Anda di halaman 1dari 4

Program Doktor Ilmu Manajemen

Universitas Terbuka

Dari Inisiasi 1

Diskusi 1. Pengantar ke Filsafat

Diskusikan hubungan antara filsafat dan science. Diskusikan pula peran filsafat dalam
pengembangan science. Sertakan dukungan literature atas argumen yang Anda sampaikan.

Hubungan antara filsafat dan science


Manusia sebagai makhluk yang dilahirkan ke dunia tidak mengetahui apapun yang
ada disekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Untuk mengenal dirinya dan lingkungan
disekitarnya, manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir. Kemampuan ini yang
digunakan untuk mulai memikirkan dari mana asal sesuatu, bagaimana sesuatu, untuk apa
sesuatu dan apa manfaat dari sesuatu tersebut. Proses ketika manusia telah mulai tahu dari
mana asalnya, bagaimana proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, pada saat itu manusia
telah berfilsafat. Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai usaha untuk mencari kebenaran
tentang segala sesuatu, baik yang ada atau mungkin ada, dari mana asal sesuatu, bagaimana
sesuatu muncul dan untuk apa sesuatu itu ada.
Pemikiran-pemikiran yang dilakukan oleh manusia akan berbeda antara satu dengan
lainnya sehingga muncul beraneka macam pandangan, pendapat dan tanggapan yang
akhirnya menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui secara bersama-sama dan berlaku
dilingkunganya. Kesepakatan tentang sesuatu itu dan berlaku untuk umum serta menjadi
kebiasaan pada komunitasnya secara turun temurun. Hal itulah yang dinamakan tradisi,
dari tradisi itulah berkembang menjadi suatu science /ilmu pengetahuan (Putri, 2017) .
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Philosophia terdiri dari philos (cinta,
suka) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophia (kebijaksanaan, hikmah,
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Sehingga secara sederhana,
filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Berdasarkan pengertian tersebut, filsafat berarti
mencintai, menikmati kebijaksaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa
yang diucapkan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates, bahwa filosof adalah orang yang
mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filosof bukanlah orang
yang bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar
dan mencari kebenaran atau kebijaksaan (Muchtar dan Penel, 2016).
Pada awalnya filsafat meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangannya science/ilmu pengetahuan terjadi pemisahan dari filsafat, yang tadinya
merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987). Dari
perkembangan sejarah tersebut filsafat juga berarti mater scientarum yang artinya induk
dari segala ilmu pengetahuan (Ibrahim, 2008).
Ilmu sebagai pengetahuan berasal dari istilah Inggris science yang berasal dari kata
Latin scientia yang diturunkan dari kata scire. Perkataan yang terakhir ini artinya
mengetahui. Tetapi pengetahuan sesungguhnya hanyalah hasil atau produk dari sesuatu
kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Perkataan latin scire juga berarti belajar. Dengan
demikian, dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai aktivitas.
Demikianlah Charles Singer merumuskan bahwa ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas
manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada
metode dari aktivitas itu. Banyak orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut
suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa
kebenaranya (Gie, 2007).
Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan
hasil ciptaan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah.
Perbedaan antara keduanya, terutama untuk filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara
menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai
bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka
analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik
pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara
fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas. Sedangkan ilmu lebih bersifat analitis
dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas
gejala-gejala tersebut. Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat
mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa
yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya,
bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu),
namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya
yakni berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda
(Wahid, 2012).
Berdasarkan pengertian dan kedudukan antara filsafat dan science yang telah
dikemukakan dapat dipahami bahwa telah terjadi adanya hubungan yang sangat erat
antara filsafat dengan science. Filsafat dan science tidak dapat dipisahkan dalam suatu
pembelajaran. Filsafat dan science merupakan suatu pengetahuan yang hampir sama.
Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencari kebenaran, tetapi memilki
metode-metode yang berbeda dalam menemukan suatu kebenaran tersebut. Science
membutuhkan pemikiran yang mendalam agar bisa dipahami dengan sangat baik. Maka dari
itu filsafat dan science sangat berhubungan erat karena saling berkaitan dalam menemukan
kebenaran. Meskipun kebenaran keduanya hanya sementara atau sewaktu-waktu dapat
berubah dikarenakan perkembangan zaman yang semakin maju dan perubahan kondisi
alam. Filsafat mencoba menjawab petanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh
science, maka dari itu bidang kajian filsafat lebih luas daripada science.

Peran filsafat dalam pengembangan science


Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa filsafat dan science memiliki kaitan yang
sangat erat satu sama lain. Filsafat merupakan dasar pemikiran yang melahirkan science
yang nantinya berkembang dan menghasilkan produk berupa teknologi. Teknologi
digunakan manusia sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhannya. Dapat ditemui berbagai
implementasi atau bentuk nyata penerapan filsafat pada science yang berimplikasi pada
teknologi. Filsafat medorong pola pikir manusia untuk lebih kritis dalam mencari tahu suatu
kebenaran. Untuk mempelajari yang dalam menjadi lebih dalam sehingga filsafat memberi
nilai terhadap perkembangan itu sendiri.
Filsafat pada science digunakan untuk menstandariasi atau untuk menciptakan
science itu sendiri. Melibatkan pencarian secara harfiah hingga pengembangan akhir berupa
produk teknologi. Jadi dapat dikatakan, filsafat tidak hanya membentuk, melahirkan dan
menciptakan science, namun filsafat juga berperan dalam mengembangkan science
tersebut hingga menghasilkan produk pengembangan science dan teknologi di berbagai
bidang. Keinginan manusia untuk meningkatkan taraf kehidupan dan peradabannya menjadi
lebih baik, mendorong manusia untuk lebih berfikir kritis menciptakan berbagai kemudahan
dan inovasi. Dengan memahami filsafat, manusia juga dapat berpikir komprehensif yaitu
berpikir secara menyeluruh dan radikal dalam membangun pengetahuan, sehingga dia akan
bersikap dinamis dan terbuka terhadap lingkungan dan perkembangan iptek yang akan
membuat pengetahuannya menjadi luas (Haro, 2019).
Setiap pengetahuan selalu mengandung kebenaran dan suatu kebenaran tersebut
harus dicari kepastian atau kesahihan kebenarannya. Kita ketahui bahwa ada dua macam
kebenaran yaitu : kebenaran empiris dan logis, dimana ada tiga sifat dasar kebenaran
ilmiah; pertama, struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis atau dapat dipahami
dengan baik oleh akal budi, kedua harus berisi empiris artinya harus diuji dengan kenyataan
yang ada, dan ketiga, sifat pragmatis yang menggabungkan dua sifat kebenaran di atas serta
dapat berguna dalam memecahkan permasalahan.
Filsafat juga berperan dalam pembentukan karakter dimana filsafat mendorong pola
pikir dan pemahaman manusia akan suatu hal yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-
harinya. Kebiasaan sehari-hari itulah yang membentuk suatu karakter dimana pembentukan
karakter tersebut disertai pendidikan karakter yang berdasarkan teladan yang baik.
Pemikiran positif dan teladan yang baik nantinya dapat menjadikan manusia untuk mampu
membedakan yang baik dan yang buruk dimana sangat bermanfaat dalam pengembangan
science (Noeng, 2006).
Penerapan science selalu memerlukan pertimbangan-pertimbangan dari dimensi etis
yang mempengaruhi pengembangan science ke depannya. Tanggung jawab etis selalu
berhubungan dengan science. Filsafat tidak berdiri sendiri, namun juga berkembang sebagai
landasan pengembangan science. Sebagai contoh dalam pengembangan teknologi
persenjataan nuklir. Filsafat digunakan sebagai dasar pemikiran yang menciptakan
pengembangan sekaligus digunakan sebagai kontrol teknologi tersebut. Manusia yang dapat
berfilsafat dengan baik atau memiliki filosofi yang handal, akan dapat mengontrol dirinya
bahwa teknologi persenjataan nuklir yang diciptakannya merupakan bentuk teknologi yang
dapat digunakan untuk kemaslahatan umat, dalam hal ini hanya digunakan untuk
menciptakan perdamaian dan keamanan diri dari ancaman yang terjadi di luar. Faktor-faktor
lain akan ikut dipertimbangkan seperti keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia,
martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada
kepentingan umum. Pada intinya science dan teknologi dipelajari untuk mengembangkan
dan memperkokoh eksistensi manusia, dan bukan sebaliknya. Namun bagi seseorang yang
tidak mampu memahami filsafat dengan baik, maka yang timbul adalah perbudakan oleh
teknologi itu sendiri yang nantinya berujung pada penyimpangan penggunaan teknologi
yang jauh pada kemaslahatan umat. Jadi, begitu banyak implementasi filsafat terhadap
science karena memang filsafat digunakan sebagai landasan pola pikir lahirnya science.

Referensi
Bertens, K. (1987). Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia.
Gie, T. L. (2007). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Haro, S. D. (2019). Science and Philosophy: A Love–Hate Relationship. Springer
Ibrahim, S. (2008). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Bandung: Sekolah Farmasi ITB.
Muchtar, S. & Penel, A. P. (2016). Materi Pokok Filsafat Ilmu. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Noeng, M. (2006). Filsafat Ilmu Kualitatif dan Kuantitatif untuk Pengembangan Ilmu dan
Penelitian. Yogyakarta: Rake Serasin.
Putri, L. (2017). Hubungan Antara Filsafat dengan Ilmu. Malang : Universitas Brawijaya.
Wahid, A. (2012). Korelasi Agama, Filsafat, dan Ilmu. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri
Ar Raniry.

Anda mungkin juga menyukai