7 LP&SP2 Kep - Jiwa Yuliana Risa 2108038
7 LP&SP2 Kep - Jiwa Yuliana Risa 2108038
YULIANA RISA
2108038
1. Definisi
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
2. Etiologi
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan
sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran
a. Faktor Predisposisi
Faktor Perkembangan
timbulnya waham.
Faktor Psikologis
kenyataan.
Faktor Biologis
Faktor Genetik
b. Faktor Presipitasi
Faktor Biokimia
Faktor Psikologis
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir: waham adalah
sebagai berikut:
Menolak makan.
Mudah tersinggung.
kenyataan.
Mendominasi pembicaraan.
Berbicara kasar.
Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
C. Pohon masalah
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Keperawatan
Perubahan proses Subjektif:
Objektif:
dimilikinya.
E. Diagnosa keperawatan
membicarakannya
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
Diskusikan dengan klien kemampuan realitas yang dimilikinya pada saat
dimilikinya
klien
jenis dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang
benar)
Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa
konsultasi
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham yang dialami klien beserta
proses terjadinya
obat
keluarga klien.
klien
Diskusikan dengan keluarga tentang obat klien (nama obat, dosis, frekuensi,
G. Daftar pustaka
: Refika
Aditama. Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
Kondisi Klien mengatakan ia memiliki toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan partai.
A. Fase Orientasi
Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum Pak, … Bertemu lagi dengan saya masih kenal dengan saya? Nama
saya ... biisa dipanggil ... saja. Bapak ingat? Seperti kemarin, hari ini saya bertuga di sini
Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan Bapak hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak? Sekarang Bapak
Kontrak
“Baiklah, sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol ya Pak? Bagaimana kalau hari
ini kita bercakap-cakap tentang bidang yang bapak sukai? Di mana kita duduk? Berapa
B. Fase Kerja
“Bidang apakah yang bapak sukai? Kemarin bapak sempat mengatakan memiliki toserba,
apakah Bapak suka dengan bisnis? Mengapa Bapak menyukainya? Bagaimana dengan
politik? Apakah Bapak juga menyukainya? Karena beberapa hari yang lalu Bapak juga
mengatakan kepada saya ingin membuat partai politik biru, benar Pak? Mana yang lebih
Bapak sukai bisnis atau politik? Mengapa Bapak lebih menyukai itu? Karena sekarang
Bapak sedang berada di sini apakah menurut Bapak, Bapak bisa menjalankan bidang yang
Bapak minati tersebut? Bagaimana caranya? Apakah bisa kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan sehari-hari?”
C. Fase Terminasi
Evaluasi subjekif
Evaluasi objektif
”Setelah kita tahu bidang yang Bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang
Bapak miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan di sini, Bapak
setuju?”
b. Waktu : “Kira-kira kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 saja?
1. Definisi
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Perkembangan
Biologis
Sosial
b. Faktor presipitasi
Mandi/hygiene
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
Berpakaian/berhias
Makan
aman
BAB/BAK (toiletting)
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri
di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit
ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga
dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal
Keperawatan
Defisit Perawatan Subjektif:
Objektif:
tempatnya.
BAB/BAK.
E. Diagnosa keperawatan
mandiri.
mandiri.
perawatan diri.
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan membantu
mengingatkan klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati).
perawatan diri.
merawat diri.
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam
merawat diri.
G. Daftar pustaka
Bandung:
Refika Aditama. 44 Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
Kondisi Klien terlihat tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta
kuku panjang dan kotor. Pakaian klien terlihat kotor, tidak bercukur bagi yang lakilaki, dan
tidak berdandan bagi yang perempuan. Klien makan berceceran, selain itu makan juga tidak
pada tempatnya. Klien suka BAB/BAK tidak pada tempatnya dan juga tidak membersihkan
A. Fase Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat pagi... Boleh saya kenalan dengan Ibu? Nama saya .... Ibu boleh panggil saya ....
Saya mahasiswa keperawatan ... saya sedang praktik di sini dari pukul 08:00-13:00 WIB
siang. Kalau boleh saya tahu nama Ibu siapa, dan senangnya dipanggil dengan sebutan
apa?”
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? Ada keluhan tidak?”
Kontrak - Topik :
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut Ibu sebaiknya kita
ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri?”
Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana
Tempat : “Dimana kita duduk? Di teras, di kursi panjang itu, atau di mana?”
B. Fase Kerja
“Berapa kali Ibu membersihkan diri dalam sehari?” “Apakah Ibu suka berdandan?” “Alat
apa yang Ibu gunakan pada saat makan, menggunakan tangan atau sendok?” “Apakah Ibu
selalu ke kamar mandi jika Ibu ingin BAB/BAK?” “Apakah Ibu tahu pentingnya kebersihan
diri?” “Bagaimana cara Ibu menjaga kebersihan diri?” “Apakah Ibu tahu tentang alat-alat
yang digunakan untuk membersihkan diri?” “Bagaimana cara Ibu membersihkan diri?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri?” “Pertama lepaskan seluruh baju
yang dikenakan, lalu siramkan air ke tubuh secara menyeluruh. Gunakan sabun secara
merata pada seluruh bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi,
keringkan badan dengan handuk dan ganti pakaian dengan pakaian yang bersih.”
C. Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak dengan
latihan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan pembicaraan kita
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara menjaga
kebersihan mulut?”
Waktu :
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09:30 WIB, bisa?”
Tempat :
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya, apa masih di sini atau
1. Definisi
sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen,
2015).
2. Etiologi
Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
skizofrenia.
Sifat Kepribadian
Lingkungan Psikososial
Riwayat Keluarga
Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
(EEG).
b. Faktor Presipitasi
yang memalukan.
Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut
dirasakan klien.
Impulsif
patuh)
terminal)
Pekerjaan.
Konflik interpersonal.
Orientasi seksual.
Sumber-sumber personal.
Sumber-sumber social.
Keperawatan
Risiko bunuh diri Subjektif:
Objektif:
Impulsif
penyalahgunaan alkohol)
penyakit terminal)
E. Diagnosa keperawatan
tindakan berikut :
tali pinggang).
b. Tindakan :
teratur.
a. Tujuan:
b. Tindakan:
posittif.
klien.
penyelesaian masalah.
lebih baik.
b. Tindakan :
diri.
1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
bunuh diri.
tersebut diatas.
kesehatan.
pencatatannya.
G. Daftar pustaka
: Refika
Aditama. Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
Bersikap impulsive
Berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat dosis yamg mematikan
A. Fase Orientasi
Salam terapeutik
“selamat pagi pak, nama saya A, Bapak boleh memanggil saya A (sambal mengulurkan
tangan untuk berjabat tangan), namun Bapak siapa, dan Bapak ingin dipanggil dengan
Evaluasi/validasi
Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu
a. Topik : “ Bagaimana kalua pagi ini kita berbincang-bincang tentang hal atau
duduk?”
c. Waktu : “mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana bila 15 menit?”
B. Fase Kerja
“Apakah Bapak pernah berniat untuk bunuh diri?” “Apakah Bapak pernah mencoba bunuh
diri? Dengan cara apa? Apa yang Bapak rasakan saat itu?” “Apa yang menyebabkan
membutuhkan pertolongan karena Bapak punya keinginan untuk bunuh diri, untuk itu saya
akan menemani Bapak di sini.” “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak untuk
memastikan tidak ada benda yang membahayakan Bapak.” “Apakah Bapak telah meminum
obat yang diberikan oleh perawat? Kalau belum saya akan membantu Bapak untuk minum
obat.” “Apa yang Bapak lakukan bila keinginan bunuh diri tersebut muncul?” Saya akan
membantu Bapak agar keinginan untuk bunuh diri hilang.” “Kalau keinginan bunuh diri itu
muncul, Bapak bisa langsung meminta bantuan perawat atau kleuarga yang mengunjungi.
Katakana pada kami bahwa keinginsn bunuh diri itu muncul.” “Cara lain yang bisa
digunakan adalah mengalihkan perhatiab atau pikiran Bapak dengan cara mencari teman
C. Fase Terminasi
Evaluasi subjekif
“bagaimana perasaan Pak B setelah kita bercakap-cakap? Apakah Bapak merasa ada
manfaatnya kita berbincang-bincanf saat ini? Apakah saat ini keinginan bunuh diri itu
ada?”
Evaluasi objektif
“Bapak masih ingat cara mengatasi keiginan bunuh diri? Coba Bapak sebutkan cara agar
”Saya harap bila nanti keinginan untuk bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa
Kontrak
a. Topik :
”Baiklah kita sudah bercakap-cakap selama 15 menit, bagaimana kalua nanti kita
bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa bersalah dan rasa rendah diri yang
Bapak alami?”
b. Tempat :
“Di mana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalu di sini saja?”
c. Waktu :
“Mau jam berapa? Bagaimana kalua jam 11 siang nanti, setelah Bapak bertemu dengan
teman-teman?”
LAPORAN PENDAHULUAN
Perilaku Kekerasan
1. Definisi
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen,
2015).
Setiap aktivitas bila tidak di cegah dapat mengarah pada kematian (Stuart
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 2018).
2. Etiologi
Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
sebagai berikut:
kriminal (narapidana).
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
Teori psikologik
b. Faktor Presipitasi
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-
lain.
sebagai berikut:
yang dewasa
perkembangan keluarga.
3. Tanda dan Gejala
Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
sindiran
C. Pohon masalah
Resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
Keperawatan
Perilaku kekerasan Subjektif:
Klien mengancam
Klien meremehkan
Objektif:
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Suara keras
E. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik
Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang bisa dilakukan pada
saat marah baik terhadap diri sendriri, orang lain maupun lingkungan
fisik(pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obatan, sosial,
obat.
merawat klien
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku kekerasan
G. Daftar pustaka
: Refika
Aditama. Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
Kondisi Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju, pandangan mata
tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali tampak memukul-mukul dinding.
A. Fase Orientasi
“Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya suster …, saya yang akan merawat Bapak hari
ini. Nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” (Mengulurkan tangan sambil tersenyum
mukul dinding, bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan
B. Fase Kerja
“Sekarang Bapak bisa mulai menceritakan apa yang menyebabkan Bapak memukul-mukul
dinding. Apa yang Bapak rasakan saat ini?” (Dengarkan ungkapan kemarahan klien dan
tetap bersikap empati selama klien mengungkapkan kemarahannya, selain itu lakukan
mengungkapkan perasaan marahnya). “Apa yang biasa Bapak lakukan jika Bapak merasa
kesal/marah seperti ini?” “Bagaimana menurut Bapak dengan tindakan tersebut?” Baiklah
Pak, untuk sementara waktu Bapak boleh menyendiri diruangan ini dulu sampai marahnya
hilang, tujuannya agar Bapak lebih aman dan tenang, karena jika dalam kondisi kesal
Bapak tetap diluar, dikhawatirkan Bapak akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya terjatuh atau terluka.” (Melakukan isolasi pada klien di ruangan yang aman).
“Bapak akan dikeluarkan dari ruangan ini sampai kondisi Bapak lebih tenang dan jika
Bapak perlu sesuatu, saya ada di ruang depan dan saya siap membantu Bapak kapan saja.”
C. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berada di ruangan ini?” “Sekarang Bapak bisa
menenangkan diri di ruangan ini sambil Bapak pikirkan hal lain yang bisa membuat Bapak
kesal atau marah.” “Saya akan kembali 15 menit lagi untuk melihat kondisi Bapak, dan jika
kondisi Bapak sudah lebih tenang saya akan mengajarkan cara menghilangkan perasaan
kesal/marah supaya Bapak tidak dimasukkan ke ruangan ini lagi.” “Bagaimana Pak,
setuju?”
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
a. Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
2018).
Videbeck, 2018).
c. Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
2. Etiologi,
life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal
(Yosep, 2019).
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional
kronis yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang
masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan
alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai
konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak
lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien
sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin
efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih lanjut
bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi
sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah
kronis:
e. Penurunan produktivitas
C. Pohon masalah
Resiko tinggi Perilaku Kekerasan
Isolasi Sosial
Keperawatan
Harga diri rendah Subjektif:
Objektif:
5. Menurunkan produktivitas
E. Diagnosa keperawatan
kemampuan klien.
aktif.
sehari-hari.
telah dilakukan.
Berikan pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat yang
keluarga.
klien.
rendah.
minum obat.
G. Daftar pustaka
: Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Salemba Medika
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
1. Kondisi
e) Kondisi Klien sedang duduk diatas tempat tidur sambil menunduk. Tidak mau melihat
dan bercakap-cakap drngan klien lain yang sedang duduk di samping tempat tidurnya.
f) Klien masuk ke rumah sakit karena menolak untuk bergaul dengan orang lain. Hal itu
g) Klien sering mengatakan bahwa dialah penyebab kematian bapaknya, karena dia tidak
mampu menjaganya dengan baik. Klien mengatakan seandainya dulu dia menyelesaikan
pedidikan akpernya pasti akan mampu merawat bapaknya. Klien mengatakan bahwa dia
adalah anak yang bodoh dan tidak berguna bagi keluarga. Klien mengatakan dia tidak
seperti kakaknya yang mempunyai banyak keahlian. Bahkan untuk menjaga bapaknya
2. Observasi pada klien didapatkan klien sering menunduk, menghindari kontak mata, dan
A. Fase Orientasi
“Assalamualaikum. Selamat pagi N. saya suster…., panggil saja suster.., saya mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan …yang akan bertugas di sini dari jam 08.00-12.00 siang
“Bagaimana kalau kita membicarakaan tentang alas an N tidak mau bergaul dengan orang
lain dan terus menyendiri saja di dalam kamar?” “Di mana kita membicarakannya?
B. Fase Kerja
“Coba N ceritakan apa yang menyebabkan N tidak mau bergaul dengan? Apa yang
computer?” (Jika klien mengangguk) 11 “Nah, apa saja? Coba ceritakan ke suster. Bagus,
apalagi? Saya buat daftarnya ya. Apa lagi kegiatan lain? Menyanyi misalnya? Atau
mengaji? Wah.., bagus sekali ada enam kemampuan yang N miliiki.” “N, dari enam
kemampuan yang dimiliiki mana yang masih bisa ddilakukan di rumah sakit? Coba kita
lihat yang pertama bisakah, yang kedua…(Misalnya ada 3 kemampuan yang bisa
dilakukan) “Wah, bagus sekali masih ada tiga kemampuan yang bisa dilakukan di rumah
sakit.” “Sekarang coba N pilih salah satuyang mampu dilakukan di rumah sakit. Bagus
sekali, sekarang kita coba latih kemampuan N dalam membaca alquran. N pernah mengaji
selama di rumah sakit ini? Bagus sekali. Biasanya Alquran-nya didapat dari siapa?
Baiklah, sekarang suster pinjamkan Alquran, dan coba N membaca ayat yang N inginkan.”
“Bagus sekali bacaan N, pembacaan hurufnya juga tepat.” Sekarang coba dilanjutkan ke
ayat yang berikutnya.” “Nah, sekarang kita sudah selesai mengaji, N tutup saja Alquran.”
C. Fase Terminasi
“Ternyata masih banyak kemampuan N yang bisa dilakukan di rumah ssakit ini yang sudah
N praktikan dengan baik sekali.” “Bagaimana kalau kita masukkan kegiatan inni di dalam
jadwal harian N. Menurut N jam berapa mau dimasukan?” “Bagus sekali, berate jam 05.30
setelah salat shubuh dan 18.30 setelah salat maghrib ya.” “Baiklah, bagaimana kalau dua
jam lagi saya datang dan kita melatih kemampuan N yang kedua yaitu menanam bunga.
Isolasi Sosial
1. Definisi
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
2013).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
tua.
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman, mencari
dengan budaya.
Faktor Komunikasi dalam Keluarga
keluarga.
Faktor Biologis
atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik
b. Faktor Presipitasi
Faktor eksternal
Faktor internal
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
a. Kurang spontan.
f. Mengisolasi diri.
j. Aktivitas menurun.
l. Rendah diri.
tidur).
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
sensori: halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan
lingkungan. Perrilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebebkan
karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif)
Keperawatan
Isolasi Sosial Subjektif:
orang lain.
Objektif:
1. Kurang spontan
kebersihan diri.
6. Mengisolasi diri.
sekitarnya.
E. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial.
lain.
c. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain.
lebih.
terjadinya.
sosial.
obat.
G. Daftar pustaka
: Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Salemba Medika
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
Kondisi Klien terlihat sedang sendiri di sudut ruang dengan pandangan yang
kosong. Kaki serta tangan dilipat. Saat perawat menghampiri, klien hanya menjawab ya
dan tidak. Terlihat seperti tidak ingin ditemani dan klien mengatakan bahwa dirinya tidak
suka berbicara dengan teman-temannya yang lain karena dirinya tidak gila.
A. Fase Orientasi
Salam terapeutik
saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Ilmu … yang bertugas disin pada pukul 08.00-
Evaluasi/validasi
Kontrak
1) Topik: “Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang
penyebab Bapak/Ibu kurang suka bergaul, apa saja keuntungan bergaul, dan apa
B. Fase Kerja
“Apa yang membuat bapak/ibu tidak mau bergau dengan yang orang lain?” “apakah
karena setiap perilaku orang lain terhadapa bapak/ibu? Atau ada alas an orang lain?”
“apa kerugiannya jika kita memiliki teman?” Menurut bapak/ibu apa keuntungnya jika kita
memiliki teman?” “nah kita sudah mengetahui penyebab bapak.ibu tudak mau bergaul
dengan orang lain, ruginya tidak punya teman, dan untungnya punya teman.”
C. Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif
bapk/ibu tidak mau bergaul dengan orang lain? Beserta keuntung dan kerugiannya”
Evaluasi Objektif
“ Bisakah bapak/ibu menceritakan kembali keuntungan dan kerugian bergaul dengan orang
lain?
“ bagaimana bapak/ibu apaka bapak/ibu ingin belajar bergaul dengan orang lain?”
1) Topik: “bagaimana jika kita besok belajar mengenai cara bergaul dengan orang
lain?”
2) Tempat: “dimana nanti kita akan berbicara? Bagaiman jika disini lagi?”
3) Waktu: “bapak/ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah
1. Definisi
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi
luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat
kesadaran individu tersebut panuh dan baik. Gangguan ini dapat terjadi
pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu
sendiri. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan
(Wilson, 2013).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
dan genetik.
Faktor Perkembangan
kecemasan
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
yang membesarkannya.
Faktor Biokimia
Faktor Psikologis
Faktor Genetik
b. Faktor Presipitasi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada
Keperawatan
Perubahan persepsi Subjektif:
seperti feses
Objektif:
dikaji.
mendengarkan sesuatu.
Disorientasi.
Konsentrasi rendah.
Pikiran cepat berubah-ubah.
E. Diagnosa keperawatan
teratur.
Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang
menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang
jika keluarga tidak mampu merawat maka klien akan kambuh bahkan
untuk memulihkan kembali akan sangat sulit. Oleh karena itu, perawat
harus melatih keluarga klien agar mampu merawat klien gangguan jiwa
klien. Tahap kedua adalah melatih keluarga untuk merawat klien dan
tahap yang ketiga yaitu melatih keluarga untuk merawat klien langsung.
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan gejala
halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien halusinasi
G. Daftar pustaka
: Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Salemba Medika
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan Ke : Disesuaikan
Kondisi klien :
Kondisi Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
berbahaya.
Menganjurkan klien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
D. Fase Orientasi
Salam teraupetik
“ selamat pagi, assalamualaikum... boleh saya kenalan dengan ibu? Nama saya ..., boleh
panggil saya ... saya mahasiswa keperawatan ... saya sedang praktik di sini dai pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa dan
Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?”
Kontrak
a. Topik : “apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurutb ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
b. Waktu: “berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
c. Tempat : “Di mana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu, atau mau di mana?”
E. Fase Kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?” “ Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?” “ Kapan
Paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?” “ Berapa kali sehari
ibu mengalaminya?” “Pada keadaan apa, apkah pada waktu sendiri?” “ Apa yang ibu
rasakan pada saat mendengar suara itu? “ Apa yang ibu rasakan pada saat melihat
sesuatu?” “ Apa yang ibu lakukan saat melihat suara tersebut?” “ Apa yang ibu lakukan
saat mendengar suara tersebut?” “Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut
hilang?” “ Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan
agar tidak muncul?” “ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
dengan orang lain.: “ Ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.” “Keempat minum
obat dengan teratur.” “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghadik.”
“Caranya seperti:
Saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar... saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu ... Bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu
sudah bisa.”
Saat melihat bayangan itu muncul langsung ibu bilang pergi saya tidak mau lihat ...
saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak
terlihat lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu ... Bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu sudah
bisa.”
F. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidkadengan
latihan tadi?”
Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba ibu simpulkan pembicaraan kita
tadi?” “ Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihanya?” (masukkan
a. Topik : “ Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
b. Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam09.30 WIB, bisa?”
30
c. Tempat: “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya, apa masih
disini atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum,...”
DAFTAR PUSTAKA