Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOFISIKA

“ ANALISA GEOFISIKA ”

OLEH :

AHMAD NUR FAJRI


D611 07 036

MAKASSAR
2011
METODE GEOLOGI LISTRIK (ANALISA GEOLISTRIK)

Geolistrik adalah suatu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran litrik

di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini

meliputi pengukuran potensial, aru listrik SP, dan elektromagnetik yang terjadi

baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi.

Polarisasi terimbas merupakan salah satu metoda geofisika yang mendeteksi

terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral – mineral logam di bawah

permukaan bumi.

Pada metoda geolistrik polarisasi terimbas arus listrik diinjeksikan ke dalam

bumi melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadinya diukur

melalui dua elektroda potensial. Dalam metoda polarisasi terimbas ada 4 macam

metode pengukuran yaitu pengukuran dalam domain waktu, domain frekuensi,

pengukuran sudut fasa dan Magnetic Induced Polriztion (MIP).

Metoda polarisasi terimbas ini terutama dipahami dalam eksplorasi logam

dasar (Base Metal) dan penyelidikan air tanah (Ground Water). Berdasarkan letak

(konfigurasi) elektroda potensial dan arus, dikenal beberapa jenis metoda

polarisasi terimbas antara lain :

1. Metoda Sclumberger

2. Metoda Wenner

3. Metoda Double Dipole

4. Metoda Pole Dipole


Pada metoda geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik dinjeksikan ke dalam

bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur

melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial

untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi

harga hambatan jenis masing – masing lapisan di bawah titik ukur (Sounding

Point).

Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang bersifat

dangkal, jarang memberikan informasi lapisan dikedalaman lebih dari 1000 feet

atau 1500 feet. Oleh karna itu, metoda ini jarang digunakan untuk eksplorasi

minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang enginering geology seperti

penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air, juga digunakan dalam

eksplorasi geothermal.

Aplikasi

Pada dasarnya alat ukur resistivitas ini terdiri dari dua bagian utama yaitu

bagian komutator dan potensiometer.

a. Bagian komutator mengubah arus searah menjadi arus bolak balik yang

kemudian diinjeksikan ke dalam bumi.

b. Bagian potensiometer berfungsi untuk mengukur besar potensial yang

terjadi di permukaan tanah.

Arus dari sumber DC dimasukkan ke dalam bagian komutator, untuk diubah

menjadi arus bolak balik dengan frekuensi yang bisa diatur. Kemudian arus ini
diinjeksikan ked lam bumi melalui elektroda – elektroda rus. Tanggapan arus ini

dinjeksikan ke dalam bumi melalui elektroda – elektroda arus.

Tanggapan tegangan sebagai akibat dari injeksi arus, ukur melalui elektroda

potensial oleh bagian potensiometer.

Sumber DC Komutator Potensiometer

I V

Permukan bumi

Sifat – Sifat Listrik Batuan

Pada bagin batuan, atom –atom terikat secara ionik atau kovalen.

Keberadaan ikatan tersebut menyebabkan batuan dapat menghantarkan arus

listrik. Aliran arus listrik di dalam batuan atau pun mineral dapat digolongkan

menjadi dua macam, yaitu:

 Elektronik , terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron

bebas sehingga arus listrik dialirkan oleh elektron – elektron bebas

tersebut.

 Elektrolitik, terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap

aliran arus listrik, sehingga terjadi polarisasi saat material dialirkan arus

listrik.

Berdasarkan atas nilai restivitas, batuan atau mineral diklasifiksikan menjadi

:
-Konduktor baik = 10-8<ρ<1 ohm –m

-Konduktor menengah = 1<ρ<107 ohm –m

-Isolator = ρ<107 ohm –m

Rumus Dasar Listrik

Defenisi :

 Retivitas → R = V/I Satuan ohm (Ω m)

 Resistivitas → ρ = E/J Satuan ohm – m

 Konduktiviatas → σ = I/ρ Satuan ohm (Ω).

Keterangn :

V = Beda potensial antara dua titik (volt)

I = Besar arus listrik yang mengalir

E = Medan litrik

J = Rapat arus listrik

Survey tahanan jenis dapat dilkukan dengan dua system yaitu :

 Elketrical Sounding

Dimaksudkan untuk mendaptkan data variasi tahanan jenis ke arah

vertikal.

 Ekektrical Mapping

Dimaksudkan untuk menentukan varisi lateral nilai tahanan jenis.

Apabila spasi elektroda diperbesar pada kegiatan electrical sounding, maka

jarak antara elektroda – elektroda potensial dengan elektroda – elektroda arus

semakin besar. Hal ini mengakibatkan arus akan bergerak melalui kedalaman
yang lebih besar sehingga akan terukur nilai tahanan jenis pada kedalaman yang

besar pula.

Cara Kerja

Proedur kerja dari praktikum geofisik acara analisa geolistrik adalah setelah

mendapatkan data yang telah diperoleh dari lapangan maka data tersebut kita

tentukan resistivitas dengan menggunkan rumus R = V/I, kemudian kita tentukan

nilai tahanan jenisnya dengan menggunakan rumus ρ= R/K, kemudian kita plot

tahnan jenis dan AB/2 pada kurva semilog sehingga diperoleh titik – titik,

kemudian kita tarik garis yang mewakili garis tersebut, sesudah itu kita

menghimpitkan garis pada kurva utama untuk menentukan nilinya, kemudian nilai

yang kita peroleh kita masukkan ke dalam kurva Bantu dan menarik garis dimana

kurva turun –turun digunakan jika line atau garis tersebut mempunyai sisa, kurva

turun naik jika garis tersebut tak bersisa artinya garis tersebut setelah turun akan

naik, kurva naik – naik jika garis tersebut masih ada sisa artinya garis naik terus,

dan kurva naik naik –turun jika garis tersebut tak persis artinya garis tersebut

setelah naik kemudin turun, setelah membuat kurva kemudian kita menentukan

tahanan jenisnya dengan mengunakan rumus ρ1 = R1 ; ρ1 = X1.R1 ; ρn = xn.rn,

kemudian kita menentukan ketebalan suatu litologi dengan rumus t1 = x1 ; t2 = x1.

nilai kurva utama di lapisan pertama ; t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X (n-1),

kemudian kita tentukan kedalaman suatu litologi dengan rumus h 1 =t1 ; h2 = h1 + t2

; hn = h(n-1) +tn

Pada Daerah Dusun Barang, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :
 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 27,44 ohm –m

ρ2= 1,5 x 27,44 = 41,16 ohm –m

ρ3= 5 x 50 = 250 ohm –m

ρ4= 14 x 12 = 168 ohm –m

ρ5= 31 x 2,7 = 83,7 ohm –m

 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,5 m

t2 = 1,5 x 3,5 = 5,25 m

t3 = 5 x 0,15 = 0,75 m

t4 = 14 x 0,05 = 0,7 m

t5 = 31 x 20 = 620 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,5 m
h2 = 1,5 + 3,5 = 6,75m

h3 = 6,75 + 0,75 = 7,5 m

h4 = 7,5 + 0,7 = 8,2 m

h5 = 8,2 +620 = 628,2 m

Pada Daerah Dusun Panga, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 14,57 ohm –m

ρ2= 1,5 x 14,57 = 21,885 ohm –m

ρ3= 12 x 44 = 528 ohm –m

ρ4= 30,8 x 18 = 554,4 ohm –m

ρ5= 140 x 3,2 = 448 ohm –m

 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,5 m

t2 = 1,5 x 5 = 7,5 m

t3 = 12 x 0,3 = 3,6 m
t4 =30 x 0,10 = 3 m

t5 = 140 x 15 = 2100 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,5 m

h2 = 1,5 + 7,5 = 9m

h3 = 9 + 3,6 = 12,6 m

h4 = 12,6 + 3 = 815,6 m

h5 = 15,6 +2100 = 2115,6 m

Pada Daerah Dusun Palakka, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 19 ohm –m

ρ2= 16 x 19 = 30,4 ohm –m

ρ3= 5 x 50 = 58,5 ohm –m

ρ4= 14 x 12 = 67,1 ohm –m

ρ5= 31 x 2,7 = 197,6 ohm –m


ρ6= 31 x 2,7 = 1563,9 ohm –m

ρ7= 31 x 2,7 = 2580 ohm –m

 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,6 m

t2 = 1,6 x 0,5 = 0,8 m

t3 = 4,5 x 0,65 = 292,5 m

t4 = 6,1 x 3,5 = 21,35 m

t5 = 10,4 x 15 = 156 m

t6 = 40,1 x 0,2 = 8,02 m

t7= 215 x 0,2 = 43 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,6 m

h2 = 1,6 + 0,8 = 2,4 m

h3 = 2,4 + 292,5 = 294,9 m

h4 = 294,9 + 21,35 = 316,25 m

h5 = 316,25 +156 = 472,25 m


h6 = 472,25 +8,02 = 480,27 m

h7 = 480,27 +43 = 523,27 m

Pada Daerah Dusun Camming, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 16,77 ohm –m

ρ2= 1,5 x 16,77 = 25,155 ohm –m

ρ3= 9 x 25,155 = 226,395 ohm –m

ρ4= 54 x 226,395 = 12225,33 ohm –m

ρ5= 68 x 12 225,33 = 831322,44 ohm –m

 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,5 m

t2 = 1,5 x 3,5 = 5,25 m

t3 = 9 x 0,15 = 1,35 m

t4 = 54 x 0,3 = 16,2 m

t5 = 68 x 5 = 340 m
 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,5 m

h2 = 1,5 + 5,25 = 6,75m

h3 = 6,75 + 1,35 = 81m

h4 = 81 + 16,2 = 24,3 m

h5 = 24,3 +340 = 364,3 m

Pada Daerah Dusun Palakka, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 5,31 ohm –m

ρ2= 1,5 x 5,31 = 7,965 ohm –m

ρ3= 4 x 14,5 = 58 ohm –m

ρ4= 20 x 30 = 600 ohm –m

ρ5= 64 x 16 = 1024 ohm –m

ρ6= 129 x 19,5 = 2515,5 ohm –m


 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,5 m

t2 = 1,5 x 10 = 15 m

t3 = 4 x 5 = 20 m

t4 = 20 x 0,4 =8m

t5 = 64 x 0,03 = 1,92 m

t6 = 129 x 3,5 = 451,5 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,5 m

h2 = 1,5 + 15 = 16,5 m

h3 = 16,5 + 20 = 36,5 m

h4 = 36,5 + 8 = 44,5 m

h5 = 44,5 +1,92 = 46,41 m

h6 = 46,41 +451,5 = 497,91 m


Pada Daerah Desa Watu, dengan adanya kurva semilog tersebut maka kita

dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 24,5 ohm –m

ρ2= 1,6 x 24,5 = 392 ohm –m

ρ3= 9 x 39 = 351 ohm –m

ρ4= 34 x 17 = 578 ohm –m

ρ5= 52 x 5,9 = 306,8 ohm –m

ρ6= 160 x 14 = 2240 ohm –m

 Menghitung ketebalan denga rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,6 m

t2 = 1,6 x 20 = 1,2 m

t3 = 9 x 3 = 27 m

t4 = 34 x 0,15 = 51 m

t5 =52 x 5 = 260 m

t6 = 160 x 15 = 2400 m
 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,6 m

h2 = 1,6 + 1,2 = 2,8 m

h3 = 2,8+ 27 = 29,8 m

h4 = 29,8+ 51 = 80,8 m

h5 = 80,8 +260 = 340,8 m

h6 = 340+2400 = 2740,8 m

Pada Daerah Desa Ralla, dengan adanya kurva semilog tersebut maka kita

dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 7,9 ohm –m

ρ2= 1,5 x 7,9 = 11,85 ohm –m

ρ3= 5 x 17 = 85 ohm –m

ρ4= 15,5 x 31 = 480,5 ohm –m

ρ5= 75 x 5,5 = 412,5 ohm –m

ρ6= 85 x 3,4 = 285 ohm –m


 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,5 m

t2 = 1,5 x 3,5 = 5,25 m

t3 = 5 x 5 = 25 m

t4 = 15,5 0,10 = 1,55 m

t5 = 75 x 0,15 = 11,25 m

t6 = 85 x 5 = 425 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,5 m

h2 = 1,5 + 5,25 = 6,75m

h3 = 6,75 + 25 = 31,75 m

h4 = 31,75 + 1,55 = 33,3 m

h5 = 33,3 +11,25 = 44,55 m

h6 = 844,55 +425 = 469,55 m

Pada Daerah Desa Umpung, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :
 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 15,32 ohm –m

ρ2= 1,5 x 15,32 = 22,98 ohm –m

ρ3= 7,5 x 54 = 11,49 ohm –m

ρ4= 50 x 13 = 650 ohm –m

ρ5= 65 x 5,1 = 331,5ohm –m

 Menghitung ketebalan denga rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,5 m

t2 = 1,5 x 15 = 22,5 m

t3 = 7,5 x 0,15 = 1,125 m

t4 = 50 x 0,15 = 7,5 m

t5 = 65 x 20 = 130 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,5 m
h2 = 1,5 + 22,5 = 24 m

h3 = 24 + 1,125 = 25,13 m

h4 = 25,13 + 7,5 = 32,63 m

h5 = 32,63 +130 = 162,63 m

Pada Daerah Desa Lisu, dengan adanya kurva semilog tersebut maka

kita dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 15 ohm –m

ρ2= 1,6 x 15 = 24 ohm –m

ρ3= 8 x 34 = 272 ohm –m

ρ4= 16 x 50 = 800 ohm –m

ρ5= 125 x 15,5 = 1937,5 ohm –m

ρ6= 140 x 12 = 1680 ohm –m

 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,6 m

t2 = 1,6 x 3,5 = 5,6 m

t3 = 8 x 5 = 40 m
t4 = 16 x 0,2 = 3,2 m

t5 = 125 x 0,5 = 62,5 m

t6 = 140 x 15 = 2100 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,6 m

h2 = 1,6 + 5,6 = 7,2 m

h3 = 7,2 + 40 = 47,2 m

h4 = 47,2 + 3,2 = 50,4 m

h5 = 50,4 +62,5 = 112,9 m

h6 = 112,9 +2100 = 2212,9 m

Pada Daerah Desa Alejang, dengan adanya kurva semilog tersebut maka kita

dapat :

 Menghitung tahanan jenis, dengan rumus :

ρ1= R1

ρ1= X1. R1

ρ1= Xn. Rn

ρ1= 45,90 ohm –m

ρ2= 1,6 x 45,90 = 73,44 ohm –m

ρ3= 2,7 x 52 = 140,4 ohm –m


ρ4= 15 x 0,2 = 330 ohm –m

ρ5= 58 x 6,9 = 400,2 ohm –m

ρ6= 59,5 x 3,8 = 226,1 ohm –m

 Menghitung ketebalan dengan rumus :

t 1 = x1

t2 = x1. nilai kurva utama di lapisan pertama

t3 = Xn. nilai kurva utama di lapisan X(n-1)

t1 = 1,6 m

t2 = 1,6 x 1,5 = 2,4 m

t3 = 2,7 x 0,3 = 0,81 m

t4 = 15 x 0,2 = 3 m

t5 = 58 x 0,3 = 17,4 m

t6= 59,5 x 3,5 = 208,25 m

 Menghitung kedalaman, dengan rumus :

h1 =t1

h2 = h1 + t2

hn = h(n-1) +tn

h1 = 1,6 m

h2 = 1,6 + 2,4 =4m

h3 = 4 + 0,81 = 4,81 m

h4 = 4,81 + 3 = 7,81 m

h5 = 7,81 +17,4 = 25,21 m

h6 = 25,21 +208,25 = 233,46 m

Anda mungkin juga menyukai