Anda di halaman 1dari 13

TANTANGAN FILSAFAT MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Filsafat Manajemen Pendidikan Islam yang diampu oleh Arisal A., S.Pd, I., M.PD

Oleh

KELOMPOK 11

ANDI NISMALASARI (862312020013)


NURPADILLA PUTRI (862312020022)
HIKMAH WAHYU (862312020034)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN BONE)

2021

1
DAFTAR ISI

SAMPIL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah. 1
C. Tujuan . 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Tantangan Filsafat Manajemen Pendidikan Islam 11
B. Solusi terkait tantangan Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kehadirat Allah SWT, yang telah memberkan izin
dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Tantangan Filsafat Manajemen Pendidikan Islam”. Meskipun
banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis
berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tentunya ada hal-hal yang penulis ingin berikan kepada masyarakat


terutama para mahasiswa dari hasil makalah ini. Karena itu penulis berharap
semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis
ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Watampone, 28 November 2021

Penyusun,

Kelompok 11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini, umat Islam hidup dalam era modern yang penuh dengan
tantangan dan rintangan. Di era ini, umat Islam diharuskan
mempunyai ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang unggul agar
dapat bersaing untuk merebut peluang yang ada. Umat Islam ditantang untuk
mempunyai sikap kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, demokratis, etos kerja yang
tinggi serta spiritual yang kokoh. Menghadapi segala tantangan hidup yang
sedemikian komplek, dunia pendidikan juga dihadapkan dengan tantangan
yang semakin berat. Pendidikanlah yang mempunyai peranan penting dalam
mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Begitu pula pendidikan Islam.

Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah)


akan sangat bergantung kepada Manajemen dan komponen-komponen
pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, peserta didik, pembiayaan,
tenaga pelaksana, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Komponen-komponen
tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga
pendidikan (sekolah), artinya bahwa satu komponen tidak lebih penting dari
komponen lainnya. Akan tetapi satu komponen memberikan dukungan bagi
komponen lainnya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap
pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah) tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tantangan Manajemen Pendidikan Islam?
2. Apa Solusi Dari Tantangan Manajemen Pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahuai apa saja tantangan dalam manajemen pendidikan islam

2. Mengetahui solusi terkait tantangan manajemen pandidikan islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tantangan Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
1. Tantangan terkait Lemahnya Visi dan Misi Kelembagaan
Persoalan penentuan visi dan misi kelembagaan menjadi persoalan urgen
yang sering dilupakan oleh pengelola pendidikan. Visi lembaga pendidikan
seharusnya sudah dirancang dari awal untuk menjadi payung dilaksanakan
proses belajar mengajar. Karena dengan visi dan misi itulah suatu
lembaga pendidikan dapat merencanakan dan menentukan hal-hal yang
diperlukan dalam kegiatan pendidikan. Sekarang ini, visi dan misi menjadi
masalah serius bagi lembaga pendidikan Islam.

Jika ditinjau dilapangan, banyak lembaga pendidikan tidak memiliki


visi atau arah yang jelas mengenai pengelolaan pendidikan yang baik,
sehingga belum mempunyai perencanaan dan penataan baik yang
mengakibatkan pada tatanan implementasi cenderung berjalan apa adanya.

2. Tantangan terkait Kurikulum yang overloaded


Kurikulum menjadi persoalan yang sangat urgen dalam dunia
pendidikan. Kurikulum dalam sarat dengan materi (overloaded) dan bahkan
tidak memiliki keterikatan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum.
Kurikulum di di suatu lembaga pendidikan lebih menekankan pada ranah
kognitif saja, sementara ranah afektif dan psikomotorik menjadi terabaikan.
Seharusnya, kurikulum harus segera diperbaiki karena tanpa kurikulum yang
tepat, maka lembaga Pendidikan akan sulit mencapai tujuan Pendidikan.

Muhaimin mencatat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh


Pendidikan Islam di Indonesia, khususnya jenjang pendidikan tinggi,
permasalahan dimaksud berkaitan dengan desain dan implementasi kurikulum,
sebagai berikut:
a. Kurang relevannya materi pembelajaran dengan masyarakat
banyak program studi dan materi pembelajaran yang tidak

2
diminati masyarakat tetap dipertahankan.
b. Kurang efektifnya pembelajaran, yakni tidak terjaminnya lulusan
yang sesuai dengan harapan.
c. Kurang efisiennya penyelenggaraan pembelajaran, yakni terlalu
banyaknya materi pembelajaran sehingga kompetensi lulusan
tidak bisa dijamin secara baik.
d. Kurang fleksibelnya dalam pengembangan kurikulum agar
lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat (setempat, global,
maupun nasional).
e. Banyaknya multitafsir atas materi dan praktek pembelajaran.
f. Hanya berupa deretan mata kuliah
g. Berbasis pada mata kuliah / penyampaian materi bukan pada tujuan
kurikuler.
h. Kurang jelas dan kuatnya pengacuan secara fungsional materi
pembelajaran terhadap tugas utama kurikuler.
Untuk kepentingan ke depan, perlu dilakukan pembaharuan
kurikulum dari penyelenggaraan pendidikan yang lebih bersifat reponsif dan
progresif. Pembaharuan kurikulum ini penting dilakukan untuk menciptakan
keterhubungan dan relevansi yang sangat tinggi antara program pendidikan
yang dijalankan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

3. Manajemen pendidikan tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya


Kalimat kompetensi yang saat ini banyak tersurat dalam system
pendidikan dan dalam proses kegiatan belajar mengajar dipandang masih bersifat
bias, tidak mengena dan tampak hanya tekstual semata tidak pada esensi yang
sebenarnya. Hal ini sangat tampak terlihat jelas melihat kasus-kasus seperti ini,
jangankan lulusan SMA/SMK orang yang sarjana pun bingung sebenarnya dia
bisa apa, punya kompetensi apa, apakah kompeten dalam bidagnya atau
tidak, ditambah lagi ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi
tanpa mempertimbangkan potensi diri dan kompetensi yang sudah ia
miliki.suatu refleksi kegagalan pendidikan yang sangat fatal, dimana
pendidikan sebenarnya tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya, hal ini

3
mengakibatkan rendahnya daya saing lulusan. Tantangan terkait Tenaga pendidik
dan kependidikan yang kurang professional apabila dilakukan oleh guru yang
professional dan bertanggung jawab.
4. Tantangan terkait Tenaga pendidik dan kependidikan yang kurang
professional
Guru mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru merupakan orang yang berada di garda terdepan dan ujung tombak
pada proses Pendidikan. Hal tersebut disebabkan guru mempunyai posisi sebagai
perancang, pelaksana, dan pengevaluasi pembelajaran. Pendidikan akan
berhasil dengan baik apabila dilakukan oleh guru yang professional dan
bertanggung jawab.
5. Tantangan terkait Dikotomi ilmu pengetahuan
Saat ini pendidikan dikembangkan dengan memisahkan antara
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Para tokoh agama mempunyai
pendapat bahwa cukuplah hidup di dunia ini dengan berbekal ilmu agama,
walaupun gagap ilmu dan teknologi tidak akan membuat kita merasa terancam
dan terasing oleh kehidupan dan justru akan mampu mengendalikan
kehidupan dengan baik, bukan sebaliknya dikendalikan oleh kehidupan itu
sendiri. Berbeda halnya dengan kehidupan yang hanya dibekali dengan ilmu-
ilmu umum saja, mereka akan merasakan kehidupan yang hampa walaupun
terlihat nyaman dalam buaian ilmu dan teknologi.

Pendidikan Islam selama ini hanyut dalam pemikiran sekuler, sehingga


secara tidak sadar melakukan dikotomisasi antara pendidikan keimanan
(ilmuilmu agama) dengan pendidikan umum (ilmu pengetahuan) dan pendidikan
akhlak (etika).

Pendidikan sekuler mengembangkan ilmu dengan spesialisasi secara


ketat, sehingga keterkaitan dengan ilmu yang lain menjadi hilang, dan melahirkan
dikotomi kelompok ilmu agama dan ilmu umum. Pemisahan ini berdampak
pada perbedaan sikap di kalangan umat Islam terhadap kedua disiplin ilmu
tersebut. Ilmu agama diperlakukan sebagai ilmu Allah yang bersifat sakral dan

4
wajib dipelajari, sedangkan ilmu umum, baik ilmu kealaman maupun sosial
bersifat profan dan tidak wajib untuk dipelajari. Hal ini berimbas pada
kemunduran umat Islam di bidang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, terjadi reduksi ilmu agama dan pendangkalan
ilmu-ilmu umum. Situasi tersebut membawa akibat ilmu-ilmu agama menjadi
tidak menarik karena terlepas dari kehidupan nyata, sedangkan ilmu-ilmu umum
berkembang tanpa sentuhan etika dan spiritualitas agama, sehingga
kehilangan makna dan bersifat destruktif.
6. Paradigma Tujuan Pendidikan Di Masyarakat Masih Banyak Yang
Salah
Masyarakat terutama di pedesaan masih berparadigma bahwa pertama,
tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan semata bukan untuk
mendewasakan peserta didik, kedua, masih banyak masyarakat yang
berpandangan bahwa ukuran kesuksesan dari pendidikan adalah menjadi PNS,
jadi meskipun ia berhasil dalam bidag materi namun tidak menjadi
PNS/berseragam dinas mereka menganggap bahwa pendidikannya telah gagal.
Paradigma tujuan pendidikan yang masih memprihatinkan meskipun terkesan
sepele namun cukup fatal karena akan membentuk pola piker peserta didik.
7. Tantangan terkait sarana dan prasarana yang kurang memadai
Kita tahu sendiri bahwa sarana dan prasarana dalam pendidikan masih
sangat minim, seperti halnya sarana dan prasarana di berbagai sekolah rusak.
Dalam hal ini fasilitas kegiatan belajar mengajar itu sungguh jauh dari tidak
layaknya. Begitupun juga mengenai kurangnya tenaga pengajar yang tidak
professional. Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan
berakibat dalam masalah minimnya pendidikan, disebabkan karena keterbatasan
fasilitas sekolah dan pembelajaran yang tidak memadai saat ini. Padahal apa bila
kita lihat dari pengertian pendidikan adalah usaha sadar yang di lakukan untuk
mencapai suatu tujuan. Tetunya jika Pendidikan disusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Tetapi dalam manajemen sarana dan
prasarana pendidikan terdapat kekurangan dalam memanajemeni yaitu
kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan peserta didik dalam proses

5
belajar dan pembelajaran.
Realitanya di daerah terpencil tidak memadai mengenai sarana dan
prasarana pendidikan, termasuk sarana prasaranany, termasuk SDMnya
sendiri sehingga memicu perkembangan pendidikan, dalam hal ini banyak
permasalahn yang timbul mengenai kurangnya sarana dan prasarana seperti
halnya fasilitas yang minim yaitu permasalahan utama di setiap pendidikan
sekolah akan menimbulkan kesenjangan mutu Pendidikan tersebut.
B. Solusi terkait tantangan Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
1. Merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Kurikulum ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu sejalan
dengan tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta tuntutan dunia kerja. Dengan demikian, terjadi hubungan yang
sinergis antara Lembaga Pendidikan dengan masyarakat.
2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta meningkatkan
daya saing melalui IPTEK
Lembaga Pendidikan harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai
standar pendidikan nasional yang baik. Misalnya ruang belajar yang baik dan
mencukupi, tempat olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, serta
sumber belajar lainnya yang menunjang proses pembelajaran termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, untuk
meningkatkan daya saing lembaga Pendidikan dalam menghasilkan karya-
karya bermutu sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan dan teknilogi, harus
dimulai dari memperbaiki mutu lembaga Pendidikan secara terus-menerus
agar bisa memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat secara luas dan
sebagai upaya untuk merespons perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi.
3. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan
kependidikan
Untuk memajukan lembaga pendidikan, dibutuhkan tenaga
pendidik dan kependidikan yang profesional, yakni sumber daya manusia
yang mempunyai keilmuan yang luas dan mendalam yang didukung oleh
latar belakang Pendidikan yang relevan serta mempunyai kemampuan untuk

6
mendidik (education, tarbiyah atau ta’dib) atau mengamalkan ilmunya. Selain itu,
tenaga pendidik dan kependidikan juga harus mempunyai kepribadian yang baik
serta memiliki etos kerja tinggi sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta
didik.
Guru yang professional dapat menunjukan kinerja yang produktif. Kinerja
yang produktif sangat dibutuhkan karena produktivitas merupakan salah satu
indicator yang harus dipenuhi dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
Hasil kinerja guru tercermin pada hasil belajar atau prestasi yang diraih peserta
didik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja
guru, misalnya dengan melakukan supervisi, kegiatan ilmiah, studi lanjut dan
penilaian kinerja guru.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa tantangan filsafat manajemen pendidikan yaitu, Tantangan
terkait Lemahnya Visi dan misi kelembagaan, Tantangan terkait
Kurikulum yang overloaded, Manajemen pendidikan tidak berbasis
kompetensi yang sebenarnya, Tantangan terkait Tenaga pendidik dan
kependidikan yang kurang professional, Tantangan terkait Dikotomi ilmu
pengetahuan, Paradigma Tujuan Pendidikan Di Masyarakat Masih Banyak
Yang Salah, Tantangan terkait sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Peran filsafat terhadap manajemen Pendidikan Islam dibuktikan dengan
meberikan solusi terhadap tantangan-tantangan manajemen pendidikan. Adapun
solusi tersebut yaitu, Merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, Memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta meningkatkan
daya saing melalui IPTEK, Memperbaiki dan meningkatkan kinerja tenaga
pendidik dan kependidikan.
B. Saran
Tidak menuntut kemungkinan dari pemaparan makalah kami terkait tentang
tantangan filsafat manajemen pendidikan islam masih ada yang kurang. Jadi
diharapkan kepada pembaca untuk tetap mencari dan mengembangkan materi
tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press,2003.
`Mutohar, Prim Masrokan, Manajemen Mutu Sekolah, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013.

Anda mungkin juga menyukai