Anda di halaman 1dari 3

Teori kontingensi 

adalah teori organisasi yang mengklaim bahwa tidak ada cara terbaik untuk


mengatur perusahaan, untuk memimpin perusahaan, atau untuk membuat sebuah keputusan.
Sebaliknya, tindakan optimal adalah kontingen (tergantung) pada situasi internal dan eksternal.
Seorang pemimpin kontingen secara efektif menerapkan gaya kepemimpinan mereka sendiri
pada situasi yang tepat. Pendekatan kontingensi dipengaruhi oleh dua program penelitian
sebelumnya yang berusaha menunjukkan perilaku kepemimpinan yang efektif. Selama tahun
1950-an, para peneliti di Ohio State University memberikan kuesioner untuk mengukur berbagai
kemungkinan perilaku pemimpin dalam berbagai konteks organisasi. Hasilnya adalah dua jenis
perilaku pemimpin yang terbukti efektif adalah :

1. perilaku pemimpin pertimbangan ( consideration leader behaviors) dimana pemimpin


membangun hubungan baik dan hubungan interpersonal dan menunjukkan dukungan dan
kepedulian terhadap bawahan dan

2. perilaku pemimpin struktural ( initiating structure leader behaviors) dimana seorang


pemimpin mengembangkan struktur organisasi (misalnya, tugas peran, perencanaan,
penjadwalan) untuk memastikan penyelesaian tugas dan pencapaian tujuan.

Selain itu, peneliti dari University of Michigan’s Survey Research Center menyarankan bahwa
teori-teori sebelumnya seperti birokrasi Weber dan manajemen ilmiah Taylor telah gagal
karena mereka mengabaikan bahwa gaya manajemen dan struktur organisasi sangat dipengaruhi
oleh berbagai aspek lingkungan: faktor kontingensi. Tidak mungkin ada “satu cara
terbaik” untuk model kepemimpinan atau struktur organisasi.

Gareth Morgan dalam bukunya Images of  Organization menggambarkan gagasan utama yang


mendasari teori kontingensi, yaitu :

 Organisasi adalah sistem terbuka yang memerlukan manajemen yang cermat untuk


memuaskan dan menyeimbangkan kebutuhan internal dan untuk beradaptasi dengan
keadaan lingkungan
 Tidak ada satu cara pengorganisasian yang terbaik. Bentuk yang paling sesuai sangat
tergantung pada jenis tugas atau lingkungan yang sedang dihadapi.
 Diatas segalanya, manajemen harus peduli untuk mencapai arah dan kesesuain yang
terbaik
 Berbagai jenis atau spesies organisasi diperlukan dalam berbagai jenis lingkungan

Menurut Robbins (2001) Teori Kontingensi merupakan pendekatan kepemimpinan yang


mendorong pemimpin memahami perilakunya sendiri. Teori ini mengatakan bahwa keefektifan
sebuah kepemimpinan adalah fungsi dari berbagai aspek situasi kepemimpinan. Adapun lima
teori yang termasuk ke dalam teori kontingensi adalah :

Model kontingensi Fiedler (Fiedler Contingency Model)

Fiedler (dalam Robbins, 2001) mengemukakakan bahwa kinerja kelompok yang efektif


bergantung pada padanan yang tepat antara gaya si pemimpin dan sampai tingkat mana situasi
memberikan kendali dan pengaruh kepada si pemimpin. Fiedler menciptakan instrument, yang
disebutnya LPC (Least Preffered Co-Worker) yang bermaksud mengukur apakah seseorang itu
berorientasi tugas atau hubungan. Kemudian setelah gaya kepemimpinan dasar individu dinilai
melalui LPC yang bermaksud mengukur apakah seseorang itu berorientasi tugas ataukah
hubungan, Fiedler mendefinisikan faktor-faktor hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas
dan kekuasaan jabatan sebagai faktor situasi utama yang menentukan efekftivitas kepemimpinan.

Teori Situasional Hersey dan Blanchad

Merupakan suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada para


pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat,
yang menurut argument Hersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2001) bersifat tergantung pada
tingkat kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya. Tekanan pada pengikut dalam keefektifan
kepemimpinan mencerminkan kenyataan bahwa para pengikutlah yang menerima baik atau
menolak pemimpin. Tidak peduli apa yang dilakukan si pemimpin itu, keefektifan bergantung
pada tindakan dari pengikutnya. Inilah dimensi penting yang kurang ditekankan dalam
kebanyakan teori kepemimpinan. Istilah kesiapan, seperti didefinisikan oleh Hersey dan
Blanchard, merujuk ke sejauh mana orang mempunyai kemampuan dan kesiapan untuk
menyelesaikan suatu tugas tertentu.

Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota

Menurut teori ini, George Graen (dalam Robbins, 2001) menciptakan kelompok-dalam dan


kelompok-luar, dan bawahan dengan status kelompok dalam akan mempunyai
penilaian kinerja yang lebih tinggi, tingkat keluarnya karyawan yang lebih rendah, dan kepuasan
yang lebih besar bersama atasan mereka. Hal pokok yang harus dicatat di sini adalah bahwa
walaupun pemimpinlah yang melakukan pemilihan, karakteristik pengikutlah yang mendorong
keputusan kategorisasi dari pemimpin.

Teori Jalur-Tujuan (House’s Path Goal Theory)

Dikembangkan oleh Robert House (dalam Robbins, 2001), teori jalantujuan mengambil elemen-


elemen dari penelitian kepemimpinan Ohio State University tentang struktur awal dan tenggang
rasa dan teori pengharapan motivasi. inti dari teori jalan-tujuan (path-goal theory) adalah bahwa
merupakan tugas pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber daya lain yang
dibutuhkan kepada para pengikut mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka. Istilah jalan-
tujuan berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan
jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan
demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai
rintangannya.

Teori Model Partisipasi-Pemimpin Vroom dan Yetton


Victor Vroom dan Phillip Yetton (dalam Robbins, 2001) mengemukakan bahwa teori ini
merupakan suatu teori kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menentukan
ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan.

Teori Kontingensi biasa disebut juga sebagai teori situsional.


Pandangan teori situasional dalam organisasi, memandang bahwa dalam penyelesaian
masalah organisasi dapat dituntaskan dengan menggunakan metode-metode yang sesuai
dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Teori situasional dikembangkan oleh Paul Hersey
dan Keneth H. Blancard.

Teori situasional merupakan perkembangan yang mutakhir dari teori organisasi. Model ini


didasarkan pada hubungan garis lengkung atau curva linier diantara perilaku tugas dan
perilaku hubungan dan kematangan. Teori ini mencoba menyiapkan perangkat organisasi
dengan beberapa pengertian mengenai hubungan diantara para anggota organisasi yang
efektif dan tarap kematangan yang dimiliki anggota organisasi tersebut. Teori situasional
organisasi memiliki beberapa variabel diantaranya manajer, bawahan, atasan, organisasi,
tuntutan kerja dan waktu, yang terlibat dalam teori situasional, namun penekanan tetap
terletak pada hubungan manajer dengan anggota organisasi. Anggota organisasi
merupakan faktor yang paling menentukan dalam suatu peristiwa dalam organisasi.

Teori ini berasumsi bahwa manajer yang efektif tergantung pada taraf kematangan


anggota organisasi, dan kemampuan manajer untuk menyesuaikan orientasinya,
baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia.
Makin matang anggota organisasi, manajer harus mengurangi tingkat struktur tugas dan
menambah orientasi hubungannya. Pada saat individu atau kelompok bergerak dan
mencapai rata-rata kematangan manajer harus mengurangi baik hubungannya maupun
orientasi tugasnya. Keadaan ini berlangsung sampai anggota organisasi mencapai
kematangan penuh, dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat dari kematangan
kerjanya ataupun kematangan psikologisnya. Jadi teori situasional ini menekankan pada
kesesuaian antara gaya manajer dengan tingkat kematangan anggota organisasinya.

Anda mungkin juga menyukai