DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU
2021
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memajukan
perekonomian perdesaan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengantar Ekonomika. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bagaimana cara memajukan perekonomian di
perdesaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asep Sutarman, , SE., MBA.
Selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami mengenai perekonomian khusus nya daerah perdesaan.
Kami selaku penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan
menjadi pembelajaran untuk kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
4.2 Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
ANALISIS MASALAH
2. Kemiskinan
Sebagian besar masalah ekonomi di desa adalah masalah kemiskinan. Dari
segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian pada
sektor informal di perdesaan maupun di perkotaan, sering berpindah-pindah mata
pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan pendapatan
yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah kecenderungan
untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga.
Sekurang-kurangnya ada dua pendekatan untuk memberikan pengertian tentang
kemiskinan.
Pertama adalah pendekatan absolut yang menekankan pada pemenuhan
kebutuhan fisik minimum, tolok ukur yang dipakai adalah kebutuhan minimal
yang harus dipenuhi oleh seseorang atau keluarga agar dapat melangsungkan
hidupnya pada taraf yang layak.
Pendekatan kedua adalah pendekatan relatif dimana kemiskinan
ditentukan berdasarkan taraf hidupnya relatif dalam masyarakat (Suparlan, 1984).
Secara konsepsional, kemiskinan dirumuskan sebagai suatu kondisi hidup yang
serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Secara operasional
kriteria kemiskinan itu ditetapkan dengan tolok ukur garis kemiskinan. Penduduk
miskin adalah golongan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan,
sedangkan target pembangunan biasanya dirumuskan sebagai upaya
mengentaskan golongan masyarakat miskin agar mereka bisa berada di atas garis
kemiskinan tersebut.
3. Instabilitas ekonomi
Jika di daerah perkotaan geliat perekonomian begitu fenomenal dan
fantastis. Sebaliknya, hal yang berbeda terjadi di daerah perdesaan, dimana geliat
perekonomian berjalan lamban dan hampir tidak menggairahkan. Roda
perekonomian di daerah perdesaan didominasi oleh aktivitas produksi. Aktivitas
produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada sektor
pertanian (dalam arti luas : perkebunan, perikanan, pertanian tanaman pangan
dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan produk turunannya). Kalaupun ada
aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan ragamnya masih relatif sangat
terbatas. Aktivitas perekonomian yang ditekuni masyarakat di daerah perdesaan
tersebut sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas harga. Pada waktu dan
musim tertentu produk (terutama produk pertanian) yang berasal dari daerah
perdesaan dapat mencapai harga yang begitu tinggi dan fantastik. Meskipun
penduduk di daerah perdesaan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani,
namun tidak semua petani di daerah perdesaan memiliki lahan pertanian yang
memadai. Banyak diantara mereka memiliki lahan pertanian kurang dari 0,5
hektar, yang disebut dengan istilah petani gurem.
Lebih ironis lagi, sebagian dari penduduk di daerah perdesaan yang malah
tidak memiliki lahan pertanian garapan sendiri. Mereka berstatus sebagai petani
penyewa, penggarap atau sebagai buruh tani. Petani penyewa adalah para petani
yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menyewa
lahan pertanian milik orang lain dengan sistem bagi hasil atau lainnya.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering di
istilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,
yang dihuni sekelompok masyarakat di mana sebagian besar mata pencahariannya
sebagai petani, sedangkan secara administratif desa adalah yang terdiri dari satu atau
lebih atau dusun digabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atau
berhak mengatur rumah tangga sendiri (otonomi). Pada umumnya, desa memiliki ciri-
ciri masyarakat nya yang homogen, memegang erat kekeluargaan, mata pencahariannya
lebih ke sektor agraris atau kehidupannya masih bergantung pada alam. Permasalahan-
permasalahan yang umum terjadi di desa adalah masalah sarana-prasarana
(infrastruktur), rendahnya pendidikan, masalah pembangunan dan ekonomi, dan
sebagainya. Masalah ekonomi adalah masalah umum yang dialami oleh masyarakat
desa.
Permasalahan ekonomi desa tersebut antara lain Masalah terbatasnya lapangan
pekerjaan di desa, kemiskinan, instabilitas ekonomi desa. Penyebab utamanya adalah
rendahnya produktivitas dan rendahnya sumber daya manusia yang ada di desa. Dampak
dari permasalahan ekonomi di desa adalah terjadinya urbanisasi masyarakat desa ke kota.
Beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan ekonomi desa adalah Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), Pengembangan kemampuan dalam permodalan,
Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Rakyat.
4.2 Saran
Dari penjelasan tersebut, kami selaku penulis memiliki saran terkait cara
membangun perekonomian di perdesaan, para kaum muda yang sudah menyelesaikan
pendidikan nya di kota sudah sebaiknya kembali ke desa nya dan menggunakan ilmu
yang didapatkan untuk membangun desa. Sehingga daerah perdesaan bisa maju melalui
anak muda yang berilmu dan memiliki kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA
Rohimah, Afifatur. 2014. Memperkuat Basis Ekonomi Desa Melalui Pemberdayaan Kelompok
Masyarakat. (online)
Djoko, Dadang. 2014. Permasalahan yang dihadapi dalam Pembangunan Desa. (online)
http://dadangdjoko.blogspot.co.id/2014/05/permasalahan-yangdihadapi-dalam.html
Latif, Iskhak. ().upaya peningkatan perekonomian masyarakat melalui Usaha Alternatif di Desa
Randualas, Kabupaten Madiun. (online) http://eprints.uinsby.ac.id/181/1/Randualas.pdf)