Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“ETIKA DALAM AUDITING”

Dosen Pembimbing : Rama Gita Suci, SE., M.Ak

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ANNISAH (190301082)

AVY ANTIKA BELLA (190301051)

DINA NOFITA (190301026)

FAYYADH (190301195)

ISNANIAH MUSLIM (190301052)

NELA ARDIANSIH (190301089)

RIRI FEBRIANI (190301077)

WIRA HANDAYANI (190301084)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2021/2022 
KATA PENGANTAR

Mari kita panjatkan puji dan syukur kita ke atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena tanpa
izinnya, makalah ini dapat terselesaikan. Kami ucapkan terima kasih kepada orang tua yang
telah memberikan semangat dalam mengerjakan makalah ini.Kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Dosen karena telah membimbing kami untuk menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Pekanbaru, 03 Januari 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Manfaat dan Tujuan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
1. Definisi etika.............................................................................................................................5
2. Definisi Auditing......................................................................................................................5
3. Definisi Etika dalam Auditing................................................................................................5
4. Kepercayaan Publik................................................................................................................5
5. Tanggung Jawab Auditor kepada Publik..............................................................................7
6. Tanggung Jawab Dasar Auditor............................................................................................8
7. Independensi............................................................................................................................8
8. Peraturan Pasar Modal dan Regulator Mengenai Independensi Akuntan Publik...........10
9. Contoh Kasus Etika Dalam Auditing...................................................................................14
10. Solusi Pemecahan Kasus:..................................................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................17
1. KESIMPULAN......................................................................................................................17
2. SARAN...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, etika dalam berbagai hal sangatlah dijunjung tinggi oleh kebanyakan
orang. Etika dianggap sebagai sesuatu hal yang bernilai tinggi, begitu juga dalam hal
proses auditing. Dalam proses auditing, seorang auditor haruslah bekerja dan bertindak
secara professional sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Etika dan regulator itu telah
ditetapkan oleh pasar modal dan bapepam. Pengambilan keputusan seorang auditor
nantinya sangat berpengaruh kepada public dan para pengguna keputusan. Untuk itu
dalam makalah ini akan dibahas mengenai etika dalam auditing. Akan dibahas pula
bagaimana regulasi etika profesi seorang auditor.

B. Rumusan Masalah
Pada penulisan sebuah makalah, akan menimbulkan beberapa pertanyaan yang
pada bab ini akan dicari pemecahan dengan penjelasan dan penjabarannya. Berikut
rumusan masalah yang terdapat dalam makalah berjudul “Etika Dalam Auditing” yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan “Etika dalam Auditing” ?


2. Bagaimana tanggung jawab auditor kepada public ?
3. Bagaimana hubungan etika dalam auditing dengan kepercayaan public?
4. Apa saja tanggung jawab dasar seorang auditor ?
5. Bagaimana regulator tentang independensi seorang akuntan public ?

C. Manfaat dan Tujuan


Sebuah makalah ditulis tentunya dengan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga
makalah dapat bermanfaat tidak hanya sebagai sebuah tugas yang hanya dituntut untuk
menyelesaikannya saja. Berikut tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam makalah
berjudul “Etika dalam Auditing” :

1. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa/pembaca lainnya


mengenai bagaimana “Etika dalam Auditing”
2. Dapat memberikan pengajaran bahwa sebagai seorang yang berprofesi sebagai
auditor haruslah bekerja sesuai dengan integritasnya dan tidak melanggar etika
dan aturan yang telah diciptakan BAPEPAM dan Pasar Modal.
3. Sebagai referensi dalam penulisan makalah-makalah yang berhubungan
dengan etika dalam auditing lainnya.

4
BAB II PEMBAHASAN
ETIKA DALAM AUDITING (INDEPENDENSI, TANGGUNG JAWAB AUDITOR)

1. Definisi etika
Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral yang
dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak
sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang
atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat
dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada
pertimbangan seseorang.

2. Definisi Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi yang dimaksud dengan kriteria – kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh
seorang yang kompeten dan independen.

3. Definisi Etika dalam Auditing


Etika dalam Auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria – kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen.

4. Kepercayaan Publik
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga
menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan
publik. Kepentingan Publik merupakan kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani
anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan
negara.

5
Prinsip-prinsip aturan perilaku profesional mengandung 7 cakupan umum :

1) Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut.

Banyak dari kode etik AICPA yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar hukum/peraturan.
Alasan utama dari kode etik ini adalah menyemangati anggotanya untuk melatih disiplin diri
di dalam/di luar hukum/peraturan.

2) Tanggung jawab

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional CPA harus menggunakan


pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktifitasnya. Sebagaimana
disebutkan dalam bab I, CPA/akuntan publik melaksanakan suatu peran penting di
masyarakat. Mereka bertanggung jawab, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan
metode akuntansi dan pelaporan, memelihara kepercayaan publik, dan melaksanakan
tanggung jawab profesi bagi sendiri.

3) Kepentingan publik

CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik, menghormati kepercayaan


publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu tanda yang
membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada publik. CPA diandalkan
oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai, investor, dan
komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini mengandalkan obyektifitas dan integritas
CPA untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.

4) Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA harus melaksanakan semua
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tertinggi. Perbedaan karakteristik lainnya
dari suatu profesi adalah pengakuan anggotanya akan kebutuhan memiliki integritas.
Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus terang meskipun dihambat kerahasiaan
klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang berhati-hati dan perbedaan
pendapat yang jujur, akan tetapi, integritas tidak dapat mengakomodasi
kecurangan/pelanggaran prinsip.

6
5) Obyektifitas dan independensi

Seorang CPA harus mempertahankan obyektifitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik harus
independent dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa auditing dan
jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektifitas menuntut seorang CPA untuk tidak memihak, jujur
secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Independensi menghindarkan diri dari
hubungan yang bisa merusak obyektifitas seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.

6) Kemahiran

Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang meningkatkan
kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab profesional dengan sebaik-
baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan
pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang CPA.
Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di sepanjang karirnya.

7) Lingkup dan sifat jasa

Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari prinsip kode etik perilaku
profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. Dalam
menentukan apakah dia akan melaksanakan atau tidak suatu jasa, anggota AICPA yang
berpraktik publik harus mempertimbangkan apakah jasa seperti itu konsisten dengan setiap
prinsip perilaku profesional CPA.n kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

5. Tanggung Jawab Auditor kepada Publik


Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode
etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan
publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik
akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya

7
serta sesuai dengan kode etik professional AKDA. Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang
ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik, antara lain:

 Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif


 Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

 Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung
jawab mereka kepada publik.

6. Tanggung Jawab Dasar Auditor


The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing
Practices Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab
auditor:

• Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan.

Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

• Sistem Akuntansi.

Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan


transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

• Bukti Audit.

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.

• Pengendalian Intern.

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian


internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.

• Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan.

Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya,


dalam hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain
yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan
keuangan.

8
7. Independensi
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26). Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang
objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan hasil pendapatnya. Sikap
mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan
prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1)
auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik
sebagai auditor intern).

Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi akuntan publik dari segi
integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi
meliputi:

• Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang profesional.
Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
• Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya
dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti
sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri
auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif
tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut:

• Independence in fact (independensi dalam fakta)

Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat
dengan objektivitas.

• Independence in appearance (independensi dalam penampilan)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan


pelaksanaan audit.

• Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya)

9
Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan
profesional auditor.

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada


profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai
mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :

a. Independensi sikap mental

Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di
dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.

b. Independensi penampilan.

Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan
berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik (Mautz,
1961:204-205).

Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz mengemukakan


bahwa independensi akuntan publik juga meliputi :

• Independensi praktisi (practitioner independence)

Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual


untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan
program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil
pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi
penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi pelaporan.

• Independensi profesi (Profession independene)

Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan


publik.

10
8. Peraturan Pasar Modal dan Regulator Mengenai Independensi Akuntan Publik
Undang undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang
lebih spesifik yaitu, “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”.Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap
perekonomian Indonesia. institusi yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan,
dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar
Modal atau Bapepam. Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin,
persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam
rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di
bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap
peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal.

Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor dari
kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window
dressing,serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal.
Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai
regulator telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan kereablean data
yang disajikan emiten baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi
Akuntan yang Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal. Ketentuan tersebut memuat hal-hal
sebagai berikut: Jangka waktu Periode Penugasan Profesional.

• Periode Penugasan Profesional dimulai sejak dimulainya pekerjaan lapangan


atau penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu.
• Periode Penugasan Profesional berakhir pada saat tanggal laporan Akuntan
atau pemberitahuan secara tertulis oleh Akuntan atau klien kepada Bapepam
bahwa penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.
Dilema Etika Seorang Auditor

Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan situasi yang
dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang
perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-
dilema etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap individu untuk
menghindari rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.

11
Kode Etika Profesional Dalam Profesi Akuntan

Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal- hal yang
ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh CPA/Akuntan Publik kepada publik.

a. CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan


obyektif.
b. CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
c. CPA harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan
tanggung jawab mereka kepada publik.

Hubungan Manajerial atau Karyawan – Jasa Akuntansi Untuk Audit Klien

Di bawah kondisi tertentu auditor dapat memberikan jasa auditing dan pembukuan untuk
klien yang sama. Satu alasan untuk membolehkan hubungan tersebut adalah bahwa uditor
menilai kewajaran dari hasil keputusan operasi manajemen bukan kebijaksanaan dari
keputusan. Syarat- syaratnya:

1) Klien harus menerima tanggung jawab atas laporan keuangan. Ketika


diperlukan, auditor harus membantu kliennya untuk memahami masalah-
masalah akuntansi secukupnya agar klien dapat menjalankan tanggnug
jawabnya.
2) Auditor tidak boleh menjadi pegawai/manajemen. Ini berarti bahwa sebaiknya
auditor tidak memberi kuasa atas transaksi, pemeliharaan atas harta klien atau
kuasa penugasan pada kepentingan klien.
3) Ketika laporan keuangan disiapkan dari buku dan catatan yang dikelola oleh
auditor, auditor tersebut harus menaati standar audit yang berlaku umum.

Akuntan Publik dan Auditor Independen

Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi
masyarakat berdasarkan SPAP. Kantor akuntan publik dapat menyediakan jasa:

1. Audit atas laporan historis


2. Atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain
3. Jasa akuntansi dan review
4. Jasa konsultasi.

12
Perlu dibedakan istilah akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik menyediakan
berbagai jasa yang diatur SPAP (auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa
akuntasi).Auditor independen menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang
tercantum pada SPAP.

Sistem Pengendalian Mutu KAP

Sistem pengendalian mutu suatu KAP menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang harus
dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya, yaitu:

1. Independensi

Independensi merupakan kebijakan yang menetapkan bahwa kantor akuntan publik


memperoleh keyakinan yang layak bahwa para auditor, pada semua tingkatan atau jenjang,
mempertahankan independensi sesuai dengan yang ditetapkan dalam Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP).

2. Penugasan para auditor

Kebijakan ini ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh para auditor yang telah mendapat latihan
teknis dan keterampilan yang memadai yang sesuai dengan penugasan.

3. Konsultasi

Ditetapkan dengan maksud agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa auditor pada kantor akuntan publik akan meminta bantuan sepanjang diperlukan dari
orang yang mempunyai pertimbangan yang lebih matang ataupun otoritas.

3. Supervisi

Kebijakan dan prosedur dalam melaksanakan supervisi atas semua pekerjaan pada jenjang
organisasi harus ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi norma pegendalian mutu yang ditentukan.

Luas supervisi dan penelaahan yang tepat untuk suatu keadaan tergantung pada banyak
faktor, termasuk kerumitan masalah yang dihadapi, kualifikasi auditor yang ditugasi, serta
tersedia tidaknya dan dimanfaatkan tidaknya tenaga yang dapat memberikan konsultasi.
13
4. Pengangkatan auditor

Hal ini harus ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa auditor yang diangkat memiliki karakter yang sesuai sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas secara kompeten.

5. Pengembangan profesional

Ditetapkan dengan alasan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak
bahwa para auditor memiliki pengetahuan yang diperlukan sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas yang diberikan.

6. Promosi

Ditetapkan dengan alasan agar kantor akuntan publik dapat memperoleh keyakinan yang
layak bahwa para auditor yang dipilih untuk dipromosikan telah memiliki kualifikasi yang
diperlukan untuk memikul tanggung jawab yang akan diserahkan padanya. Tata cara dalam
mempromosikan auditor mempunyai pengaruh besar atas mutu pekerjaan suatu kantor
akuntan publik.

7. Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien

Ditetapkan dalam menerima atau memelihara hubungan dengan klien, agar sejauh mungkin
dihindarkan terlibatnya nama kantor akuntan tersebut dengan klien yang mempunyai itikad
kurang baik.

8. Inspeksi

Ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak bahwa prosedur
yang ada hubungannya dengan unsur pengendalian mutu lainnya telah ditetapkan secara
selektif.

9. Contoh Kasus Etika Dalam Auditing


Kasus Audit Kas/Teller Laporan Fiktif Kas di Bank BRI Unit TapungRaya

Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan keuangan.
Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI Cabang

14
Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan di BRI
Unit Tapung.

Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca
dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahu
iadanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal
BRIUnit Pasir Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang
dilakukanMasril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar
AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan
sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karenamentransfer uang Rp1,6 miliar
dan merekayasa laporan pembukuan.

Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian.
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak pidana membuat
atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan maupun dalam
dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP Perbankan).
Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998
tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan ancaman hukuman
10 tahun,” kata Kapolres.

Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang
saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.

10. Solusi Pemecahan Kasus:


Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan
kontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan pelatihan pendidikan secara
periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi yang berkembang.

Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian


yangberbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini
karyawandiharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil
resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.

Prosedur Otoritas Yang Wajar

1. Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.

15
2. Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
3. Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk apapundari
nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
4. Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen pentingmilik
nasabah.

Dokumen dan catatan yang cukup

1. Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan


buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap
identifikasiteller yang memproses.
2. Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas.
3. Cash Register (daftar persediaan uangtunai berdasarkan kopurs/masing-
masing pecahan)

Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan

1. Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkanoleh teller.

2. Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller
yangbersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.

3. Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan pemimpincabang,
diinvestigasi dan dikoreksi.

4. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus dibuatkanberita
acara selisih kas.

5. Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas ataupejabat
yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.

6. Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke counterarea

Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen

1. Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang berasaldari unit
kas.
16
2. Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.

3. Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.

17
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN
Etika dalam Auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria - kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen.

Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini auditor juga harus memiliki etika-etika
perilaku profesional yang sangat penting dalam lingkup auditing sebagai panduan mereka
agar meminimalisir kecurangan dan kesalahan. Kualitas audit yang di ukur KAP yang
telah menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang harus dipenuhi oleh kantor akuntan
dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten dan independen.mengejar
keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan
berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu- waktu ada tagihan

2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata dari kelompok 3 berharap semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

18
DAFTAR PUSTAKA

Duska, Ronald F. and Brenda Shay Duska, Accounting Ethics, Blackwell Publishing, 2003
atau edisi terbaru.
http://www.akuntansiku.com

19

Anda mungkin juga menyukai