keperawatan pada

pasien dengan Demam Typoid di puskesmas pasundan.

b).Sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu keperawatan bagi

peserta didik khususnya Prodi D III Keperawatan Stikes

Dirgahayu Samarinda .

c). Papat menjadi dasar atau data yang mendukung untuk bahan

pengajaran ilmu keperawatan

2. Praktis

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan terutama pada rumah sakit untuk lebih

memperhatikan kesehatan pasien.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Penyakit
1. Anatomi fisiologi Pencernaan

1) Oris (mulut)

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:

a) Bagian yang sempit atau vestibula ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan

pipi.
b) Bagian rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi

sisinya oleh tulang maksilaris, platum dan mandibularis, di sebelah

belakang bersambung dengan faring.

Rongga mulut meliputi beberapa bagian antara lain:

(1) Geligi terdiri dari: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring

untuk merobek makanan yang keras, dan gigi geraham untuk

mengunyah makanan.

(2) Lidah

Fungsi lidah yaitu: mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat

pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan.

(3) Saliva

Fungsi saliva yaitu: untuk melicinkan, melunakkan dan melarutkan

zat-zat makanan yang terlarut dalam air. Saliva ini terdiri dari enzim

Ptyalin (amylase), yang merubah karbohidrat menjadi glukosa.

2) Faring (Tekak)

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

esophagus. Didalam lingkungan faring, terdapat tonsil yaitu: kumpulan

kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi. Disini terdapat persimpangan antara jalan nafas dan

makanan. Faring terdiri dari:

a) Bagian Superior yang disebut nasofaring: bagian yang sama tinggi dengan

hidung. Pada nasofaring, bermuara tuba yang menghubungkan tekak

dengan ruang telinga tengah.

b) Bagian Media disebut orofaring, bagian sama tinggi dengan mulut, bagian

ini berbatasan kedepan sampai akhir lidah.


c) Bagian interior disebut laringo faring, yang menghubungkan orofaring

dengan laring.

3) Esofagus (kerongkongan)

Merupakan saluran yang terletak antara tekak dan lambung, Panjang kurang

lebih 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac di bawah lambung.

Lapisan dinding dari dalam keluar :lapisan selaput lendir (mukosa), sub

mukosa dan lapisan otot melingkar, sirkuler dan lapisan otot memanjang

longitudinal. Fungsi esofagus yaitu: sebagai penghubung tekak dengan

lambung.

4) Ventrikuli (lambung)

Merupakan bagian dari saluran cerna yang dapat mengembang paling banyak

terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus, uteri

berhubungan dengan esofagus melalui ofifisiumpilorik, terletak dibawah

diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus

uteri. Bagian lambung terdiri dari:

a) Fundus Ventrikuli

Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum kardium dan

biasanya penuh berisi gas.

b) Korpus Ventrikel

Setinggi osteum kardium, atau suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura

minor.

c) Antrum Pylorus

Bagian lambung terbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk

Spinter Pylorus.

d) Kurfatura Minor
Terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari Osteum cardiac sampai

Pylorus.

e) Kurvatura Mayor

Lebih Panjang dari kurvatura minor terbentang dari atas kurvatura mayor

sampail impa.

Fungsi lambung terdiri dari:

(1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh peristaltic

lambung, dan getah lambung.

(2) Sekresi yaitu :kelenjar dalam mukosa lambung menghasilkan 1500 –3000

ml gastric juice (cairan lambung) perhari.

(3) Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali proton

diubah menjadi polipeptida.

(4) Absorbsisecara minimal, terjadi dalam lambung yaitu terjadi

absorbsialkoholglukosa dan beberapa obat.

(5) Pencegahan yaitu banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam

lambung oleh HCl.

(6) Mengontrol aliran chime (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)

kedalam duodenum akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari

fundus kepilorik.

5) Intestinum Minor (Usus Halus)

Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal

pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya ± 6meter dan diameter 2,5

cm. Merupakan saluran paling Panjang tempat proses pencernaan, dan absorbs

hasil pencernaan.Lapisan-lapisan usus halus terdiri dari :

a) Lapisan mukosa (sebelah dalam)


b) Lapisan otot melingkar (muskulus sirkuler)

c) Lapisan memanjang (muskulus longitudinal)

d) Lapisan serosa (sebelah luar)

Usus halus terdiri dari dalam 3 segmen yaitu:

(1) Duodenum

Disebut juga usus 12 jari, dimulai dari katub pilorik, lambung dengan

panjang 35 cm, sampai ke jejenum. Empedu dibuat di hati untuk

dikeluarkan di duodenum melalui ductus koledoktis, yang fungsinya,

mengemulsi lemak, dengan bantuan lipase pankreas juga menghasilkan

amylase yang fungsinya mencerna hidrat arang menjadi sakanda, dan

trusin berfungsi mencerna protein menjadiasam amino menjadi albumin

dan polipeptida. Fungsi duodenum yaitu memproduksi getah intestinum

yang terdapat pada lapisan mukosa dari dinding duodenum.

(2) Jejenum

Panjangnya 2,5meter, merupakan bagian terendah dari usus halus sampai

ke ileum.

(3) Ileum

Panjangnya 3,6 meter, merupakan bagian akhir dari usus halus, bergabung

dengan kolon pada katub ileusekal. Katub ini mengontrol aliran ke kolom

dan mencegah reflekske usus halus, Gerakan jejenum dan ileum menekan

Gerakan peristaltic dan sekmen talujung terminal ileum bermuara ke

dalam seikun.

(4) Mukosa usus halus


Permukaan epitel yang sangat luas meliputi lipatan mukosa dan

mikrovilime mudah kan perencanaan dan absorbsi, lipatan ini dibentuk

oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar usus.

(5) Absorbsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus

melalui dua saluran yaitu: pembuluh darah dan saluran limfe, di sebelah

dalam permukaan vili usus. Vili usus berisi lacteal, pembuluh darah

epithelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid. Vili

keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan

lemak yang diabsorbsi kedalam lacteal, melalui pembuluh limfe masuk

kedalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena aorta dibawa kehati

untuk mengalami beberapa perubahan.

Fungsi usus halus adalah:

(a) Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui

kapiler darah dan saluran limfe.

(b) Mencerna protein dalam bentuk asam amino.

(c) Menghasilkan getah usus, yaitu enterokenase, mengaktifkan enzim

proteolitik dan eripsin dan mennyempurkan percernaan protein

menjadi asam amino.

Isi Duodenum adalah alkali, isinya yang cair dijalankan oleh

serangkaian Gerakan peristaltik yang cepat setiap Gerakan lamanya,

satu sekon antara dua Gerakan ada istirahat beberapa sekon.

Ada 2 Jenis gerakan lain seperti Gerakan sebagai berikut:

1. Gerakan segmental adalah Gerakan konstruksi serabut sirkuler,

hal ini memungkinkan isi yang cair sementara bersentuhan

dengan dinding usus untuk disastive dan absorbsi.


Kemungkinan segmen yang berisi hilang untuk timbul lebih

jauh lagi dalam usus halus.

2. Gerakan pelindung atau asuhan menyebabkan isi usus

bercampur dua cairan pencerna masuk duodenum melalui

saluran saluran mereka yaitu: empedu melalui hati dan salauran

pancreas dari pankreas.

(6) Intestinum Mayor (usus besar)

Panjangnya ± 1,5 m, dan lebarnya 5 –6 cm. Lapisan-lapisan usus Besar

dari dalam keluar yaitu:

a) Selaput lendir

b) Lapisan otot melingkar

c) Lapisan otot memanjang.

Usus besar dibagi 3 segmen yaitu :

a) Sekum

Di bawah sekum terdapat apendiks vermivormis berbentuk cacing

hingga disebut umbai cacing, panjang 6 cm.

b) Kolon

Kolon terdiri dari :

(1) Kolon asendens

Terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dan

ileum kebawah hati dengan panjang 13 cm. Di bawah hati

melengkung kekiri, kemungkinan ini disebut fleksura hepatica

dilanjutkan sebagai kolon transversum yang fungsinya sebagai

pelindung imunulogis.

(2) Kolon transversum


Panjangnya ± 8 cm, membujur dari kolon asendens sampai kolon

desendens, berada di bawah abdomen. Sebelah kanan terdapat

fleksura hepatica dan sebelah kiriter dapat fleksura lienalis yang

fungsinya sebagai penyerap kembali.

(3) Kolon Desendens

Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri

membujur dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan

ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid. Fungsinya sebagai

penyerapan kembali dan sebagai pembentuk antinja (feces).

c) Rektum

Terletak di bawah kolon simoid yang menghubungkan intestinum

mayor dengan usus, terletak di rongga pelvisi didepan osteum secrum

dan osteumkoksigis. Fungsi usus besar terdiri dari menyerap air dari

makanan, tempat tinggal dari bacteri coli, tempat feces.

(7) Anus

Bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan

dunia luar Terletak didalam pelvisi, dindingnya diperkuat 3 spinkter, yaitu:

(a) Spinkter ani internus bekerja tidak menurut kehendak.

(b) Spinkter revator ani bekerja tidak menurut kehendak

(c) Spinkter ani eksternus bekerja menurut kehendak

2. Pengertian
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit

akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air

atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan

dari orang yang terinfeksi.(WHO 2007)


Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh

tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang

terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan

urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases

penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang

sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter, Demam tifoid

termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi

banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan

komplikasi serius yang berakibat fatal

3. Etiologi

Menurut [ CITATION AAM15 \l 1033 ] Etiologi demam tifoid adalah

salmonella typhi. Mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negatif, bersifat

aerob dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen

antigen,yaitu : antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan

bersifat spesifik group, antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein

dalam flagella dan bersifat spesifik spesies, antigen virulen (Vi) merupakan

polisakarida dan berada dikapsul yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen

Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin S.Typhi

menghasilkan endotoksin yang merupakan bagian terluar dari dinidng sel,terdiri

dari antigen O yang sudah dilepaskan,lipopolisakarida dan lipid A. Ketiga antigen

di atas di dalam tubuh akan membentuk antibodi aglutinin. Antigen ke empat

adalah Outer Membrane Protein (OMP). Antigen OMP merupakan bagian dari

dinding sel terluar yang terletak di luar membrane sitoplasma dan lapisan

peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.Salmonella typhi


hanya dapat hidup pada tubuh manusia. Sumber penularan berasal dari tinja dan

urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan.

4. Patofisiologi

Salmonella typhi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam tubuh

manusia. Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi dapat

mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka

waktu yang bervariasi (Ardiaria, 2019). Infeksi Salmonella enterica serotype typhi

pada orang sehat berkisar antara 1.000 dan 1 juta organisme tetapi tergantung

kondisi imun tubuh manusia (Ashurst,Truong,& Woodbury, 2019).

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri

ke lumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, bertahan hidup

di aliran darah, dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keluarnya

elektrolit dan air ke lumen intestinal. Bakteri Salmonella typhi bersama makanan

atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung

dengan suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan

mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan

menembus dinding usus tepatnya di ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang

melapisi Peyer’s patch merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi

Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak

pada mukosa usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.

Kemudian mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang

melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System

(RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella typhi keluar

dari habitatnya melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai

hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patch dari ileum
terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau

dikeluarkan melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa,

kelenjar limfoid intestinal, dan mesenterika untuk melepaskan produknya yang

secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik

menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid (Ardiaria, 2019).

Penularan Salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita

atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi

transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan

bakterimia kepada bayinya (Pruss, 2016).

5. Manifestasi Klinis

Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama

serotype Salmonella Typhi. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas

dan sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih

dari 5 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya

gangguan kesadaran, serta bradikardia relative.Umumnya perjalanan penyakit ini

berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.[

CITATION Rah19 \l 1033 ]

Gejala dapat muncul setelah masa inkubasi 7 – 14 hari. Gejala klinis bervariasi

mulai dari ringan sampai berat. Pada minggu pertama gejala serupa dengan

penyakit infeksi akut lain seperti demam, nyeri kepala, pusing, mialgia, anoreksia,

mual, muntah, obstipasi atau diare, rasa tidak nyaman di perut, batuk, dan

epistaksis. Demam meningkat perlahan

terutama sore hingga malam.3,5 Gejala pada minggu kedua lebih jelas berupa

bradikardia relatif, lidah berselaput (kotor di bagian tengah dan tepi, kemerahan
pada ujung dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, hingga

perubahan status mental (somnolen, sopor, koma, delirium, psikosis). Rose spot

(ruam makulopapular, salmon-colored, dan pucat) dapat muncul terutama di

bagian dada pada akhir minggu pertama dan hilang setelah 2 – 5 hari.[ CITATION

Har21 \l 1033 ]

Manifestasi klinis demam tifoid yang timbul dapat bervariasi dari gejala

ringan hingga berat. Gejala klinis yang klasik dari demam tifoid diantaranya

adalah demam, malaise, nyeri perut dan konstipasi. Pemeriksaan kultur

merupakan pemeriksaan gold standard untuk

menegakkan diagnosis demam tifoid. Namun harganya yang mahal dan waktu

pemeriksaan yang lama membuat pemeriksaan kultur ini jarang dilakukan.

[CITATION Lev202 \l 1033 ]

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang perlu

dilakukan dalam menegakkan diagnosa demam tifoid,diantaranya :

1. Pemeriksaan leukosit : jumlah normal leukosit,leukopenia,leukositosis.

2. Anemia ringan,LED meningkat,SGOT,SGPT dan fosfat alkali meningkat.

3. Minggu pertama biakan darah S.Typi positif,dalam minggu berikutnya

menurun.

4. Biarkan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.

5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang

memastikan diagnosis.Pada reaksi widal titer agglutinin O dan H

meningkat sejak minggu kedua.Titer reksi widal diatas 1:200 menyokong

diagnosis.Beberapa factor yang memepengaruhi tes widal,diantaranya

:pengobatan dini dengan antibiotik,gangguan pembentukan antibody dan


konsumsi kortikosteroid,waktu pengambilan,darah endemic,riwayat

vaksin.

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] penatalaksanaan medis pada pasien demam tifoid

meliputi :

1) Obat-obat

a) Pemberian terapi Antimikroba seperti :

(1) Kloramfenikol 4X500 mg sehari/iv (14-21 hari)

(2) Tiamfenikol 4X500 mg sehari oral

(3) Kontrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (sulfametoksazol 400 mg +

trimethoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv,dilarutkan dalam 250 ml

cairan infus

(4) Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv dibafi dalam 3

atau 4 dosis

(5) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam

(6) Floroquinolon dosis harian 15mg/kg BB,dengan lama pemberian 5-7

hari

(7) Ceftrixon dosis harian 75mg/kg BB,dengan lama pemberian 10-14

hari.Pemberian cephalosporins (cefixime ceftriaxone) dan

azithromycin merupakan alternative pengobatan yang diberikan untuk

mengurangi kerentanan terhadap penggunaan ciprofloxacin

(a) Antiseptic seperlunya

(b) Vitamin B kompleks dan vitamin C.

8. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] penatalaksanaan keperawatan pada pasien demam

tifoid meliputi :

a) Tirah Baring atau bed rest

Penatalaksanaan ini bertujian untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi

(pendarahan usus atau perforasi usus)terhadap penderita demam tifoid.Seluruh

aktivitas pasienn selama dirawat dilakukan ditempat tidur,dengan harapan

mempercepat proses penyembuhan.

b) Diit lunak rendah serat atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan

buahan,dengan serat kasar),kecuali pada intestinal.Beberapa penelitian

menunjjukkan bahwa diit padat dini,pemberian nasi dengan lauk renda

selulosa aman diberikan pada penderita demam tifoid.Dengan pemberian diit

ini,diharapkan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan mencegah kekambuhan

pasien.Manajemen nutrisi pada penderita demam tifoid diharapkan tinggi

kalori,cukup cairan,tidak merangsang,tidak menimbulkan banyak gas.

c) Mobilisasi berharap setelah 7 hari bebas demam,melatih kekuatan otot dan

kemandirian pasien setelah demam hilang.

d) Pemberian promosi kesehatan bagi pasien dan keluarga,diantaranya tentang

diet sehat penderita demam tfoid,pencegahan kekambuhan bagi penderita

demam tifoid.promosi kesehatan pada penderita demam tifoid lebih efektif

dilakukan secara face to face dengan estimasi waktu selama 15-30

menit,dengan metode ceramah dan alat bantu leaflet,dengan metode ini pasien

dan keluarga mampu bertanya dan berinteraksi secara bebas dan terbuka

dengan petugas kesehatan.Dalam pemberian promosi kesehatan perawat perlu

memperhatikan tingkat pengetahuan pasien dan keluarga,keluasan informasi

yang telah didapatkan oleh pasien dan keluarga sebelumnya terkait dngan
demam tifoid,serta nilai-nilai budaya yag dianut oleh pasien dan keluarga,dan

tingkat pendidikan pasien dan keluaga secara efektif dan efisien.

e) Melatih pencegahan,dengan mengajarkan pentingnya cuci tangan dengan

sabun di air yang mengalir,terutama sebelum makan,setelah buang air kecil

dan buang air besar,menangani popok kotor,sprei,menjaga kebersihan

diri,hindari jajan makanan sembarangan,memasak air hingga mendidih 1

menis sebelum dikonsumsi,hindari makanan mentah.

9. Komplikasi

Menurut [ CITATION Koe21 \l 1033 ] seseorang dengan demam thyphoid seringkali

mengalami komplikasi setelah dua minggu tidak mengalami perbaikan

kondisi,dengan besar angka kejadian 10-15% dari pasien tipes.Komplikasi yang

dialami oleh pasien tersebut,diantaranya :

a) Pendarahan intestinal

b) Perforasi intestinal

c) Ileus paralitik

d) Renjatan septik

e) Pielonefritis

f) Kolesistisis

g) Pneumonia

h) Miokarditis

i) Peritonitis

j) Meningitis

k) Ensefalopati

l) Bronkitis
B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Menurut [ CITATION Rat16 \l 1033 ]pengakajian meliputi :

a) Anamnesis berisi tentang identitas pasien,keluhan utama.

b) Riwayat penyakit sekarang, yaitu tentang keluhan yang dirasakan pasien

hingga pasien rawat inap di rumah sakit.

c) Riwayat penyakit dahulu, yaitu Apakah pasien pernah dirawat dengan

penyakit yang sama atau penyakit yang lain yang berhunbungan dengan

penyakit sistem pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit Typhoid

Abdominalis

d) Riwayat penyakit keluarga,yaitu mengenai Ada tidaknya di dalam anggota

keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit

gastrointestinal lainnya.

e) Observasi pemeriksaan fisik

Observasi keluhan pasien mengenai hipertermi,dan pemerikasaan fisik

dengan pendekatan IPPA (Inspeksi, palpasi, pekusi, auskultasi.

Menggunakan Lembar Observasi terlampir.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, [ CITATION Fad16 \l 1033 ]

a) Definisi diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas

terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.


b) Klasifikasi Diagnsosis Keperawatan

International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan

suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International Nurses Council

International Classification for Nursing Practice (ICNP). Sistem klasifikasi ini

tidak hanya mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan, tetapi juga

mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan.

Sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi

terminologi keperawatan yang digunakan di berbagai negara diataranya seperti

Clinical Care Classification (CCC), North American Nursing Diagnosis

Association (NANDA), Home Health Care Classification (HHCC).

Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT),

International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF),

Nursing Diagnostic System of the Centre for Nursing

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi lima kategori, yaitu Fisiologis,

Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake & Coenen, 1998).

Gambar 2.2 klasifikasi diagnosis keperawatan


Sumber: buku SDKI
c) Jenis diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan

Diagnosis Positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi

sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan

mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,

pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan

Diagnosis Risiko. Sedangkan Diagnosis Positif menunjukkan bahwa klien

dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal.

Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015,

Standar Praktik Keperawatan Indonesia - PPNI, 2005).

Gambar 2.3 jenis diagnosa keperawatan


Sumber: Buku SDKI

Jenis-jenis Diagnosis keperawatan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut

(Carpenito 2013; Potter & Perry, 2013)

a) Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah

kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi

pada klien
b) Diagnosis Risiko

Diagnosis Risiko Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan

klien berisiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan

tanda/gejala mayor dan minor pada klien, namun klien memiliki faktor

risiko mengalami masalah kesehatan.

c) Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien

untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau

optimal

d) Komponen Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu Masalah

(Problem) atau Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik Masing masing

komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:

a) Masalah (Problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan

inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau penjelas dan

Fokus Diagnostik.
Gambar 2.4 contoh deskriftor dan fokus diagnosis
pada diagnosis keperawatan
sumber: Buku SDKI

b) Indikator Diagnostik

Indikator diagnostik terdiri dari atas penyebab, tanda/gejala dan faktor

risiko sebagai berikut :

(1) Penyebab (etiologi)

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status

kesehatan. Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu:

(a) Fisiologis, Biologis atau Psikologis

(b) Efek Terapi/Tindakan

(c) Situasional (lingkungan atau personal)

(d) Maturasional.

(2) Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)

Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan

gejala merupakan data subjektif yang di peroleh dari hasil anammesis

tanda/gejala di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu :

(a) Mayor, tanda/gejala di temukan sekitar 80%-100% untuk validasi

diagnosis

(b) Minor, tanda/gejala tidak harus di temukan, namun jika di temukan

dapat mendukung penegakan diagnosis

(3) Faktor risiko

Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan

klien mengalami masalah kesehatan


Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas

penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak memilki

penyebab dan tanda/gejala hanya memiliki faktor risiko. Sedangkan

pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala yang

menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih

optimal.

e) Proses Penegakan Diagnsosis Keperawatan

Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) atau mendiagnosis

merupakan suatau proses yang sistematis yang terdiri dari atas tiga tahap, yaitu

: analis data, identifikasi masalah dan perumusan diagnostik.

Gambar 2.5 tahap proses penegakan diagnosis


Sumber: Buku SDKI

Proses penegakan diagnosis diuraikan sebagai berikut :

(1) Analisis data

Analisis data di lakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(a) Bandingkan data dengan nilai normal


Data-data yang di dapatkan dari pengkajian di abndingkan dengan

nilai-nilai normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna

(significiant cues)

(b) Kelompokkan data

Tanda/gejala yang di anggap bermakna di kelompokkan berdasarkan

pola kebutuhan dasar yang meliputi respirasi sirkulasi, nutrisi/cairan,

eliminasi, aktivitas/istirahat, neusensori, reproduksi/seksualitas,

nyeri /kenyamanan, integritas ego,pertumbuhan/perkembangan,

kebersihan diri, penyuluhan/pembelajaran, interaksi sosial, dan

keamanan/proteksi. Proses pengelompokan data dapat di lakukan baik

secara induktif maupun desuktif. Secara Induktif dengan memilah data

sehingga membentuk sebuah pola, sedangkan secara deduktif dengan

menggunakan kategori pola kemungkinan mengelompokkan data

sesuai kategorinya.

(2) Identifikasi masalah

Setelah data analisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi

masalah aktual, risiko dan/promosi kesehatan, pertanyaan masalah

kesehatan merujuk ke label diagnosis keperawatan

(3) Perumusan diagnosis keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis di sesuaikan dengan jenis diagnosis

keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis, yaitu :

(a) Penulisan Tiga Bagian (three part)

Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab, dan tanda/gejala.

Metode penulisan ini hanya di lakukan yang diagnosis aktual sebagai

berikut :
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan

Tanda/Gejala

Atau

Masalah b.d Penyebab d.d Tanda/gejala

(b) Penulisan Dua Bagian ( Two part)

Metode penulisan ini di lakukan pada diagnosis risiko dari diagnosis

promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut :

(1) Diagnosis Risiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

(2) Diagnosis Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda/gejala

Menurut[ CITATION Fad17 \l 1033 ]. Diagnosa keperawatan yang muncul pada

tifoid adalah :

a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (typoid)

b) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal

c) Risiko hipovolemia dengan faktor risiko kehilangan volume

d) Defisit perawatan diri : mandiri berhubungan dengan penurunan motivasi

3. Intervensi

Menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, (Fadilah, Purjanto,

Sutoto, & Ariyadi, 2016)

a) Definisi intervensi dan tindakan keperawatan

(1) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan oleh

perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang di harapkan.


(2) Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang di

kerjakan oleh perawat untuk mengimplemtasikan intervensi keperawatan

b) Klasifikasi Intervensi keperawatan

Klasifikasi atau taksonomi merupakan sistem pengelompokan berdasarkan

hirearki dari yang bersifat lebih umum/tinggi ke lebih khusus/rendah

pengklasifikasikan intervensi keperawatan di maksudkan untuk memudahkan

penelusuran intervensi keperawatan, memudahkan untuk memahami beraneka

ragam intervensi keperawatan yang sesuai dengan area praktik dan/atau

cabang disiplin ilmu, serta memudahkan pengkodean (coding) untuk

penggunaan berbasis komputer ( computer-based). Sistem klasifikasi Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia terdiri atas 5 (lima) kategori dan 14

subkategori dengan uraikan sebagai berikut :

(1) Fisiologis

Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung fungsi

fisik dan regulasi homeostatis, yang terdiri atas.

(a) Respirasi yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang

memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi

(b) Sirkulasi yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

jantung dan pembuluh darah

(c) Nutrisi dan Cairan, yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan regulasi

cairan/elektrolit

(d) Eliminasi, memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

eliminasi fekal dan urinaria


(e) Aktivitas dan Istirahat, yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi serta

istirahat/tidur

(f) Neurosensori, memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

otak dan saraf

(g) Reproduksi dan Seksualitas, yang memuat kelompok intervensi yang

melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas

2) Psikologis

Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung fungsi dan

proses mental, yang terdiri atas:

(a) Nyeri dan Kenyamanan, yang memuat kelompok intervensi yang

meredakan nyeri dan meningkatkan kenyamanan

(b) Integritas Ego, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan

kesejahteraan diri sendiri secara emosional

(c) Pertumbuhan dan Perkembangan, yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan

3) Perilaku

Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung perubahan

perilaku atau pola hidup sehat, yang terdiri atas:

(a) Kebersihan Diri, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan

perilaku sehat dan merawat diri

(b) Penyuluhan dan Pembelajaran, yang memuat kelompok intervensi yang

meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku sehat

4) Relasional
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung hubungan

interpersonal atau interaksi sosial, terdiri atas:

(a) Interaksi Sosial, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan

hubungan antara individu dengan individu lainnya.

5) Lingkungan

Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung keamanan

lingkungan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan, yang terdiri atas:

(a) Keamanan dan Proteksi yang memuat kelompok intervensi yang

meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko cedera akibat ancaman

dari lingkungan internal maupun eksternal.

c) Komponen Intervensi Keperawatan

Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga komponen yaitu

label, definisi dan tindakan, dengan uraian sebagai berikut :

(a) Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang

merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi

keperawatan tersebut. Label intervensi keperawatan terdiri atas satu atau

beberapa kala yang diawali dengan kata benda (nomina), bukan kata kerja

(verba), yang berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi

keperawatan.

(b) Definisi

Komponen ini menjelaskan tentang makna dar label intervensi

keperawatan. Definisi label intervensi keperawatan diawali dengan kata

karja (verba) berupa perlaku yang dilakukan oleh perawat, bukan perlaku

pasien.
(c) Tindakan

Komponen ini merupakan rangkaian perlaku atau aktivitas yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi kaperawatan

Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Berman et al. 2015 Potter & Perry,

2013; Saba, 2007 Wilkinson et alt 2016).

(a) Tindakan Observasi

Tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

status kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-

kata periksa, identifikasi atau monitor Dianjurkan menghindari

penggunaan kata kaji karena serupa dengan tahap awal pada proses

keperawatan dan agar tidak rancu dengan tindakan keperawatan yang

merupakan tahap pascadiagnosis, sementara pengkajian merupakan

tahap prediagnosis

(b) Tindakan Terapeutik

Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulihkan status

kesehatan pasien alau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan

pasien Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata berikan,

lakukan, dan kata-kata lainnya.

(c) Tindakan Edukasi

Tindakan yang ditujukan untuk meningkalkan kemampuan pasien

merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh peniaku baru

yang dapat mengatasi masalah. Tindakan ini umumnya menggunakan

kata-kata ajarkan, anjurkan atau latih

(d) Tindakan kolaborasi


Tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat lainnya

maupun dengan profsi kesehatan lainnya. Tindakan ini membutuhkan

gabungan pengetahuan, keterampilan dari berbagai profesi kesehatan.

d) Penentuan Intervensi Keperawatan

Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan

beberapa faktor sebagai berikut (Delaune & Ladner, 2011, Gordon, 1994.

Polter & Perry 2013)

(1) Karakteristik Diagnosis Keperawatan

Intervensi keperawatan diharapkan dapat mengatasi etiologi atau tanda

gejala diagnosis keperawatan Jika etiologi tidak dapat secara langsung

diatasi. maka intervensi keperawatan diarahkan untuk menangani tanda

gejala diagnosis keperawatan. Untuk diagnosis risiko, intervensi

keperawatan diarahkan untuk mengeliminasi faktor risiko.

(2) Luaran (Outcome) Keperawatan yang Diharapkan

Luaran Keperawatan akan memberikan arahan yang jelas dalam penentuan

intervensi keperawatan Luaran keperawatan merupakan hasil akhir yang

diharapkan setelah pemberian intervensi keperawatan.

(3) Kemampulaksanaan Intervensi Keperawatan

Perawat perlu mempertimbangkan waktu, tenaga/staf dan sumber daya

yang tersedia sebelum merencanakan dan mengimplementasian intervensi

keperawatan kepada pasien

(4) Kemampuan Perawat

Perawat diharapkan mengetahui rasionalisasi ilmiah terkait intervensi

keperawatan yang akan dilakukan dan memiliki keterampilan

psikomotorik yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi


keperawatan tersebut Standar ini memuat intervensi-intervensi yang

memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus beberapa diantaranya

yaitu Manajemen Alal Pacu Jantung Manajemen Ventilasi Mekanik,

Terapi Akupresur Terapi Akupuntur. Terapi Bekam. Terapi Hipnosis.

(5) Penerimaan Pasien

Intervensi keperawatan yang dipilih harus dapat diterima oleh pasien dan

sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh pasien

(6) Hasil Penelitian

Bukti penelitian akan menunjukkan efektivitas intervensi keperawatan

pada pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka perawal dapat

menggunakan prinsip ilmiah atau berkonsultasi dengan perawat spesialis

dalam menentukan pilitian intervensi keperawatan

4. Tindakan Keperawatan/Implementasi

Implementasi asuhan keperawatan yaitu pembahasan, pada tahap ini meliputi

pelaksanaan rencana tindakan perawatan yang dapat dilakukan dan yang tidak
dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing – masing diagnosa.

[ CITATION DOH11 \l 1033 ]

Implementasi adalah melaksanakan tindakan yang ada direncana tindakan

keperwatan. Pengkajian kembali terjadi bersamaan dengan fase implementasi

proses keperawatan, hasil yang diharapkan selama fase perencanaan berfungsi

sebagai kriteria untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan perbaikan status

kesehatan. Fase implementasi berakhir dengan dokumentasi tindakan keperawatan

dan respon pasien[ CITATION Sua19 \l 1033 ]

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan yang telah

digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah

dibuat , apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai

dengan meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan [ CITATION

DOH11 \l 1033 ]

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Bila hasil evaluasi menunjukan tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu

disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi

perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula

direncanakan waktu yang sesuai dengan kesedian keluarga[ CITATION Sua19 \l 1033 ]
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Desain penelitian merupakan pola atau bentuk penelitian yang diinginkan,

untuk memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan

penelitian dan memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan.

(mulyadi , 2012).

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi suatu masalah

keperawatan dengan gangguan kebutuhan dasar pada demam tifoid. Pada studi kasus

ini, yang menjadi reponden adalah pasien dengan memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif. Selama 2 hari perawatan pasien akan diobservasi, tujuan utama

dalam rancangan penelitian ini adalah untuk memaparkan atau menggambarakan

tentang studi kasus keadaan secara objektif.

Dalam menyusun studi kasus ini yaitu menggunakan metode pendekatan

dengan proses keperawataan yang terdiri dari pengkajian, prioritas masalah,

perencanaan dan evaluasi.

B. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian dilaksanakan di rumah sakit dirgahayu samarinda di ruang rawat inap St.

Gabriel 3 selama 4 hari, yaitu pada tanggal 09 desember 2021 sampai dengan 12

desember 2021.

C. Subjek penelitian

pada sub bab ini menganalisis tentang karakteristik subjek peneliti atau kasus yang

diteliti. Subjek yang digunakanan adalah pasien dengan diagnosa demam tifoid.

D. Pengumpulan data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

1) Dilakuakan wawancara kepada pasien.

Disini peneliti bertemu langsung degan pasien dan keluarga dengan mengajukan

beberapa pertanyaan untuk mengumpukan data yang akurat.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Dalam mengobservasi studi kasus asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami demam tifoid dengan gangguan kebutuhan dasar dilakukan IIPA yaitu

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pasa setiap system tubuh klien.

3) Studi dokumentasi

Dokumentasi berupa hasil dari pemeriksaan diagnosis data lain yang relavan

E. Analisa data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sampai semua data terkumpul.

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta yang ada, selanjutnya

dengan membandingkan teori yang ada dengan opini pembahasan. Teknik analisis

dilakukan dengan cara mengumpulkan jawaba-jawaban yang diperoleh dari hasil


wawancara yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingan dengan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut.

F. Etika penelitian

Pelaksanaan studi kasus ini mendpat peretujuan dari stikes dirgahayu samarinda.

setelah mendapat ijin penelitian, peneliti melakukan penelitian dengan berpegang

pada prinsip etika penelitian yaitu menghormat (respect for person), berbuat baik

(beneficence&non maleficence), keadilan (handayani , 2018)

Untuk memenuhi penelitian tersebut dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Menghormati harkat martabat manusia (respect for person)

dijelaskan bahwa manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak

dan bertanggung jawab penuh dalam keputusannya sendiri. Dalam etika ini

peneliti menghormati keputusan responden jika ingin ikut terlibat didalam

penelitian, peneliti tidak boleh memaksa tetapi menghormati keputusan dari

responden.

2) Berbuat baik (beneficence)

Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain, dilakukan

dengan upaya manfaat maksimal dan kerugian minimal. Diharapkan selama

melakukan penelitian tidak merugikan subjek (responden) atau penyalahgunaan

tindakan.

3) Keadilan ( justice)

Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap

orang sama dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya.
Dalam prinsik etik keadilan, peneliti tidak boleh memperlakukan responden secara

berbeda karna atas dasar hal apapun baik itu ras, agama, social maupun perbedaan

yang berunsur pribadi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pasien 1

1. Lokasi penelitan

Dalam bab ini penulis akan menyajikan suatu kasus dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Adapun kasus

yang disajikan adalah pasien dengan Thypoid, Tn. S yang dirawat di ruangan

Gabriel III RS Dirgahayu Samarinda sejak tanggal 19 Mei 2019 dan dirawat oleh

penulis dengan tiga hari perawatan yaitu dari tanggal 20 sampai 22 mei 2019.

Data yang diperoleh adalah berdasarkan pengamatan secara langsung anamnese

pasien dan keluarganya, informasi dari perawat serta catatan keperawatan dan

rekam medis.
Pengkajian

1. Data Demografi a.

Biodata Pasien

Pasien Tn. R berumur 50 tahun jenis kelamin laki-laki. pasien

berstatus kawin, istri masih hidup, agama Islam, suku Jawa warga

negara Indonesia. Klien bekerja sebagai pedagang nasi goreng.

Pendidikan terakhir klien adalah SD dan klien tinggal di Jl. Sultan

Alimudin.

Penanggung Jawab
Nama istri Ny. S alamat Jl. Sultan Alimudin hubungan penanggung

jawab dengan klien adalah istri.

2. Keluhan Utama

a. Keluhan Utama saat MRS (Masuk Rumah Sakit)

Nyeri kepala kurang lebih empat hari yang lalu, lalu ia datang

kerumah sakit Dirgahayu untuk melakukan pengobatan dan di rawat

di ruang Gabriel III.

b. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Nyeri kepala

3. Riwayat Kesehatan

Klien mengatakan nyeri kepala, nyeri terasa nyut-nyut, nyeri kepala

bagian kanan, nyeri skala 6, nyeri muncul kurang lebih 3-5 menit, nyeri

hilang dengan sendiri. Klien mengatakan 1 tahun yang lalu pernah dirawat

dirumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu tipes, pasien mengatakan

tidak ada keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit seperti Thypoid,

tekanan darah tinggi, dan diabetes melitus.

Setelah dilakukan pengkajian pada riwayat kesehatan ditemukan masalah

keperawatan Nyeri akut.

4. Pengkajian pola kesehatan

a. Kajian Manajemen Kesehatan Dan Persepsi Kesehatan

Klien mengatakan sehat adalah keadaan dimana ia bisa melakukan

aktivitas. Klien mengatakan sakit adalah keadaan


ketika ia tidak bisa melakukan aktivitas. Klien mengatakan tidak

mengetahui tentang penyakitnya. Pasien mengatakan jika sakit ia berobat

ke rumah sakit. Klien mengatakan ia berusaha mengatur pola hidup sehat.

Klien mengatakan ia patuh dalam menjalankan pengobatan. Setelah

dilakukan pengkajian pola kesehatan pada pasien ditemukan masalah

keperawatan yaitu defisiensi pengetahuan.

5. Kajian metabolik nutrisi

a. Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan bahwa sebelum sakit makan dua kali dalam sehari,

makanan yang di konsumsi adalah nasi goreng, minum air putih

dalam seharian 1000 ml.

Berat badan sebelum sakit 57 kg, tidak ada perubahan berat badan

saat sakit.

b. Keadaan saat ini

Klien mengatakann bahwa setelah sakit nafsu makannya sedikit

menurun, dia hanya mampu menghabiskan setengah porsi bubur.

Makanan yang dikonsumsi adalah bubur sop bercampur wortel dan

ayam, ikan, tahu goreng, klien makan tiga kali dalam sehari.

Intake cairan oral 600 cc/hari dan IWL 57x15 = 855 cc/hari. Tabel

3.1 Penghitungan Balance Cairan 24 Jam


No Intake (asupan) Output (haluaran)
1 Minum: 600 cc IWL: 15 x 57 = 955
2 Infus: 500 cc Urin: 500 CC
3 BAB: --
Total 1.100 1.355
Balance 1.100-1.355
cairan = -255 cc

Berat badan 57 kg tinggi badan 155 cm IMT 23,7 berat badan lebih.

Tidak ada alergi pada makanan maupun obat-obatan dan tidak

mengkonsumsi suplemen makanan, saat ini nafsu makan pasien

menurun. Klien mengeluh sakit pada abdomen region ke iliaka kanan.

Diet Klien saat ini adalah makanan lunak. Klien mengatakan

menyukai semua makanan. Klien menghabiskan minum air putih

sebanyak 600 cc/hari. Mulut pasien tampak bersih dan warna mukosa

mulut merah muda tampak lembab. Tidak ada pembesaran hepar.

Klien belum ada BAB selama di rumah sakit. Dari hasil pengkajian

pada metabolik dan nutrisi tidak ditemukan masalah keperawatan.

6. Kajian Pola Eliminasi

a. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah pada pola

eliminasi, BAB satu kali dalam sehari dan BAK empat kali dalam

sehari, tidak ada nyeri tekan pada regio hipogastrik.

b. Keadaan saat ini :

Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah pada pola

eliminasi, belum ada BAB sejak masuk rumah sakit dan BAK
lima kali dalam sehari, tidak ada nyeri tekan regio hipogastrik. BAK

bau amoniak, warna jernih kekuning. Dari hasil pengkajian pada pola

eliminasi tidak ada masalah keperawatan.

7. Kajian Pola Aktivitas Latihan

a. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah olahraga, tidak ada keluhan

saat beraktivitas.

b. Keadaan saat ini :

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam melakukan aktivitas.

Tabel 3.2 Bartel Indeks

No Fungsi Skor Nilai


skor
1 Makan Mandiri 2
2 Mandi Mandiri 1
3 Berdandan Mandiri : seka wajah, sisir 1
rambut, sikat gigi
4 Berpakaian Mandiri 2
5 BAB (mengendalikan Terkendali teratur 2
pembuangan feses)
6 BAK (mengendalikan Terkendali teratur 2
rangsang berkemih)
7 Penggunaan toilet, masuk Mandiri 2
dan keluar (melepas,
memakai celana,
membersihkan dan
menyiram)
8 Berubah sikap (berbaring Mandiri 3
ke kursi dan sebaliknya)
9 Berpindah/ berjalan/ Mandiri 3
mobilisasi
10 Naik turun tangga Mandiri 2
TOTA
L 20
Pada saat melakukan pengkajian pada pasien ditemukan bahwa klien

mandiri dan tidak ada masalah keperawatan pada kajian pola dan

aktivitas.

8. Kajian Pola Istirahat-Tidur

a. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan pola istirahat tidur di rumah selama 6 jam. Tidur

dari pukul 24:00 sampai dengan 06:00 pagi. Tidur siang biasa satu jam

atau hanya setengah jam saja. Tidak ada masalah dalam istirahat tidur

dirumah.

b. Keadaan saat ini :

Klien mengatakan susah tidur karena nyeri di kepala. Jumlah jam tidur

klien hanya setengah jam. Mulai tidur malam pukul 03:30 dan bangun

pukul 04:00, pola tidur tidak normal, terdapat lingkaran hitam di

bawah mata, klien terlihat mengantuk, klien terlihat lemas. Kebiasaan

yang dilakukan pasien sebelum tidur menonton televise. Dari hasil

pengkajian pada pola istirahat-tidur ditemukan masalah keperawatan

yaitu Insomnia.

9. Kajian Pola Persepsi Kognitif

a. Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan tidak ada masalah pada pendengaran, penciuman,

pengecap dan pendengaran.


b. Keadaan saat ini:

Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pendengaran, pencuiman,

pengecap dan pendengaran. Kemampuan mengingat klien baik. Klien

bisa berbicara dengan lancar. Dari hasil pengkajian pada pola persepsi

kognitif tidak ditemukan masalah keperawatan

10. Kajian Konsep Diri-Persepsi Diri

Bagian tubuh yang disukai klien adalah semua bagian tubuhnya, tidak ada

bagian tubuh yang tidak disukai. Klien merasa terganggu karena nyeri

kepala. Klien adalah seorang wirausaha pedagang nasi goreng. Klien

mengatakan bahwa dia pintar masak dan ia bersyukur dengan segala

kekurangannya. Klien mengatakan aktif mengikuti kegiatan pos

keamanan keliling di lingkungan sekitar rumahnya. Klien mengatakan

sebagai kepala rumah tangga dan sebagai pencari nafkah bagi keluarga.

Klien mengatakan bahwa ia menyukai pekerjaanya menjadi pedagang

nasi goreng. Dari hasil pengkajian pada pola konsep diri – persepsi diri

tidak ditemukan masalah keperawatan.

11. Kajian pola hubungan-peran

Klien mengatakan yang tinggal serumah adalah istrinya, dan juga

mengatakan yang paling dekat dengannya dia istrinya dan bahwa

hubungan dengan keluarga yang lain terjalin baik. Pasien mengatakan

setiap kali ada kegiatan sekitar rumah selalu ikut


ambil bagian. Dari hasil pengkajian pada pola hubungan peran tidak

ditemukan masalah keperawatan.

12. Kajian Pola Reproduksi-seksualitas

Klien mengatakan bahwa masih aktif dan mempunyai satu orang anak,

tidak ada pembesaran prostat. Dari hasil pengkajian pada pola reproduksi-

seksualitas tidak ditemukan masalah keperawatan

13. Kajian Pola Toleransi terhadap Stress-Koping

Klien mengatakan bahwa ia tidak ada masalah, klien mengatakan jika

menghadapi masalah klien akan bercerita dan bermusyawarah pada

istrinya untuk mengatasi masalahnya, saat sakit klien banyak berdoa dan

mengikuti anjuran dokter. Orang terdekat dengan klien adalah istrinya.

Dari hasil pengkajian pada pola toleransi terhadap stress-koping tidak

ditemukan masalah keperawatan

14. Kajian Pola Sistem Kepercayaan

Klien mengatakan bahwa sebelum sakit ia kadang-kadang sholat, tetapi

setelah di rumah sakit tidak pernah sholat namun setiap makan dan tidur

selalu berdoa. Dari hasil pengkajian pada pola eliminasi tidak ditemukan

masalah keperawatan

15. Pemeriksaan fisik

Kesadaran Compos mentis dengan GCS (Glasgow Coma Scale) E (Eye) :

4, V (Verbal) :5, M (Motorik) : 6, klien tampak tenang dan terbaring di

tempat tidur, dan akral teraba hangat.


TD : 110/80 mmHg (pengukuran tekanan darah dilakukan pada

tangan kiri ), suhu : 36,6°c (pengukuran suhu di lakukan di axila ),

nadi : 80 kali/menit (irama nadi kuat, nadi terababa cepat dan kuat,

lokasi palpasi di radialis), pernapasan: 20 kali/menit irama teratur.

a. Kepala dan leher

Bentuk kepala bulat tidak ada lesi dan benjolan, lidah berwarna putih

kekuningan, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak ada ketombe.

Wajah tampak simetris, tidak terdapat edema pada kelopak mata dan

wajah. Hidung bersih terdapat sedikit sekret, tidak ada lesi, simetris,

tidak ada polip. Telinga bersih terdapat sedikit serumen, mulut dan

gigi tampak ada karies sedikit, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada

kesulitan untuk menelan. Skelera putih, konjungtiva merah muda,

pupil tampak isokor, dan tampak simetris, reaksi terhadap cahaya

positif/positif.

b. Thoraks

Pada pemeriksaan pola napas irama teratur auskultasi bunyi nafas

vesikuler kanan dan kiri. Tidak sesak napas, tidak ada penggunaan

otot bantu pernapasan, ada batuk sekitar 4 hari yang lalu, pergerakan

dada simetris tidak menggunakan alat

bantu nafas. Irama jantung reguler, CRT <2 detik tidak terdapat

distensi vena jugular.


c. Abdomen

Setelah dilakukan pemeriksaan bentuk perut normal, perut kembung,

ada nyeri tekan di regio iliaka kiri, bising usus 5x/menit tidak ada

pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien.

d. Ekstermitas

Tidak ada fraktur dan tidak ada dekubitus, Tidak ada luka. Kulit

normal akral terasa hangat dan turgor kulit sedang tidak ada edema.

Tidak ada pembesaran getah bening dan tidak mengalami masalah di

bagian kaki dan tangan


Pengkajian resiko jatuh pasien dewasa Morse Fall Scal

Tabel 3.3 Morse Fall Scale

No Resiko Skor
1 Mempunyai riwayat jatuh, baru atau dalam waktu 3 0
bulan terakhir :
Tidak √
2 Diagnosa Sekunder (medis/penyakit)>1 : 0
Tidak √
3 Ambulasi berjalan : 0
Bedrest/dibantu perawat √
4 Terpasang IV line / pemberian antikoagulan 20
(Heparin) obat lain yang mempunyai efek samping
yang menyebabkan jatuh :
Ya √
5 Cara berjalan / berpindah :
Normal/ bedrest/imobilisasi√
6 Status mental : 0
Normal / sesuai kemampuan diri √
TOTAL SKOR 20
Catatan :

Dari hasil pengkajian resiko jatuh didapatkan jumlah skor 24 = (Tidak

berisiko) dan tidak ditemukan masalah keperawatan.

e. Aspek medis

Diagnosa medis Tn. S adalah Thypoid, cairan infus isotonic ringer

laktat 20 tetes per menit, diet klien dirumah sakit adalah TKTP, obat

yang klien dapat selama di rumah sakit yaitu:


Tabel 3.4 Daftar Obat Pada Tn. S

No Nama dan Dosis Indikasi Kontraindikasi


rute
1 Ondancentron 4mg/2ml / 12 mencegah mual pada kehamilan,
/ IV dan muntah laktasi atau anak
jam akibat ≤3 tahun.
kemotrapi dan
pascaoprasi
2 Ceftriaxone / 1gr / 12 jam Sebagai hipersensitif
IV antibiotic terhadap
cephalosporin
3 Lansoprazole 30 mg / 12 Untuk untuk Hipersensitivitas
/ oral mengobati
jam penyakit yang
terkait kelebihan
asam lambung
4 Rebamipide / 100mg / 8 ulkus lambung Hipersensitivitas
oral dengan
jam kombinasi
inhibitor faktor
ofesit gastritis
5 Paracetamol / 500mg / 8 tpereda nyeri jangan diberikan
oral dan demam pada penderita
jam gangguan ginjal
dan gangguan
hati
6 As. 500 mg / 12 nyeri ringan ulkus peptic,
Mefenamat / sampai sedang kehamilan, anak
oral jam seperti sakit <14 tahun.
kepala, sakit
gigi, nyeri otot,
nyeri pasca
operasi
f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tanggal 19 mei 2019

Tabel 3.5 Pemeriksaan Laboratorium

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan/ normal


Hematologi
1) Hemoglobin 14,2 g/dL 11,0-14,7 g/dL
2) Hematokrit 42 % 35,2-46,7 %
3) Eritrosit 4,51 x10ᶺ6/uL 3,69-5,46 x10*6/uL
4) Lekosit 8.800 / uL 4.000-10.000 /uL
a) Segmen 69,4 % 36,8-70,5 %
b) Limfosit 20,3 % 23,1-49,9 %
c) Monosit 10,3 % 4,3-10,0 %
5) Trombosit 208.000 /uL 150.000-400.000/uL
6) MCV 92,7 fL 80-100 fL
7) MCH 31,5 pg 26-34 pg
8) MCHC 34,0 g/dL 32-36 g/dL
9) PDW 15,7 9,6-15,2
10) MPV 8,1 fL 6,5-12,0 fL
12) PCT 0,2 % 0,2-0,4 %
13) P-LCR 21,1 % 0,19-0,39 %
14) RDW-CV 13,2 % 12,2-14,8 %
15) RDW-SD 46,5 fL 41,2-53,6 fL
Imunologi
1) Salmonela Typhi O 1/320 * NEGATIF
2) Salmonela Typhi H 1/160 * NEGATIF
3) Salmonela Paratyphi AO NEGATIF NEGATIF
4) Salmonela Paratyphi AH 1/160 * NEGATIF
5) Salmonela Paratyphi BO NEGATIF NEGATIF
6) Salmonela Paratyphi BH NEGATIF NEGATIF
7) Salmonela Paratyphi CO NEGATIF NEGATIF
8) Salmonela Paratyphi CH NEGATIF NEGATIF

g. Analisa Data

Tabel 3.6 Analisa Data

No Data (DS dan DO) Etiologi/Penyebab Masalah

1 DS : Agen cedera Nyeri akut


Klien mengatakan nyeri biologis
kepala, nyeri terasa nyut-
nyut, nyeri kepala skala 6,
nyeri bagian kanan, nyeri
muncul kurang lebih 3-5
menit, nyeri hilang dengan
sendiri.
DO :
a. TD : 110/80 mmHg
b. RR : 20x/menit
c. N : 80x/menit
d. Klien terlihat meringis
e. Nyeri tekan di bagian
region iliaka kanan
2 DS : Ketidaknyamanan Insomnia
a. Klien mengatakan tidak fisik (Nyeri kepala)
bisa tidur karena nyeri
di kepala.
b. Klien mengatakan nyeri
kepala, nyeri terasa
nyut-nyut, nyeri kepala
skala 6, nyeri bagian
kanan, nyeri muncul
kurang lebih 3-5 menit,
nyeri hilang dengan
sendiri.
c. Klien mengatakan
hanya tidur ½ jam
d. Klien mengatakan
susah tidur sejak 4 hari
yang lalu.
DO :
a. Terdapat lingkaran
hitam di mata
b. Klien terlihat mengantuk
c. Klien terlihat lemas
3 DS : Kurang sumber Defisiensi
Klien mengatakan tidak pengetahuan pengetahuan
mengetahui tentang tentang Thypoid
penyakitnya
DO :
Klien terlihat bingung saat
ditanya tentang
penyakitnya

B. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan

Klien mengatakan nyeri kepala, nyeri terasa nyut-nyut, nyeri kepala

skala 6, nyeri bagian kanan, nyeri muncul kurang lebih 3-5 menit,

nyeri hilang dengan sendiri. TD : 110/80


mmHg, RR : 20x/menit, N : 80x/menit, Klien terlihat meringis, Nyeri

tekan di bagian region iliaka kanan.

2. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri kepala)

ditandai dengan Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri di

kepala. Klien mengatakan nyeri kepala, nyeri terasa nyut-nyut, nyeri

kepala, skala 6, nyeri bagian kanan, nyeri muncul kurang lebih 3-5

menit, nyeri hilang dengan sendiri. Klien mengatakan hanya tidur ½

jam. Klien mengatakan susah tidur sejak 4 hari yang lalu. Terdapat

lingkaran hitam di mata Klien terlihat mengantuk.

3. Defisiensi pengetahuan tentang Thypoid berhubungan dengan kurang

sumber pengetahuan ditandai dengan klien mengatakan tidak

mengetahui tentang penyakitnya, klien terlihat bingung saat di tanya

tentang penyakitnya.
C. Rencana Keperawatan
Tabel 3.7 Rencana Keperawatan

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN


TANG KEPERAWATA NAMA
Ko
GAL N
de/
No
5 : secara konsisten menunjukkan
Senin Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan
,20-05- berhubungan selama 2x24 jam diharapkan pasien
2019 dengan agen Kontrol nyeri
cedera biologis
Indikator 1 2 3 4 5

Mengenali kapan nyeri terjadi √


Menggambarkan faktor √
penyebab
Menggunakan tindakan √
pencegahan
Menggunakan tindakan √
pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Melaporkan nyeri terkontrol √
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
3 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Manajemen nyeri
1 Lakukan pengkajian komprehensif yang 4 Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan
meliputilokasikarakteristik, menangani nyerinya dengan tepat
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
beratnya dan faktor pencetus. 5 Ajarkan menggunakan teknik
nonfarmakologi (relaksasi, terapi, musik)
2 Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien. Cindy 6 Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
Nyeri √
Senin Insomnia 20-05- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Keterangan skala :
berhubungan 3x24 jam diharapkan pasien Tidur 1 : berat
2019 dengan 2 : cukup berat
ketidaknyamana n Indikator 1 2 3 4 5 3 : sedang
fisik (nyeri 4 : ringan
kepala) Jam tidur √ 5 : tidak ada
Pola tidur √
Kualitas tidur √
Perasaan segar setelah tidur √
Suhu ruangan yang nyaman √
Keterangan skala :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
Indikator 1 2 3 4 5

Kesulitan memulai tidur √


Tidur yang terputus √
2 Jelaskan pentingnya tidur yang 4 Sesuaikan lingkungan (mis, cahaya,
Peningkata cukup selama sakit kebisingan, suhu, kasur, dan tempat tidur)
n tidur meningkatkan tidur
3 Monitor/catat pola tidur pasien dan
1 Tentukan pola jumlah jam tidur 5 Anjurkan untuk tidur siang di siang hari
tidur/aktivitas Cindy untuk memenuhi kebutuhan tidur

6 Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur

Senin, Defisiensi 20-05- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 Pendidikan kesehatan
pengetahuan menit diharapkan pasien Pengetahuan:proses 1 Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
2019 berhubungan penyakit hidup perilaku saat ini pada individu, dan
dengan kurang Indikator 1 2 3 4 5 keluarga
sumber
pengetahuan Karakter spesifik penyakit √ 2 Identifikasi karakteristik populasi target yang
Faktor penyebab √ mempengaruhi pemilihan strategi belajar
Tanda dan gejala penyakit √
Proses perjalanan penyakit √ 3 Kembangkan materi pendidikan tertulis Cindy yang
biasanya tersedia dan sesuai dengan audien
Keterangan skala :
1 : tidak ada pengetahuan
4 Gunakan berbagai strategi dan intervansi
2 : pengetahuan terbatas
utama program pendidikan
3 : pengetahuan sedang
4 : pengetahuan banyak
Pengajaran : proses penyakit
5 : pengetahuan sangat banyak
2.1 Jelaskan tanda dan gejala yang umum
dari penyakit

2.2 Jelaskan mengenai proses penyakit

2.3 Jelaskan asalan dibalik manajemen


terapi/penanganan yang direkomendasikan
2.4 Instruksikan
pasien
mengenai
tindakan
untuk
mencegah
D. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.8 Tindakan Keperawatan

No. HARI/ TINDAKAN KEPERAWATAN NAMA


DX TANGGAL/ & TTD
KEP JAM
1 Senin , 20-05- Manajemen nyeri
2019

07: 30 Mengukur tanda-tanda vital Cindy


DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit

07:30 Melakukan pengkajian komprehensif Cindy


DS : Klien mengatakan nyeri kepala, nyeri
terasa nyut-nyut, nyeri kepala skala 6, nyeri
bagian kanan, nyeri muncul kurang lebih 3-5
menit, nyeri hilang dengan sendiri.
DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit, Klien terlihat meringis, Nyeri tekan
di bagian region iliaka kanan.

07:30 Menanyakan akibat dari nyeri yang Cindy


mengganggu klien
DS : klien mengatakan susah tidur karena
nyeri di kepala.

07:30 Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi Cindy


yaitu nafas dalam
DO : klien mengikuti instruksi perawat
melakukan nafas dalam

07:30 Mendorong klien untuk menangani nyerinya Cindy


dengan tepat untuk mengurangi nyeri
DS : klien mengatakan bisa melakukan nafas
dalam untuk mengurangi nyeri

07:30 Menganjurkan klien untuk istirahat di tempat Cindy


tidur
DO : klien berbaring di tempat tidur

07:30 Memberikan obat Paracetamol 500 mg oral Cindy


DS : klien mengatakan nyeri kepala
DO : obat diminum oleh klien
13:00 Mengobservasi tanda-tanda vital Cindy
TD : 120/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit

16:00 Memberikan obat Paracetamol 500 mg oral Perawat


DS : klien mengatakan nyeri kepala
berkurang
DO : obat diminum oleh klien

24:00 Mengukur tanda-tanda vital Perawat


DO : TD : 110/80 mmHg, RR: 20x/menit, N:
80x/menit
Menanyakan keluhan
DS : klien mengatakan nyeri kepala hilang
timbul
2 Senin, 20-05- Peningkatan tidur
2019
07:30 Menanyakan aktivitas pasien sebelum tidur Cindy
DS : klien mengatakan sebelum tidur ia biasa
nonton tv

07:30 Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup Cindy


selama sakit
DO : klien dapar menjawab pentingnya tidur
untuk kesehatan

07:30 Mencatat pola tidur dan jumlah jam tidur Cindy


DS : klien mengatakan hanya tidur ½ jam

07:30 Mengatur pencahayaan ruangan Cindy


DS : klien mengatakan tidur dengan kondisi
lingkungan yang remang-remang

07:30 Menganjurkan tidur di siang hari, untuk Cindy


memenuhi kebutuhan tidur.
DS : klien mengatakan bisa tidur siang hanya
½ jam

07:30 Menganjurkan pasien mengatur pola tidur Cindy


DS : klien mengatakan susah tidur karena
nyeri

1 Selasa, 21- Manajemen nyeri


05-2019
08:30 Mengukur tanda-tanda vital Cindy
DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit
08:30 Melakukan pengkajian komprehensif Cindy
DS : Klien mengatakan nyeri kepala, nyeri
terasa nyut-nyut, nyeri kepala skala 6, nyeri
bagian kanan, nyeri muncul kurang lebih 3-5
menit, nyeri hilang dengan sendiri.
DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit, Klien terlihat meringis, Nyeri tekan
di bagian region iliaka kanan.

08:30 Menanyakan akibat dari nyeri yang Cindy


mengganggu klien
DS : klien mengatakan susah tidur karena
nyeri di kepala.

08:30 Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi Cindy


yaitu nafas dalam
DO : klien mengikuti instruksi perawat
melakukan nafas dalam

08:30 Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen Cindy


nyeri
DO : klien dapat melakukan nafas dalam

08:30 Mendorong klien untuk menangani nyerinya Cindy


dengan tepat untuk mengurangi nyeri
DS : klien mengatakan bisa melakukan nafas
dalam untuk mengurangi nyeri

08:30 Menganjurkan klien untuk istirahat di tempat Cindy


tidur
DO : klien berbaring di tempat tidur

13:00 Mengkaji keluhan pasien Cindy


DS : klien mengatakan sakit kepala
Mengukur tanda-tanda vital
DO : TD : 100/80, RR : 20x menit, N :
80x/menit

13:00 Memberikan obat Paracetamol 500 mg oral Cindy


DS : klien mengatakan nyeri kepala
DO : obat diminum oleh klien

19:00 Memberikan obat Paracetamol 500 mg oral Perawat


DS : klien mengatakan nyeri kepala
DO : obat diminum oleh klien
20:00 Mengkaji keluhan pasien Perawat
DS : klien mengatakan sakit kepala
Mengukur tanda-tanda vital
DO : TD : 100/80 mmHg, RR : 20x menit, N:
80x/ menit

24:00 Mengukur tanda-tanda vital Perawat


DO : TD : 110/80 mmHg, RR: 20x/menit, N:
80x/menit
Menanyakan keluhan
DS : klien mengatakan nyeri kepala hilang
timbul
2 Rabu, 21-05- Peningkatan tidur
2019
08:00 Menanyakan aktivitas pasien sebelum tidur Cindy
DS : klien mengatakan sebelum tidur ia biasa
menonton televisi

08:00 Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup Cindy


selama sakit
DO : klien dapat menjawab pentingnya tidur
untuk kesehatan

08:00 Mencatat pola tidur dan jumlah jam tidur Cindy


DS : klien mengatakan hanya tidur 3½ jam

08:00 Mengatur pencahayaan ruangan Cindy


DS : klien mengatakan tidur dengan kondisi
lingkungan yang remang-remang

08:00 Menganjurkan tidur di siang hari, untuk Cindy


memenuhi kebutuhan tidur.
DS : klien mengatakan bisa tidur siang hanya
½ jam

08:00 Menganjurkan pasien mengatur pola tidur Cindy


DS : klien mengatakan susah tidur karena
nyeri

3 Selasa, 21- Pendidikan kesehatan


05-2019
09:30 Menanyakan tentang pengetahuan klien Cindy
tentang penyakit thypoid
DS : klien mengatakan belum mengetahui
tentang penyakitnya
09:30 Menyediakan materi pendidikan tertulis yang Cindy
mudah di mengerti pasien
DO : klien dapat melihat lembar balik, leaflet.

Pengajaran : proses penyakit

09:30 Menjelaskan tanda dan gejala yang umum Cindy


dari penyakit thypoid
DS : klien mengatakan memahami tanda dan
gejala

09:30 Menjelaskan mengenai proses penyakit Cindy


thypoid
DS : klien mengatakan memahami tentang
proses penyakit thypoid

09:30 Menjelaskan penanganan yang dapat Cindy


dilakukan pada penyakit thypoid
DS : klien mengatakan memahami tentang
penanganan yang dapat dilakukan dirumah

09:30 Menjelaskan ke pasien tentang tindakan Cindy


untuk mencegah
DO : klien dapat melakukan tindakan
pencegahan dengan mencuci tangan
1 Rabu, 22-05- Manajemen nyeri
2019
07:30 Mengukur tanda-tanda vital Cindy
DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit

07:30 Melakukan pengkajian komprehensif Cindy


DS : Klien mengatakan nyeri kepala sudah
berkurang, nyeri hilang timbul, nyeri kepala
skala 2, nyeri bagian kanan, nyeri muncul
kurang lebih 1 menit, nyeri hilang dengan
sendiri.
DO : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/menit, N :
80x/menit

07:30 Menanyakan akibat dari nyeri yang Cindy


mengganggu klien
DS : klien mengatakan sudah bisa tidur
karena nyeri di kepala berkurang.
07:30 Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi Cindy
yaitu nafas dalam
DO : klien mengikuti instruksi perawat
melakukan nafas dalam

07:30 Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen Cindy


nyeri
DO : klien dapat melakukan nafas dalam

07:30 Mendorong klien untuk menangani nyerinya Cindy


dengan tepat untuk mengurangi nyeri
DS : klien mengatakan bisa melakukan nafas
dalam untuk mengurangi nyeri

07:30 Menganjurkan klien untuk istirahat di tempat Cindy


tidur
DO : klien berbaring di tempat tidur

07:30 Memberikan obat Paracetamol 500 mg dan Cindy


As. Mefenamat 500 mg oral Perawat
DS : klien mengatakan nyeri kepala
berkurang
DO : obat diminum oleh klien

2 Rabu, 22-05- Peningkatan tidur


2019
07:30 Menanyakan aktivitas pasien sebelum tidur Cindy
DS : klien mengatakan sebelum tidur ia biasa
menonton televisi

07:30 Mencatat pola tidur dan jumlah jam tidur Cindy


DS : klien mengatakan hanya tidur 3½ jam

07:30 Menyesuaikan lingkungan yaitu cahaya Cindy


DS : klien mengatakan tidur dengan kondisi
lingkungan yang remang-remang

07:30 Menganjurkan untuk tidur siang di siang hari, Cindy


untuk memenuhi kebutuhan tidur.
DS : klien mengatakan bisa tidur siang hanya
½ jam

07:30 Menganjurkan pasien mengatur pola tidur Cindy


DS : klien mengatakan sudah bisa tidur
karena nyeri berkurang
E. Evaluasi
Tabel 3.9 Evaluasi

DIAGNOSA TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN NAMA


KEPERAWA / & TTD
TAN JAM
Nyeri akut 22-05- S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang,
2019 nyeri hilang timbul.
O:
Indikator 1 2 3 4 5

12:00 Cindy
Mengenali kapan nyeri terjadi √
Menggambarkan faktor √
penyebab
Menggunakan tindakan √
pencegahan
Menggunakan tindakan √
pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Melaporkan nyeri terkontrol √

A: Tujuan tercapai

P: Intervensi dihentikan
Insomnia 22-05- S:klien mengatakan sudah bisa tidur karena
2019 nyeri kepala sudah berkurang.
O:
Indikator 1 2 3 4 5

Jam tidur √
12:00
Pola tidur √
Kualitas tidur √
Perasaan segar setelah tidur √
Suhu ruangan yang nyaman √
Cindy

Indikator 1 2 3 4 5

Kesulitan memulai tidur √


Tidur yang terputus √
Nyeri √
A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan
Defisiensi 22-05- S : klien mengatakan memahami tentang
pengetahuan 2019 penyakitnya, dan bisa melakukan penanganan
tentang dan pencegahan penyakit thypoid
thypoid
O:
Indikator 1 2 3 4 5 Cindy

Karakter spesifik penyakit √


Faktor penyebab √
Tanda dan gejala penyakit √
Proses perjalanan penyakit √
biasanya

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan
-

Anda mungkin juga menyukai