Anda di halaman 1dari 10

A.

Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang


dipergunakan dalam media. Struktur tata bahasa Bahasa
Jurnalistik tidak berbeda dengan struktur tata bahasa baku
Bahasa Indonesia. Artinya, struktur Bahasa jurnalistik tidak
boleh menyimpang dari kaidah tata bahasa baku Bahasa
Indonesia.

Contoh, ’Saya makan nasi’, ya, tetap saja ditulis, ’Saya


makan nasi’. Artinya, pemakaian hukum DM (Diterangkan-
Menerangkan) tetap digunakan dalam bahasa jurnalistik.
Hukum Diterangkan dan Menerangkan (DM) dalam contoh
sederhana, sebagai berikut.

Saya belajar (DM), bukan belajar saya (MD).

Kamu bermain, bukan bermain kamu.

Dia berlari, bukan berlari dia.

Mereka berlibur, bukan berlibur mereka.

Kita bekerja, bukan bekerja kita.


Hanya saja di dalam Bahasa Jurnalistik memilki sifat-
sifat khusus, sehingga jurnalistik termasuk ragam bahasa yaitu
Ragam Bahasa Jurnalistik. Sifat-sifat khusus tersebut adalah
(1) lugas, (2) singkat, (3) padat, (4) sederhana, (5) lancar.

1. Lugas
Lugas berarti kata yang dipilih memiliki makna apa
adanya. Misal, kata ’lapar’ secara lugas mempunyai arti
’kelaparan’ bukan berarti kekurangan pangan. Kata ’Berani,
secara lugas mempunyai arti ’pemberani’, bukan tidak
takut, dan seterusnya.

2. Singkat
Singkat, di dalam ragam Bahasa Jurnalistik artinya
menggunakan prinsip ekonomi kata.

a. Menghemat huruf :
syah – sah

khawatir – kuatir

effektif – efektif

b. Sinonim yang lebih pendek :


kemudian – lalu
sekarang – kini

terkejut – kaget

dahulu – dulu

c. Membuang kata-kata mubazir :


adalah

bahwa

telah

3. Padat
Padat, memiliki pengertian sarat informasi. Satu kalimat,
satu pokok pikiran. Satu paragraf/alinea, satu pokok
masalah.

4. Sederhana
Sederhana, didalam Bahasa Jurnalistik dimaksudkan bahwa
tulisan bisa dipahami oleh pembaca. Bahasa Jurnalistik
harus disesuaikan dengan tingkat sosial-pendidikan
masyarakat pembaca, hindari istilah-istilah teknis/asing.

5. Kelancaran
Kelancaran, memiliki pengertian bahwa tulisan harus
sistimatis dan keteraturan urutan pikir atau logis.
Ernest Hamingway seperti dikutip Rosihan Anwar dalam
bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi
menyebutkan 7 prinsip penggunaan Bahasa Jurnalistik :

1. Gunakan kalimat yang singkat/pendek


Satu kalimat satu pokok pikiran, satu alinea satu masalah

2. Gunakan bahasa biasa dan mudah dipahami (sederhana)


3. Gunakan bahasa sederhana & jernih pengutaraannya
4. Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
5. Gunakan kalimat aktif bukan pasif
6. Gunakan bahasa padat & kuat
7. Gunakan bahasa positif bukan negatif.
B. BENTUK-BENTUK TULISAN JURNALISTIK

Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik di media massa pada


umumnya meliputi;

(1) Berita/Stright news/Faktual news


(2) Laporan/Reportase
(3) Feature/Tuturan/Cerita
(4) Tajuk/Editorial
(5) Artikel/Opini
(6) Kolom.

Dalam berbagai pustaka jurnalistik, masing-masing


bentuk tulisan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

1. Berita yaitu fakta dari suatu informasi tentang


kejadian/peristiwa/even yang ditulis dan di muat di media.
Berita, merupakan tulisan berisi laporan langsung yang
hanya memuat fakta/kejadian dan sarat dengan informasi.
Sifat tulisan ini padat, lugas, singkat, dan jelas dan
memenuhi unsur-unsur 5 W+1 H. Kajian tentang berita
yang lebih rinci diuraikan pada bab IV.
2. Laporan/Reportase adalah bentuk berita yang di tulis secara
luas, lengkap, dan terinci. Perbedaannya dengan berita
yakni cara mancari informasinya (tidak saja cara
menulisnya, tetapi juga cara mencari informasinya).
- Interpretative Reporting : bentuk reportase yang di
dalamnya terkandung fikiran, pandangan hidup, dan
penafsiran si penulis.
- Investigature Reporting : bentuk laporan yang ditulis
berdasarkan penyelidikan.
Laporan atau reportase adalah bentuk berita yang
dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci tentang suatu
peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung
atau keterangan orang lain. Laporan tetap berpatokan pada
unsur-unsur 5 W dan 1 H dan dilengkapi dengan suasana
yang penuh warna atau nuansa. Dalam tulisan ini semua
yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh penulis dapat
dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran yang
benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut.
Berita langsung / faktual / stright news telah dilakukan
secara lebih cepat dan lebih hidup oleh TV, itu sebabnya
Mohtar Lubis menyatakan bentuk berita stright news di media
cetak sudah tidak memadai lagi diperlukan bentuk Reporting
yang minimal mengandung tiga syarat yakni latar belakang,
tafsiran, dan warna / suasana.

3. Feature/Tuturan/Cerita
Karangan lengkap atau karya tulis pendek yang
selesai, bersifat Human Interes, tentang fakta, kejadian,
peristiwa, keadaan, perkembangan, atau proses sesuatu.

Ada yang mengatakan sebagai karangan khas,


cerita laporan, cerpennya karya jurnalistik. Tuturan atau
feature, merupakan tulisan yang lebih lengkap dan terinci
jika dibandingkan dengan laporan atau berita.
Kelengkapan feature disebabkan adanya imajinasi
penulis yang masuk pada tulisannya. Penulis dapat
mengembangkan opini dan diramu dengan fakta yang
disajikan sehingga tulisannya menarik dan berbobot.

Fungsi utama Feature, untuk menghibur dan


memberi jeda kepada pembaca setelah dijejali dengan
berita-berita serius.

Jenis Feature :

a. Feature Sejarah
Contoh : Kisah gerilya Jend Sudirman
Tempat-tempat keramat
Kisah-kisah benda pusaka
Kisah tentang candi Borobudur, dst
b. Feature Tokoh, misalnya cerita tentang seorang tokoh
pendidikan, tokoh politik dst.
c. Feature Perjalanan/Pariwisata/Traveling, misalanya
kisah perlawatan, perjalanan, kunjungan sesuatu
tempat.
c. Feature Keahlian, “Membuat Sendiri Pengupas
Kacang Tanah”.
d. Feature Ilmiah, “Komputer di Abad 21”
e. Feature Human Iuterest : kisah seorang siswa SD
yang jadi loper koran.
f. Feature Berita, “Dibebaskan Koruptor Kakap yang
Tilep Uang Negara 20 Trilyun”.

4. Artikel atau Opini, merupakan bentuk tulisan yang secara


keseluruhan berisi opini, pendapat, dan perasaan si
penulisnya, kalaupun ada fakta, hanya merupakan
dukungan terhadap opini yang dikemukakan.

5. Kolom yaitu sejenis artikel yang bersifat reflektif atau


renungan.
Tulisan kolom tidak sekedar pergumulan Intelektual
saja tetapi juga emosi spritual bahkan iman dan
kepercayaan.Tulisan kolom harus bisa menggugah si
pembaca untuk bercermin/instrospeksi, dengan tulisan
itu, yang ditulis dengan perumpamaan dan sindiran-
sindiran ringan yang kocak.

Kolom, dalam surat kabar atau majalah adalah


artikel yang memiliki kekhasan. Kolom selalu reflektif
atau bersifat renungan. Tulisan ini tidak sekedar kajian
intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaaan
dan spiritual.
Tulisan kolom diharapkan mampu menggugah
pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu,
sehingga mampu menarik simpati. Tulisan berbentuk
kolom singkat, lugas, dan menarik. Tulisan ini berupa
sindiran, sehingga pembaca diharapkan “mentertawakan”
sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat.
Kalaupun dimuati dengan pesan yang berat,
penulisannya selalu ringan dan lincah, terkadang lucu.

6. Tajuk/Editorial, merupakan bentuk tulisan yang berupa


ulasan atas sikap atau pandangan media tersebut terhadap
peristiwa, kejadian dan berita yang penuh makna.Tajuk
di tutup dengan simpulan yang mencerminkan sikap atau
pendapat penulisnya yang mewakili surat kabar/media
tersebut.
Tajuk rencana atau editorial merupakan ulasan,
kajian, atau pembahasan tentang peristiwa atau kejadian
penting (istimewa). Ulasan tersebut merupakan kajian
intelektual yang dilakukan secara intens sehingga
mengarah pada suatu simpulan yang mengarahkan
pembaca untuk memahami permasalahannya. Editorial
merupakan pendapat redaksi media massa yang
bersangkutan.
Penulis (Wartawan) yang ditugasi menulis editorial
adalah mereka yang berwawasan luas. Tidak semua
peristiwa layak dibahas sebagai editorial. Peristiwa atau
masalah yang layak adalah peristiwa yang memiliki
aspek khusus yang terkait dengan kepentingan
masyarakat atau bangsa, persoalan-persoalan aktual yang
istimewa saja. Editorial tidak hanya melontarkan kritik
tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu
permasalahan atau memberikan alternatif.
presentasi skenario edit video pembelajaran PPL-2 disesuaikan dengan LK 3.4

Anda mungkin juga menyukai