Anda di halaman 1dari 8

JDEP Vol. 1 No.

1 (2018)

24

JDEP Vol. 1, No. 1, pp 29-36, 2018


© 2018 FEB UPNVJT. All right reserved
e-ISSN - 2614-2546

Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan (JDEP)


URL: http://jdep.upnjatim.ac.id/index.php/jdep

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR


DAN SEDANG DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN
TABEL INPUT-OUTPUT

Betty Silvia Ayu Utami a *.


INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur,
Jalan Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar, Kota surabaya, Jawa Timur 60294. Bettysilfia10@gmail.com
Article history: The purpose of this research is to know and analyze the role and backward linkage
Dikirim tanggal: 10 Desember 2017 and forward linkage of big and medium manufacturing industry in East Java
Diterima tanggal: 7 Januari 2018 Province. The data used in this study is cross section data, data to measure the
Tersedia online tanggal: 31 Januari 2018 linkage of economic sector. While the population of this research is all economic
sector in East Java Province, which is divided into 66 economic sectors in
accordance with Input-Output analysis (I-O). From the analysis result, it is
concluded that the backward linkage condition shows the bamboo, wood and rattan
industry sub sector, the non-metallic minerals sub industry, and the cement sub-
industry has the greatest value, while from the forward linkage shows that the
petroleum refinery industry sub sector, sub industry of goods.

Keywords: Manufacturing Industri, Excellent Tujuan dari penelitia ini mengetahui dan menganalisis peranan serta keterkaitan
Sector, and Input Output. ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) sektor
industri manufaktur besar dan sedang di Provinsi Jawa Timur. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data cross section, data untuk
mengukur keterkaitan sektor ekonomi. Sedangkan populasi enelitian ini adalah
seluruh sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur,yang terbagi menjadi 66 sektor
ekonomi sesuai dengan metode analisis Input-Output (I-O). dari hasil analisis
dsimpulkan bahwa Kondisi backward linkage memperlihatkan sub sektor industri
bambu, kayu dan rotan, sub industri mineral bukan logam, dan sub industri semen
memiliki nilai terbesar, sementara dari sisi forward linkage memperlihatkan
bahwa sub sektor industri pengilangan minyak bumi, sub industri kimia, sub
industri barang.

2018 FEB UPNVJT. All rights reserved

29
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

1. PENDAHULUAN sebagai penggerakekonomi. Sektor ini telah


Perubahan perekonomian suatu negara sering menggantikan peran sektor pertaniandalam
dipahami atau diartikan sebagai proses penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan
transformasi struktural. Seperti istilah Kuznets, wilayah. Namun, berdasarkan data dari badan pusat
perubahan struktur ekonomi, disebut transformasi statistik jawa timur kontribusi sektor industri
struktural, dapat didefinisikan sebagai suatu terhadap PDRB terus menurun, yaitu tahun 2009
rangkaian perubahan yang saling terkait satu kontribusinya mencapai 28,04 dan menurun pada
dengan lainnya dalam komposisiagregat demand, tahun 2010 sebesar 27,49 persen. Berdasarkan latar
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), belakang dan uraian di atas, tujuan dari penelitia ini
agregat supply (produksi dan penggunaan faktor- yaitu 1) untuk mengetahui peranan sektor industri
faktor produksi) yang diperlukan guna mendukung manufaktur terhadap perekonomian di Provinsi
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dilihat dari sisi output, nilai tambah
yang berkelanjutan (Chenery dalam Hill, 2003). bruto dan permintaan akhir; dan 2) untuk
Perubahan struktural dalam ekonomi modern mengjtahui keterkaitan ke belakang (backward
mencakup perubahan kegiatan pertanian ke linkage) dan keterkaitan ke depan (forward
nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan linkage) sektor industri manufaktur besar dan
dalam skala unit-unit produktif, dan perubahan dari sedang di Provinsi Jawa Timur.
perusahaan perseorangan menjadi perusahaan
berbadan hukum, serta perubahan status kerja 2. KAJIAN LITERATUR
buruh (Jhingan, 2004). A. Teori Industri Perroux
Perkembangan ekonomi ke arah yang lebih maju Teori Perroux yang dikenal dengan istilah “Pusat
melalui industrialisasi dapat meningkatkan Pertumbuhan” (pole of growth, pertumbuhan tidak
keterkaitan antar sektor. Dengan adanya muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama.
industrialisasi akan muncul dan berkembang Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat
kegiatan lain yang menjadi komponen pendukung yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas
industri tersebut. Perkembangan industri berbasis yang berbeda. Inti dari teori Perroux adalah sebagai
pertanian misalnya, akan mendorong permintaan berikut Arsyad (2004) :
produk pertanian sehingga meningkatkan Dalam proses pambangunan akan timbul industri
keterkaitan sektor industri dengan sektor pertanian. pemimpin yang merupakan industri utama dalam
Selain itu dukungan sektor lain juga akan pembangunan suatu daerah.
meningkat seperti sektor perdagangan, hotel, Pemusatan idustri pada suatu daerahakan
restoran dan jasa-jasa lainnya. (Hapsari, 2008). mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena
Kebijakan pembangunan secara sektoral yang pemusatan industri akan menciptakan pola
strategis adalah pembangunan sektor industri. konsumsi yang berbeda antar daerah, sehingga
Sektor industri seringkali disebut sebagai sektor perkembangan industri di daerah tersebut akan
pemimpin (Leading Sector)). Leading Sector mempengaruhi perkembangan daerah-daerah
bermakna bahwa dengan adanya pembangunan lainnya.
industri akan memacu dan mengangkat Perekonomian merupakan gabungan dari sistem
pembangunan sektor lainnya seperti sektor industri yang relatif aktif (industri pemimpin)
pertanian dan sektor jasa. Dengan demikian dengan industri-industri yang relatif pasif, yaitu
kesempatan kerja makin tersebar luas dan industri yang tergantung dari industri pemimpin
pendapatan masyarakat makin meningkat (Arsyad, atau pusat pertumbuhan.
1999). Provinsi Jawa Timur adalah daerah yang Arsyad (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan
dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, industri akan merangsang pertumbuhan sektor-
dan memiliki signifikansi perekonomian yang sektor lainnya, seperti sektor pertanian untuk
cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap menyediakan bahan baku, sektor transportasi,
Produk Domestik Bruto nasional komunikasi, listrik, gas, dan air bersih, konstruksi
(Bappeda.jatimprov.go.id). sebagai infrastruktur yang tak kalah pentingnya,
Jawa Timur sebagai provinsi terbesar kedua di juga sektor perdagangan maupun jasa sebagai
Indonesia masih mengandalkan sektor industri sektor pendukung.

30
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

B. Teori Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi bergeser dengan pengembangan kapasitas yang
Hoover dan Hirschman lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi
Keterkaitan ekonomi juga dapat diketahui dengan kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang
melihat shareinput dan output suatu daerah, nilai menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun
keterkaitan ekonomi dianalisis melalui dua pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang,
pendekatan yakni keterkaitan kedepan maupun sehingga mampu memberi pengaruh terhadap
keterkaitan kebelakang. Dampak ekonomi yang sektor-sektor lainnya.
timbul dari adanya keterkaitan ekonomi disebut
multiplier effect, yang terbagi menjadi 3 efek yaitu 3. METODOLOGI PENELITIAN
output multiplier, incomemultiplier dan A. Teknik Analisis
employment multiplier. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Hoover dalam Kuncoro (2002) menjelaskan bahwa analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya
model I-O merupakan alat yang populer untuk memberikan gambaran secara umum bahasan yang
menganalisis tiga jenis keterkaitan spasial yang diteliti dalam bentuk data atau angka yang
menjelaskan pertumbuhan ekonomi regional, yaitu: kemudian dianalisis, diklasifikasikan, dan
keterkaitan horisontal, keterkaitan vertikal dan diintepretasikan dalam bentuk uraian. Data yang
keterkaitan komplementer. Keterkaitan horisontal digunakan dalam penelitian ini merupakan data
meliputi persaingan antar pelaku ekonomi, cross section, data untuk mengukur keterkaitan
keterkaitan vertikal meliputi kaitan ke belakang sektor ekonomi. Sedangkan populasi enelitian ini
(backward linkage) yaitu daya tarik terhadap adalah seluruh sektor ekonomi di Provinsi Jawa
sumber bahan baku dan kaitan ke depan (forward Timur,yang terbagi menjadi 66 sektor ekonomi
linkage) yaitu daya tarik terhadap pasar. sesuai data Input-Output tahun 2006.
Menurut Hirschman jika kita mengamati proses B. Klasifikasi dan Definisi Variabel
pembangunan yang terjadi antara dua periode Untuk menghindari salah pengertian dalam
waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor penulisan ini serta meluasnya permasalahan, maka
kegiatan ekonomi mengalami perkembangan perlu adanya batasan-batasan mengenai variabel-
dengan laju yang berbeda, yang dalam variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
perkembangannya akan menghasilkan sektor sebagai berikut:
pemimpin yang akan merangsang perkembangan 1. Output : merupakan nilai produksi (barang/jasa)
sektor lainnya. Dalam pendapatnya Hirschman yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi
melakukan pengelompokan sektor-sektor yang ada di Provinsi Jawa Timur.
perekonomian berdasarkan pengaruh kaitan ke 2. Permintaan Akhir : barang dan jasa selain
belakang (Backward Linkage) dan pengaruh kaitan digunakan oleh sektor produksi dalam rangka
ke depan (Forward Linkage). proses produksi, juga digunakan untuk
C. Sektor Unggulan (Key Sector) memenuhi permintaan oleh konsumen akhir
Sektor prioritas adalah suatu sektor/subsektor yang seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi
mampu mendorong kegiatan ekonomi dan pemerintah, pembentukan modal, ekspor, dan
menciptakan kesejahteraan di suatu daerah perubahan stok.
terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan C. Analisis Input-Output
lapangan pekerjaan. Sehingga identifikasi sektor Struktur dasar dari Tabel I-O dapat digambarkan
unggulan sangat penting terutama dalam rangka pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
menentukan prioritas dan perencanaan
pembangunan ekonomi di daerah. Ada empat
syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor
prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus
menghasilkan produk yang mempunyai permintaan
yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan
berkembang cepat akibat dari efek permintaan
tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang
teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru

31
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

Tabel 1.1 Struktur Dasar Tabel Transaksi Keterkaitan langsung ke depan (forward linkage /
Input-Output Wilayah Jawa Timur FLER) dapat diketahui dari penjumlahan koefisien
input sektor ke kanan atau elemen
kolom.Keterkaitan langsung ke depan
menggambarkan dampak sektor tertentu terhadap
sektor-sektor lainnya yang menggunakan keluaran
sektor tersebut sebagai masukan antara untuk setiap
unit kenaikan permintaan akhir.Keterkaitan
langsung ke belakang (backward linkage / BLER)
dapat diketahui dari penjumlahan koefisien
inputsektor ke bawah atau elemen baris.
Keterkaitan langsung ke belakang menggambarkan
dampak sektor tertentu terhadap sektor-sektor
lainnya yang menggunakan keluaran sektor
tersebut sebagai masukan antara untuk setiap unit
kenaikan permintaan akhir. Dari keterkaitan ke
belakang (BLER) dan keterkaitan ke depan (FLER)
diturunkan pula indeks keterkaitan ke belakang dan
Sumber : Arief, 2010 :24
indeks keterkaitan ke depan. Indeks ini diperoleh
dengan menjumlahkankoefisien input yang telah di
Keterangan:
invers menurut baris dan kolom masing-masing
i,j : sektor ekonomi
sektor.
Xij : banyaknya output sektor i yang digunakan
BLER atau dinotasikan αj dapat bernilai 1 (satu),
sebagai input sektor j
kurang dari 1 (satu), atau lebih dari 1 (satu). Untuk
Yi : total permintaan akhir sektor i
αj = 1 berarti daya penyebaransektor j sama dengan
Xj : total input sektor j
rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
Ci : konsumsi rumah tangga terhadap sektor i
Apabila αj < 1 berarti sektor j memiliki
Gi : konsumsi pemerintah terhadap sektor i
kemampuan daya penyebaran yang lebih rendah
Ii : pembentukan modal tetap (investasi) di sektor i,
dibandingkan rata-rata daya penyebaran seluruh
output sektor i yang menjadi barang modal
sektor ekonomi. Apabila αj > 1 berarti sektor j
Ei : ekspor barang dan jasa sektor i
memiliki kemampuan daya penyebaran yang lebih
Cj : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari
tinggi dibandingkan rata-rata daya penyebaran
sektor j
seluruh sektor ekonomi. Demikian juga dengan
Gj : pendapatan pemerintah dari sektor j
FLER atau dinotasikan βi dapat bernilai 1 (satu),
Ij : surplus usaha sektor j
kurang dari 1 (satu), atau lebih dari 1 (satu).
Mj: impor sektor j
Apabila βi = 1 menunjukkan bahwa sektor i tidak
mengubah outputnya untuk memenuhi kenaikan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
satu unit permintaan akhir seluruh sektor lainnya
A. AnalisisInput-Output (Keterkaitan Antar Sektor
dan kondisi sebaliknya jika βi >1(satu)
Industri Manufaktur)
menunjukkan bahwa sektor i dapat menambah
Terdapat hubungan antara sektor-sektor dalam
outputnya lebih dari sektor-sektor lainnya untuk
suatu dinamisasi perekonomian dan pembangunan
memenuhi kenaikan satu unit permintaan akhir
suatu wilayah, dimana sektor satu dengan yang lain
seluruh sektor lainnya. Kondisi sebaliknya apabila
saling menunjang dalam kegiatan
BLER <1(satu).
industri/ekonomi, baik berupa hubungan ke depan
Analisis Tabel I-O menunjukkan keterkaitan ke
(forward lingkage), merupakan hubungan dengan
belakang maupun keterkaitan ke depan suatu
penjualan barang jadi, dan hubungan ke belakang
sektor, sehingga dapat dilihat bagaimana suatu
(backward lingkage) yang hampir selalu
sektor menggunakan output dari sektor lain
merupakan hubungan dengan bahan mentah
ataupun suatu sektor mendorong berkembangnya
ataupun bahan baku.

32
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

sektor lain baik secara langsung maupun tak FLER 1,618363, dan sektor industri manufaktur
langsung. yang memiliki keterkaitan ke depan terendah
adalah sub industri minuman dengan nilai FLER
Tabel 1.2 Backward Linkage (Bler) dan 0,657484.
Forward Lingkage (Fler) Sektor Industri
Manufaktur Sedang dan Besar Jawa Timur Tabel 1.2 Indeks Backward Linkage (Bler) dan
Berdasarkan Tabel I-O 66 Atas Dasar Harga Forward Lingkage (Fler) Sektor Industri
Produsen Tahun 2006 Manufaktur Sedang dan Besar Jawa Timur
Kode
Sektor BLER FLER
Berdasarkan Tabel I-O 66 Atas Dasar Harga
Sektor
Produsen Tahun 2006
27 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 1,089798 0,711773
Kode αj βi
28 Industri minyak dan lemak 0,829043 0,776676 Sektor
Sektor (BLER) (FLER)
29 Industri penggilingan padi 1,351083 0,766387 Industri pengolahan dan pengawetan
27 0,852857 1,189511
makanan
30 Industri tepung segala jenis 0,881397 0,718690
28 Industri minyak dan lemak 1,119454 1,196466
31 Industri gula 1,035058 0,739022
29 Industri penggilingan padi 0,688001 1,080350
32 Industri makanan lainnya 1,094962 1,255273
33 Industri minuman 0,958489 0,657484 30 Industri tepung segala jenis 1,054382 1,198749

34 Industri rokok 0,977767 0,690819 31 Industri gula 0,915675 1,121851


35 Industri pemintalan 1,074928 0,709870 32 Industri makanan lainnya 0,865458 0,747444
36 Industri tekstil dan pakaian jadi 1,061102 0,850918 33 Industri minuman 1,086922 1,265108
37 Industri bambu, kayu, dan rotan 1,458605 0,823216
34 Industri rokok 1,065551 1,249213
38 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 1,296282 1,020121
35 Industri pemintalan 0,983515 1,250219
39 Industri pupuk dan pestisida 0,980477 1,225854
36 Industri tekstil dan pakaian jadi 1,008443 1,177269
40 Industri kimia 1,065514 1,618363
37 Industri bambu, kayu, dan rotan 0,734491 1,175336
41 Industri pengilangan minyak bumi 0,925498 2,319478
Industri kertas, barang dari kertas dan
42 Industri barang karet dan plasti 1,245099 0,861662 38 0,827031 0,851488
karton
43 Industri barang dari mineral bukan logam 1,382199 0,670997 39 Industri pupuk dan pestisida 1,097961 0,682623
44 Industri semen 1,370416 0,794236 40 Industri kimia 1,016605 0,581952
45 Industri besi dan baju 1,272877 0,739520
41 Industri pengilangan minyak bumi 1,228831 0,384986
46 Industri barang dari logam 1,345108 0,973144
42 Industri barang karet dan plasti 0,929840 0,969034
47 Industri mesin, alat dan perlengkapan listrik 1,148077 1,082112
43 Industri barang dari mineral bukan logam 0,838364 1,252509
48 Industri kapal dan perbaikannya 1,095481 0,795453
Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 44 Industri semen 0,848652 1,077101
49 1,010025 1,076599
kecuali kapal
Industri barang yang tidak di golongkan dimana- 45 Industri besi dan baju 0,913042 1,135985
50 1,105902 1,589687
mana
46 Industri barang dari logam 0,873196 0,953502
Sumber : BPS, Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, 2007, diolah
Industri mesin, alat dan perlengkapan
Berdasarkan Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa 47
listrik
1,049290 0,873576

sektor industry manufaktur sedang dan besar yang 48 Industri kapal dan perbaikannya 1,117407 1,168362
memiliki keterkaitan ke belakang tertinggi adalah Industri alat pengangkutan dan
perbaikannya
sub industri bambu, kayu dan rotan (kode sektor 49 kecuali kapal
1,224932 0,977678

37) dengan nilai BLER 1,458605, diikuti sub Industri barang yang tidak di golongkan
industri barang dari mineral bukan logam (kode 50 dimana-mana
1,127431 0,628311

sektor 43) dengan nilai BLER 1,382199, sektor Jumlah 23,467333 24,188626
industri manufaktur yang memiliki keeterkaitan ke Rata-rata 0,977806 1,007859
belakang terendah adalah sub industri tepung Sumber : BPS, Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, 2007, diolah
segala jenis (kode sektor 30) dengan nilai BLER Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa, sektor
0,881397. industry manufaktur yang memiliki nilai indeks
Dilihat dari keterkaitan ke depan (FLER), sektor BLER (αj) tertinggi adalah sub industriminyak
industri manufaktur. sedang dan besar yang bumi dengan indeks BLER1,228831,
memiliki keterkaitan ke depan tertinggi adalah sub mengindikasikan daya penyebaran sub industri ini
industri pengilangan minyak bumi yaitu sebesar diatas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor
2,319478, diikuti sub industri kimia dengan nilai industri manufaktur. Nilai tersebut juga

33
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

menunjukkan terjadinya kenaikan output sektor- tinggi dari rata-rata derajat kepekaan sektor-sektor
sektor lain penyedia inputnya (termasuk sektornya dalam perekonomian. Industri manufaktur yang
sendiri) secara keseluruhan sebesar 1,228831 dan memiliki indeks FLER tinggi dan masuk dalam 10
juga terjadi kenaikan output sebesar 1 unit pada sub besar dapat dilihat pada Tabel 1.5.
industriminyak bumi. Sedangkan indeks BLER
terendah ada pada sub industripenggilingan padi Tabel 1.5 10 Besar Nilai Tertinggi Indeks
(kode sektor 29) dengan indeks BLER 0,688001, Forward Linkage Sektor Industri Manufaktur
mengindikasikan bahwa pada sub industri Jawa Timur Tahun 2006
penggilingan padi memiliki daya penyebaran lebih
rendah dibandingkan rata-rata daya penyebaran βi
Ranking Sektor
seluruh sector industri manufaktur. Karena apabila (FLER)
terjadi kenaikan output sebesar 1 unit, maka hanya
1 Industri minuman 1,265108
akan terjadi peningkatan sebesar 0,688001 unit
output dari sektor-sektor lain sebagai penyedia 2 Industri barang dari mineral bukan logam 1,252509

inputnya (termasuk sektornya sendiri) secara 3 Industri pemintalan 1,250219


keseluruhan. 4 Industri rokok 1,249213
Untuk sektor industri manufaktur sedang dan besar 5 Industri tepung segala jenis 1,198749
di Jawa Timur yang memiliki indeks BLER tinggi 6 Industri minyak dan lemak 1,196466
dan masuk dalam 10 besar dapat dilihat pada Tabel
7 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 1,189511
1.4.
8 Industri tekstil dan pakaian jadi 1,177269

Tabel 1.4 10 Besar Nilai Tertinggi Indeks 9 Industri bambu, kayu, dan rotan 1,175336
Backward Lingkage Sektor Industri 10 Industri kapal dan perbaikannya 1,168362
Manufaktur Jawa Timur Tahun 2006 Sumber : BPS, Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, 2007, diolah
keterkaitan ke depan dan ke belakang hanya akan
menunjukkan besarnya pengaruh yang ditimbulkan
Ranking Sektor
αj oleh suatu sektor terhadap sektor-sektor yang lain.
(BLER)
Untuk itu perlu dilengkapi dengan alat lain yang
1 Industri pengilangan minyak bumi 1,228831 dapat digunakan untuk melihat kemerataan
Industri alat pengangkutan dan perbaikannya
1,224932
pengaruh yang ditimbulkannya yaitu koefisien
2 kecuali kapal variasi. Koefisien variasi yang berhubungan
Industri barang yang tidak di golongkan
1,127431
dengan indeks keterkaitan ke belakang maupun ke
3 dimana-mana depan, dapat dijadikan salah satu ukuran apakah
4 Industri minyak dan lemak 1,119454 suatu sektor tertentu dapat dijadikan sektor kunci
5 Industri kapal dan perbaikannya 1,117407 (unggulan) atau tidak.
6 Industri pupuk dan pestisida 1,097961 Suatu sektor akan mempunyai pengaruh
7 Industri minuman 1,086922
keterkaitan yang relatif merata apabila nilai
koefisien variasinya relatif kecil. Sebaliknya
8 Industri rokok 1,065551
apabila nilai koefisien variasinya relatif tinggi,
9 Industri tepung segala jenis 1,054382 maka dampak yang ditimbulkannya relatif tidak
10 Industri mesin, alat dan perlengkapan listrik 1,049290 merata atau relatif terkonsentrasi pada sektor
Sumber : BPS, Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, 2007, diolah tertentu saja. Ada dua koefisien variasi yaitu,
koefisien variasi yang berhubungan dengan
Berdasarkan Tabel 1.4, indeks FLER (βi) tertinggi keterkaitan ke belakang (Vj), dan koefisien variasi
ada pada sub industri minuman dengan nilai βi yang berhubungan dengan keterkaitan ke depan
sebesar1,265108, mengindikasikan apabila sub (Vi). Vjadalah koefisien variasi backward linkage
industri minuman menaikkan output sebesar 1 unit untuk sektor j yaitu indeks yang memperlihatkan
akan menyebabkan kenaikan output sektor-sektor seberapa besar tingkat kemerataan pengaruh dari j
lain (khususnya peminta output) secara terhadap seluruh sektor ekonomi (kaitan ke
keseluruhan sebesar1,265108. Tingginya indeks belakang). Vi adalah koefisien variasi forward
FLER menandakan derajat kepekaan yang lebih
34
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

linkage untuk sektor i yaitu indeks yang tersebut memiliki andil besar dalam
menunjukkan seberapa besar sektor-sektor lain perekonomian di Provinsi Jawa Timur.
dalam seluruh sistem dapat mempengaruhi sektor i 2. Sub sektor industri manufaktur yang menjadi
(kaitan ke depan). sektor prioritas atau sektor unggulan mengerucut
Berdasarkan Tabel 1.4 sektor industri manufaktur pada sub industri kertas, barang dari kertas dan
yang memiliki Vj tertinggi adalah sub industri karton, karena sub industri kertas, barang dari
minyak bumi (kode sektor 41) sebesar 11,497907 kertas dan karton memilikioutput, nilai tambah
diatas rata-rata seluruh sektor industri manufaktur bruto, permintaan akhir lebih tinggi dari nilai
(9,149115) mengindikasikan bahwa sub industri rata-rata, nilai backward linkage dan forward
minyak bumi memiliki daya dorong atau memiliki linkage lebih besar dari 1, nilai koefisien variasi
pengaruh yang kurang kuat atau lebih lebih kecil dari rata-rata, nilai output multiplier,
terkonsentrasi pada sektor tertentu saja. Sedangkan income multiplier dan employment multiplier
Vj terendah ditempati oleh sub industri lebih tinggi dari nilai rata-rata dibandingkan
penggilingan padi (kode sektor 29) sebesar dengan sub sektor industri manufaktur yang
6,437477 di bawah rata-rata seluruh sektor industri lainnya.
manufaktur (9,149115) yang berarti bahwa sub
industri penggilingan padi memiliki daya dorong DAFTAR PUSTAKA
atau pengaruh yang kuat terhadap sektor-sektor Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan
lainnya dan mempunyai keterkaitan yang relatif dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE,
merata. Yogyakarta.
Sektor industri manufaktur yang memiliki Vi , 2004. Ekonomi Pembangunan.
tertinggi ada pada sub industri besi dan baja (kode Penerbit STIE. Yogyakarta.
sektor 33) sebesar 7,926128di atas rata-rata seluruh Daryanto Arief. 2010. Analisis Input-Output dan
industri manufaktur (6,314419), yang Social Accounting Matrix Untuk
mengindikasikan bahwa sub industri besi dan baja Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit :
tidak memiliki keterkaitan yang merata dan masih IPB Press. Kampus Taman Kencana Bogor.
terkonsentrasi pada sektor industri tertentu saja. Hapsari Amalina. 2008. Pengaruh
Sedangkan Vi terendah ada pada sub industri Keterkaitan Antar Sektor Terhadap
minyak bumi (kode sektor 41) sebesar 2,412009 di Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Tesis MIESP
bawah rata-rata seluruh industri manufaktur UGM Yogyakarta, Tidak dipublikasikan.
(6,314419), yang mengindikasikan bahwa sub Hill, H., 2003. The Indonesian Economy since
industri ini memiliki daya dorong yang kuat dan 1966 : Southeast Asia’s emerging giant.
relatif merata untuk sektor industri lainnya. Dengan Cambridge University Press, UK.
kata lain output dari sub industri minyak bumi
banyak digunakan sebagai bahan baku bagi sektor Jhingan, M. L, 2004. Ekonomi Pembangunan dan
industri lainnya. Perencanaan, Terjemahan D. Guritno.
Rajawali, Jakarta.
5. KESIMPULAN Kuncoro. 2002.Analisis Spasial dan Regional,
Berdasarkan hasil analisis input-output dapat Studi Aglomerasi dan Kluster Industri
Indonesia, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
disimpulkan bahwa :
, 2007. Ekonomika Industri Indonesia.
1. Kondisi backward linkage memperlihatkan sub ANDI. Yogyakarta
sektor industri bambu, kayu dan rotan, sub Kurniasari, Widita. 2006. Peran Industri
industri mineral bukan logam, dan sub industri Manufaktur Terhadap Perekonomian Jawa
semen memiliki nilai terbesar, sementara dari Timur (Analisis Input-Outpt). Media Trend.
sisi forward linkage memperlihatkan bahwa sub Vol.1. No.2 : 76-91.
sektor industri pengilangan minyak bumi, sub Rahardja, Prathama, dan Mandala Manurung.
industri kimia, sub industri barang yang tidak 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar. LPFE-UI, Jakarta.
digolongkan dimana-mana memiliki nilai
tertinggi, hal tersebut menandakan bahwa sektor

35
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

Ramaswamy R, Rowthorn R. 1997. Schnorbus RH, Giese AS. 1998. Is The Seventh
Deindustrialization–Its Causes and District’s Deindustrializing? Economic
Implications. Working Paper IMF. Prespectives Federal Reserve Bank of
http://www.imf.org. Chicago.
Ruky. 2008. Industrialisasi di Indonesia: Dalam Sastrosoenarto H. 2006. Industrialisasi Serta
Jebakan Mekanisme Pasar dan Pembangunan Sektor Pertanian dan Jasa
Desentralisasi. Pidato Pengukuhan Guru menuju Visi Indonesia 2030. Gramedia.
Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Ekonomi Jakarta.
Universitas Indonesia.
Rustiadi E. 2005. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah, Edisi Januari 2006.
Diktat Kuliah Perencanaan Tata Ruang dan
Ekonomi Regional. PWD PPs Institut
Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Sabiroglu. M Iikin., Samad Bashirli. 2012. Input –


Output Analysis In An Oil – Rich Economy :
The Case of Alzerbaijan. Resources Policy.
No. 37 : 73-80.

36

Anda mungkin juga menyukai